Pengertian Mental
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas)
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada
kelompok yang dikategorikan lansi ini akan terjadi suatu proses yang disebut
aging proses.
Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa,
nyawa, sukma, roh, semangat (Kartini Kartono, 1987:3). Sedangkan dalam kamus
psikologi Kartini Kartono, (1987:278) mengemukakan: mental adalah yang
berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam pengertian aslinya menyinggung
masalah: pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini digunakan untuk
menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan dan secara khusus
menunjuk penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi simbolis yang disadari oleh
individu.
Pengertian mental dalam kamus besar bahasa Indonesia, (1991:647)
adalahBerkenaan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan
atau tenaga, Bukan bersifat badan atau tenaga: bukan hanya pembangunan fisik
yang diperhatikan melainkan juga pembangunan batin dan watak.
Mental secara istilah dapat diartikan dengan semangat jiwa yang tegar,
yang aktif, yang mempengaruhi perilaku hidup dan kehidupan manusia
(Mawardi Labay El- Sulthani, 2001:2).
Melihat dari pernyataan diatas, maka mental bisa diartikan sesuatu yang berada
dalam tubuh (fisik) manusia yang dapat mempengaruhi perilaku, watak dan sifat
manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya.
B.
Aspek-aspek Mental
Manusia adalah makhluk yang pada dasarnya baik dan selalu ingin
kembali pada kebenaran yang sejati, karena pada diri manusia mempunyai.
Aspek-aspek jiwa yang bisa mempengaruhi segala sikap dan tingkah laku
manusia. Bertolak dari pernyataan maka aspek-aspek manusia dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1.
Kartini Kartono (2000:6) mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam
orang lain).
Tindakan : perbuatan; sesuatu yang dilakukan. Sesuatu yang
3.
manusia.
Sifat : rupa/keadaan yang nampak pada suatu benda/lahiriah
Karakter : sifat-sifat kejiwaan, akhlak/budi pekerti yang membedakan
4.
6.
angan.
Berpikir : menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan
C.
1.
a.
Perubahan fisik,
Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan
interseluler menurun
b.
Kardiovaskuler: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah
menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah
menurun, serta meningkatnya retensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan
darah meningkat
c.
Persarafan: saraf pancaindera mengecil sehingga fungsinya menurun serta
lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan
3.
Lingkungan
Berkaitan dengan lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman. Lansia tidak
jarang merasa emptiness (kesendirian, kehampaan) ketika keluarganya tidak ada
yang memperhatikannya. Selain itu, ketika ada lansia lainnya meninggal, maka
muncul perasaan pada lansia kapan ia akan meninggal.
E.
1.
a.
Kecemasan
Pengertian
Gangguan kecemasan pada lansia adalah berupa gangguan panik, fobia,
gangguan obsesif kondlusif, gangguan kecemasan umum, gangguan stress akut,
gangguan stress pasca traumatic
b.
Gejala kecemasan
Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional terhadap kejadian yang akan
terjadi
Sulit tidur sepanjang malam
Rasa tegang dan cepat marah
Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut/khawatir terhadap penyakit
yang berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak
dideritanya
Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan
Merasa panic terhadap masalah yang ringan
c.
2.
a.
Depresi
Pengertian
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan
penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda
Wahywlingsih dan Sukamto). Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada
lansia dan alasan terjadinya kondisi ini dapat dilihat pada saat mengkaji kondisi
sosial, kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia. Memang, depresi sering
disalahartikan sebagai demensia. Kemampuan mental klien dengan depresi tetap
utuh, sedangkan pada klien demensia, terjadi peningkatan kerusakan kognitif.
b.
Tipe depresi
Terdapat 2 tipe depresi yaitu eksogen atau depresi reaktif dan deprsesi endogen.
Depresi endogen mungkin akan terjadi pada awitan awal dalam hidupnya.
Individu dengan depresi endogen betul-betul dapat mengalami gangguan mental
bahkan mengalami delusi, dan sering kali mencoba bunuh diri. Bunuh diri adalah
pengalaman yang biasa pada lansia, terutama laki-laki. Oleh karena itu, semua
ancaman ini harus ditangani dengan serius.
Klien dengan depresi eksogen biasanya mendapat dukungan yang cukup pada
stuasi depresi, seperti setelah berduka karena kehilangan atau selama tinggal di
rumah sakit. Kadang-kadang dapat dilakukan sesuatu terhadap penyebab depresi
yang dialami lansia yang ketakutan untuk kembali ke rumah setelah tinggal
dirumah sakit. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan bahwa
Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat sedang
cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika. kondisinya telah
berkonsentrasi".
Keluarnya keringat yang berlebihan.
Sesak napas.
Kejang usus atau kolik.
Muntah.
Diare.
Berdebar-debar.
Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami
depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari kemampuannya dalam
setiap usaha untuk mengkomunikasikan idenya. Dilain pihak, seseorang lainnya
Gejala social ditandai oleh kesulitan ekonomi seperti tak punya tempat tinggal.
3.
Insomnia
a.
Pengertian
Kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah, yang terkadang dapat
mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah. Perubahan
pola tidur dapat berubah tiak bisa tidur sepanjang malam dan sering terbangun
pada malam hari, sehingga lansia melakukan kegiatannya pada malam hari.
b.
4.
a.
Paranoid
Pengertian
Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka,
membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya
b.
Gejala Paranoid
Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau orangorang di sekelilingnya
Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orang-orang di
sekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya
Paranoid dapat merupakan manifestasi dari masalah lain, seperti depresi dan
rasa marah yang ditahan
Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia dengan paranoid adalah memberikan
rasa aman dan mengurangi rasa curiga dengan memberikan alas an yang jelas
dalam setiap kegiatan. Konsultasikan dengan dokter bila gejala bertambah berat.
5.
a.
Demensia
Pengertian
Demensia ialah kemunduran fungi mental umum, terutama intelegensi,
disebabkan oleh kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi
(irreversible) (Maramis, 1995). Demensia adalah gangguan progresif kronik yang
dicirikan dengan kerusakan berat pada proses kognitif dan disfungsi kepribadian
serta perilaku (Isaac, 2004). Menurut Roger Watson, demensia adalah suatu
kondisi konfusi kronik dan kehilangan kemampuan kognitif secara global dan
Genetika: Adanya gen abnormal saja tidak cukup untuk memprediksi demensia
jenis alzheimer. Penyakit alzheimer familial memiliki awitan sangat dini (usia 3040 th) dan bertanggung jawab atas 20% dari semua kasus demensia jenis ini.
Penyakit ini berkaitan denga gengen abnormal dikromosom 1, 14 dan 21.
Adanya apolipoprotein E 4 (apo, E 4) dikromosom 19 terjadi 2 kali lebih banyak
pada penderita demensia jenis alzheimer dibanding populasi umum.
2.
3.
Jenis demensia yang lain berkaitan dengan kondisi medis umum, seperti
penyakit parkinson, penyakit pick, koreahuntingtown dan penyakit Creutzfeldtjakob. Demensia yang disebabkan kondisi-kondisi tersebut dicatat sesuai
penyakitnya yang spesifik.
c.
1.
Gejala demensia:
Afasia: kehilangan kemampuan berbahasa; kemampuan berbicara memburuk
2.
3.
7.
8.
9.
Etiologi demensia
Faktor-faktor yang berkaitan dengan demensia adalah:
1.
Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan. Bila kondisi akut
yang menyebabkan delirium tidak atau tidak dapat diobati, terdapat kemungkinan
bahwa kondisi ini akan menjadi kronik dan karenanya dapat dianggap sebagai
2.
demensia.
Penyakit vaskuler, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan aterosklerosis dapat
menyebabkan stroke.
3.
Penyakit parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.
4.
Gangguan genetika: koreahuntington atau penyakit pick.
5.
Penyakit prior (protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit Creutzfeldt6.
jakob).
lnfeksi Human Imunodefisiensi Virus (HIV) dapat menyerang Sistem saraf
7.
F.
Pendekatan fisik
Perawat mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya cedera
sehingga diharapkan melakukan pendekatan fisik, seperti berdiri disamping klien,
menghilangkan sumber bahaya dilingkungan, memberikan perhatian dan
sentuhan, bantu klien menemukan hal yang salah dalam penempatannya,
memberikan label gambar atau hal yang diinginkan klien.
2.
Pendekatan psikologis
Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran
dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip Tripple, yaitu sabar, simpatik dan
service. Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena
bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejalagejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi,
berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan
pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan
pergeseran libido. Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau
yang membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila
lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan
dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan
pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara
perlahan lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka
kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas
dan bahagia.
3.
Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungan lansia dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam keadaan sakit
atau mendeteksi kematian. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien
lanjut usia yang menghadapi kematian. Seorang dokter mengemukakan bahwa
maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai
macam faktor, seperti ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa
sakit dan kegelisahan kumpul lagi dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi
yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini.
Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga, perawat
harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun keluarga tadi ditinggalkan ,
masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu
menghantui pikiran lanjut usia.
4.
Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan
social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya
adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Penyakit memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan
konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film, atau hiburan
lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya, biaya
hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau
kekhawatiran, dan rasa kecemasan. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan
perkelahian diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu
mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap
mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas
yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut
usia.
BAB III
Asuhan Keperawatan
A.
Pengkajian
1.
Riwayat
Pernah mengalami perubahan fungsi mental sebelumnya?
2.
