Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri.
Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang
unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia
dari makhluk hidup lainnya.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki
dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan
keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian
membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan
individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal
segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang
kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap
kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang
seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu
sangatlah penting untuk seorang perawat memahami konsep diri. Memahami
diri sendiri terlebih dahulu baru bisa memahami klien.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi konsep diri ?
2. Apa saja komponen konsep diri ?
3. Bagaimana klasifikasi konsep diri ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri?
5. Apa saja hambatan dalam membangun konsep diri?
6. Bagaimana asuhan keperawatan tentang konsep diri?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan seputar penyakit Konsep Diri serta asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat pada pasien Konsep Diri
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Konsep Diri
2. Untuk mengetahui komponen- komponen dari Konsep Diri
3. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Konsep Diri
D. Manfaat
a. Bagi penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan komponen tentang konsep diri.
b. Bagi pembaca
Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan
konsep diri lebih dalam.

c. Bagi petugas kesehatan


Diharapkan dalam menambah wawasan dan informasi dalam penanganan
asuhan keperawatan konsep diri sehingga dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan lebih baik.
d. Bagi pendidikan
Dapat menambah informasi tentang asuhan keperawatan konsep diri.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Stuart (2006) menyatakan, konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan
dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungan dengan orang lain (p.186).
Potter and Perry (2005) menyatakan, konsep diri adalah citra subyektif
dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi
bawah sadar maupun tidak sadar (p. 498).
Carpenito (2000)menyatakan, gangguan harga diri adalah keadaan
dimana individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif
tentang diri atau kemampuan diri (p.352).
B. Penyebab
Stuart dan Sundeen (1998: 229) mengungkapkan penyebab dengan
cakupan lebih luas yakni :
1. Faktor Predisposisi:
a. Penolakan orang tua.
b. Harapan orang tua yang tidak realistik.
c. Kegagalan yang berulang kali.
d. Kurang mempunyai tanggung jawab personal.
e. Ketergantungan pada orang lain.
f. Ideal diri yang tidak realistik.
2. Faktor Presipitasi, dapat berasal dari dalam atau luar individu, antara lain:
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis, atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan yang membuat individu mengalami berbagai frustrasi. Ada
tiga jenis transisi peran:
1. Transisi peran perkembangan. Yaitu perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perkembangan ini termasuk taraf
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan normanorma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri.
2. Transisi peran situasi. Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3. Transisi peran sehat - sakit. Sebagai akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :
1) Kehilangan bagian tubuh.
2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
3) Perubahan fisik berhubungan dengan timbang normal.
4) Prosedur medis dan keperawatan

C. Komponen Konsep Diri


a. CITRA TUBUH (Body image)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan
individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran,
bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak
secara terus menerus ( anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda)
dengan tubuh.
Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru.
Gambaran tubuh yang diterima secara realistis akan meningkatkan
keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna
dan
objek
yang
sering
kontak
dengan
tubuh.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra tubuh
sangat mungkin terjadi. Stressor pada tiap perubahan adalah :
1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan,
daerah pemasangan infus
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai
dengan pemasanagn alat di dalam tubuh
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system
tubuh
5. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan
berubah, pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor,
suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)
b. IDEAL DIRI
Ideal diri adalah persepsi individual tentang bagaimana dia harus
berperilaku berdasarkan standart, tujuan, keinginan atau nilai pribadi
tertentu. Sering disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan,
harapan tentang diri sendiri. Ideal diri diperlukan oleh individu untuk
memacu pada tingkat yang lebih tinggi.
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar
dicapai dan tidak realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan
cenderung menuntut.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal
dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan
yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
1. Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya , misalnya : saya
tidak bisa ikut ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati
karena bekas operasi di muka saya, kaki saya yang dioperasi tidak dapat
main bola.
2. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya : saya pasti
bisa sembuh padahal prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya

akan sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin


lagi sekolah.
c. HARGA DIRI ( Self-Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri/cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan
berharga. Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri
tanpa syarat, sebagai individu yang berarti dan penting, walaupun salah,
gagal atau kalah. Harga diri diperoleh dari penghargaan diri sendiri dan
orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi adakah perasaan
diterima, dicintai, dihormati serta frekwensi kesuksesan.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan
malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tibatiba).
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran
pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan.
Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik
2. Kronik, yaitu perasan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negarif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau
pada klien gangguan jiwa.
Gangguan gejala yang dapat dikaji :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri

c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,


saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
d. PERAN DIRI
Peran : adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial
yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial.
Tiap individu mempunyai berbagai peran yang terintregrasi dalam pola
fungsi individu.
Menurut Stuart dan Sundeen ada 5 ( lima ) faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri dengan peran :
1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
2. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran individu
3. Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan
4. Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran

1.

5. Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran


Gangguan penampilan peran adalah berubah atau terhenti fungsi peran
yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus
hubungan kerja . Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis
peran sosial klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah
adalah :
1. Peran dalam keluarga
2. Peran dalam pekerjaan/sekolah
3. Peran dalam berbagai kelompok
Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama
dirawat dirumah sakit. Atau setelah kembali dari rumah sakit, klien tidak
mungkin melakukan perannya yang biasa.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran

2.

Ketidakpuasan peran

3.

Kegagalan menjalankan peran yang baru

4.

Ketegangan menjalankan peran yang baru

5.

Kurang tanggung jawab

6.

Apatis/bosan/jenuh dan putus asa


Masalah keperawatan yang mungkin muncul :
1. Perubahan penampilan peran
2. Gangguan harga diri rendah
3. Keoutusasaan
4. ketidakberdayaan
e. IDENTITAS DIRI
Identitas diri pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, berkesinambungan, konsistensi dan
keunikan individu.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa
remaja. Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas
seseorang.
Gangguan identitas adalah kekaburan / ketidakpastian
memandang diri sendiri. Penuh dengan keraguan, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan
.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
1. Tidak ada percaya diri
2. Sukar mengambil keputusan
3. Ketergantungan
4. Masalah dalam hubungan interpersonal
5. Ragu / tidak yakin terhadap keinginan

1.

6. Projeksi ( menyalahkan orang lain )


Masalah keperawatan yang mungkin timbul :
Gangguan identitas personal

2.

Perubahan penampilan peran

3.

Ketidakberdayaan

4.

Keputusasaan

D. respon

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh normanorma sosial, secara umum yang berlaku di masyarakat terdiri dari :
a.
Aktualisasi diri.
Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman yang sukses.
b.
Konsep diri positif.
Klien mempunyai pengalaman yang dalam perwujudan dirinya dapat
mengidentifikasikan kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam
menilai masalah sesuai norma-norma sosial dan kebudayaan suatu
tempat.
Jika menyimpang, hal ini merupakan respon maladaptif. Yang
termasuk didalamnya adalah :
3. Harga diri rendah.
Transisi antara respon adaptif dan maladaptif sehingga individu
cenderung berpikir ke arah negatif.
4. Kekacauan identitas.
Kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak ke dalam kematangan psikologis dan kepribadian pada
masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi.
Perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan dan tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain sehingga mereka tidak
mengenal dirinya sendiri.
E. Tahapan Perkembangan
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap
perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu klien dalam
mengembangkan konsep diri yang positif.
Dalam rentang kehidupan terdapat beberapa tugas perkembangan.
Eriksson membagi menjadi 8 tahapan. Di tiap tahapan terdapat stressor.
Individu mampu menghadapi stressor---mature. Individu yang tidak mampu
menghadapi stressor---hambatan dala memenuhi tugas perkembangannya
pada tahapan selanjutnya.
1. TRUST VERSUS MISTRUST (Bayi sejak lahir - 18 bulan)
Seorang bayi tidak berdaya. Dia benar-benar tergantung pada orang
lain untuk kebutuhannya. Selama tahap ini, bayi belajar apakah dunia di
mana ia hidup dapat dipercaya. Ketika dia lapar dan dia menangis, dia

