Nomor:
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMAN 3 Bandar Lampung menerangkan bahwa buku
Rumus-rumus Fisika SMA adalah benar ditulis oleh:
Penulis Pertama,
Nama : Dra. Damriani
NIP : 131658096
Penulis Kedua,
Nama : Zainal Abidin, S.Pd
NIP : 132003007
dan telah digunakan sebagai pelengkap material pembelajaran di SMAN 3 Bandar Lampung.
Drs. H E R N A D I
NIP. 131870646
2
KATA PENGANTAR
Buku Rumus-rumus Fisika SMA ini ditulis bukan bermaksud untuk dihapal oleh para siswa
namun bertujuan untuk digunakan sebagai buku pendamping dalam memecahkan soal-soal fisika.
Rumus-rumus fisika merupakan bahasa sains yang konsisten dalam menjelaskan fenomena alam
dan sebagai bahasa universal yang berlaku dalam dunia ilmiah, untuk itu pemahaman pada
konsep, asas, dan prinsip fisika merupakan hal pertama yang harus dimengerti oleh para siswa,
bukan dengan cara menghapal rumus-rumus.
Dalam memecahkan soal-soal fisika, buku ini dapat digunakan untuk memberi gambaran global
dari rumus-rumus fisika dan dapat digunakan sebagai pendamping dalam melatih kemampuan
memecahkan soal-soal fisika.
Dengan selesai penulisan buku ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Hernadi
sebagai Kepala SMAN 3 Bandar Lampung, atas semua dukungannya, masukan dan saran dari
para kolega diucapkan terima kasih. Mereka adalah guru-guru fisika SMAN 3 Bandar Lampung,
yaitu Arif Santoso, S.Pd, Euis Waliah, S.Pd, Dra. Sartinem dan Fera Nofrizawati, S.Pd.
Buku ini tentu jauh dari sempurna, masukan, kritik dan saran yang membangun dapat
disampaikan melalui email: mbak_annie@yahoo.co.id atau zainal.abidin.mustofa@gmail.com.
Semoga kehadiran buku ini dapat memenuhi tujuan penulisan dan bermanfaat bagi penggunanya.
Damriani
Zainal Abidin
3
DAFTAR ISI
Surat Keterangan 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
4
BESARAN DAN SATUAN
MKS CGS
M
L
Dimensi ----> Primer ----> dan dimensi Sekunder ---> jabaran Guna dimensi untuk
T
: Checking persamaan Fisika.
Contoh :
W
= F ⋅ v = P (daya)
t
ML2 T -2
= MLT -2 LT -1
T
ML2 T -3 = ML2 T -3
5
No Besaran Rumus Sat. Metrik (SI) Dimensi
s
v= m
1 Kecepatan t dt LT −1
∆v
a= m
2 Percepatan ∆t dt 2 LT −2
kg m (N)
3 Gaya F =m⋅a dt 2 MLT −2
kg m 2 ( Joule)
4 Usaha W = F ⋅s dt 2 ML2T −2
W kg m 2
P= ( Watt )
5 Daya t dt 3 ML2T −3
F kg
P= ( atm )
6 Tekanan A m dt 2 ML−1T −2
1 kg m 2
Ek = mv 2 ( Joule)
7 Energi kinetik 2 dt 2 ML2T −2
kg m 2 ( Joule)
8 Energi potensial
Ep = m ⋅ g ⋅ h dt 2 ML2T −2
kg m
9 Momentum M = m⋅v dt MLT −1
kg m
10 Impuls i = F ⋅t dt MLT −1
m kg
ρ=
11 Massa Jenis V m3 ML−3
w kg
12 Berat Jenis s= V m 2 dt 2 ML−2T −2
F kg
k=
13 Konst. pegas x dt 2 MT −2
Fr 2 m3
14 Konst. grafitasi G= m
2 kgdt 2 M −1 L3T −2
P.V kgm 2
15 Konst. gas R = n.T dt 2 mol o K ML2T −2 N −1θ −1
F
g= m
16 Gravitasi m dt 2 LT −2
6
17 Momen Inersia I = mR 2 kg m 2 ML2
ANGKA PENTING
Angka Penting : Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ukur, terdiri dari :
•Angka pasti
•Angka taksiran
Aturan :
a. Penjumlahan / Pengurangan
Ditulis berdasarkan desimal paling sedikit
Contoh :
2,7481
8,41
------- +
11,1581 ------> 11,16
b. Perkalian / Pembagian
Ditulis berdasarkan angka penting paling sedikit
Contoh :
4,756
110
--------- ×
0000
4756
4756
-------------- +
523,160 ----> 520
BESARAN VEKTOR
Besaran Skalar : adalah besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya atau nilainya saja.
Contoh : panjang, massa, waktu, kelajuan, dan sebagainya.
Besaran Vektor : adalah Besaran yang selain ditentukan oleh besarnya atau nilainya,
juga ditentukan oleh arahnya.
Contoh : kecepatan, percepatan, gaya dan sebagainya.
Sifat-sifat vektor
− − − −
1. A+ B = B + A Sifat komutatif.
− − − − − −
2. A + ( B +C ) = ( A+ B ) +C Sifat assosiatif.
7
− − − −
3. a ( A+ B )=a A +a B
− − − −
4. / A/ + / B / ≥/ A+ B /
− − − − −
/R/= / A/ 2 + / B / 2 +2 / A/ / B / cosα
− − −
/ R/ / A/ / B/
= =
arahnya :
sin α sin α 1 sin α 2
V1
α1 vx = v cos
α1 vy = v sin
α1
V2
α2 vx = v cos
α2 vy = v sin
α2
V3
α3 vx = v cos
α3 vy = v sin
α3
∑ vx = ....... ∑ vy = .......
