Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit HIV/ AIDS merupakan penyakit yang sedang mewabah di Indonesia khususnya di
Bali, dimana AIDS (Acquired immune defficiency syndrome) dapat diartikan sebagai
kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat
infeksi oleh virus HIV (Human Immmunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae,
AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. (Djoerban, 2007).
Penularan penyakit ini cukup signifikan dari tahun ke tahunnya. Penyakit atau virus
HIV/AIDS cenderung lebih banyak menginfeksi remaja, namun tidak menutup kemungkinan
virus ini dapat menginfeksi semua kalangan di dunia. Hal tersebut dipicu terutama oleh
penularan seksual dan penggunaan narkoba suntik. Angka tersebut jika tidak ditindak lanjuti
pada tahun 2014 setengah dari penduduk Indonesia akan terinfeksi virus HIV/AIDS.
Pada kasus HIV baru di tiap tahunnya, 18 persen di dalamnya merupakan anak kelompok
usia 15-24 tahun. Anak muda menempati proporsi sekitar 30 persen dari populasi berisiko,
dengan prevalensi HIV lebih tinggi. Satu dari setiap lima orang yang terinfeksi adalah di
bawah usia 25 tahun. Perkiraan tahun 2013 menunjukkan tingkat prevalensi sebesar 36
persen pada pengguna narkoba suntik , 22 persen pada waria transgender, 10 persen pada
perempuan pekerja seks dan 8,5 persen pada laki-laki yang berhubungan seks dengan lakilaki.
Dari data yang di dapat, umur yang cenderung tertular HIV/AIDS berkisar antara usia 15-24
tahun karena meningkatnya kasus HIV baru pada usia ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian mengenai tingkat pengetahuan remaja khususnya siswa siswi SMA mengenai
HIV/AIDS, sehingga dapat dilakukan edukasi lebih lanjut untuk mencegah terjadinya
penularan HIV/AIDS.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hal terpenting dalam terbentuknya perilaku seseorang .Pengetahuan
adalah suatu hasil dari rasa ingin tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan pada manusia meliputi penglihatan, pendengaran,
penghiduan, rasa dan Raba, dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan suatu tekinik wawancara yang
berkaitan dengan materi yang ditargetkan. (Notoatmojo, 2003)
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan menurut (WHO,2010), yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu merupakan suatu tingkat mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Pada tingkat tahu dapat diartikan pula merangsang atau mengulang lagi secara
keseluruhan suatu materi yang telah dipelajari, dimana sangat berkaitan dengan
pemeriksaan.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami merupakan suatu kemmpuan suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi ( aplication)
Aplikasi merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisa ( analysis)
Analisa merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek didalam struktur
organisasi tersebut dam masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan - kemampuan
analisis dapat dikaitkan dari penggunaan-penggunaan kata kerja seperti kata kerja seperti
menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya tentang hal-hal yang
penting berkaitan pemeriksaan
5. Sintesis ( Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian bagian dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi ( Evaluation)
Evaluasi merupakan

suatu pengetahuan tentang kemapuan melakukan penelitian

terhadap suatu materi atau objek. (Notoatmojo, 2003)


2.1.3 Faktor faktor yang mempengaruhi
1. Usia
Usia dapat diukur berdasarkan lamanya hidup berdasarkan tahun. Perbedaan usia sangat
penting, dimana seseorang yang usianya lebih dewasa cenderung memiliki pengetahuan
lebih tinggi dari pada seseorang yang usianya lebih muda. Sehingga mereka yang berusia
lebih dewasa lebih mengetahui bahaya rokok pada kesehatan.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang pernah ditempuh secara formal didalam
lembaga pendidikan. Tingkat pendidkan mempunyai hubungan terhadap motivasi dan
kesadaran seseorang akan suatu hal. Tingkat pendidkan yang tinggi akan mengubah cara
penilaian seseorang tentang bahaya rokok pada kesehatan sehingga timbul keinginan
untuk berhenti merokok, berbeda dengan mereka yang berpendidkkan rendah
kecenderungan tingkat kesadaran mereka untuk berhenti merokok yang kurang.
3. Sumber Informasi
Sumber Informasi adalah segala sesuatu yang menjadi erantara dalam menyampaikan
informasi, merangsang pikiran dan kemampuan. Sumber informasi umumnya dapat
didapat dari berbagai media seperti surat kabar, majalah, dan buku selain itu juga didapat
dari media elektronik dan internet. Oleh karena itu mereka yang tinggal diperkotaan lebih
mudah mendapatkan informasi tentang bahaya merokok pada kesehatan. (Wibowo, 2009)

2.2 Pengertian remaja


Remaja menurut (WHO,2010) adalah suatu individu yang mengalami masa peralihan ditandai
dengan berkembangnya tanda-tanda seksual sekunder sampai kematangan seksual, psikologi
dan pola indentifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Adapun batasan usia remaja
dikelompokan menjadi tiga, yaitu :
a. Remaja awal (12-15 tahun) pada masa ini remaha mengalami perubahan jasmani yang
sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangan intensif. Selain itu pada masia ini
remaja sering merasa tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

b. Remaja pertengahan (15-18 tahun) pada masa ini remaja mulai timbul kesadaran akan
kepribadian dan menemukan jati dirinya, dimana perasaan percaya diri akan
menimbulkan
c.

kesanggupan untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang

dilakukan.
Remaja Akhir (18-21 tahun) pada masa ini remaja sudah stabil , dimana remaja sudah
memiliki pendirian tertentu dan memahami arah hidupnya serta menyadari tujuan
hidupnya.

2.3 Definisi HIV/AIDS


Pengertian dari HIV atau Human Immunodefisiency Virus yaitu virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia sehingga membuat tubuh rentan terhadap berbagai macam penyakit.
AIDS atau Acquried immune Deficiency Syndrome adalah suatu penyakit retrovirus yang
disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan immunosupresi berat yang menimbulkan infeksi
opertunistik, neoplasma skunder dan manifestasi neurologis. HIV telah ditetapkan sebagai agens
penyebab Acquried immune Deficiency Syndrome (AIDS) sedangkan AIDS adalah suatu
kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV .(vinay
kumar, 2007).
2.4 Etiologi HIV/AIDS
HIV atau Human immunodeficiency virus merupakan sejenis retrovirus RNA. Dalam bentuknya
yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia dapat
masuk ke sel target. Human immunodeficiency virus itu sendri merupakan anggota dari genus
lentivirus, bagian dari keluarga retroviridae yang ditandai dengan periode latensi yang panjang
dan sebuah sampul lipid dari sel-host awal yang mengelilingi sebuah pusat protein/RNA.( UPNV
2004).
2.5 Epidemiologi HIV/AIDS
Sejak ditemukannya kasus AIDS pertama di Indonesia pada tahun 1987, perkembangan
jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di Indonesia dari tahun ke tahun secara
kumulatif cenderung meningkat. Pada April 2009, jumlah penderita HIV dan AIDS di
Provinsi Sumatera Utara berjumlah 1680 (AIDS 872+HIV808), dengan kasus terbanyak
pada kota Medan dengan jumlah 581 penderita AIDS dan HIV 600 orang, menyusul Deli

Serdang berjumlah 142 (HIV 76+AIDS 66) penderita. Jumlah penderita AIDS yang
meninggal di Provinsi Sumatera Utara yang dilaporkan berjumlah 124 orang sampai
dengan April 2009.(KPA Provinsi Sumatera Utara, 2009). Hingga meningkat ke pulau
Bali dengan angka komulatif yang sangat tinggi dari penderitanya. Jumblah penderitanya
yang terus menerus meningkat mengakibatkan angka kemungkinan orang yang terinfeksi
di pulau bali pada tahun 2014 mencapai 40%. Data yang didapat pada penderita di bali
dari tahun ke tahunnya sebagai berikut :
2.6 Patofisiologi HIV/AIDS
HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ vital sistem kekebalan manusia seperti sel
T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik. HIV secara langsung dan tidak langsung
merusak sel T CD4+. Sel T CD4+ adalah sell yang dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh
berfungsi baik. Jika HIV membunuh sel T CD4+ sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4+
per mikroliter (L) darah, kekebalan selular akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang
disebut AIDS. Infeksi akut HIV dilanjutkan dengan infeksi HIV laten klinis sampai terjadinya
gejala infeksi HIV awal dan kemudian AIDS, yang diidentifikasi berdasarkan jumlah sel T CD4+
di dalam darah dan adanya infeksi tertentu. AIDS merupakan bentuk terparah akibat infeksi HIV
(Albright, 2003)
2.7 Manifestasi Klinis HIV/AIDS
Gejala-gejala dari infeksi akut HIV tidak spesifik, meliputi kelelahan, ruam kulit, nyeri kepala,
mual dan berkeringat di malam hari. AIDS ditandai dengan supresi yang nyata pada sitem imun
dan perkembangan infeksi oportunistik berat yang sangat bervariasi atau neoplasma yang tidak
umum (terutama sarcoma Kaposi). Gejala yang lebih serius pada orang dewasa seringkali
didahului oleh gejala prodormal (diare dan penurunan berat badan) meliputi kelelahan, malaise,
demam, napas pendek, diare kronis, bercak putih pada lidah (kandidiasis oral) dan limfadenopati.
Gejala-gejala penyakit pada saluran pencernaan , dari esophagus sampai kolon merupakan
penyebab utama kelemahan. Tanpa pengobatan interval antara infeksi primer oleh HIV dan
timbulnya penyakit klinis pertama kali pada orang dewasa biasanya panjang, rata-rata sekitar 10
tahun. (Mariam, 2010).
2.8 Cara Penularan HIV/AIDS

Cara penularan virus HIV yang diketahui hingga kini meliputi :


a. Transmisi Seksual
HIV/AIDS

dapat

ditularkan

melalui

hubungan

seksual

baik

Homoseksual

maupun

Heteroseksual. Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau serik. Orang
yang sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan kelompok manusia yang
berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.pada kasus homoseksual merupakan perilaku seksual dengan
resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi
semen dari seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rektum yang sangat
tipis dan mudah sekali mengalami pertukaran pada saat berhubungan secara anogenital.
(Saadeh,2005)
b. Transmisi Non Seksual
a. Transmisi Parenral
HIV/AIDS dapat disebabkan akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik)
yang telah terkontaminasi, penggunaan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama.
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara-negara barat sebelum tahun 1985.
Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat jarang, karena darah donor
telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi/HIV lewat trasfusi darah adalah
lebih dari 90%. (Saadeh,2005)
b. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%.
Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air
susu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah.( USU 2004)
2.9 Pencegahan HIV/AIDS
Virus HIV dapat di isolasikan dari cairan semen, sekresi serviks atau vagina, limvosit, sel-sel
dalam plasma bebas, cairan serebro spinal, air mata, saliva, air seni dan air susu. Namun tidak
berarti semua cairan tersebut dapat menjalarkan infeksi karena konsensentrasi virus dalam cairan
cairan tersebut sangat bervariasi. Sampai saat ini hanya darah dan air mani atau cairan semen dan
skresi cairan serviks atau vagina yang berfungsi sebagai sumber penularan serta ASI yang dapat
menularkan HIV dari ibu ke bayinya. Karena itu Pencegahan penularan HIV dapat dilakukan
secara primer, yang mencakup mengubah perilaku seksual dengan menetapkan prinsip ABCDE,

yaitu Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual), Be faithful (setia pada pasangan), dan
Condom (pergunakan kondom jika terpaksa melakukan hubungan dengan pasangan), Dont
Inject Drug, Education. Pencegahan juga bias dilakukan dengan tidak menggunakan narkoba,
terutama narkoba suntik dengan pemakaian jarum bergantian, serta pemakaian alat menoreh kulit
dan benda tajam secara bergantian dengan orang lain (misalnya tindik, tato, silet, cukur, dan lainlain). Petugas kesehatan perlu menetapkan kewaspadaan universal dan menggunakan darah serta
produk darah yang bebas dari HIV untuk pasien.
Menurut Depkes RI (2003), WHO mencanangkan empat strategi untuk mencegah penularan
HIV dari ibu ke bayi dan anak, yaitu dengan mencegah jangan sampai wanita terinfeksi
HIV/AIDS. Apabila sudah dengan HIV/AIDS, dicegah supaya tidak hamil. Apabila sudah hamil,
dilakukan pencegahan supaya tidak menular pada bayi dan anaknya, namun bila ibu dan anaknya
sudah terinfeksi, maka sebaiknya diberikan dukungan dan perawatan bagi ODHA dan
keluarganya.

BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Karakteristik Responden
1.

