Anda di halaman 1dari 50

LO 1.

ANATOMI JANTUNG

External :Anterior View

Figure 18.4b

Frontal Section

Figure 18.4e

External :Posterior View

Figure 18.4d

Pathway of Blood Through the Heart and


Lungs

Figure 18.5

LO 2. Histologi Jantung

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG


DAN PEMBULUH DARAH
Dimulai setelah dilakukan inspeksi
payudara dan palpasi aksila
Syarat untuk melakukan pemeriksaan
fisik :

Kamar yang sunyi


Penerangan yang baik
Dada pasien terbuka
Perlengkapan : stetoskop dengan bel dan
diafragma
Willms JL, Schneiderman H, Algranati
PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

INSPEKSI DAN PALPASI


PENDAHULUAN
Pasien dalam posisi duduk
Inspeksi :
Melihat gerakan dinding depan dada
Melihat daerah apeks

Palpasi :
Daerah apeks
Menentukan batas-batas sternal

Willms JL, Schneiderman H, Algranati


PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

INSPEKSI DADA POSISI


TERLENTANG (SUPINASI)
Pasien dalam posisi terlentang (supinasi),
dengan trunkus dan kepala dinaikkan 30
derajat
Mencari pulsasi yang dapat dilihat,
retraksi, atau gerakan dinding dada

Willms JL, Schneiderman H, Algranati


PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

INSPEKSI PEMBULUH DARAH


POSISI TERLENTANG (SUPINASI)
Pemeriksaan tekanan vena jugularis :
Letakkan bantal di bawah kepala untuk membuat M.
sternocleidomastoideus terelaksasi
Naikkan bed pada daerah kepala hingga 30 derajat. Pemeriksa
berdiri di sebelah kanan pasien, kemudian kepala pasien
dimiringkan ke arah menjauhi pemeriksa
Gunakan senter untuk penyinaran daerah leher, kemudian
tentukan vena jugularis eksterna. Setelah ditentukan, baru mencari
pulsasi vena jugularis interna (terletak diantara perlekatan M.
sternocleidomastoideus pada sternum dan klavikula)
Tentukan titik tertinggi pulsasi dengan menggunakan penggaris
yang diletakkan diatas angulus sterno Ludovici, kemudian
disejajarkan dengan letak pulsasi di leher dengan bantuan objek
horizontal
Normal : tidak > 3 4 cm
Bickley LS, Szilagyi PG. Bates guide
to physical examination and history
taking. 9th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2007.

HASIL INSPEKSI NORMAL


Pada sebagian kecil orang dewasa, iktus
kordis terlihat pada intercostal 4 atau 5,
5 6 cm sebelah kiri garis pertengahan
sternum (luar/dalam garis midklavikula)
Orang yang kurus/tinggiimpuls mungkin
terletak lebih ke bawah dan atau medial
Obesitas, perkembangan otot-otot
pectoralis, dan payudaradapat
mengaburkan impuls
Willms JL, Schneiderman H, Algranati
PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

PALPASI DADA POSISI


TERLENTANG (SUPINASI)
Pasien diposisikan berbaring lebih ke arah kiri (left lateral
decubitus)
Dengan sendi interphalanx distal jari II dan III, pemeriksa mencari
iktus kordis (daerah yang mengalami impuls maksimal) yang
terletak pada intercostales 4 atau 5, yang terdapat di/sekitar garis
midklavikula
Setelah lokasi iktus kordis dapat ditentukan, pemeriksa meletakkan
2 jari tangan lain pada pulsasi arteri karotis sebelah kanan
Kemudian, pasien diposisikan terlentang dan dilakukan palpasi
kembali
Setelah dilakukan palpasi, pemeriksa meletakkan permukaan
telapak tangan pada batas sternum kiri bawah untuk merasakan
apakah terdapat getaran jantung yang difus (heaves)/getar jantung
yang ditimbulkan oleh turbulensi aliran darah (thrill)
Hal yang sama dilakukan pada basis jantung (intercostal 2 kiri)
Willms JL, Schneiderman H, Algranati
PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

