BD 1
BD 1
OLEH :
Qonita Imma Irfani, S.Ked
J500 050 013
PEMBIMBING :
dr.Riana Sari, Sp.P
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
Oleh :
Qonita Imma Irfani, S.Ked
J500 050 013
Pembimbing:
dr. Riana Sari,Sp.P
(.....................................)
Dipresentasikan dihadapan:
dr. Riana Sari,Sp.P
(.....................................)
(....................................)
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................
ii
PENDAHULUAN...................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................ 4
B. Tujuan Penulisan ..................................................................... 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ..................................................................................... 6
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
BAB III
Etiologi .....................................................................................
Patogenesis .............................................................................
Gejala Klinis.............................................................................
Diagnosis ................................................................................
Penatalaksanaan ....................................................................
Komplikasi ...............................................................................
Prognosis ................................................................................
6
7
8
10
12
16
17
KESIMPULAN ......................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batuk merupakan
merupakan
suatu
mekanisme
membersihkan
ekspirasi
yang
perlindungan
eksplosive,
normal
untuk
pembuluh
perdarahan
darah.
sehingga
Umumnya
terjadi
batuk
penyebab
darah
terjadinya
adalah
karena
(1)
(2)
B. Tujuan Penulisan
Penulisan ini mempunyai tujuan untuk mengetahui diagnosis
yang tepat serta penatalaksaannya karena batuk darah masif
merupakan keadaan gawat dalam bidang kedokteran yang dapat
merenggut nyawa penderitanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hemoptisis adalah ekspektorasi darah atau dahak yang
berdarah, berasal dari saluran nafas di bawah pita suara. Sinonim
batuk darah ialah haemoptoe atau haemoptysis. (3)
Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari
penyakit yang mendasari sehingga etiologinya harus dicari melalui
pemeriksaan yang seksama. (4)
B. Etiologi
Berdasar etiologi maka dapat digolongkan :
1. Batuk darah idiopatik.
Yaitu batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya, dengan
insiden 0,5 sampai 58% . dimana perbandingan antara pria dan
wanita adalah 2:1. Biasanya terjadi pada umur 30- 50 tahun
kebanyakan 40-60 tahun Yang berhenti spontan dengan suportif
terapi.
2. Batuk darah sekunder.
Yaitu batuk darah yang diketahui penyebabnya
a. Oleh karena keradangan , ditandai vascularisasi arteri bronkiale >
4% (normal1%)
1) TB : batuk
sedikit-sedikit
masif
perdarahannya,
bergumpal.
2) Bronkiektasis : campur purulen
3) Apses paru : campur purulen
4) Pneumonia : warna merah bata encer berbuih
5) Bronkitis : sedikit-sedikit campur darah atau lendir
b. Neoplasma
1) karsinoma paru
2) adenoma
c. Lain-lain:
1) trombo emboli paru infark paru
2) mitral stenosis
3) kelainan kongenital aliran darah paru meningkat
ASD
VSD
4) trauma dada
C. Patogenesis
Setiap
proses
hipervaskularisasi
yang
dari
terjadi
pada
paru
cabang-cabang
akan
arteri
mengakibatkan
bronkialis
yang
tekanan
darah
(8)
No
Keadaan
BATUK DARAH
Prodromal
Onset
3
4
5
Tampilan
Warna
Isi
6
7
Ph
Riwayat
penyakit
dahulu (RPD)
Anemis
Darah
dibatukkan Darah
dimuntahkan
dengan rasa panas di dengan
rasa
mual
tenggorokan
(Mual
Stomach
Distress)
Darah dibatukkan, dapat Darah
dimuntahkan,
disertai dengan muntah
dapat disertai dengan
batuk
Darah berbuih
Darah tidak berbuih
Merah segar
Merah tua
Lekosit,
Sisa makanan
mikroorganisme,
hemosiderin, makrofag
Alkalis
Asam
Penyakit paru
Peminum alkohol, ulcus
pepticum,
kelainan
hepar
Kadang tidak dijumpai
Sering disertai anemis
MUNTAH DARAH
Tinja
biasanya
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
maupun
disesuaikan.
penunjang
sehingga
penanganannya
dapat
(2)
1. Anamnesis
Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam hal batuk darah adalah:
10
(2)
2. Pemeriksaan fisik
Untuk mengetahui perkiraan penyebab.
a. Panas merupakan tanda adanya peradangan.
b. Auskultasi : Rales
- Kemungkinan menonjolkan lokasi
- Ada aspirasi
- Ronchi menetap , whezing lokal, kemungkinan
penyumbatan oleh : Ca, bekuan darah
c. Friction Rub : emboli paru atau infark paru
d. Clubbing : bronkiektasis, neoplasma
(2)
3. Pemeriksaan penunjang
Foto toraks dalam posisi PA dan lateral hendaklah
dibuat pada setiap penderita hemoptisis masif. Gambaran
opasitas dapat menunjukkan tempat perdarahannya.
(2)
(3)
11
dilakukan
untuk
menentukan
sumber
supaya
tidak
terjadi
penyumbatan.
