Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Mutakhir
Setiap bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidup yang berbeda satu
dengan yang lainnya, diambil dari nilai-nilai yang tumbuh, hidup, dan
berkembang di dalam kehidupan bangsa yang bersangkutan. Demikian halnya
dengan pancasila yang merupakan ideology dan pandangan hidup bangsa
Indonesia digali dari tradisi dan budaya yang tumbuh, hidup, dan berkembang
dalam kehidupan bangsa Indonesia sendiri sejak kelahirannya dan berkembangnya
menjadi bangsa yang besar seperti yang dialami oleh dua kerajaan besar tempo
dulu yaitu Kedaulatan Sriwijaya dan Keprabuan Majapahit. Setelah berproses
dalam rentang perjalanan sejarah yang panjang sampai kepada tahap
pematangannya oleh para pendiri Negara pada saaat akan mendirikan Negara
Indonesia merdeka telah berhasil merancang dasar Negara yang justru bersumber
pada nilai-nilai yang telah tumbuh, hidup, dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat

dan

bangsa

Indonesia

yang

kemudian

diformulasikan

dan

disistematisasikan dalam rancangan dasar Negara yang diberi nama Pancasila.


Dengan demikian kiranya jelas pada kita bahwa secara historis kehidupan
bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari dan dengan nilai-nilai Pancasila serta
telah melahirkan keyakinan demikian tinggi dari bangsa Indonesia terhadap
kebenaran dan ketepatan Pancasila sabagai pandangan hidup bangsa dan Negara
Republik Indonesia, sejak resmi disahkan menjadi dasar Negara Repubilk
Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) sampai dengan saat ini.
Seharusnya Pancasila sanggup menjawab berbagai tantangan di era
globalisasi, karena dari impilkasi dijadikannya Pancasila sebagai pandangan hidup
makan bangsa yang besar haruslah mempunyai sense of belonging dan sense of
pride atas Pancasila. Untuk menumbukembangkan kedua rasa tersebut maka
melihat realita yang tengah berkembang saat ini terdapat dua hal mendasar yang
perlu dilakukan yaitu penanaman kembali kesadaran bangsa tentang esksistensi

Pancasila sebagai ideologi bangsa yang mengandung pemahaman tentang adanya


suatu proses pembangunan kembali kesadaran akan Pancasila sebagai identitas
nasional dan hal kedua yang harus dilakukan adalah perlu adanya kekonsistenan
dari seluruh elemen bangsa, khususnya para pemimpin negeri untuk menjadikan
Pancasila sebagai pedoman dalam berpikir dan bertindak.
2.2

Tinjauan Pustaka

2.2.1

Makna Ideologi Pancasila


Secara etimologi Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti

gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita, buah pikiran dan logos yang berarti
ilmu. Maka secara harfiah ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar.
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideology bangsa dan Negara Indonesia bukan
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang
sebagaimana

yang

terjadi

pada

ideologi-ideologi

lain

di

dunia,namun

terbentuknya pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa
Indonesia.Secara kuasalitas Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat
Negara nilai-nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang
berupa nilai-nilai adat-istiadat,kebudayaan dan nilai-nilai religious.kemudian para
pendiri Negara Indonesia mengangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan secara
musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur. antara lain dalam sidingsidang BPUPKI pertama,siding panitia Sembilan yang kemudian menghasilkan
piagam Jakarta yang memuat pancasila pertama kali.Kemudian dibahas lagi pada
siding BPUPKI kedua.Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum siding resmi PPKI
Pancasila sebagai calon dasar falsafah Negara,dibahas serta disempurnakan
kembali dan akhirnya pada tanggal 18 agustus 1945 disyahkan oleh PPKI sebagai
dasar filsafat Negara
Landasan dan Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Berdasarkan
Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan Ketetapan MPR RI No
II/MPR/1978 tentang P4 ( Eka Prasetya Paca Karsa ), menyebutkan bahwa
Pancasila selain berkedudukan sebagai dasar negara, juga berkedudukan sebagai
Ideologi Nasional bangsa Indonesia.