PALPASI PEMBULUH DARAH


POSISI TERLENTANG (SUPINASI)
Palpasi untuk menentukan pulsasi arteri
karotis :
Palpasi masing-masing sisi leher secara terpisah, di
bawah ramus mandibula dan di sebelah lateral dari
trakea
Gerakan ke atas bersamaan dengan pertengahan
sistolik ventrikel
Jika dilakukan bersamaan dengan auskultasi
jantung, pulsasi arteri karotis menyertai S1/segera
mengikuti
Amplitudo pulsasi karotis kanan dan kiri harus
sama
Willms JL, Schneiderman H, Algranati
PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

HASIL PALPASI NORMAL


Iktus kordis menempati suatu daerah
dengan diameter < 2,5 cm, terasa pada
awal sistolik
Amplitudo dan durasi normal

Willms JL, Schneiderman H, Algranati


PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

PERKUSI DADA POSISI


TERLENTANG (SUPINASI)
Dilakukan untuk menentukan batas-batas
jantung
Batas kiri jantung :
Perkusi dari lateral ke medial
Perubahan suara dari sonor (berasal dari paruparu) ke redup dijadikan sebagai batas kiri jantung
Bisa didapatkan iktus, yang secara normal berada
di intercostal 5 kiri, agak ke medial dari garis
midklavikula (batas kiri bawah jantung)
Batas kiri atas jantung normal : intercostal 2 kiri di
garis parasternal kiri
Pemeriksaan Fisik Sistem
Kardiovaskuler. Laboratorium
Keterampilan Medik PPD Unsoed

PERKUSI DADA POSISI


TERLENTANG (SUPINASI)
Batas kanan jantung :
Perkusi dari lateral ke medial
Agak sulit karena letak jantung agak jauh
dari dinding depan toraks
Batas kanan bawah jantung normal : sekitar
intercostales 3 4 kanan, di garis parasternal
kanan
Batas atas kanan jantung normal : intercostal
2 kanan, di garis parasternal kanan

Pemeriksaan Fisik Sistem


Kardiovaskuler. Laboratorium
Keterampilan Medik PPD Unsoed

AUSKULTASI DADA POSISI


TERLENTANG (SUPINASI)
Stetoskop diletakkan di 5 tempat utama :
Apeks (di intercostal 5 kiri pada garis midklavikula)
Batas sternum kiri bawah/fokus tricuspid (di intercostal 4 kiri)
Intercostal 3 kiri
Batas sternum kiri atas/fokus katup pulmonal (di intercostal 2 kiri)
Intercostal 2 kanan/fokus katup aorta

Pertama-tama dilakukan auskultasi pada masing-masing tempat


dengan diafragma stetoskopmendengar siklus jantung dan
pernafasan. Kemudian, auskultasi diulangi kembali dengan bel
stetoskop

Willms JL, Schneiderman H, Algranati


PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

AUSKULTASI DADA POSISI


TERLENTANG (SUPINASI)
Nilai 4 komponen siklus jantung :
S1 : bunyi yang sesuai dengan penutupan katup AV.
Apakah berbeda pada setiap tempat?; apakah terjadi
penguatan/pelemahan?; apakah bunyi terpisah?
S2 : bunyi yang sesuai dengan penutupan katup
semilunar. Penilaian sama dengan S1
Sistolik (waktu setelah S1 dan sebelum S2). Apakah
silent/berbunyi?
Diastolik (waktu setelah S2 dan sebelum S1). Penilaian
sama dengan sistolik

Penilaian lainnya:
Frekuensi denyutan dan irama (cepat/lambat;
teratur/tidak teratur)
Willms JL, Schneiderman H, Algranati
PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

AUSKULTASI PEMBULUH DARAH


POSISI TERLENTANG (SUPINASI)
Dengan wajah pasien diputer ke posisi
yang berlawanan, letakkan diafragma
(jika perlu kontak kulit yang luas) atau
bel (jika tidak perlu kontak kulit yang
luas) stetoskop pada pulsasi arteri karotis
Biasanya dapat terdengar satu atau dua
pulsasi arteri karotis sesuai dengan S2
(kadang-kadang S1)
Dengarkan bruit/bising katup aorta yang
dihantarkan
Willms JL, Schneiderman H, Algranati
PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

HASIL AUSKULTASI
NORMAL
Rentang normal frekuensi : 60 100 x/menit. Dapat menurun
pada atlit yang sehat; dan meningkat pada penderita anemia,
hipertiroidisme, demam, atau ansietas
S1 :
Bunyinya lebih besar pada apeks daripada basis

S2 :
Bunyinya lebih besar pada basis
Pemisahan bunyi yang normal terjadi karena ejeksi ventrikel kanan yang
lebih lama daripada ejeksi ventrikel kiri saat inspirasi

Willms JL, Schneiderman H, Algranati


PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

HASIL AUSKULTASI
NORMAL
Sistolik :
Silent
Variasi normal :
Bising innocent (innocent murmur) : bising sistolik
pulmonal (getaran ejeksi berlebihan dari trunkus
pulmonalis pada anak-anak dan dewasa muda); bising
Still (getaran tali-tali pengikat katup pulmonal); bising
brakiosefalik (getaran pada truncus brachiocephalicus
dan atau A. subclavian; sclerosis aorta benigna (bising
pada intercostal 2 kanan, usia lanjut)
Cervical venous hum : bising kontinu karena
turbulensi aliran di dalam vena normal
Willms JL, Schneiderman H, Algranati
PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

HASIL AUSKULTASI
NORMAL
Diastolik :
Cervical venous hum (lebih keras pada
diastolik daripada sistolik)
S3 : bunyi bernada rendah; paling baik
terdengar di daerah apeks dengan bel
stetoskop dan posisi pasien left lateral
decubitus; normal pada anak-anak dan
dewasa muda, jarang pada orang berusia
diatas 30 tahun
S4 : bunyi akhir diastolik yang sering
terdengar pada orang berusia > 50 tahun
Willms JL, Schneiderman H, Algranati
PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

VARIASI PADA KEHAMILAN


Perkusi dan palpasi : batas jantung kiri
dapat terdorong ke atas dan ke luar karena
pembesaran uterus dan elevasi diafragma;
iktus kordis tergeser ke lateral garis
midklavikularis dan superior intercostal 4
Auskultasi :
Bising midsistolik : ejeksi cepat ke aorta/trunkus
pulmonalis; terdengar di batas sternum kiri atas
Mammary souffl : peningkatan aliran A.
mammaria interna; terdengar paling keras di
intercostal 2 atau 3 saat terlentang
Willms JL, Schneiderman H, Algranati
PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

VARIASI PADA USIA LANJUT


Palpasi : distorsi posisi jantung relatif
terhadap dinding dada karena kelemahan
otot/kifosis vertebra torakalis
Auskultasi : S4 yang tidak disertai
penyakit katup, hipertrofi miokardium,
atau kelainan fungsi jantung

Willms JL, Schneiderman H, Algranati


PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis
dan fungsi di bangsal. Jakarta: EGC;
1994.

Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG mampu merekam
aktivitas "listrik" jantung. Sumbatan
koroner pada jantung yang mengalami
"iskemik" menyebabkan gangguan
aktivitas "listrik" jantung yang terdeteksi
melalui "elektrokardiogram".

EKG juga dapat merekam


berbagai kelainan aktivitas
listrik jantung lainnya.
Beberapa jenis penyakit yang
bisa dideteksi dengan EKG ini
diantaranya yaitu penyakit
jantung koroner, infark miokard
akut, hipertensi

Ekhokardiografi
Pemeriksaan yg menggunakan prinsip
gelombang ultra sound untuk melihat anatomi
jantung saat bergerak (berdenyut) sehingga
dpt diketahui adanya gangguan dlm gerakan
otot jantung, kebocoran sekat jantung,
penyempitan/ kebocoran katub jantung,
ukuran ruang jantung, maupun adanya cairan
serta tumor pada rongga jantung.

Pemeriksaan ekhokardiografi ini


juga bisa digunakan untuk
mengevaluasi hasil operasi
jantung maupun hasil terapi
medis.

Ekhokardiografi dopller
Merupakan pemeriksaan Ekhokardiografi
dengan menggunakan teknik Doppler.
Ekhokardiografi Doppler ini digunakan
untuk menilai aliran darah dalam jantung
maupun pembuluh darah sehingga dapat
mendeteksi adanya penyakit jantung,
seperti : stenosis (penyempitan) katup,
regurgitasi (kebocoran) katup, kelainan
jantung bawaan.

Dobutamine Stress Echocardiography (DSE)

Pemeriksaan ekokardiografi dengan


menggunakan infus Dobutamine
pada pasien-pasien yang dicurigai
memiliki penyakit jantung koroner
namun tidak dapat dengan alat
Treadmill.

Selain untuk mendeteksi ada


tidaknya penyempitan
pembuluh koroner,
pemeriksaan DSE juga dapat
digunakan untuk mengetahui
viabilitas otot jantung dengan
memantau gangguan gerakan
otot jantung.

Uji Latih Jantung Beban


(Treadmill)
Pemeriksaan ini seringkali digunakan untuk memeriksa

orang-orang yang mengalami: keluhan (angina


pektoris), nyeri dada (EKG tidak khas) laki-laki > 40
tahun atau wanita setelah monopouse yang disertai
faktor resiko penyakit jantung koroner (PJK).

Pemeriksaan ini sering juga digunakan untuk deteksi

dini penyakit jantung koroner disamping untuk menilai


kesegaran jasmani.

Pada pemeriksaan ini pasien diharuskan


berjalan diatas ban treadmill dan setiap 3
menit beban maupun kecepatan alat
tersebut akan ditingkatkan. Tes dihentikan
apabila pasien ada keluhan, atau target
nadi maksimal telah dicapai atau adanya
perubahan terhadap rekaman EKG
maupun tekanan darah yang tidak normal.

Cardio Pulmonary Exercise


Test
Merupakan suatu tes terhadap fungsi jantung dan
paru (kardiorespirasi) dengan menggunakan
peralatan khusus.

Prosedur yang dilaksanakan hampir sama dengan


Treadmill tes, bedanya disini pernafasan pasien saat
menghirup maupun mengeluarkan nafas dilakukan
hanya boleh melalui alat khusus yang dipasangkan
pada mulut saja.

Holter dan Blood Pressure


Monitoring
Pemantauan

terhadap

aktivitas

listrik jantung selama 24 jam


terus

menerus

dengan

menggunakan peralatan Holter,


sehingga gangguan irama yang
timbul

sewaktu-waktu

terekam didalam alat ini.

dapat

Setelah pemasangan, pasien


dipersilakan untuk pulang dan
mencatat semua kegiatan maupun
keluhannya sepanjang hari. Pasien
diharuskan kembali ke rumah sakit
keesokan harinya pada waktu yang
telah ditentukan untuk mengevaluasi
hasil pemantauan.

CT-SCAN
Metode pemeriksaan yang sensitif dan spesifik
Menampilkan gambar rekonstruksi dalam
berbagai posisi serta 3D
Indikasi :
# membantu diagnosis penyakit
# membantu menentukan area untuk biopsi
# mengetahui tentang pembuluh darah
Faktor resiko : pasien alergi tinta kontras
mual, muntah, gatal- gatal

CT-SCAN

MRI
Pencitraan resonansi magnetik, tidak menggunakan X-ray
Menampilkan citra dalam berbagai posisi tanpa harus memanipulasi pasien
Penderita diletakkan dalam medan magnet ini & kemudian dirangsang
dengan gelombang frekuensi tinggi melalui kumparan-kumparan
Dari rangsangan timbul impulsdisalurkan ke sistem komputer
Pemeriksaan bersifat non-invasif & pilihan lain dari ekokardiografi
Indikasi : membantu mendiagnosis defek pada jantung, gejala gagal jantung,
kelemahan otot jantung
KI : tidak dianjurkan untuk pasien yang mengalami trauma dan memasang
traksi

MRI

EKG
Elektrokardiogram rekaman listrik jantung
yang diperoleh dengan bantuan elektroda
yang ditempel dipermukaan tubuh
Gambaran EKG normal belum tentu
menunjukkan jantung normal
Manfaat : dalam diagnosis aritmia jantung &
menentukan apakah takikardi yang timbul
merupakan takikardi ventrikuler /
supraventrikuler (karena penanganannya
sangat berbeda)

SADAPAN-SADAPAN PADA
EKG
Untuk membuat rekaman EKG
dilekatkan elektroda-elektroda yang
dapat meneruskan potensial listrik dari
tubuh ke alat pencatat potensial
elektrokardiograf

Dipakai 10 elektroda

4 buah elektroda ekstremitas (LKa,


LKi, TKa, Tki)
6 buah elektroda prekordial
V1 : garis parasternal kanan, pada
interkostal IV
V2 : garis parasternal kiri, pada
interkostal IV
V3 : titik tengah antara V2 dan V4
V4 : garis klavikula tengah, pada
interkostal V
V5 : garis aksila depan, sama tinggi
dengan V4
V6 : garis aksila tengah, sama tinggi
dengan V4 & V5