8
( ∑ v X ) 2 + ( ∑ vY ) 2
Resultan / v R / =
∑ vY
Arah resultan : tg =
∑vX
A Ax+ Ay+ Az A A x / i + / A y / j A k
dengan sumbu-sumbu x, y dan z = atau =/ +/ z/
A = / A X / 2 + / AY / 2 + / AZ / 2
9
GERAK LURUS
10
v0=0
v= 2 gh
h
t= 2h / g
GJB
vo=0
v? h1 v= 2 g (h1 − h 2)
h2
Variasi GLB
P Q
SP + SQ = AB
A B
A
· SA = SB
B
P Q
SP
SP – SQ = AB
A B
SQ
∆r r2 − r1
1 v = =
∆t t 2 − t1
11
∆ v v 2 − v1
2. a= =
∆ t t 2 − t1
drx dry drz
3. vx = ; vy = ; vz =
dt dt dt
2 2 2
v = v x +v y +v z
dv x dv y dv z
4. ax = ; ay = ; az =
dt dt dt
2 2 2
a = a x +a y +a z
5 Diketahui a(t)
t2
v = ∫ a( t ) ⋅ dt
t1
t2
6. r = ∫ vt ⋅ dt
t1
h = tinggi
Vy = kecepatan terhadap sumbu y h1 = ketinggian pertama Vz = kecepatan terhadap sumbu z
h2 = ketinggian kedua | v | = kecepatan rata-rata mutlak
SP = jarak yang ditempuh P |ā| = percepatan rata-rata mutlak
SQ = jarak yang ditempuh Q ax = percepatan terhadap sumbu x
AB = panjang lintasan ay = percepatan terhadap sumbu y
SA = jarak yang ditempuh A az = percepatan terhadap sumbu z
SB = jarak yang ditempuh B a(t) = a fungsi t
v = kecepatan rata-rata V(t) = V fungsi t
∆r = perubahan posisi V1 = kecepatan 1
∆t = selang waktu Vx = kecepatan terhadap sumbu x
r2 = posisi akhir
r1 = posisi awal
t1 = waktu awal bergerak
t2 = waktu akhir bergerak
ā = percepatan rata-rata
∆V = perubahan rata-rata
V2 = kecepatan 2
12
HUKUM NEWTON
1. Hk. I Newton Hk. kelembaman (inersia) :
Untuk benda diam dan GLB ∑ F = 0 ∑ Fx = 0 dan ∑ Fy = 0
2. Hk. II Newton a≠ 0 GLBB ∑F = m⋅a
ω1 − ω 2 = ( m1 + m2 ) a
ω1 − T = m1 ⋅ a
∑F = 0 : *∑ Fx = 0
* ∑ Fy = 0
∑λ = 0
13
ΣFx = resultan gaya sumbu x
ΣFy = resultan gaya sumbu y
ΣF = resultan gaya
m = massa
a = percepatan
N = gaya normal
μs= koefisien gesek statis
μk= koefisien gesek kinetik
W = gaya berat
α=sudut yang dibentuk gaya berat setelah diuraikan ke sumbu
14
MEMADU GERAK
1. 2
v R = v1 +v 2
2
+2v1 v 2 cos α GLB – GLB
Vr = kecepatan resultan
2. Gerak Peluru V1 = kecepatan benda 1
Pada sumbu x GLB V2 = kecepatan benda 2
Pada sumbu y GVA – GVB
Y v x = v0 cos α
Vo x = v0 cos α ⋅ t
α
X v y = v 0 sin α − g ⋅ t
1 2
y = v 0 sin α ⋅ t − gt
2
X = jarak yang ditempuh benda pada sb x
Y = jearak yang ditempuh benda pada sb y
Vx = kecepatan di sumbu x
Syarat : V0 = kecepatan awal
Mencapai titik tertinggi vy = 0 t = waktu
Jarak tembak max y=0 g = percepatan gravitasi
y = −h
v0 2 sin 2α v0 2 sin 2 α
,
2 g 2 g
15
Jarak tembak max tidak berlaku jika dilempar dari puncak ; jadi harus pakai
y = −h
v sin 2α
2
x max = 0
g
16
GERAK ROTASI
GERAK TRANSLASI G E R A K R O TA S I H u b u n g a n n ya
Pergeseran linier s Pergeseran sudut θ s=θ.R
Kecepatan linier v Kecepatan sudut ω v=ω.R
Percepatan Linier a Percepatan sudut α a=α.R
s = jarak
a = percepatan
v = kecepatan
R = jari–jari lintasan
vt = kecepatan dalam waktu t detik
vo = kecepatan awal
t = waktu yang ditempuh
ωt = kecepatan sudut dalam waktu t detik
ωo= kecepatan sudut awal
Besarnya sudut :
17
S
θ = radian
R
S = panjang busur
R = jari-jari
1
f.T=1 f=
T
2π
ω= atau ω=2πf
T
v=ωR
v1 = v2, tetapi ω1 ω2
v1 = v2, tetapi ω1 ω2
≠ ≠
ωA = ωR = ωC , tetapi v A vB vC
v2
ar = atau ar = ω2 R
R
v2
Fr = m . atau F r = m ω2 R
R
18
v2 v2
N=m.g-m. N = m . g cos θ - m .
R R
v2 v2
N=m.g+m. N = m . g cos θ + m .
R R
v2 v2
N=m. - m . g cos θ N=m. -m.g
R R
19
v2 v2
T=m.g+m T = m m . g cos θ + m
R R
v2 v2
T=m. - m . g cos θ T=m. -m.g
R R
v2
T sin θ = m .
R
L cosθ
Periodenya T = 2π
g
Keterangan : R adalah jari-jari lingkaran
v2
N . µk = m .
