Anda di halaman 1dari 18

1

TUGAS TINJAUAN PUSTAKA

BATUK DARAH (HEMOPTISIS)

OLEH :
Qonita Imma Irfani, S.Ked
J500 050 013

PEMBIMBING :
dr.Riana Sari, Sp.P

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011

TUGAS TINJAUAN PUSTAKA

BATUK DARAH (HEMOPTISIS)

Oleh :
Qonita Imma Irfani, S.Ked
J500 050 013

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari ............... tanggal .......... Juli 2011

Pembimbing:
dr. Riana Sari,Sp.P

(.....................................)

Dipresentasikan dihadapan:
dr. Riana Sari,Sp.P

(.....................................)

Disahkan Kepala Program Pendidikan Profesi:


dr. Yuni Prastyo K, M.MKes

(....................................)

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................

ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii


BAB I

PENDAHULUAN...................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................ 4
B. Tujuan Penulisan ..................................................................... 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ..................................................................................... 6
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

BAB III

Etiologi .....................................................................................
Patogenesis .............................................................................
Gejala Klinis.............................................................................
Diagnosis ................................................................................
Penatalaksanaan ....................................................................
Komplikasi ...............................................................................
Prognosis ................................................................................

6
7
8
10
12
16
17

KESIMPULAN ......................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA 19

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batuk merupakan
merupakan

suatu

mekanisme

membersihkan

ekspirasi

yang

perlindungan

eksplosive,

normal

untuk

tracheobronchial dari sekret dan benda asing.

Batuk dapat terjadi dengan sengaja atau karena refleks. Batuk


dimulai dengan inspirasi dalam diikuti dengan menutupnya glotis,
relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan penutupan
glotis yang menyebabkan tekanan intratoraks meningkat . Ketika
glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran
napas dan udara luar menghasilkan aliran udara yang cepat
melewati trakea. Batuk membantu membuang mukus dan bahanbahan asing. (1)
Saluran pernapasan dimulai dari rongga hidung sampai
saluran saluran kecil alveoli paru. Pada setiap saluran ini
terdapat

pembuluh

perdarahan

darah.

sehingga

Umumnya

terjadi

batuk

penyebab
darah

terjadinya

adalah

karena

robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga pembuluh darah


di bawahnya ikut sobek dan darah mengalir keluar. Adanya
cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya refleks batuk.

(1)

Batuk darah adalah darah atau dahak


bercampur darah yang dibatukkan yang berasal dari
saluran pernafasan bagian bawah (mulai glotis ke
arah distal). batuk darah adalah suatu keadaan
menakutkan / mengerikan yang menyebabkan beban
mental bagi penderita dan keluarga penderita
sehingga menyebabakan takut untuk berobat ke
dokter .biasanya penderita menahan batuk karena
takut kehilangan darah yang lebih banyak sehingga
menyebabkan penyumbatan karena bekuan darah.
batuk darah pada dasarnya akan berhenti sendiri
asal tidak ada robekan pembuluh

darah,berhenti sedikit-sedikit pada pengobatan


penyakit dasar.Batuk darah merupakan suatu gejala atau
tanda suatu penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan
bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah minimal
hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan.
(2)

Batuk darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah


akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring, atau
perdarahan yang keluar melalui saluran napas bawah laring.
Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala penyakit
dasar sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang
lebih teliti. Batuk darah masif dapat diklasifikasikan berdasarkan
volume darah yang dikeluarkan pada periode tertentu. Batuk
darah masif memerlukan penanganan segera karena dapat
mengganggu pertukaran gas di paru dan dapat mengganggu
kestabilan hemodinamik penderita sehingga bila tidak ditangani
dengan baik dapat mengancam jiwa.

(2)

B. Tujuan Penulisan
Penulisan ini mempunyai tujuan untuk mengetahui diagnosis
yang tepat serta penatalaksaannya karena batuk darah masif
merupakan keadaan gawat dalam bidang kedokteran yang dapat
merenggut nyawa penderitanya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hemoptisis adalah ekspektorasi darah atau dahak yang
berdarah, berasal dari saluran nafas di bawah pita suara. Sinonim
batuk darah ialah haemoptoe atau haemoptysis. (3)
Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari
penyakit yang mendasari sehingga etiologinya harus dicari melalui
pemeriksaan yang seksama. (4)
B. Etiologi
Berdasar etiologi maka dapat digolongkan :
1. Batuk darah idiopatik.
Yaitu batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya, dengan
insiden 0,5 sampai 58% . dimana perbandingan antara pria dan
wanita adalah 2:1. Biasanya terjadi pada umur 30- 50 tahun
kebanyakan 40-60 tahun Yang berhenti spontan dengan suportif
terapi.
2. Batuk darah sekunder.
Yaitu batuk darah yang diketahui penyebabnya
a. Oleh karena keradangan , ditandai vascularisasi arteri bronkiale >
4% (normal1%)
1) TB : batuk