akan diberi makan? Ketika pantat nya yang basah, akan popok nya diubah?
Ketika ia tidak sehat atau takut, dia akan terhibur?
Jika kebutuhan bayi fisik dan emosional terpenuhi dengan cara yang
konsisten dan penuh perhatian, ia belajar bahwa ibunya atau pengasuh bisa
diandalkan dan dia mengembangkan sikap percaya pada orang. Jika
kebutuhannya tidak terpenuhi, bayi mungkin menjadi takut dan belajar
untuk tidak mempercayai orang-orang di sekelilingnya
2. AUTONOMY VERSUS SHAME AND DOUBT (Balita, 2 sampai 3
tahun)
Setelah trust terbentuk, infant akan mulai mengembangkan otonomi
atau rasa ke-aku-akuannya. Penting bagi anak untuk mengekspresikan
perasaannya dengan cara yang baik.
Perilaku otonomi
Mau menerima peraturan kelompok taoi juga mampu mengungkapkan
ketidak setujuan jika perlu
Mampu mengekpresikan opininya
Perilaku shame and doubt
Tidak mampu mengekspreikan kebutuhannya
Tidak mampu melawan saat diserang
3. INITIATIVE VERSUS GUILT (Anak prasekolah 3-6 tahun)
Dengan inisiatif, individu membuat suatu rencana dan ide menjadi
suatu kenyataan. Anak usia toddler mulai berpikir apa yang akan di
lakukan menjadi apabelajar bermain peran.
Perilaku inisiatif
Bersemangat dalam melakukan sesuatu
Mengungkapkan rasa ingin tahu akan banyak hal
Mengungkapkan hasil pemikirannya
Perilaku guilt
Lebih suka meniru orang lain
Selalu meminta maaf dan merasa sangat malu ketika melakukan
kesalahn kecil
Merasa takutketika memulai sesuatu yang baru
4. INDUSTRI VERSUS INFERIORITY
Anak mampu mengungkapkan perasaan tentang dirinya dan sudah
mulai memberikan penilaian bauk dan buruk. Mulai belajar menggunakan
bendaa-benda dan menyelesaikan tugasnya.
Perilaku industry
Mampu menyelesaikan tugas yang diberikan
bekerja sama dengan baik
Menggunakan waktu dengan efektif

Perilaku inferiority
o Tidak mampu menyelesaikan tugas
o Tidak mampu bekerja sama
o Tidak terorganisir dalam bekerja
5. IDENTITY VS ROLE CONFUSION
Adolescent mulai bertanya siapa aku??
Mengkaji semua mekanisme adaptive yang dimiliki. Ketidakmampuan
menemukan identitasbingung dan cemastidak mampu menjalani
hidup dengan stabil.
Perilaku identity
Mengembangkan hubungan dengan sesame jenis dan lawan jenis
Mandiri
Merencanakan peran di masa mendatang
Perilaku role confusion
tidak mampu menerima bertanggung jawab
menerima nilai-nilai orang lain tanpa bertanya
gagal membuat tujuan hidup
6.

INTIMACY VERSUS ISOLATION


Mengembangkan hubungan intim dengan orang lain. Kegagalan
mengembangkan intimacy menyebabkan seseorang merasa terisolasi.
Perilaku intimacy
Mengembangkan hubungan yang sangat dekat dengan orang lain
Berkomitmen
Perilaku isolation
Sendiri, tanpa pasangan

F. Gambaran Klinik
Perilaku-perilaku yang muncul menurut Stuart dan Sundeen (1998: 230)
adalah :
1. Mengritik diri sendiri dan orang lain.
2. Penurunan produktivitas.
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain.
4. Gangguan dalam berhubungan.
5. Rasa diri penting yang berlebihan.
6. Perasaan tidak mampu.
7. Rasa bersalah.
8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
9. Perasaan negatif terhadap tubuhnya.
10. Ketegangan peran yang dirasakan.
11. Pandangan hidup yang pesimis.