Adapun makna pancasila dari Ketetapan tersebut adalah adalah bahwa


nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila menjadi cita-cita normative
bagi penyelenggaraan bernegara. Visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia adalah terwujudnya kehidupan yang berkeTuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan dan
yang ber-Keadilan.
Nilai-nilai ketuhanan (religiositas) sebagai sumber etika dan spiritualitas
(yang bersifat vertikal-transendental) dianggap penting sebagai fundamen etik
kehidupan bernegara. Indonesia bukanlah negara sekular yang ekstrem, yang
memisahkan agama dan negara dan berpretensi untuk menyudutkan peran
agama ke ruang privat atau komunitas. Negara harus melindungi dan
mengembangkan kehidupan beragama; sementara agama diharapkan bisa
memainkan peran publik yang berkaitan dengan penguatan etika sosial. Namun,
Indonesia juga bukan negara agama, yang hanya merepresentasikan salah satu
(unsur) agama dan memungkinkan agama untuk mendikte negara. Peran agama
dan negara tidak perlu dipisahkan, melainkan dibedakan. Dengan syarat bahwa
keduanya saling mengerti batas otoritasnya masing-masing yang disebut dengan
istilah toleransi-kembar (twin tolerations).
Nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan,
hukum alam, dan sifat-sifat sosial manusia (yang bersifat horizontal) dianggap
penting sebagai fundamen etika-politik kehidupan bernegara dalam pergaulan
dunia. Prinsip kebangsaan yang luas yang mengarah pada persaudaraan dunia itu
dikembangkan melaui jalan eksternalisasi dan internalisasi. Keluar, bangsa
Indonesia menggunakan segenap daya dan khazanah yang dimilikinya untuk
secara bebas-aktif ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kedalam, bangsa Indonesia
mengakui dan memuliakan hak-hak dasar warga dan penduduk negeri. Landasan
etik sebagai prasyarat persaudaraan universal ini adalah adil dan beradab.
Nilai-nilai persatuan bersumber dari internalisasi nilai-nilai persaudaraan
kemanusiaan ini, Indonesia adalah negara persatuan kebangsaan yang mengatasi
paham golongan dan perseorangan. Persatuan dari kebhinekaan masyarakat

Indonesia dikelola berdasarkan konsepsi kebangsaan yang mengekspresikan


persatuan dalam keragaman, dan keragaman dalam persatuan , yang dalam slogan
negara dinyatakan dengan ungkapan bhineka tunggal ika.
Nilai-nilai

permusyawaratan

sebagai

semangat

menjunjung tinggi

kedaulatan rakyat adalah aktualisasi dari nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan
nilai serta cita-cita kebangsaan yakni semangat permusyawaratan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan. Dalam visi demokrasi permusyawaratan, demokrasi
memperoleh kesejatiannya dalam penguatan daulat rakyat, ketika kebebasan
politik berkelindan dengan kesetaraan ekonomi, yang menghidupkan semangat
persaudaraan

dalam

kerangka

musyawarah-mufakat.

Dalam

prinsip

musyawarah-mufakat, keputusan tidak didikte oleh golongan mayoritas


(mayorokrasi) atau kekuatan minoritas elit politik dan pengusaha (minorokrasi),
melainkan dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan yang memuliakan daya-daya
rasionalitas deliberatif dan kearifan setiap warga tanpa pandang bulu.
Nilai keadilan sosial menurut Pancasila, yakni nilai ketuhanan, nilai
kemanusian, nilai dan cita kebangsaan, serta demokrasi permusyawaratan itu
memperoleh kepenuhan artinya sejauh dapat mewujudkan keadilan sosial. Di satu
sisi, perwujudan keadilan sosial itu harus mencerminkan imperatif etis keempat
sila lainnya. Di sisi lain, otentisitas pengalaman sila-sila Pancasila bisa ditakar
dari perwujudan keadilan sosial dalam perikehidupan kebangsaan. Dalam visi
keadilan sosial menurut Pancasila, yang dikehendaki adalah keseimbangan antara
pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani, keseimbangan antara peran manusia
sebagai mahkluk individu dan peran manusia sebagai makhluk sosial (yang
terlembaga dalam negara), juga keseimbangan antara pemenuhan hak sipil dan
politik dengan hak ekonomi, sosial dan budaya
Pancasila sebagai ideology nasional berfungsi sebagai cita-cita adalah
sejalan dengan dengan fungsi utama dari sebuah ideologi serta sebagai sarana
pemersatu masyarakat sehingga dapat dijadikan sebagai prosedur penyelesaian
konflik. Dari sudut politik, Pancasila adalah sebuah konsensus politik, suatu
persetujuan politik bersama antargolongan di Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi mempunyai makna sebagai berikut:


1. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi cita-cita normatif
penyelenggaraan bernegara.Nilai-nilai yang tekandung dalam Pancasila
merupakan nilai yang disepakati bersama dan oleh karena itu menjadi
salah satu sarana pemersatu (integrasi) masyarakat Indonesia.
2. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka.Pancasila sebagai suatu ideologi tidak
bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan
bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan
senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Sebagai
suatu ideologi yang bersifat terbuka maka Pancasila memiliki dimensi
sebagai berikut:
Dimensi idealis; yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
bersifat sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung
dalam lima sila Pancasila : Ketuhanan.
Dimensi normatif; yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem normatif, sebagaimana
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang memilki kedudukan tinggi
yang di dalamnya memuat Pancasila dalam alinea IVDimensi realitas;
yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat.
2.3 Definisi dan Dampak Globalisasi
2.3.1 Definisi Globalisasi
Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar
definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses
sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di
dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau
kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan
budaya masyarakat.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, globalisasi berasal dari kata


global yang berarti meliputi seluruh dunia. Jadi, globalisasi berarti proses
masuknya ke ruang lingkup dunia. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi
sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa
saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut
pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang
paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan
ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu
bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian
dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan
agama.
Globalisasi adalah fenomena di mana batasan-batasan antarnegara seakan
memudar karena terjadinya berbagia perkembangan di segala aspek kehidupan
khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan terjadinya
perkembangan berbagai aspek kehidupan khususnya di bidang iptek maka
manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai Negara dengan lebih mudah serta
mendapatkan berbgai informasi yang ada dan yang terjadi di dunia. Namun,
fenomena globalisasi ini tidak selalu member dampak positif berbagai perubahan
yang terjadi akibat dari globalisasi sudah sangat terasa baik itu bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi informasi.
Beberapa pengertian globalisasi:
1. Globalisasi adalah sebuah perubahan sosial berupa bertambahnya
keterkaitan diantara elemen-elemen yang terjadi akibat perkembangan
teknologi di bidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi
pertukaran budaya dan ekonomi internasional
2. Globalisasi juga bisa diartikan proses dimana berbagai peristiwa,
keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa
konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan
dunia yang lain
3. Selain itu globalisasi juga berarti meningkatnya saling keterkaitan antara
berbagai belahan dunia melalui terciptanya proses ekonomi, lingkungan,

politik dan pertukaran kebudayaan. Jadi globalisasi mencakup semua


bidang seperti proses perubahan sosial, arus informasi, aliran barang, jasa
dan uang serta pertukaran budaya.
2.3.2 Dampak Globalisasi
Dengan timbulnya era globalisasi akan dapat kita rasakan pengaruh yang
terjadi dalam kehidupan dilihat dari sisi positif dan negatifnya yaitu antara lain:
1) Dampak positif
Mempunyai dimensi-dimensi baru yang tidak dikenal seperti kriminalitas
internasional,pembajakan dan terorisme internasional. Di satu pihak,ekonomi
global menuju kesatuan\Pandangan kedepan masyarakat akan terbentuk menjadi
masyarakat yang meritokrais yaitu masyarakat yang menghargai prestasi dari
pada statusnya dalam organisasi. Akibat hubungan bisnis (perdagangan) yang
telah menyatukan kehidupan manusia maka timbul kesadaran yang lebih intern
terhadap hah-hak dan kewajiban asasi manusia.
2) Dampak negatif
Terjadinya Tren politik lahirnya ratusan Negara baru. Apabila kita
mengenal

budaya-budaya

yang

terkait

pada

waktu

dan

tempat

yang

beranekaragam dengan kekhasannya,kini dengan proses globalisasi menjadi


ancaman. Kontak budaya tidak terelakkan akibat komunikasi yang semakin lancar
dan terjadilah refitalisasi nilai budaya yang memungkinkan munculnya
sinkritisme budaya yang sifatnya transnasional. Akibat eksploitasi sumber
daya,gaya hidup yang konsumerisme ,urbanisasi dan pembangunan yang ekstensif
dengan segala aksesnya menjadi bencana bagi umat manusia dan makhluk hidup
lainnya di planet bumi yang hanya satu ini. Manusia yang tidak mampu
mengimbangi atau menghadapi tantangan terhadap globalisasi .maka akan
mendapat sebutan sebagai orang tertinggal.

2.3.3

Peran Ideologi Pancasila dalam Menghadapi dan Menjawab

Globalisasi
1. Kondisi Pancasila di Era Globalisasi

Kondisi Pancasila di era globalisasi sangatlah terkontaminasi dari adanya


berbagai macam aspek yang membuat Pancasila tersebut menjadi tidak seperti
yang seharusnya. Dilihat dari melencengnya nilai-nilai Pancasila yang selama ini
telah ditanamkan oleh para pendiri bangsa ini, sebagai contoh ialah terjadinya disintegrasi bangsa yang telah jelas-jelas melanggar sila ke-3 yaitu persatuan
Indonesia, atau masih banyak yang lainnya. Dan jika dilihat lagi dari berbagai
aspek masalah yang sedang dihadapi bangsa indonesia, kita seharusnya kembali
menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila tersebut. karena
pancasilalah yang merupakan pondasi bangsa indonesia untuk menghadapi
bebagai masalah khususnya di era global seperti saat ini, yang membuat rentan
sekali nilai-nilai pancasila tersebut memudar dikarenakan perubahan zaman oleh
adanya globalisasi.
2. Peran Ideologi Pancasila Dalam Globalisasi
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para
pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi
pancasila juga tidak mampu untuk menggantikankan pancasila sebagai ideologi
bangsa Indonesia, pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia
sebagai dasar negara, itu membuktikan bahwa pancasila merupakan ideologi yang
sejati untuk bangsa Indonesia. Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang
bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa, dan kini mau tak mau, suka tak
suka bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus
diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jati diri, kendati
hidup ditengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian
bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut
akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka
kehilangan jati diri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur
pancasila. Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan
yang jelas antar setiap bangsa Indonesia, rakyat dan bangsa Indonesia harus
membuka diri. Dahulu, sesuai dengan tangan terbuka menerima masuknya

pengaruh budaya hindu, islam, serta masuknya kaum barat yang akhirnya
melahirkan kolonialisme.
Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapatrapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan
kemajuan bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet yang
terkenal anti dunia luar tidak bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Maka,
kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat Indonesia
membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat modern,
bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu
pengetahuan, dan ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik
yang berasal dari kebudayaan bangsa lain. Yang terpenting adalah bagaimana
bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan
yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya,
nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional
mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada
Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa
Indonesia konsisten menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya
dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Cuma, persoalannya,
dalam kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justeru jati diri bangsa Indonesia
tengah berada pada titik nadir. Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan
tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang
sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari luar
serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam
sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi
yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham
liberalisme. Padahal, negara Indonesia seperti ditegaskan dalam pidato Bung
Karno di depan Sidang Umum PBB menganut faham demokrasi Pancasila yang
berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat.
Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan paham
liberalisme dan semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang
seharusnya dibangun dan diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas

betapa demokrasi diartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia
(HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya dan tak
peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya dari luar,
khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa
dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa
bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti
terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik
tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata. Dalam
kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
negara memegang peranan penting. Pada akhirnya pandangan hidup bisa
diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu
bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang
bersangkutan untuk mewujudkannya.

Anda mungkin juga menyukai