R
N = gaya normal
N=m.g
20
GRAVITASI
m1 ⋅ m2
1. F =G⋅ VEKTOR
R2
M
2. g=G VEKTOR
R2
M
3. v = −G massa bumi
R
m⋅M
4. Ep = −G
R
5. w A→B = m( v B −v A )
1 1
HKE v 2 = v1 + 2GM
2 2
6. −
R1 R2
21
USAHA–ENERGI
_______________
1. w = F cos α ⋅ s α = sudut kemiringan
v = kecepatan
1 2
2. Ek = mv W = usaha
2
F = Gaya
3. Ep = m ⋅ g ⋅ h s = jarak
Ep = Energi Potenaial
g = percepatan gravitasi
Ek = Energi Kinetik
Ek1 + Ep1 = Ek 2 + Ep 2
22
MOMENTUM–IMPULS–TUMBUKAN
1. P =m ⋅v
P = momentum
m = massa
2. I =F ⋅∆
t
v = kecepatan
I = impuls
I = ∆P
3. F= gaya
I = m( v t − v 0 )
∆t = selang waktu
4. HKM (Hukum Kekekalan Momentum)
′ ′
m A ⋅v A +m B ⋅v B =m A ⋅v A +m B ⋅v B
arah kekanan v +
arah ke kiri v -
′ ′
v A − vB
5. e=− e = koefisien tumbukan (kelentingan)
v A − vB
6. Jenis tumbukan
Lenting sempurna e =1 HKE
HKM
Lenting sebagian 0 < e <1 HKM
Tidak lenting sama sekali e=0 HKM
h1
7. e= h1 = tinggi benda setelah pemantulan 1
h0
23
ELASTISITAS
1. F =k⋅x F = gaya pegas
k = konstanta pegas
1
2. Ep = k ⋅ x2 luasan grafik F – x x = simpangan pada pegas
2
Ep = energi potensial
3 kp = k1 + k 2 susunan paralel
1 1 1
4. = + susunan seri
ks k1 k 2
P F ⋅ L0
5. E= =
ε A ⋅ ∆L
F = gaya tekan/tarik
Lo = panjang mula-mula
A = luas penampang yang tegak lurus gaya F
∆L = pertambahan panjang
E = modulus elastisitas
P = stress
ε = strain
24
FLUIDA
Fluida Tak Bergerak
m
1. ρ zat =
v
1 gr kg
ρz
2. ρ relativ =
ρ air
ρ air pada 40C = 1000
cm 3 m3
m A + mB
3. ρc =
v A + vB
4. ρh =ρz ⋅ g ⋅h
Fh = υ h ⋅ A
5. = ρz ⋅ g ⋅ h ⋅ A
6. Archimedes : Gaya ke atas yang bekerja pada benda besarnya sama dengan jumlah (berat) zat cair yang
dipindahkan.
FA =ρz ⋅ g ⋅h
′
w = FA dalam keadaan setimbang
ρ bd ⋅ g ⋅ vb = ρ z ⋅ g ⋅ v 2
8. Melayang
w1 + w2 = ρ z ⋅ g ( v1 + v 2 )
25
9. Tenggelam
w > FA
w s = w − FA
11. Kapilaritas
2γ cosθ
y=
ρz ⋅ g ⋅r
Fluida Bergerak
Vol
1. Q= = A⋅v
t
2. Kontinuitas
A1v1 = A2 v 2
1 1
P1 + ρ ⋅ g ⋅ h1 + ρ ⋅ v1 = P2 + ρ ⋅ g ⋅ h2 + ρ ⋅ v2
2 2
3. Bernoully
2 2
ρ = massa jenis
m = massa
v = volume
A = luas permukaan
P = daya tekan
h = ketinggian dari dasar
Q = Debit
ρrelatif = massa jenis relatif
26
GELOMBANG BUNYI
GETARAN
k = konstanta pegas
1.
w W = berat
k =
x x = perubahan panjang pegas
F = gaya pegas
y = simpangan
2. Ep = energi potensial
Emek = energi mekanik
F=-k.
Ek = energi kinetik
3. Ep = ½ ky2 A = amplitudo
t = waktu
ω = kecepatan sudut
4. E mek = ½ kA2 m = massa
T = periode
k = konstanta
5. Ek = ½ k (A2-y2) l = panjang
f = frekuensi
λ = panjang gelombang
Lo = panjang mula-mula
6.
k ( A2 − y 2 ) ∆L = perubahan panjang
v=
m n = nada dasar ke
Vp = kecepatan pendengar
Vs = kecepatan sumber bunyi
7. k = mω 2 P = daya
R1= jarak 1
R2 = jarak 2
8. y = A sin ωt
9. v = ωA cos ωt
10. a = −ω 2 A sin ωt
11.
Ek = 1
2 mω 2 A 2 cos 2 ωt
27
12. Ep = 1 mω 2 A 2 sin 2 ωt
2
13.
E mek = 1
2 mω 2 A 2
m
14. T = 2π
k
l
15. T = 2π
g
GELOMBANG
1. v =f ⋅λ→λ=v ⋅t
2. t x
y gel. berjalan = A sin 2π −
T λ
1
y diam ujung terikat ∆ϕ =
4. 2
x t L
y = 2 A sin 2π cos 2π −
λ T λ
28
5. F m
v= µ=
µ
E = modulus young
6. E
v= stress P F F ⋅ Lo
ρ E= = = A
=
strain ε ∆L
Lo A ⋅ ∆L
P
v gas = γ
ρ
7.
RT Cp
= γ γ =
M Cv
Nada Sumber
1. Dawai
( n + 1) P fn =
n +1
v
( n + 2) s 2L
ND
( n + 2) P fn =
n +1
v
( n + 1) s 2L
( n + 1) P fn =
2n + 1
v
( n + 1) s 4L
29
Sifat :
Refleksi (Pemantulan)
v.tpp
d=
2
Resonansi
ln = ( 2n − 1) 1 λ
4
f layangan = fA − fB
Efek Doppler
v ± vP
fP = ⋅ fs
v ± vs
Intensitas
P P
I= =
A 4πR 2
1 1
I1 : I 2 = 2
: 2
R1 R2
Taraf Intensitas (TI)
I
TI = 10 log I 0 = 10 −12 Watt m 2
I0
dB
30
SUHU DAN KALOR
01. C R F K
Td 100 80 212 373 C = celcius
R = reamur
Air 100 80 180 100 F = fahrenheit
tk= suhu dalam kelvin
Tb 0 0 32 273 tc = suhu dalam
celsius
C:R:F=5:4:9
tK = tC + 273
Contoh :
X Y
Tb -20 40 X : Y = 150 : 200
=3:4
60 ?
4
3 (60 + 20) + 40 = …
Td 130 240
enaikkan suhu
Sifat termal zat diberi kalor (panas) perubahan dimensi (ukuran)
ubahan wujud
Ao = luas mula-mula
31
3. Muai luas. β= koefisien muai luas
∆V = perubahan volume
∆A = Ao . β . ∆t Vo = Volume awal
γ= koefisien muai volume
At = Ao ( 1 + β . ∆t )
4. Muai volume.
∆V = Vo . γ . ∆t
Vt = Vo ( 1 + . γ . ∆t )
β=2α
}γ = Q = kalor
γ=3α
m = massa
c= kalor jenis
t = perubahan suhu
5. Q = m . c. ∆t H = perambatan suhu
6. Q = H . ∆t
7. H=m.c
8. Azas Black. T1
Qdilepas
Qdilepas = Qditerima
TA
Qditerima
T2
9. Perambatan kalor.
32
Konduksi Konveksi Radiasi
k . A.∆t
H= H = h . A . ∆t I = e . σ . T4
l
A = luas
k = koefisien konduksi
l = panjang bahan
h = koefisien konfeksi
I = Intensitas
e = emitivitas bahan
σ = konstanta Boltzman
T = suhu
33
LISTRIK STATIS
q1 . q 2
F=k
01. r2
1
k= 9 2 2
4π ε 0 = 9 x 10 Nm /Coulomb
ε0 = 8,85 x 10-12 Coulomb2 / newton m2
F = gaya
Q1 = muatan benda 1
Q2 = muatan benda 2
R = jarak benda 1 ke 2
Q
E=k
r2
02.
E = kuat medan listrik
Q = muatan
R = jarak
03. Kuat medan listrik oleh bola konduktor.
E =0.
Q Q
R Es = k Ep = k
R2 r2
Er = kuat medan listrik di pusat bola
Es = kuat medan listrik di kulit bola
Ep = kuat medan listrik pada jarak p dari pusat bola
34
σ Q σ
Ep = σ= EP =
2ε0 A ε 0
V = potensial listrik
q q
VO = VK = V L = k. VM = k.
R r
35
11. C0 = ε 0
A ε .A
C=
d d
K ε0 A
12. C = C0 . K =
d
Q2
13. W= 1
2
atau W = 21 CV 2
C
- Q = Q1 = Q2 = Q3 = .....
s
- V = V + V + V + V +.....
s ab bc cd de
1 1 1 1
- = + + +.....
CS C1 C2 C3
- V = V1= V2 = V3
p
- Qp = Q1 + Q2 + Q3 + .....
- Cp = C1 + C2 + C3 + .....
36
C1V2 + C 2V2
16. VGAB =
C1 + C 2
C = kapasitas listrik
Q = muatan listrik
V = beda potensial
Co = Kapasitas dalam hampa udara
d = jarak antar dua keeping
A = luas masing-masing keeping
K = konstanta dielektrik
W = energi kapasitor
37
LISTRIK DINAMIS
dq
1. i=
dt
2. dq = n.e.V.A.dt
dq
i= = n. e.V . A Ampere
dt
i
03. J= = n. e.V Ampere/m2
A
04.
V A − VB
i=
R
L
05. R = ρ .
A
→ i = i1 = i2 = i3 = ....
38
→ VS = Vab + Vbc + Vcd + ...
→ RS = R1 + R2 + R3 + ...
→ VP = V1 = V2 = V3
→ i + i1 + i2 + i3 + ....
1 1 1 1
→ = + + +...
R p R1 R2 R3
RX . R2 = R1 . R 3
R1 . R3
RX =
R2
1 0 . A M P E R E M E T E R / G A LVA N O M E T E R .
1
RS = Rd Ohm
n −1
11. V O LT M E T E R .
39
Rv = ( n - 1 ) Rd Ohm
.
W=i2.r.t=V.i.t Joule
1 kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori
W = 0,24 i 2 . r . t = 0,24 V . i . t Kalori
dw
13. P= = V .i (Volt -Ampere = Watt)
dt
14. Elemen PRIMER : elemen ini membutuhkan pergantian bahan pereaksi setelah sejumlah energi
dibebaskan melalui rangkaian luar misalnya : Baterai.
Pada elemen ini sering terjadi peristiwa polarisasi yaitu tertutupnya elektroda-elektroda sebuah elemen
karena hasil reaksi kimia yang mengendap pada elektroda-elektroda tersebut.
Untuk menghilangkan proses polarisasi itu ditambahkan suatu zat depolarisator.
Berdasarkan ada/tidaknya depolarisator, dibedakan dua macam elemen primer :
1. Elemen yang tidak tetap; elemen yang tidak mempunyai depolarisator, misalnya pada elemen
Volta.
2. Elemen tetap; elemen yang mempunyai depolarisator.
misalnya : pada elemen Daniel, Leclanche, Weston, dll.
b) Elemen SEKUNDER : Elemen ini dapat memperbaharui bahan pereaksinya setelah dialiri arus dari
sumber lain, yang arahnya berlawanan dengan arus yang dihasilkan, misalnya : Accu.
Misalkan : Akumulator timbal asam sulfat. Pada elemen ini sebagai Katoda adalah Pb; sedangkan sebagai
Anode dipakai PbO2 dengan memakai elektrolit H2SO4.
c) Elemen BAHAN BAKAR : adalah elemen elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia bahan bakar
yang diberikan secara kontinue menjadi energi listrik.
Misalkan : pada elemen Hidrogen-Oksigen yang dipakai pada penerbangan angkasa.
40
dW
15. ε = ( Joule/Coulomb = Volt )
dq
16. i=
ε
R+r
17. disusun secara seri
n. ε
i=
n. r + R
18. disusun secara paralel
i=
ε
r
+R
m
41
n .ε
i=
n
.r + R
m
i1 + i2 + i3 = i4 + i5
E : negatif
E : positif
42
e = muatan electron n = jumlah rangkaian seri
A = luas penampang kawat m = jumlah rangkaian paralel
V = beda potensial Rd = hambatan dalam
R = hambatan K = tegangan jepit
ρ = hambat jenis kawat Rv = tahanan depan
43
MEDAN MAGNET
µ
01. µr =
µ 0
φ
02. B=
A
B
03. H=
µ
04. B = µ H = µ r. µ o. H
05. Benda magnetik : nilai permeabilitas relatif lebih kecil dari satu.
Contoh : Bismuth, tembaga, emas, antimon, kaca flinta.
Benda paramagnetik : nilai permeabilitas relatif lebih besar dari pada satu.
Contoh : Aluminium, platina, oksigen, sulfat tembaga dan banyak lagi garam-garam logam adalah zat
paramagnetik.
Contoh : Besi, baja, nikel, cobalt dan campuran logam tertentu ( almico )
dB =
µ 0
I .d sin θ
4π r2
k=
µ 0 = 10-7
Weber
4π A. m
B=
µ 0 .
I
2 π .a
B B I
H=
µ µ =
r .µ
0
=
2π . a
44
08. Induksi Induksi magnetik pada jarak x dari pusat arus lingkaran.
B=
µ 0 .
a. I . N
. sin α 1 atau B=
µ 0 .
a2. I. N
2 r2 2 r3
09. Induksi magnetik di pusat lingkaran.
B=
µ 0 .
I. N
2 a
10. Solenoide
Induksi magnetik di tengah-tengah solenoide :
B= µ 0
n I
Bila p tepat di ujung-ujung solenoide
µ
B= 0
n I
2
1 1 . To r o i d a
B=µ n I
N
n=
2π R
12. Gaya Lorentz
F=BI sin α
F = B.q.v sin α
13.
µ I P IQ
F= 0
2 π a
1 4 . G e r a k Pa r t i k e l B er m u a t a n D a l a m M e d a n L i s t r i k
45
lintasan berupa : PARABOLA.
q. E
percepatan : a=
m
Usaha : W = F . d = q . E .d
Usaha = perubahan energi kin
Ek = q . E .d
1
2 mv 2 2 − 21 mv1 2 = q. E . d
t=
v
q. E 2
d = 21 at 2 = 21 . .
m vX 2
Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik.
v = v X 2 + vY 2
q. E
v Y = a. t = .
m vX
Arah kecepatan dengan bidang horisontal θ :
vY
tg θ =
vX
1 6 . G e r a k Pa r t i k e l B er m u a t a n D a l a m M e d a n M a g n e t
Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet berupa LINGKARAN.
mv
B q
jari-jari : R=
46
17. Momen koppel yang timbul pada kawat persegi dalam medan magnet
τ = B.i.A.N.Sin θ
47
IMBAS ELEKTROMAGNETIK
dφ
Perubahan fluks : Eind = -N
dt
di
Perubahan arus : Eind = -L
dt
di1 di 2
GGL IMBAS Induktansi timbal balik : Eind1 = -M , Eind2 = -M
dt1 dt 2
K a wa t m e m o t o n g g a r i s g aya : E i n d = B . l . v s i n α
φ
L=N
i
µo N 2 A
L=
I N D U K TA N S I D I R I
φ1 φ2
M = N2
i1 , M = N1 i2
µ o N1 N 2 A
M= (Induktansi Ruhmkorff)
Ideal : Np : Ns = Is : Ip
T R A N S F O R M AT O R Np : Ns = Ep : Es
Tidak ideal : Ps = ηPp
48
Ns = banyak lilitan kumparan sekunder
l = panjang solenoida
Pp = Daya pada kumparan primer
Ps = daya pada kumparan sekunder
Ep = tegangan pada kumparan primer
Es = tegangan pada kumparan sekunder
ω = kecepatan sudut
M = induktansi Ruhmkorff
49
OPTIKA GEOMETRI
Plato dan Euclides : adanya sinar-sinar
penglihat.
Teori melihat benda Aristoteles : Menentang sinar-sinar penglihat.
Al Hasan : Pancaran atau pantulan benda
S i r I s a a k N e w t o n : Te o r i E m i s i “ S u m b e r
c a h a y a m e n y a l u r ka n
Pa r t i ke l y a n g ke c i l d a n r i n g a n b e r ke c e p a t a n
tinggi.
C h r i s t i a n H u y g e n s : Te o r i E t e r a l a m : c a h a y a
p a d a d a s a rn y a
S a m a d e n g a n b u n y i , m e r a m b a t m e m e r l u ka n
medium.
T h o m a s Yo u n g d a n A u g u s t i n e Fre s n e l l :
C a h a y a d a p a t l e n t u r d a n b e r i n t e r f e re n s i
J ean Le on Foucaul t : C epat r am bat cah a ya di z at
c ai r l ebi h keci l da ri pada di udara.
TEORI CAHAYA James Clerk Maxwell : Cahaya gelombang
elektromagnetik.
Heinrich Rudolph Hertz : Cahaya geloimbang
transversal
karena Mengalami polarisasi.
Pieter Zeeman : Cahaya dapat dipengaruhi medan
magnet
yang kuat.
Johannes Stark : Cahaya dapat dipengaruhi medan
listrik
yang kuat.
Michelson dan Morley : Eter alam tidak ada.
Max Karl Ernest Ludwig Planck : Teori kwantum
cahaya.
50
Merambat dalam garis lurus
S I FAT C A H AYA Ke c e p a t a n t e r b e s a r d i d a l a m v a ku m 3 . 1 0 8 m / s
Kecepatan dalam medium lebih kecil dari kecepatan di
vakum.
Kecepatan di dalam vakum adalah absolut tidak tergan-
tung pada pengamat.
PEMANTULAN CAHAYA.
1 1 1
01. = +
f s s'
s' h'
02. M=- =/ /
s h
03. Cermin datar : R=∞ sifat bayangan : maya, sama besar, tegak
360
n= -1
α
04. cermin gabungan d = s1’ + s2
Mtotal = M1.M2
PEMBIASAN/REFRAKSI.
c λ
01. Indeks bias nbenda = = u nbenda > 1
vm λm
n1 v 2 λ 2
n relatif medium 1 thdp medium 2 n12 = = =
n 2 v1 λ1
51
04. Prisma δ (deviasi) umum (1) n sin i1 = n’ sin r1 (cari r1)
2 (2) β = r1 + i2 (cari i2)
(3) n’ sin i2 = n sin r2 (cari r2)
(4) δ = i1 + r2 - β
minimum syarat : i1 = r2
n' 1
β > 10o sin ½ (δmin + β) = sin β
n 2
n'
β> = 10o δmin = ( − 1) β
n
n n' n' − n
05. Permukaan lengkung. + =
s s' R
n n' n' − n
06. Lensa tebal (1) + =
s1 s1 ' R1
(2)d = s1’ + s2
n' n n − n'
(3) + =
s2 s2 ' R2
1 n' 1 1
07. Lensa tipis = ( − 1)( − )
f n R1 R2
1 1 1
= +
f gab f1 f 2
Cembung-cembung (bikonveks) R1 +, R2 -
Cekung – cembung R1 - , R2 -
Cekung-cekung (bikonkaaf) R1 - , R2 +
Cembung – cekung R1 + , R2 +
52
1 1 1
9. Lensa Konvergen (positif) = +
f s s'
s' h'
divergen (negatif) M=- =/ /
s h
1
10. Kekuatan lensa (P) P= f dalam meter
f
100
P= f dalam cm
f
53
ALAT-ALAT OPTIK
Mata Emetropi (mata normal) pp = 25 cm ; pr = ∞
s = ∞ dan s’ = -pr
KACA MATA
Kaca Mata lensa Positif (Untuk orang hipermetropi)
s = 25 cm dan s’ = -pp
Sd
Akomodasi max P= +1
f
Ditempel dimata
Sd
Tanpa Akomodasi P=
f
54
LOUPE
Akomodasi max
s ' oby Sd
P= − ( + 1)
s oby fok
TEROPONG BINTANG
Tanpa akomodasi d = foby + fok
f oby
P=
f ok
Pp = titik jauh mata
Pp = titik dekat mata
s’ = jarak bayangan
s = jarak benda ke lup
P = kekuatan lensa
d = jarak lensa obyektif dengan lensa okuler
55
ARUS BOLAK-BALIK
V max
Eefektif=
2
i max 1 T 2π
Iefektif=
2
Iefektif = Imax{
T ∫
0
sin 2 (
T
)dt }
Epp = 2.Emax
56
Xl = reaktansi induktif
C = kapasitas kapasitor
Q=C.V
dQ dc.V
Xc = reaktansi kapasitif i= =
dt dt
c.dV max . sin ϖ .t
i=
dt
i = ϖ .c.V max . cos ϖ .t
1
XC =
ωC
(Satuan XC = 0hm)
IV. R-L-C dirangkai seri
1. . Xl = ϖ .L
1
2. Xc =
ϖ .C
3. Gambar fasor
57
4. Z = R 2 + ( Xl − Xc) 2
E
5. i =
Z
6. Vab = i.R Vac = Vr 2 + Vl 2
Vbc = i. Xl Vbd = Vl − Vc
Vcd = i. Xc Vad = Vr 2 + (Vl − Vc) 2
7. Daya=Psemu.cos θ
R
Daya=Psemu.
Z
Psemu = V.I (Volt Amper)
a. Xl > Xc → RLC bersifat induktif
V mendahului I dengan beda fase θ
b. Xl = Xc → RLC resonansi
Z = R kuat arus paling besar, karena hambatan total paling kecil.
1 1
f = T = 2π L.C
2π L.C
c. Xc > Xl → RLC bersifat capasitif
I mendahului V dengan beda fase θ
XL − XC
8. tg θ =
R
Z = Impedansi
θ = sudut fase
L = induktansi diri
f = frekwensi
T = periode
R = hambatan
58
PERKEMBANGAN TEORI ATOM
Atom-atom merupakan partikel terkecil dari suatu zat
Atom-atom suatu zat tidak dapat diuraikan menjadi partikel
Yang lebih kecil.
Atom suatu unsur tidak dapat diubah menjadi unsur lain.
Atom-atom setiap zat adalah identik, artinya mempunyai
Bentuk, ukuran dan massa yang sama.
DALTON - Atom suatu zat berbeda sifat dengan atom zat lain.
Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-unsur yang
berlainan dapat membentuk senyawa.
Pada suatu reaksi atom-atom bergabung menurut perban-
Dingan tertentu.
Bila dua macam atom membentuk dua macam senyawa
Atau lebih, maka perbandingan atom-atom yang sama dalam
kedua senyawa itu sederhana.
KELEMAHANNYA.
Atom tidak dapat dibagi lagi bertentangan dengan ekspe-
Rimen.
- Dalton tidak membedakan pengertian atom dan molekul
Satuan molekul juga disebut atom.
Atom merupakan bola kecil yang keras dan padat ber-
Tentangan dengan eksperimen Faraday dan J.J Thomson
59
TEORI J.J THOMSON
ATOM - Muatan positif dalam atom ini dinetralkan oleh elektron-
Elektron yang tersebar diantara muatan-muatan positif
Itu dan jumlah elektron ini sama dengan jumlah muatan
Positif.
KELEMAHANNYA.
Bertentangan dengan percobaan Rutherford dengan ham-
Buran sinar Alfa ternyata muatan positif tidak merata na-
Mun terkumpul jadi satu yang disebut INTI ATOM.
KELEMAHANNYA.
Model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom
Atau tidak mendukung kemantapan atom.
Model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spektrum
Atom-atom Hidtrogen adalah spektrum garis tertentu.
Pengukuran massa elektron oleh : J.J. Thomson dengan percobaan Tetes Minyak Milikan.
Sifat : - Bergerak cepat menurut garis lurus keluar tegak lurus dari katoda.
- Memiliki energi
- Memendarkan kaca
- Membelok dalam medan listrik dan medan magnet.
1. Elektron tidak dapat berputar dalam lintasan yang sembarang, elektron hanya dapat berputar pada
lintasan tertentu tanpa memancarkan energi. Lintasan ini
Disebut lintasan stasioner. Besar momentum anguler elektron pada lintasan
60
nh
Stasioner ini adalah : mvr =
2π
n disebut bilangan kwantum (kulit) utama.
2. Elektron yang menyerap energi (foton) akan berpindah ke lintasan yang ener-
ginya tinggi, dan sebaliknya.
e2
1. Ep = -k
r
e2
2. Ek = - ½ k
r
e2
3. Etotal = - ½ k
r
2
n h
4. r= ( )2
me k 2π
2
5. r1 : r2 : r3 : … = 12 : 22 : 32 : …
1 1 1
6. = R( 2 − 2 ) R = tetapan Ridberg R = 1,097.107 m-1
λ nA nB
Deret Lyman nA = 1 nB = 2, 3, 4 ….
Deret Balmer nA = 2 nB = 3, 4, 5, ….
Deret Paschen nA = 3 nB = 4, 5, 6, ….
Deret Brackett nA = 4 nB = 5, 6, 7, ….
Deret Pfund nA = 5 nB = 6, 7, 8, ….
e = muatan electron
r = jari-jari lintasan electron
Ep = Energi potensial
Ek = energi kinetic
n = bilangan kuantum
r = jari-jari lintasan electron
61
λ = panjang gelombang
h = tetapan Planck
RADIOAKTIVITAS
Adanya Fosforecensi : berpendarnya benda setelah disinari.
Dasar penemuan
Adanya Fluorecensi : berpendarnya benda saat disinari.
Menghitamkan film
Dapat mengadakan ionisasi
Dapat memendarkan bahan-bahan tetentu
Sifat-sifat Merusak jaringan tubuh
Daya tembusnya besar
Sinar α
Macam sinar Sinar β Penemu: Pierre Curie dan Marrie Curie
Sinar γ
x x x x x x γx x x x x
B α
xxxxxxxxxxxx
62
β
xxxxxxxxxxxx
01. I = Io e-µx
ln 2 0,693
02. HVL nilai x sehingga I = ½ Io HVL = =
µ µ
03. XA
Z N=A–Z
05. Eikat inti = {(Σmproton + Σmnetron) – minti }.931 MeV m dalam sma
= {(Σmproton + Σmnetron) – minti }.c2 m dalam kg
α
ZX Z-2X atau ZXA Z-2X +α
A A-4 A-4
0,693 ln 2
07. T = =
λ λ
8. R = λ. N
9. N = No.2-t/T
E
10. D =
m
11. Ereaksi = (Σmsebelum reaksi -Σmsesudah reaksi ).931 MeV m dalam sma.
63
Pencacah Geiger Muller (pulsa listrik)
Tabung Sintilasi (pulsa listrik)
13. ALAT DETEKSI Kamar kabut Wilson (Jejak lintasan saja)
Emulsi film
64
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
T I T I K B E R AT B E N D A
Titik berat untuk benda yang homogen ( massa jenis tiap-tiap bagian benda sama ).
a. Untuk benda linier ( berbentuk garis )
∑ ln . x n ∑ ln . y n
x0 = y0 =
l l
65
b. Untuk benda luasan ( benda dua dimensi ), maka :
∑ An . x n ∑ An . y n
x0 = y0 =
A A
Sifat - sifat:
1. Jika benda homogen mempunyai sumbu simetri atau bidang simetri, maka titik beratnya terletak pada
sumbu simetri atau bidang simetri tersebut.
2. Letak titik berat benda padat bersifat tetap, tidak tergantung pada posisi benda.
3. Kalau suatu benda homogen mempunyai dua bidang simetri ( bidang sumbu ) maka titik beratnya
terletak pada garis potong kedua bidang tersebut.
Kalau suatu benda mempunyai tiga buah bidang simetri yang tidak melalui satu garis, maka titik beratnya
terletak pada titik potong ketiga simetri tersebut.
x0 = 1
2 l z = titik tengah garis
2. Busur lingkaran
tali busur AB
y0 = R ×
busur AB
R = jari-jari lingkaran
3. Busur setengah
lingkaran 2R
y0 =
π
66
Nama benda Gambar benda Letak titik berat Keterangan
1. Bidang segitiga
y0 = 1
3 t t = tinggi
z = perpotongan
garis-garis berat
AD & CF
2.Jajaran genjang,
Belah ketupat, y0 = 1
2 t t = tinggi
Bujur sangkar z = perpotongan
Persegi panjang diagonal AC dan
BD
3. Bidang juring
tali busur AB
y0 = 2
R×
lingkaran 3
busur AB
R = jari-jari lingkaran
4.Bidang setengah
lingkaran 4R
y0 =
3π
R = jari-jari lingkaran
67
2. Bidang kulit t = tinggi
silinder. y0 = 1
2 t silinder
( tanpa tutup ) R = jari-jari
A = 2 π R.t
lingkaran alas
A = luas kulit
silinder
3. Bidang Kulit
limas T’z = 1
3 T’ T T’T = garis
tinggi ruang
4. Bidang kulit
kerucut zT’ = 1
3 T T’ T T’ = tinggi
kerucut
T’ = pusat
lingkaran alas
5. Bidang kulit
setengah bola. y0 = 1
2 R R = jari-jari
68
1. Prisma z pada titik tengah z1 = titik berat
beraturan. garis z1z2 bidang alas
y0 = 1
2 l z2 = titik berat
bidang atas
V = luas alas kali
l = panjang sisi
tinggi
tegak
V = volume
prisma
2. Silinder Pejal
y0 = 1
2 t t = tinggi silinder
R = jari-jari
V = π R2 t
lingkaran alas
= 1
4 t
y0 = 1
4 t R = jari-jari lingkaran
alas
V= 1
3 π R2 t
5. Setengah bola
pejal y0 = 3
8 R R = jari-jari bola.
69
TEORI KINETIK GAS
GAS IDEAL
1. Gas ideal terdiri atas partikel-partikel (atom-atom ataupun molekul-molekul ) dalam jumlah yang besar
sekali.
2. Partikel-partikel tersebut senantiasa bergerak dengan arah random/sebarang.
3. Partikel-partikel tersebut merata dalam ruang yang kecil.
4. Jarak antara partikel-partikel jauh lebih besar dari ukuran partikel-partikel, sehingga ukurtan partikel
dapat diabaikan.
5. Tidak ada gaya antara partikel yang satu dengan yang lain, kecuali bila bertumbukan.
6. Tumbukan antara partikel ataupun antara partikel dengan dinding terjadi secara lenting sempurna,
partikel dianggap sebagai bola kecil yang keras, dinding dianggap licin dan tegar.
7. Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku.
N
1. n=
N0
v 3kT
2. ras = m
M R
03. m= dan k=
N N0
04. v 3RT
ras = M
05. Pada suhu yang sama, untuk 2 macam gas kecepatannya dapat dinyatakan :
v v 1 1
ras1 : ras2 = M1 : M2
06. Pada gas yang sama, namun suhu berbeda dapat disimpulkan :
70
v v T1 T2
ras1 : ras2 = :
2L
07. t=
Vras
N m V 2 ras
08. F= .
3 L
N m V 2 ras 1
09. P= . atau P= ρ V 2 ras
3 V 3
2 N 2 N
10. P= . 1
mV 2 ras = . Ek
3 V 2
3 V
11. P . V = K’ . T atau P . V = N. k .T
k = Konstanta Boltman = 1,38 x 10-23 joule/0K
N
12. P . V = n R T dengan n=
N0
R = 8,317 joule/mol.0K
= 8,317 x 107 erg/mol0K
= 1,987 kalori/mol0 K
= 0,08205 liter.atm/mol0K
R P R. T P. Mr
13. P=ρ T atau = atau ρ = T
Mr ρ Mr R. T
P1 .V1 P2 .V2
14. =
T1 T2
3
15. Ek = Nk .T
2
71
k = tetapan boltzman
Ek = energi kinetic
vras = kecepatan partikel gas ideal
ρ = massa jenis gas ideal
T = suhu
HUKUM TERMODINAMIKA
01. cp - cv = R
cp = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada tekanan konstan.
cv = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada volume konstan.
02. panas jenis gas ideal pada suhu sedang ,sebagai berikut:
a. Untuk gas beratom tunggal ( monoatomik ) diperoleh bahwa :
5 3
γ = c P
= 1,67
c = R c = R
P
2 V
2 c
V
7 5
γ = c P
= 1,4
c = R c = R
P
2 V
2 c V
γ = konstanta Laplace.
3
04. Energi dalam suatu gas Ideal adalah : U = n. R. T
2
05.HUKUM I TERMODINAMIKA
∆
Q= ∆ U+ ∆ W
∆ Q = kalor yang masuk/keluar sistem
∆
U = perubahan energi dalam
∆ W = Usaha luar.
72
( lihat gambar ).
Jika grafik ini digambarkan dalam hubungan P dan V maka dapat grafik sebagai berikut :
Pemanasan Pendinginan
∆
W= ∆
Q- ∆
U = m ( cp - cv ) ( T2 - T1 )
Dengan demikian dalam proses ini berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac dalam bentuk :
P1 P2
=
T1 T2
Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka grafiknya sebagai berikut :
Pemanasan Pendinginan
∆
V = 0 ------- W = 0 ( tidak ada usaha luar selama proses )
73
∆
Q = U2 - U1
∆ Q= ∆ U
∆
U = m . cv ( T2 - T1 )
Pemanasan Pendinginan
T2 = T1 --------------> ∆ U = 0 ( Usaha dalamnya nol )
V2 V
W = P1 V1 ( ln ) = P2 V2 ( ln 2 )
V1 V1
P1 P
W = P1 V1 ( ln ) = P2 V2 ( ln 1 )
P2 P2
V2 V
W = n R T1 ( ln ) = n R T2 ( ln 2 )
V1 V1
P1 P
W = n R T1 ( ln ) = n R T2 ( ln 1 )
P2 P2
ln x =2,303 log x
74
Sebelum proses Selama/akhir proses
oleh karena tidak ada panas yang masuk / keluar sistem maka berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac
PV PV
1 1
= 2 2
T1 T2
Pengembangan Pemampatan
∆
Q = 0 ------ O = ∆ U + ∆ W
U2 -U1 = - ∆ W
γ-1 γ-1
T1.V1 = T2.V2
γ γ
P1.V1 = P2.V2
W Q − Q1
η = = 2
Q2 Q2
Q1
η = ( 1− ) × 100%
Q2
75
T1
η = ( 1− ) × 100%
T2
T = suhu
η = efisiensi
P = tekanan
V = volume
W = usaha
GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
Vektor perubahan medan listrik tegak lurus vektor perubahan medan magnet
Ciri-ciri GEM :
Menunjukkan gejala : pemantulan, pembiasan difraksi, polarisasi
E 0 .B 0
S max =
µ0
1
S= ε 0.E 0 2.c
2
76
1
c=
µ 0.ε 0
E02
S=
2.c.µ 0
Radiasi Kalor :
Radiasi dari benda-benda yang dipanasi
Yang dapat menyerap seluruh radiasi adalah benda hitam mutlak
c
τ= c=tetapan Wien=2,898.10-3m °K
T
v = kecepatan
c = kecepatan cahaya
T = suhu mutlak
λ = panjang gelombang
e = emisivitas
A = luas permukaan
S = intensitas
_
S = Intensitas rata-rata
77
OPTIKA FISIS
Sinar yang dapat diuraikan Polikromatik
CAHAYA Sinar yang tak dapat diuraikan Monokromatik
Dalam ruang hampa cepat rambat sama besar
f r e k we n s i m a s i n g wa r n a b e d a
Pj. Gelomb masing warna beda
Prisma ∆ϕ = δu - δm
Lensa Akromatik.
78
1 1
=
f gabmerah f gabungu
' '
nm 1 1 n 1 1 nu 1 1 n 1 1
( −1)( − ) + ( m −1)( − )= ( −1)( − ) + ( u −1)( − )
n R1 R2 n R1 R2 n R1 R2 n R1 R2
p.d 1
Max = ( 2k ) λ
2
Cermin Fresnell
p.d 1
Min = (2k −1) λ
2
p.d 1
Max = ( 2k ) λ
2
Percobaan Young
p.d 1
Min = (2k −1) λ
2
INTERFERENSI
(Syarat : Koheren)
(A, f, ∆ϕ sama)
Max rk2 = ½ R (2k-1)λ
Cincin Newton
(gelap sbg pusat) Min rk2 = ½ R (2k) λ
79
Celah tunggal
Min sin θ = (2k) ½ λ
DIFRAKSI
k = 1, 2, 3 . . . .
λ .L
Daya Urai (d) d = 1,22 L = jarak ke layar
D
D = diameter lensa
80
RELATIVITAS
Relativitas:
a. Penjumlahan kecepatan
V1→ ←V2 V1→ →V2
V1 +V 2 V1 −V 2
Vr = Vr =
V 1.V 2 V 1.V 2
1+ 1−
C2 C2
b. Dilatasi waktu
V2
t' = t0 1 − t’<t0
C2
c. Kontraksi Lorentz
V2
L' = L 0 1 −
C2
d. Massa dan Energi
m0
m' =
V2 m’>m0
1−
C2
e. Etotal=Ediam+Ek
2 1
Ek = m.C − 1
2
1 − V
C2
81
Vr = kecepatan partikel 2 terhadap bumi
c = kecepatan cahaya
V = kecepatan
L’ = panjang setelah mengalami perubahan
Lo = panjang mula-mula
m’ = massa benda saat bergerak
mo = massas benda saat diam
Ek = energi kinetik
to = selang waktu yang daiamati oleh pengamat diam terhadap benda
t’ = selang waktu yang diamati pengamat bergerak
E = h. f E = Energi
h = tetapan Planck
E = Ek + E 0 f = frekwensi
Ek = E − a c = kecepatan cahaya
1
m.V 2 = h. f − hf 0 v = kecepatan
2
1 C C
mV 2 = h − a = energi ambang
2 λ λ0
1 1
Ek = h.c. − m = massa
λ λ0
λ = panjang gelombang
h. f h
Pfoton = ;p= p = momentum
C λ
p=momentum Ek = Energi kinetik
Hypotesa de Broglie
c
λ=
f
h h
λ= →λ =
p m.V
p = 2.m.Ek
82
Catatan penting :
Ek=54 ev = 54.1,6.10-19 Joule
Massa 1e = 9,1.10-31 kg
h
Hamburan Compton : λ '−λ = .(1 − cos θ )
m0.c
83