10

12. Keluhan fisik.


13. Pandangan hidup yang bertentangan.
14. Penolakan terhadap kemampuan personal.
15. Destruktif terhadap diri sendiri.
16. Pengurungan diri.
17. Menarik diri secara sosial.
18. Penyalahgunaan zat.
19. Menarik diri dari realitas.
20. Khawatir

11

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang
objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri
pasien sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah,
kerancuan identitas, dan depersonalisasi
a. Perilaku yang berhubungan dengan Harga Diri yang Rendah
Mengeritik diri sendiri dan / atau orang lain
Penurunan produktivitas
Destruktif yang diarahkan pada orang lain
Gangguan dalam berhubungan
Rasa diri penting yang berlebihan
Perasaan tidak mampu
Rasa bersalah
Mudah tersinggung atau marah berlebihan
Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
10. Ketegangan peran yang dirasakan
11. Pandangan hidup yang pesimis
12. Keluhan fisik
13. Pandangan hidup yang bertentangan
14. Penolakan terhadap kemampuan personal
15. Destruktif terhadap diri sendiri
16. Pengurangan diri
17. Menarik diri secara social
18. Penyalahgunaan zat
19. Menarik diri dari realitas
20. Khawatir

b. Perilaku yang berhubungan dengan Kerancuan Identitas


Tidak ada kode moral
Sifat kepribadian yang bertentangan
Hubungan interpersonal eksploitatif
Perasaan hampa
Perasaan mengambang tentang diri sendiri
Kerancuan gender
Tingkat ansietas yang tinggi
Ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain
Kehilangan keautentikan
10. Masalah intimasi

12

c.

Perilaku yang berhubungan dengan Depersonalisasi

1. Afektif :
Mengalami kehilangan identitas
Perasaan terpisah dari diri sendiri
Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu
Perasaan tak realistis
Rasa terisolasi yang kuat
Kurang rasa kesinambungan dalam diri
Ketidakmampuan untuk mencari kesenangan atau perasaan untuk
mencapai sesuatu.
2. Perseptual
Halusinasi pendengaran dan penglihatan
Kebingungan tentang seksualitas diri
Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain
Gangguan citra tubuh
Mengalami dunia seperti dalam mimpi.
3. Kognitif
o Bingung
o Disorientasi waktu
o Gangguan berfikir
o Gangguan daya ingat
o Gangguan penilaian
o Adanya kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama
4. Perilaku
Afek yang tumpul
Keadaan emosi yang pasif dan tidak berespons
Komunikasi yang tidak serasi atau idiosinkratik
Kurang spontanitas dan animasi
Kehilangan kendali terhadap impuls
Kehilangan kemampuan untuk memulai dan membuat keputusan
Menarik diri secara social

d. Faktor predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistic, kegagalan yang berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
dan ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai
dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan harapan peran budaya.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi, yaitu orang tua yang tidak
percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur social yang berubah.

13

e. Faktor Presipitasi ( Pencetus) : Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh


faktor dari dalam atau faktor dari luar individu ( internal or eksternal
sources ) yaitu:
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi . Ada 3 jenis transisi peran :
o Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan normanorma budaya, nilai-nilai serta tekanan dalam menyesuaikan diri.
o Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
o Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat
ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
a. Kehilangan bagian tubuh
b. Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
c. Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
normal,
d. Prosedur medis dan keperawatan.
f. Penilaian Stresor. Apa pun masalah dalam konsep diri dicetuskan oleh
stresor psikologis, sosiologis, atau fisiologis, elemen yang penting dalam
persepsi pasien tentang ancaman.
g. Sumber Koping. Semua orang, tanpa memperhatikan gangguan
perilakunya, mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang
meliputi:
a. Aktivitas olah raga dan aktivitas lain di luar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekspresif
d. Kesehatan dan perawatan diri
e. Pekerjaan, vokasi atau posisi
f. Bakat tertentu
g. Kecerdasan
h. Imaginasi dan kreativitas
i. Hubungan interpersonal
h. Mekanisme Koping. Mekanisme koping termasuk pertahanan koping
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego ubtuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Meliputi:
a. Pertahanan Jangka Pendek:
1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas
diri ( misalnya konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara
obsesif )
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya
ikut serta dalam klub sosial , agama, politik, kelompok, gerakan atau
geng)