sedikit-sedikit

masif

perdarahannya,

bergumpal.
2) Bronkiektasis : campur purulen
3) Apses paru : campur purulen
4) Pneumonia : warna merah bata encer berbuih
5) Bronkitis : sedikit-sedikit campur darah atau lendir
b. Neoplasma
1) karsinoma paru
2) adenoma
c. Lain-lain:
1) trombo emboli paru infark paru
2) mitral stenosis
3) kelainan kongenital aliran darah paru meningkat
ASD
VSD
4) trauma dada
C. Patogenesis

Setiap

proses

hipervaskularisasi

yang
dari

terjadi

pada

paru

cabang-cabang

akan

arteri

mengakibatkan
bronkialis

yang

berperanan untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru bila terjadi


kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk
pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna
tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe
masih diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya
aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa
laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi
bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih
banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe. (4)
Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :
1. Radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh
darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun
sudah cukup untuk menimbulkan batuk darah.
2. Infark paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme
pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh
jamur.
3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
Distensi pembuluh darah akibat kenaikan

tekanan

darah

intraluminar seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral


stenosis.
4. Kelainan membran alveolokapiler
Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada
Goodpastures syndrome.
5. Perdarahan kavitas tuberkulosa
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang
dikenal dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh
darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan
pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah
cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya
anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya
pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif.

6. Invasi tumor ganas


7. Cedera dada
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami
transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu
terjadinya batuk darah (7).
D. Gejala Klinis
Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah,
dan bukan berasal dari nasofaring atau gastrointestinal. Dengan
perkataan lain bahwa penderita tersebut benar-benar batuk darah dan
bukan muntah darah. (3)

Tabel 1.Tabel membedakan batuk darah dengan muntah darah

(8)

No

Keadaan

BATUK DARAH

Prodromal

Onset

3
4
5

Tampilan
Warna
Isi

6
7

Ph
Riwayat
penyakit
dahulu (RPD)
Anemis

Darah
dibatukkan Darah
dimuntahkan
dengan rasa panas di dengan
rasa
mual
tenggorokan
(Mual
Stomach
Distress)
Darah dibatukkan, dapat Darah
dimuntahkan,
disertai dengan muntah
dapat disertai dengan
batuk
Darah berbuih
Darah tidak berbuih
Merah segar
Merah tua
Lekosit,
Sisa makanan
mikroorganisme,
hemosiderin, makrofag
Alkalis
Asam
Penyakit paru
Peminum alkohol, ulcus
pepticum,
kelainan
hepar
Kadang tidak dijumpai
Sering disertai anemis

MUNTAH DARAH

Tinja

Blood test (-) /


Benzidine Test (-)

Blood Test (+) /


Benzidine Test (+)

Kriteria batuk darah: (9)


1. Batuk darah ringan (<25cc/24 jam)
2. Batuk darah berat (25-250cc/ 24 jam)
3. Batuk darah masif (batuk darah masif adalah batuk yang
mengeluarkan darah sedikitnya 600 ml dalam 24 jam).
Kriteria yang paling banyak dipakai untuk hemoptisis masif: (8)
1. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24
jam dan dalam pengamatannya perdarahan tidak berhenti.
2. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc /
24 jam dan tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar
Hb kurang dari 10 g%, sedangkan batuk darahnya masih
terus berlangsung.
3. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc /
24 jam dan tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb
kurang dari 10 g%, tetapi selama pengamatan 48 jam yang
disertai dengan perawatan konservatif batuk darah tersebut
tidak berhenti.
E. Diagnosis
Diagnosis

biasanya

ditegakkan

berdasarkan

anamnesis,

pemeriksaan fisik dan gambaran radiologis. Untuk menegakkan


diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu dilakukan
urutan- urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan
fisik

maupun

disesuaikan.

penunjang

sehingga

penanganannya

dapat

(2)