GAMBARAN SIKLUS JANTUNG


PADA EKG
Rekaman EKG dibuat pada kertas yang berjalan dengan kecepatan baku 25
mm/detik dan defleksi 10 mm sesuai dg potensial 1 mV
Gambaran EKG yg normal
Gelombang P berukuran kecil & hasil depolarisasi atrium kanan & kiri
Segmen PR garis isoelektrik & menghubungkan gel. P dan gel. QRS
Gelombang kompleks QRS hasil depolarisasi ventrikel kanan & kiri
Segmen ST garis isoelektrik & menghubungkan kompleks QRS dg gelombang
T
Gelombang T potensial repolarisasi ventrikel kanan & kiri
Gelombang U berukuran kecil & sering tidak ada

Modifikasi gaya hidup dan


intervensi risiko
Olahraga minimal seminggu sekali
Diet kaya buah, sayuran dan produk unggas rendah
lemak dengan mengurangi lemak total dan jenuh
Kontrol tekanan darah optimal
Manajemen lipid
Manajemen diabetes sehingga kadar glukosa puasa di
bawah 110 mg/dL dan HbAIC kurang dari 7%

Anda mungkin juga menyukai

  • Translate Jurding
    Translate Jurding
    Dokumen10 halaman
    Translate Jurding
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Case Endang
    Case Endang
    Dokumen35 halaman
    Case Endang
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • JUDUL
    JUDUL
    Dokumen10 halaman
    JUDUL
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Deskriptif
    Skripsi Deskriptif
    Dokumen20 halaman
    Skripsi Deskriptif
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Bronkus dan Hilus Thorax PA Kasar
    Bronkus dan Hilus Thorax PA Kasar
    Dokumen1 halaman
    Bronkus dan Hilus Thorax PA Kasar
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Depresi
    Gangguan Depresi
    Dokumen19 halaman
    Gangguan Depresi
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Deskriptif
    Skripsi Deskriptif
    Dokumen20 halaman
    Skripsi Deskriptif
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen36 halaman
    Bab 2
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Buletin Kanker
    Buletin Kanker
    Dokumen1 halaman
    Buletin Kanker
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Radiologi
    Radiologi
    Dokumen2 halaman
    Radiologi
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen2 halaman
    Presentation 1
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Case Hidrokel
    Case Hidrokel
    Dokumen14 halaman
    Case Hidrokel
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Radiologii
    Radiologii
    Dokumen2 halaman
    Radiologii
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Xray
    Xray
    Dokumen1 halaman
    Xray
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi
    Hipertensi
    Dokumen7 halaman
    Hipertensi
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Hepatoma Cellular Carcinoma
    Hepatoma Cellular Carcinoma
    Dokumen3 halaman
    Hepatoma Cellular Carcinoma
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Radiologi
    Radiologi
    Dokumen1 halaman
    Radiologi
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Pemicu 1
    Pemicu 1
    Dokumen115 halaman
    Pemicu 1
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Case Hidrokel
    Case Hidrokel
    Dokumen14 halaman
    Case Hidrokel
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Buletin Kanker
    Buletin Kanker
    Dokumen1 halaman
    Buletin Kanker
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Case Hidrokel
    Case Hidrokel
    Dokumen1 halaman
    Case Hidrokel
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Buletin Kanker PDF
    Buletin Kanker PDF
    Dokumen44 halaman
    Buletin Kanker PDF
    Zahra Shnta
    Belum ada peringkat
  • Beonkiekstasis
    Beonkiekstasis
    Dokumen45 halaman
    Beonkiekstasis
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Papa T
    Makalah Papa T
    Dokumen38 halaman
    Makalah Papa T
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Faal Endokrin II
    Faal Endokrin II
    Dokumen31 halaman
    Faal Endokrin II
    febrianiery
    Belum ada peringkat
  • Karakterstik Wanita Fluor Albus PDF
    Karakterstik Wanita Fluor Albus PDF
    Dokumen11 halaman
    Karakterstik Wanita Fluor Albus PDF
    Natasya Putri
    Belum ada peringkat
  • Imuno Reproduksi
    Imuno Reproduksi
    Dokumen19 halaman
    Imuno Reproduksi
    Aditya Ilham
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Endokrin
    Fisiologi Endokrin
    Dokumen86 halaman
    Fisiologi Endokrin
    Jovian Lutfi
    Belum ada peringkat