PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari bakteri flora normal.
1
1.4 Manfaat
1.4.1 Memberikan infomasi mengenai definisi dari bakteri flora normal.
1.4.2 Memberikan informasi mengenai mekanisme perubahan bakteri flora
normal menjadi bakteri patogen.
1.4.3 Memberikan informasi mengenai cara pencegahan patogenitas
bakteri flora normal pada rongga mulut.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Terdapat 700 spesies bakteri yang hidup di dalam rongga mulut. Rongga
mulut merupakan tempat keluar masuknya ataupun dapat disebut sebagai
pintu gerbang berbagai jenis mikroorganisme termasuk bakteri masuk
bersamaan dengan makanan ataupun minuman, baik mikroorganisme yang
bersifat patogen maupun yang tidak bersifat patogen. Pada rongga mulut
mikroorganisme yang masuk bersama dengan makanan maupun minuman
akan dinetralisir oleh zat yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan bakteri flora
normal pada rongga mulut (Ferdinand, 2007).
Kolonisasi flora normal yang terdapat pada rongga mulut umumnya
tidak bersifat patogen serta memiliki peranan penting dalam mkeanisme
sistem imun tubuh. Hal ini dikarenakan flora normal dapat mengahasilkan zat
yang dapat menghambat pertumbahan mikroorganisme lainnya dan bakteribakteri patogen cenderung tidak dapat mengakses daerah-daerah yang dihuni
oleh bakteri flora normal. Namun apabila kondisi dimana sistem imun tubuh
rendah, flora normal tersebut dapat berubah sifat menjadi patogen dan dapat
menimbulkan suatu penyakit, misalnya karies, gingivitis, stomatitis, glossitis,
dan periodontitis (Aslim, 2014).
Pertumbuhan flora normal khususnya pada rongga mulut dipengaruhi
beberapa faktor, seperti suhu serta kelembaban yang tinggi pada rongga
mulut, ada tidaknya zat penghambat pertumbuhan flora normal, sisa-sisa
makanan yang diuraikan oleh bakteri menjadi asam yang akan menempel
pada email sehingga menyebabkan demineralisasi, serta beberapa faktor
lainnya yang menjadikan rongga mulut sebagai lingkungan yang ideal bagi
pertumbuhan bakteri. Secara umum bakteri flora normal yang terdapat pada
rongga mulut, yaitu :
2.2.1 Streptococcus mutans
Streptococcus mutans adalah bakteri gram positif dan anaerob
fakultatif yang berbentuk bulat (coccus) dengan diameter 0,5-0,75 m
dan tumbuh optimal pada suhu 18-40C. Bakteri yang berasal dari filum
firmicutes ini umumnya membentuk pasangan atau rantai selama masa
pertumbuhannya, tidak berkapsul dan cenderung bersifat tidak bergerak
(nonmotil) karena tidak berflagel. Pada lingkungan yangasam bakteri
ini cenderung membentuk rantai mirip batang pendek dengan panjang
1,5-3,0 m (Jawetz, 2008).
merupakan flora normal yang dominan terdapat pada kulit dan rongga
mulut. Bakteri ini tidak berkapsul dengan ukuran yang bervariasi
dengan lebar 0,5-1 m (Lestari,2010).
10
12
dengan adanya tindakan preventif ini, penyakit mulut bisa terdeteksi lebih
dini dan tidak akan menimbulkan gangguan pada organ lain.
Karies merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga
mulut. Namun, penyakit ini sering tidak mendapat perhatian dari masyarakat
karena jarang membahayakan jiwa. Padahal jika dibiarkan penyakit ini akan
berkembang menjadi penyakit kronis yang akan mengganggu kesehatan dan
memerlukan waktu lama dalam penyembuhannya. Oleh karena itu perlu
adanya tindakan preventif untuk mencegah penyakit ini.
2.4.1 Upaya pencegahan secara umum
Secara umum, upaya pencegahan karies dibagi menjadi 2
tahapan yaitu pencegahan primer, dan sekunder.
2.4.1.3.1 Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah segala kegiatan yang
dilakukan dengan harapan untuk menghentikan kejadian
suatu penyakit atau pencegahan sebelum gejala klinis timbul.
Kegiatan yang termasuk pencegahan primer adalah menjaga
kebersihan mulut (hygine oral) dan menjaga agar tubuh
mendapat asupan nutrisi yang baik. Menjaga kebersihan
mulut dapat dilakukan dengan menyikat gigi secara teratur
minimal 2 kali sehari, dan penggunaan benang gigi (floss)
untuk membersihkan sisa makanan yang tidak terangkut saat
menyikat gigi. Menjaga asupan nutrisi merupakan tindakan
sistemik sehingga sistem daya tubuh meningkat yang
tentunya akan memengaruhi kesehatan jaringan periodontal.
2.4.1.3.2 Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan lanjutan
dengan mendeteksi dini untuk menemukan status patogenik
dari suatu penyakit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara rutin
memeriksakan kesehatan gigi kepada dokter gigi minimal 6
bulan sekali untuk melakukan kontrol plak dan profilaksis
mulut bila perlu.
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
14
15