1. Anamnesis
Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam hal batuk darah adalah:

10

a. Jumlah dan warna darah yang dibatukkan


b. Lamanya perdarahan
c. Batuk yang diderita bersifat produktif atau tidak
d. Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan
e. Ada merasakan nyeri dada, nyeri substernal atau nyeri
pleuritik
f. Hubungannya perdarahan dengan gerakan fisik, istirahat,
posisi badan dan batuk
g. Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu

(2)

2. Pemeriksaan fisik
Untuk mengetahui perkiraan penyebab.
a. Panas merupakan tanda adanya peradangan.
b. Auskultasi : Rales
- Kemungkinan menonjolkan lokasi
- Ada aspirasi
- Ronchi menetap , whezing lokal, kemungkinan
penyumbatan oleh : Ca, bekuan darah
c. Friction Rub : emboli paru atau infark paru
d. Clubbing : bronkiektasis, neoplasma

(2)

3. Pemeriksaan penunjang
Foto toraks dalam posisi PA dan lateral hendaklah
dibuat pada setiap penderita hemoptisis masif. Gambaran
opasitas dapat menunjukkan tempat perdarahannya.

(2)

Pemeriksaan bronkografi untuk mengetahui adanya


bronkiektasis, sebab sebagian penderita bronkiektasis sukar
terlihat pada pemeriksaan X-foto toraks.

(3)

11

Pemeriksaan dahak baik secara bakteriologi maupun sitologi


(bahan dapat diambil dari dahak dengan pemeriksaan bronkoskopi
atau dahak langsung). (3)
4. Pemeriksaan bronkoskopi
Bronkoskopi

dilakukan

untuk

menentukan

sumber

perdarahan dan sekaligus untuk penghisapan darah yang


keluar,

supaya

tidak

terjadi

penyumbatan.

Sebaiknya

dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan


demikian sumber perdarahan dapat diketahui.

(2,3)

Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :


a. Bila radiologik tidak didapatkan kelainan
b. Batuk darah yang berulang
c. Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik
Tindakan
bronkoskopi
merupakan
sarana
menentukan
persiapan

diagnosis,

operasi,

melakukannya

lokasi

namun

merupakan

perdarahan,

waktu

yang

pendapat

(2)

untuk
maupun

tepat
yang

untuk
masih

kontroversial, mengingat bahwa selama masa perdarahan,


bronkoskopi akan menimbulkan batuk yang lebih impulsif,
sehingga

dapat

memperburuk
bronkoskop

memperhebat

fungsi
fiberoptik

perdarahan

pernapasan.
dapat

disamping

Lavase

menilai

dengan

bronkoskopi

merupakan hal yang mutlak untuk menentukan lokasi


perdarahan.
Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior,
bronkoskop serat optik jauh lebih unggul, sedangkan
bronkoskop metal sangat bermanfaat dalam membersihkan
jalan napas dari bekuan darah serta mengambil benda
asing,

disamping

itu

dapat

melakukan

penamponan

dengan balon khusus di tempat terjadinya perdarahan.

12

F. Penatalaksanaan
Tujuan pokok terapi ialah:
1. Mencegah asfiksia
2. Menghentikan perdarahan
3. Mengobati penyebab utama perdarahan
Langkah-langkah:

(5)

1. Pemantauan menunjang fungsi vital


Pemantauan dan tatalaksana hipotensi, anemia dan

kolaps kardiovaskuler
Pemberian oksigen, cairan plasma expander dan darah

dipertimbangkan sejak awal


Pasien dibimbing untuk batuk yang benar
2. Mencegah obstruksi saluran napas
Kepala pasien diarahkan ke bawah untuk

aspirasi
Kadang memerlukan pengisapan darah, intubasi atau

bahkan bronkoskopi
3. Menghentikan perdarahan
Pemasangan kateter

cegah

balon

oklusi

forgarty

untuk

tamponade perdarahan
Teknik lain dengan embolisasi arteri bronkialis dan
pembedahan

Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan


support kardiopulmaner dan mengendalikan perdarahan sambil
mencegah asfiksia yang merupakan penyebab utama kematian
pada para pasien dengan hemoptisis masif.
Masalah

utama

dalam

(2)

hemoptosis

adalah

terjadinya

pembekuan dalam saluran napas yang menyebabkan asfiksia.


Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan hemoptoe paling tinggi dan
menyebabkan kegagalan organ yang multipel. Hemoptosis dalam
jumlah

kecil

menyebabkan

dengan

refleks

kematian.

batuk

Dalam

menimbukan renjatan hipovolemik.