Sikap terhadap
HIV/AIDS
dan ODHA
1. Positif
2. Negatif

Perilaku terhadap
HIV/AIDS

Pengetahuan Remaja
tentang HIV/AIDS
1. Pengertian
2. Penyebab
3. Gejala
4. Penularan
3.2 Variabel
Penelitian
5. Pencegahan
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1.
2.
3.
4.

Karakteristik Responden
Pengetahuan HIV/AIDS
Sikap HIV/AIDS
Perilaku HIV/AIDS

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Petak Kaja, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar.
Waktu Penelitian dimulai dari bulan Agustus 2015.
4.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif cross-sectional untuk mengetahui
tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap human immunodefiency virus/acquired
immuno deficiency syndrome (HIV/AIDS) pada remaja di Desa Petak Kaja, Kecamatan
Gianyar, Kabupaten Gianyar.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah remaja yang berada di Desa Petak Kaja, Kecamatan
Gianyar, Kabupaten Gianyar.
b. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah remaja yang berada di Petak Kaja, Kecamatan Gianyar,
Kabupaten Gianyar.
1. Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

=
=

P
d

jumlah sampel minimal yang diperlukan

nilai Z untuk = 95% yaitu 1,96


=
estimasi prevalensi di populasi yaitu 50 %
=
ketepatan absolut / relatif yang dipakai 10 %

1,962 .0,5 .(10,5)


n=
0,12
n=97

karena populasi pada penelitian ini berjumlah kurang dari 10.000 orang, maka besar
sampel disesuaikan kembali dengan menggunakan rumus:
n

n1 =

( Nn )

1+

n1=

97
97
1+
603

n1=

n1

83,62

Jumlah sampel yang diperlukan bila jumlah populasi


penelitian kurang dari 10.000
Jumlah populasi penelitian

Berdasarkan dari rumus tersebut, didapatkan jumlah sampel minimal sebanyak 83


orang yang sekaligus menjadi besar sampel dalam penelitian ini.

4.3 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel


No
1.

Variabel

Definisi

Pengetahuan

Alat Ukur

Kategori

Skala

Operasional
Tingkat wawasan Kuesioner

1.Tinggi

Ordinal

responden

2. Sedang

mengenai

cara

penularan,

cara

3. Rendah

pencegahan
HIV/AIDS
sikap
2.

Sikap

dan
terhadap

ODHA
Pandangan

yang Kuesioner

dipercaya

atau

dirasakan

warga

1. Negatif
2. Positif

Ordinal

terhadap
HIV/AIDS
3.

Perilaku

Kuesioner

4.5 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner berupa pertanyaan dan
pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang usia,
status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, pengetahuan dan sikap mengenai cara
penularan, pencegahan HIV/AIDS serta sikap terhadap ODHA.
4.6 Cara Pengumpulan Data
Setelah memperoleh ijin untuk melakukan penelitian, selanjutnya dilakukan pengumpulan
data. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer, yaitu data yang
langsung diperoleh dari responden melalui wawancara langsung kepada responden dari
rumah ke rumah atau door to door dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner diisi oleh
peneliti berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden. Sebelum kuesioner dibacakan,

peneliti melakukan pendekatan secara informal kepada sampel yang diteliti dengan
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, memberikan lembar persetujuan dan jika sampel
bersedia untuk diteliti maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan dan jika
sampel menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati privasi
responden.
4.7 Analisis dan Penyajian Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca
dan

diinterpretasikan.

Data

dianalisis

secara

deskriptif

yaitu

menjelaskan

atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini hanya menghasilkan


distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

Menurut

Arikunto (2006), tingkat pengetahuan (P) ditentukan dengan presentase jawaban yang benar
dengan rumus:
P=

f (Jumlah jawaban benar )


n(Jumla h semua pertanyaan)

x 100%

Nilai dari hasil perhitungan tersebut dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Pengetahuan baik

: 76%-100%

2. Pengetahuan cukup

: 56%-75%

3. Pengetahuan kurang

: <56%

Data disajikan menggunakan tabel distribusi yang dikonfirmasi dalam bentuk persentase
yang dianalisis dengan analisis univariat. Analisis univariat berfungsi untuk meringkas data
hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut dapat diubah menjadi
informasi yang berguna.

Anda mungkin juga menyukai