Sebaiknya
(2,3)
diagnosis,
operasi,
melakukannya
lokasi
namun
merupakan
perdarahan,
waktu
yang
pendapat
(2)
untuk
maupun
tepat
yang
untuk
masih
dapat
memperburuk
bronkoskop
memperhebat
fungsi
fiberoptik
perdarahan
pernapasan.
dapat
disamping
Lavase
menilai
dengan
bronkoskopi
disamping
itu
dapat
melakukan
penamponan
12
F. Penatalaksanaan
Tujuan pokok terapi ialah:
1. Mencegah asfiksia
2. Menghentikan perdarahan
3. Mengobati penyebab utama perdarahan
Langkah-langkah:
(5)
kolaps kardiovaskuler
Pemberian oksigen, cairan plasma expander dan darah
aspirasi
Kadang memerlukan pengisapan darah, intubasi atau
bahkan bronkoskopi
3. Menghentikan perdarahan
Pemasangan kateter
cegah
balon
oklusi
forgarty
untuk
tamponade perdarahan
Teknik lain dengan embolisasi arteri bronkialis dan
pembedahan
utama
dalam
(2)
hemoptosis
adalah
terjadinya
kecil
menyebabkan
dengan
refleks
kematian.
batuk
Dalam
(2)
yang
jumlah
buruk
dapat
banyak
dapat
13
nafas
yang
menyumbat,
sambil
dilakukan
14
(6)
Menghentikan Perdarahan.
Pada umumnya hemoptisis akan berhenti secara spontan. Di
dalam kepustakaan dikatakan hemoptisis rata-rata berhenti
dalam 7 hari. Pemberian kantongan es diatas dada,
hemostatiks, vasopresim (Pitrissin)., ascorbic acid dikatakan
khasiatnya belum jelas. Apabila ada kelainan didalam faktorfaktor pembekuan darah, lebih baik memberikan faktor
tersebut dengan infus. (6)
Di Biro Pulmologi RSAL Mintohardjo masih memberikan
Hemostatika (Adona Decynone) intravena 3 - 4 x 100
mg/hari atau per oral. Walaupun khasiatnya belum jelas,
paling sedikit dapat memberi ketenangan bagi pasien dan
dokter yang merawat. (6)
Mengobati
penyakit-penyakit
yang
mendasarinya
(Underlying disease).
Pada penderita tuberkulosis, disamping pengobatan tersebut
diatas selalu diberikan secara bersama tuberkulostatika.
Kalau perlu diberikan juga antibiotika yang sesuai.
(6)
15
batuk
darah
masif
yang
sumber
kehidupan pasien.
Pengalaman berbagai
masif
yang
penyelidik
mengancam
menunjukkan
operasi.
Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab
terjadinya hemoptoe yang berulang dapat dicegah.
G. Komplikasi
Komplikasi
yang
terjadi
merupakan
kegawatan
dari
(3)
16
hemoptoe
sekunder
ada
beberapa
faktor
yang
17
BAB III
KESIMPULAN
1. Hemoptoe merupakan salah satu gejala pada penyakit paru saluran
pernapasan dan atau kardiovaskuler yang disebabkan oleh
berbagai macam etiologi.
2. Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan
bahwa perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan
bawah, dan bukan berasal dari nasofaring atau gastrointestinal.
3. Pada umumnya hemoptosis ringan tidak diperlukan perawatan
khusus dan biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat
perhatian yaitu hemoptisis yang masif.
4. Tujuan pokok terapi hemoptisis ialah mencegah asfiksia,
menghentikan perdarahan dan mengobati penyebab utama
perdarahan
5. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari
penyakit
dasar
sehingga
etiologi
yang
dapat
harus
hemoptoe
kardiopulmoner dan
menyebabkan
dicari
melalui
ditujukan
untuk
mencegah
semua
kematian.
Penanganan
DAFTAR PUSTAKA
18
dan
Ilmu
Kedokteran
Respirasi
FK
UI.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/27bdd48b1f564a5010f814
f09f2373c0d805736c.pdf. Diakses pada tanggal 10 Januari 2011.
5. Eddy, JB. Clinical assessment and management of massive
hemoptysis. Crit Care Med 2000; 28(5):1642-7
6. Pitoyo CW. Hemoptisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam,
jilid II, edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2006. hal.220-1
7. Osaki S, Nakanishi Y, Wataya H, Takayama K, Inoue K, Takaki Y, etal.
2000. Prognosis of bronchial artery embolization in the management
of hemoptysis. Respiration 67:412-6
8. Amirullah, R. 2004. Gambaran dan Penatalaksanaan Batuk Darah di
Biro Pulmonologi RSMTH. Cermin Dunia Kedokteran No.33 : 30-32
9. PAPDI. 2006. Hemoptisis. Dalam: Rani Aziz, Sugondo Sidartawan,
Nasir Anna U.Z., Wijaya Ika Prasetya, Nafrialdi, Mansyur Arif.
Panduan pelayanan medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI