Ibuprofen merupakan obat anti radang non steroid, turunan asam propionat
yang mempunyai aktivitas antiradang dan analgesik yang tinggi, terutama
digunakan untuk mengurangi rasa nyeri akibat peradangan pada berbagai kondisi
rematik dan arthritis. Ibuprofen seperti juga naproxen dan diclofenac merupakan
turunan asam propionat dengan efek analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi
yang menonjol, mencerminkan suatu penghambatan dari sintesis prostaglandin.
Turunan asam propionat sama bergunanya dengan salisilat dalam mengobati
berbagai bentuk dari arthritis termasuk osteoarthritis, rheumatoid arthritis, arthritis
gout akut. Ibuprofen sering diresepkan dalam dosis rendah yang bersifat analgesik
tetapi mempunyai efek anti-inflamasi rendah. Perubahan struktur minor pada
nukleus ibuprofen menghasilkan fenoprofen, ketoprofen, dan flurbiprofen.
Ibuprofen atau asam 2-(-4-Isobutilfenil) propionat dengan rumus molekul
C13H18O2 dan bobot molekul 206.28, rumus bangun dari ibuprofen adalah
sebagai berikut:
untuk
nyeri
pada
anak-anak
10mg/kgbb,
untuk
arthritis
juvenil
30-
40mg/kgbb/hari.
Efek ibuprofen timbul 30 60 menit setelah dikonsumsi dan bertahan
selama 4 8 jam. Dosis maksimal ibuprofen adalah 1200 mg/hari. Dosis
maksimal pada anak dengan berat badan < 30 kg adalah 500 mg/hari. Ibuprofen
lebih baik diminum segera setelah makan.
Efek Samping
Secara umum semua turunan asam propionat memiliki efek iritasi
gastrointestinal dan ulserasi yang lebih kecil dibandingkan dengan pemberian
salisilat. Fungsi platelet mungkin dipengaruhi dan bervariasi dari masing-masing
turunannya. Inhibisi dari sintesis prostaglandin dapat memperburuk disfungsi
ginjal pada pasien dengan kelainan ginjal yang mana prostaglandin diperlukan
untuk mempertahankan aliran darah ginjal. Dapat juga menimbulkan suatu reaksi
alergi pada pasien yang hipersensitif. Efek terhadap ginjal dapat berupa gagal
ginjal akut, nefritis interstisialis, dan sindrom nefrotik1
Efek samping dari ibuprofen dapat berupa kemerahan, pruritus, tinitus,
pusing, nyeri kepala, cemas, meningitis aseptik, dan retensi cairan di samping efek
gastrointestinal (dapat diubah dengan penelanan bersama makanan). Pemberian
ibuprofen dalam jangka waktu yang lama berhubungan dengan agranulositosis
dan aplasia sumsum tulang granulositik2
Ibuprofen telah digunakan pada pasien dengan riwayat intoleransi saluran
cerna terhadap NSAID lain. Namun, terapi biasanya harus dihentikan pada 10%
sampai 15% pasien karena intoleransi obat tersebut.
Efek samping saluran cerna dialami oleh 5% sampai 15% pasien yang
menggunakan ibuprofen; nyeri epigastrik, mual, nyeri ulu hati, dan rasa penuh di
saluran cerna merupakan gangguan yang umum. Namun, insidensi efek samping
ibuprofen ini lebih sedikit daripada dengan aspirin atau indometasin
Efek samping lain ibuprofen yang lebih jarang yang telah dilaporkan, yaitu
trombosipenia, ruam kulit, sakit kepala, pusing, dan penglihatan kabur, dan pada
beberapa kasus, ambliopia toksik, retensi cairan, dan edema. Pasien yang
mengalami gangguan mata harus menghentikan penggunaan ibuprofen. Ibuprofen
tidak dianjurkan untuk digunakan oleh wanita hamil, atau oleh ibu yang sedang
menyusui bayi
Interaksi Obat
Pemberian dengan aspirin meningkatkan pembersihan obat bebas (free
drug clearance). Dapat juga terjadi interaksi dengan koagulan namun jarang
terjadi.
Perbandingan Dengan NSAID Lainnya
Efek anti-inflamasi dari ibuprofen lebih besar daripada aspirin. Pada dosis
sekitar 2400mg per hari, efek anti inflamasi ibuprofen setara dengan 4g aspirin.
Daftar Pustaka
1. Stoelting RK, Hillier SC. Pharmacology & Physiology in Anesthetic
Practice. 4th ed. USA: Lipincott Williams & Wilkins; 2006. p 276-90.
2. Katzung BG. Agoes HA (ed). Farmakologi Dasar dan Klinik. 6th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995. p 558-67.
3. Trevor AJ, Katzung BG, Masters SB. Katzung & Trevors Pharmacology
Examination & Board Review. USA: McGraw Hill; 2005. p 307-13.
4. Anderson PO, Knoben JE, Troutman WG. Handbook of Clinical Drug
Data. USA: McGraw Hill; 2002. p 20-21.