(2)

yang

jumlah

buruk

dapat

banyak

dapat

13

Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :


i. Terapi konservatif
Penatalaksanaan batuk darah masif di Biro Pulmologi
Rumkital dr.Mintohardjo dengan cara Konservatif. Dasardasar pengobatanYang diberikan sebagai berikut : (6)
- Mencegah penyumbatan saluran nafas.
- Memperbaiki keadaan umum penderita.
- Menghentikan perdarahan.
- Mengobati penyakit yang mendasarinya (underlying
disease).

Mencegah penyumbatan saluran nafas.


Penderita yang masih mempunyai refleks batuk baik dapat
diletakkan dalam posisi duduk, atau setengah duduk dan
disuruh membatukkan darah yang terasa menyumbat
saluran nafas. Dapat dibantu dengan pengisapan darah dari
jalan nafas dengan alat pengisap. Jangan sekali-kali disuruh
menahan batuk.
Penderita yang tidak mempunyai refleks batuk yang baik,
diletakkan dalam posisi tidur miring kesebelah dari mana
diduga asal perdarahan, dan sedikit trendelenburg untuk
mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat. Kalau masih
dapat penderita disuruh batuk bila terasa ada darah di
saluran

nafas

yang

menyumbat,

sambil

dilakukan

pengisapan darah dengan alat pengisap. Kalau perlu dapat


dipasang tube endotrakeal.
Batuk-batuk yang terlalu banyak dapat mengakibatkan
perda- rahan sukar berhenti. Untuk mengurangi batuk dapat
diberikan Codein10 - 20 mg. Penderita batuk darah masif
biasanya gelisah dan ketakutan, sehingga kadang-kadang
berusaha menahan batuk. Untuk menenangkan penderita

14

dapat diberikan sedatif ringan (Valium) supaya penderita


lebih kooperatif. (6)
Memperbaiki Keadaan Umum Penderita.
Bila perlu dapat dilakukan :
- Pemberian oksigen.
- Pemberian cairan untuk hidrasi.
- Tranfusi darah.
- Memperbaiki keseimbangan asam dan basa.

(6)

Menghentikan Perdarahan.
Pada umumnya hemoptisis akan berhenti secara spontan. Di
dalam kepustakaan dikatakan hemoptisis rata-rata berhenti
dalam 7 hari. Pemberian kantongan es diatas dada,
hemostatiks, vasopresim (Pitrissin)., ascorbic acid dikatakan
khasiatnya belum jelas. Apabila ada kelainan didalam faktorfaktor pembekuan darah, lebih baik memberikan faktor
tersebut dengan infus. (6)
Di Biro Pulmologi RSAL Mintohardjo masih memberikan
Hemostatika (Adona Decynone) intravena 3 - 4 x 100
mg/hari atau per oral. Walaupun khasiatnya belum jelas,
paling sedikit dapat memberi ketenangan bagi pasien dan
dokter yang merawat. (6)
Mengobati

penyakit-penyakit

yang

mendasarinya

(Underlying disease).
Pada penderita tuberkulosis, disamping pengobatan tersebut
diatas selalu diberikan secara bersama tuberkulostatika.
Kalau perlu diberikan juga antibiotika yang sesuai.

(6)

15

ii. Terapi pembedahan


Pembedahan merupakan terapi definitif pada
penderita

batuk

darah

masif

yang

sumber

perdarahannya telah diketahui dengan pasti, fungsi


paru adekuat, tidak ada kontra indikasi bedah. (12)
Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan
merupakan pilihan. Tindakan operasi ini dilakukan atas
pertimbangan: (4)
- Terjadinya hemoptisis
-

kehidupan pasien.
Pengalaman berbagai

masif

yang

penyelidik

mengancam
menunjukkan

bahwa angka kematian pada perdarahan yang masif


menurun dari 70% menjadi 18% dengan tindakan
-

operasi.
Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab
terjadinya hemoptoe yang berulang dapat dicegah.

G. Komplikasi
Komplikasi

yang

terjadi

merupakan

kegawatan

dari

hemoptosis, yaitu ditentukan oleh tiga faktor : (13)


1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah
dalam saluran pernapasan.
2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptosis
dapat menimbulkan renjatan hipovolemik.
3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa
makanan ke dalam jaringan paru yang sehat bersama
inspirasi.
Penyulit hemoptisis yang biasanya didapatkan :

(3)

1. Bahaya utama batuk darah ialah terjadi penyumbatan trakea dan


saluran napas, sehingga timbul sufokasi yang sering fatal.
Penderita tidak tampak anemis tetapi sianosis, hal ini sering terjadi
pada batuk darah masif (600-1000 cc/24 jam).
2. Pneumonia aspirasi merupakan salah satu penyulit yang terjadi
karena darah terhisap ke bagian paru yang sehat.