Kaji adanya demensia. Dengan alat-alat yang sudah distandardisasi, meliputi
Mini Mental Status Exam (MMSE)
(Menurut Flostein, MS. Dkk, 1995)
I.
ORIENTASI
tanyakan hari ini tanggal berapa?
Kemudian tanyakan hal-hal terkait, misalnya sekarang ini musim apa?
REGISTRASI
Bila memungkinkan beri pertanyaan untuk menguji daya ingatnya (memori).
Ucapkan dengan jelas dan perlahan kata-kata seperti BOLA, BENDERA,
II.
POHON. Dengan jarak per kata 1 detik. Sesudah itu minta pasien untuk
mengulanginya. Jawaban pertama menentukan skornya, tetapi mintalah pasien
untuk mencoba terus (misalnya hingga 6 kali) bila gagal tes ini kurang bermakna.
III.
IV.
DAYA INGAT
Minta pasien unutk mengingat kembali ketiga kata yang ditanyakan kepadanya
diatas tadi.
V.
BAHASA
Menyebutkan : perlihatkan arloji anda sambil menanyakan : apa ini?
Ulangi hal yang sama untuk pensil. Beri skor satu untuk setiap jawaban yang
benar
Pengulangan : minta pasien untuk mengulangi : bukan, itu bukan!,
tetapi itu dan! Beri skor 1 point bila pengulangan benar.
Perintah tiga langkah. Beri pasien secarik kertas kosong dan katakana : ambil
kertas ini dengan tangan kanan, lipat dua, dan letakan dilantai.
Beri skor 1 poin untuk setiap langkah yang benar
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
DATA DEMOGRAFI
Ras dan suku apa ?
Jenis kelamin laki perempuan
Pernah sekolah sampai ?
Strata 2
strata 1
Program diploma
SMA/ Sederajat
SMA (tidak tamat)
SMP ke bawah
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
neuron irreversible.
3.
Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis daan kognitif.
4.
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi
dan atau integrasi sensori ( defisit neurologist).
5.
Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan
ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.
6.
Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan
pengaruh penyimpangan jangka panjang dari proses penyakit
C.
Intervensi Keperawatan
1.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
e.
f.
Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi, dan massage punggung.
Rasional: meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk.
g.
Putarkan music yang lembut atau suara yang jernih.
Rasional: menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara lain dari
lingkungan sekitar yang akan menggaggu tidur.
h.
Berikan obat sesuai indikasi seperti amitriptilin.
Rasional: Efektik menangani pseudodemensia atau depresi menigkatkan
kemampuan untuk ttidur, tetapi antikolinergik dapat mencetuskan bingung,
memperburuk kognitif an efek samping hipertensi ortostatik.
2.
rasional.
Kriteria hasil :
a.
b.
negative
c.
Klien mampu mengenali perubahan dalam berfikir atau tingkah laku dan factor
penyebab
d.
Klien mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan,
a.
b.
psikologis.
Kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi, rentang perhatian,
kemampuan berfikir. Bicarakan dengan keluarga mengenai perubahan perilaku.
Rasional: memberikan dasar perbandingan yang akan datang dan memengaruhi
rencana intervensi. Catatan: evaluasi orientasi secar berulang dapat meningkatkan
c.
neuron
d. Tatap wajah klien ketika sedang berbicara dengan klien
Rasional: menimbulkan perhatian, terutama pada klien dengan gangguan
perceptual.
e.
Gunakan distraksi. Bicarakan tentang kejadian yang sebenarnya saat klien
mengungkapkan ide yang salah, jika tidak meningkatkan kecemasan.
Rasional: lamunan membantu dalam meningkatkan disorientasi. Orientasi pada
realita meningkatkan perasaan realita klien, penghargaan diri dan kemuliaan
f.
g.
(kebahagiaan personal).
Hormati klien dan evaluasi kebutuhan secara spesifik.
Rasional: klien dengan penurunan kognitif pantas mendapatkan penghormatan,
penghargaan, dan kebahagiaan.
Bantu klien menemukan hal yang salah dalam penempatannya. Berikan label
gambar atau hal yang diinginkan klien. Jangan menentang.
Rasional: menurunkan defensive jika klien menyadari kesalahan. Membantah
klien tidak akan mengubah kepercayaan dan menimbulkan kemarahan.
h.
3.
kognitif.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien tidak
a.
b.
mengalami cedera.
Kriteria hasil :
Klien mampu meningkatkan tingkat aktivitas.
Klien dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi risiko trauma
atau cedera
c.
Klien tidak mengalami trauma atau cedera
d.
Keluarga mampu mengenali potensial di lingkungan dan mengidentifikasi
tahap-tahap untuk memperbaikinya.
a.
Intervensi:
Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan
persepsi visual. Bantu keluarga mengidentifkasi risiko terjadinya bahaya yang
mungkin timbul.