14

3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan


diri yang tidak menentu( misalnya olahraga yang kompetitif, prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)
4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat
identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya
penyalahgunaan obat)
b. Pertahanan Jangka Panjang
1. Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, potensi diri
individu.
2. Identitas negatif: Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat
i. Pertahanan Ego. Termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi, pergeseran (displacement), peretakan (splitting), berbalik marah
terhadap diri sendiri, dan amuk.
1. Fantasi adalah kemampuan menggunakan tanggapan tanggapan yang
sudah ada (dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru.
2. Disosiasi adalah respon yang tidak sesuai dengan stimulus.
3. Isolasi adalah menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan
luar.
4. Proyeksi adalah kelemahan dan kekurangan dalam diri sendiri
dilontarkan pada orang lain.
5. Displacement adalah mengeluarkan perasaan perasaan yang tertekan
pada orang yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi
emosi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka
disfungsional.

15

C. Intervensi Keperawatan
a. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Diagnosa
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Keperawatan
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
Isolasi sosial: TUM:
1.
Ekspresi wajah
menarik diri Klien
dapat
bersahabat,
b. d. harga berhubungan
menunjukkan
rasa
diri rendah
dengan orang lain
senang, ada kontak
secara optimal
mata, mau berjabat
tangan,
mau
TUK1:
menyebutkan nama,
mau
menjawab
Klien
dapat
salam, klien mau
membina hubungan
duduk berdampingan
daling percaya
dengan perawat, mau
TUK 2:
mengutarakan
masalah
yang
Klien dapat meng
dihadapi
identifikasi
2.
Klien
kemampuan
dan
mengidentifikasi
aspek positif yang
kemampuan
dan
dimiliki
aspek positif yang
TUK 3:
dimiliki:
Klien dapat menilai
kemampuan
kemampuan yang
yang dimiliki
digunakan

Aspek positif
keluarga
TUK 4:

Aspek
positif
Klien
dapat
lingkungan
yang
merencanakan
dimiliki klien
kegiatan
sesuai
3.
klien
menilai
dengan kemampuan
kemampuan
yang
yang dimiliki
dapat digunakan
TUK 5:
4.
Klien
membuat
rencana
kegiatan
Klien
dapat
harian
melakukan kegiatan
sesuai
dengan 5. Klien melakukan
kegiatan
sesuai
kondisi sakit dan
dengan
kondisi
kemampuannya
sakitnya

1. Bina hubungan saling percaya:


a. Sapa klien
b. Beri salam/panggil nama klien
c. Tanyakan nama
panggilan
kesukaan klien
d. Sebutkan nama perawatan sambil
berjabat tangan
e. Jelaskan
maksud
hubungan
interaksi
f. Jelaskan kontrak yang akan dibuat
g. Beri rasa aman dan sikap empati
h. Beri perhatian pada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Diskusikan kemampuan
dan aspek
positif yang dimiliki klien:
a. Setiap bertemu klien hindarkan
dari memberi penilaian negatif
b. Utamakan memberi pujian yang
realistic
3. Diskusikan dengan klien kemampuan
yang masih dapat dilakukan
a.
diskusikan
kemampuan
yang dapat dilanjutkan
4. Rencanakan bersama klien aktivitas
yang dapat dialakukan setiap hari
sesuai kemampuan:
a. Tingkatkan kegiatan yang sesuai
dengan toleransi kondisi klien
b. Beri contoh pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien lakukan
5. Beri kesempatan pada klien untuk
mencoba
kegiatan
yang
telah
direncanakan
a. Beri pujian atas keberhasilan klien
b. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah

16

TUK 6:

6. Klien memanfaatkan 6. Beri pend kes pada keluarga tentang


system
pendukung
cara merawat klien dengan HDR:
Klien
dapat
yang
ada
di
keluarga
a. Bantu keluarga dalam memberi
memanfaatkan
dukungan pada klien
system pendukung
b.
Bantu
keluarga
menyiapkan
yang ada
lingkungan rumah
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh
diagnosa
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
keperawatan
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
INTERVENSI
Gangguan
TUM:
konsep diri: Klien
harga
diri menunjukkan
rendah
peningkatan
berhubungan harga diri
dengan
TUK1:
gangguan
Klien
dapat
citra tubuh
membina
hubungan daling
percaya
TUK 2:
Klien dapat meng
identifikasi
perubahan
citra
tubuhnya.
TUK 3:
Klien
dapat
menilai
kemampuan yang
dimilikinya.
TUK 4:
Klien
dapat
merencanakan
kegiatan
sesuai
dengan
kemampuan yang
dimiliki
TUK 5:
Klien
dapat
melakukan
kegiatan
pengembalian
integritas
tubuhnya.

1. Klien
menerima 1) Klien
dapat
meningkatkan
perubahan yang terjadi
keterbukaan dan hubungan saling
2. Klien memilih beberapa
percaya:
cara
mengatasi
a. Bina hubungan perawat - klien
perubahan yang terjadi
yang terapeutik
3. Klien adaptasi dengan
b. Salam terapeutik
cara-cara yang dipilih
c. Komunikasi terbuka, jujur dan
dan digunakan
empati
4. Klien dapat mengatasi
d. Sediakan
waktu
untuk
masalahnya sendiri
mendengarkan
klien.
Beri
5. Klien dapat melakukan
kesempatan
mengungkapkan
pengembalian integritas
perasaan
klien
terhadap
tubuhnya
perubahan tubuh.
e. Lakukan kontrak untuk program
asuhan keperawatan (pendidikan
kesehatan, dukungan, konseling dan
rujukan)
2) Klien
dapat
mengidentifikasi
perubahan citra tubuh:
a. struktur, bentuk atau fungsi
tubuh
b. Observasi ekspresi klien pada
saat diskusi
3) Klien dapat menilai kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki:
a. Diskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
(tubuh, intelektual, keluarga)
oleh klien diluar perubahan
yang terjadi
b. Beri pujian atas aspek positif
dan kemampuan yang masih
dimiliki klien.
4) Klien dapat menerima realita
perubahan struktur, bentuk atau

17

fungsi tubuh.
a. Dorong klien untuk merawat diri
dan berperan serta dalam asuhan
klien secara bertahap
b. Libatkan klien dalam kelompok
klien dengan masalah gangguan
citra tubuh
c. Tingkat dukungan keluarga pada
klien terutama pasangannya
5) Klien dapat menyusun rencana caracara menyelesaikan masalah yang
dihadapi.:
a. Diskusikan cara-cara (booklet,
leaflet
sebagai
sumber
informasi)
yang
dapat
dilakukan untuk mengurangi
dampak perubahan struktur,
bentuk atau fungsi tubuh.
b. Dorong klien memilih cara
yang sesuai
6) Klien dapat melakukan tindakan
pengembalian integritas tubuh:
a) Membantu klien mengurangi
perubahan citra tubuh
b) Rehabilitasi bertahap bagi klien

18

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan
dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya
yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang
kontak secara terus menerus ( anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi
roda) dengan tubuh. Ideal diri adalah persepsi individual tentang bagaimana
dia harus berperilaku berdasarkan standart, tujuan, keinginan atau nilai
pribadi tertentu. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Peran
adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan
dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Identitas diri
pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, berkesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.
B. Saran
Kita harus mengerti, tahu dan memahami apa itu Gangguan Konsep
Diri. Agar tindakan serta penanganan terhadap masalah ini dapat tercapai
sesuai dengan keinginan.

19

Anda mungkin juga menyukai