16

3. Karena saluran nafas tersumbat, maka paru bagian distal akan


kolaps dan terjadi atelektasis.
4. Bila perdarahan banyak, terjadi hipovolemia. Anemia timbul bila
perdarahan terjadi dalam waktu lama.
H. Prognosis
Pada hemoptosis idiopatik prognosisnya baik kecuali bila
penderita
pada

mengalami hemoptosis yang rekuren. Sedangkan

hemoptoe

sekunder

ada

beberapa

faktor

yang

menentukan prognosis : (2)


1. Tingkatan hemoptoe : hemoptoe yang terjadi pertama kali
mempunyai prognosis yang lebih baik.
2. Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptoe.
3. Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera
dilakukan untuk menghisap darah yang beku di bronkus dapat
menyelamatkan penderita.
hemopthoe<200ml/24jamsupportifve baik
- profuse massive >600cc/24jamprognose jelek 85%
meninggal
* dengan bilateral far advance
* faal paru kurang baik
* terdapat kelainan jantung

17

BAB III
KESIMPULAN
1. Hemoptoe merupakan salah satu gejala pada penyakit paru saluran
pernapasan dan atau kardiovaskuler yang disebabkan oleh
berbagai macam etiologi.
2. Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan
bawah, dan bukan berasal dari nasofaring atau gastrointestinal.
3. Pada umumnya hemoptosis ringan tidak diperlukan perawatan
khusus dan biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat
perhatian yaitu hemoptisis yang masif.
4. Tujuan pokok terapi hemoptisis ialah mencegah asfiksia,
menghentikan perdarahan dan mengobati penyebab utama
perdarahan
5. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari
penyakit

dasar

sehingga

etiologi

pemeriksaan yang lebih teliti.


6. Pada prinsipnya penanganan
memperbaiki kondisi
keadaan

yang

dapat

harus

hemoptoe

kardiopulmoner dan
menyebabkan

dicari

melalui

ditujukan

untuk

mencegah

semua

kematian.

Penanganan

tersebut dilakukan secara konservatif maupun dengan operasi,


tergantung indikasi serta berat ringannya hemoptisis yang terjadi .
7. Prognosis dari hemoptoe ditentukan oleh tingkatan hemoptoe,
macam penyakit dasar dan cepatnya tindakan yang dilakukan .

DAFTAR PUSTAKA

18

1. Wihastuti R, Maria, Situmeang T, Yunus F. 1999. Profil penderita


batuk darah yang berobat ke bagian paru RSUP Persahabatan
Jakarta. Journal Respir Indo 19 : 54-9
2. Nugroho, A. 2002. Hemoptisis masif.

. Kesehatan Milik Semua :

Pusat Informasi Penyakit dan Kesehatan . Penyakit Paru dan Saluran


Pernafasan. www.infopenyakit.com
3. Alsagaff, Hood. 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press. pp. 301-5
4. Arief,Nirwan. 2009. Kegawatdaruratan paru. Jakarta: Departemen
Pulmonologi

dan

Ilmu

Kedokteran

Respirasi

FK

UI.

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/27bdd48b1f564a5010f814
f09f2373c0d805736c.pdf. Diakses pada tanggal 10 Januari 2011.
5. Eddy, JB. Clinical assessment and management of massive
hemoptysis. Crit Care Med 2000; 28(5):1642-7
6. Pitoyo CW. Hemoptisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam,
jilid II, edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2006. hal.220-1
7. Osaki S, Nakanishi Y, Wataya H, Takayama K, Inoue K, Takaki Y, etal.
2000. Prognosis of bronchial artery embolization in the management
of hemoptysis. Respiration 67:412-6
8. Amirullah, R. 2004. Gambaran dan Penatalaksanaan Batuk Darah di
Biro Pulmonologi RSMTH. Cermin Dunia Kedokteran No.33 : 30-32
9. PAPDI. 2006. Hemoptisis. Dalam: Rani Aziz, Sugondo Sidartawan,
Nasir Anna U.Z., Wijaya Ika Prasetya, Nafrialdi, Mansyur Arif.
Panduan pelayanan medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Anda mungkin juga menyukai