Rasional: mengidentifikasi risiko di lingkungan dan mempertinggi kesadaran
perawat akan bahaya. Klien dengan tingkah laku impulsive berisiko trauma karena
kurang mampu mengendalikan perilaku. Penurunan persepsi visual berisiko
b.
c.
terjatuh
Hilangkan sumber bahaya lingkungan.
Rasional: klien dengan gangguan kognitif, gangguan persepsi adalah awal terjadi
trauma akibat tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan keamanan dasar.
Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi atau berbahaya, seperti memanjat
pagar tempat tidur.
Rasional: mempertahankan keamanan dengan menghindari konfrontasi yang
d.
Rasional: klien yang tidak dapat melaporkan tanda/gejala obat dapat menimbulkan
kadar tolsisitas pada lansia. Ukuran dosis/penggantian obat diperlukan untuk
i.
mengurangi gangguan.
Hindari penggunaan restrain terus-menerus. Berikan kesempatan keluarga
tinggal bersama klien selama periode agitasi akut.
Rasional: membahayakan klien, meningkatkan agitasi dan timbul risiko fraktur
pada klien lansia (berhubungan dengan penurunan kalsium tulang).
4.
a.
b.
Kriteria hasil :
Klien mengalami penurunan halusinasi.
Klien mampu mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress
Intervensi:
a.
Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi klien termasuk penurunan penglihatan atau pendengaran.
Rasional : keterlibatan otak memperlihatkan masalah yang bersifat asimetris
menyebabkan klien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuh. Klien tidak
b.
c.
5.
Kriteria hasil :
a.
Klien mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber pribadi atau
komunitas yang dapat memberikan bantuan.
a.
b.
Intervensi:
Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri.
Rasional: memahami penyebab yang mempengaruhi intervensi. Masalah dapat
diminimalkan dengan menyesuaikan atau memerlukan konsultasi dari ahli.
Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai
kebutuhan.
Rasional: seiring perkembangan penyakit kebutuhan kebersihan dasar mungkin
dilupakan.
c.
Lakukan pengawasan dan berikan kesempatan untuk melakukan sendiri sesuai
kemampuan.
Rasional: mudah sekali terjadi frustasi jika kehilangan kemandirian.
d.
Beri banyak waktu untuk melakukan tugas
Rasional: pekerjaan yang tadinya mudah sekarang menjadi terhambat karena
penurunan motorik dan perubahan kognitif.
e.
Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah.
Rasional: meningkatkan kepercayaan hidup.
6.
a.
efektif.
Kriteria hasil :
Klien mampu mengidentifikasi atau mengungkapkan sendiri untuk mengatasi
b.
keadaan.
Keluarga mampu menerima kondisi orang yang dicintai dan mendemonstrasikan
c.
a.
kesepian.
Rujuk pada sumber pendukung seperti perawatan lansia, pelayanan dirumah,
berhubungan dengan asosiasi penyakit demensia.
Rasional: memberikan tanggung jawab pada tempat perawatan, mengurangi
kejenuhan dan resiko terjadinya isolasi social dan mencegah kemarahan keluarga.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas)
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Mental
dapat diartikan sesuatu yang berada dalam tubuh (fisik) manusia yang dapat
mempengaruhi perilaku, watak dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan
lingkungannya. Pada lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan
kesehatan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan mental dalam
menghadapi usia senja. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada
lansia seperti perubahan fisik, kesehatan umum dan lingkungan. Pada lansia
sering muncul masalah-masalah yang berkaitan dengan perubahan fungsi mental
seperti kecemasan, depresi, insomnia, paranoid, dan demensia.
Masalah-masalah tersebut dapat berdampak pada kelangsungan hidup
lansia sehingga penting bagi perawat untuk menanganinya. Berdasarkan masalah
diatas dapat muncul beberapa diagnose keperawatan seperti : gangguan pola tidur
b.d ansietas; gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori,
degenerasi neuron irreversible; risiko cedera berhubungan dengan penurunan
fungsi fisiologis daan kognitif; perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
perubahan persepsi, transmisi dan atau integrasi sensori ( defisit neurologist);
kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan
ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.
Berdasarkan diagnosa diatas perlu diberikan intervensi yang tepat seperti
memberikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur; pertahankan
lingkungan yang menyenangkan dan tenang; hilangkan sumber bahaya
lingkungan; kaji derajat sensori atau gangguan persepsi; identifikasi kebutuhan
akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.
B.
Saran
1.
3.
4.
mental.
Diharapkan pemda dapat mengetahui masalah yang ada pada lansia terkait
penurunan fungsi mental, memahami maslah dan dapat mengatasi gangguan
fungsi mental pada lansia dengan memberikan perhatian khusus pada lansia
5.
DAFTAR PUSTAKA
Kusharyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba Medika
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usi Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika