Jurnal Cho Wei Zhang
Jurnal Cho Wei Zhang
Jurnal Cho Wei Zhang
REVIEW JURNAL
Ownership Structure, Investment, and the Corporate Value: Empirical
Analysis
Andini Eka F.
1306410641
1306385766
1306411032
Corporate Governance: berasal dari agency problem (bidang finance bukan accountant)
Jesen mackling
1. Alignment effefct
2. entrenchment effect
1. Pendahuluan
Penelitian ini mengembangkan penelitian sebelumnya dari Morck et al. (1988) dan McConnell
dan Servaes (1990) yang menemukan hubungan non-linear antara struktur kepemilikan dan nilai
perusahaan dengan dua cara. Pertama, dengan melihat bagaimana struktur kepemilikan
mempengaruhi nilai perusahaan, dengan hipotesis struktur kepemilikan mempengaruhi investasi
yang nantinya dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Kedua, dengan menguji apakah sesuai
untuk memberlakukan struktur kepemilikan sebagai variabel eksogen, peneliti melihat
kemungkinan bahwa struktur kepemilikan, investasi, dan nilai perusahaan secara endogen
ditentukan bukan dengan asumsi bahwa struktur kepemilikan adalah variabel eksogen. Jika
struktur kepemilikan, pada kenyataannya, secara endogen ditentukan sebagaimana yang
diungkapkan oleh Demsetz dan Lehn (1985), kemudian dengan menggunakan OLS
menghasilkan parameter estimasi yang tidak konsisten yang dapat menyebabkan salah tafsir
hasil regresi dan keputusan manajemen yang salah.
Menggunakan data cross-section dari Fortune 500 perusahaan manufaktur pada tahun 1991,
peneliti menemukan hubungan yang signifikan antara kepemilikan insider dan nilai perusahaan,
konsisten dengan Morck et al. (1988). Peneliti juga menemukan hubungan non-monoton yang
sama antara kepemilikan insider dan investasi, di mana investasi diukur dengan belanja modal
dan pengeluaran penelitian dan pengembangan (R&D). Hubungan antara kepemilikan insider
dan investasi adalah positif untuk tingkat kepemilikan di bawah 7%, negatif untuk tingkat antara
7% dan 38%, dan positif bagi tingkat di atas 38%. Berdasarkan analisis ini, kita dapat
menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan mempengaruhi investasi, demikian juga dengan nilai
perusahaan.
Spesifikasi ini, tidak mengontrol endogenitas. Ketika peneliti mengestimasi persamaan regresi
simultan bukan OLS, peneliti menemukan bahwa nilai perusahaan mempengaruhi struktur
kepemilikan tetapi tidak sebaliknya, sehingga membalikkan penafsiran hubungan antara struktur
kepemilikan dan nilai perusahaan. Temuan ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai
asumsi implisit bahwa struktur kepemilikan secara variabel eksogen ditentukan, dan
menunjukkan bahwa penelitian sebelumnya dapat salah spesifikasi.
2.
Prediksi Teoritis
Peneliti membahas hubungan antara struktur kepemilikan, investasi, dan nilai perusahaan,
dengan fokus pada apakah struktur kepemilikan mempengaruhi investasi. Peneliti kemudian
mengatasi masalah endogenitas struktur kepemilikan, dan membahas masalah-masalah potensial
dalam memberlakukan struktur kepemilikan sebagai variabel eksogen.
2.1. Struktur kepemilikan, investasi, dan nilai perusahaan
Jensen dan Meckling (1976) dan Stulz (1988) menunjukkan bahwa struktur kepemilikan
mempengaruhi nilai perusahaan. Secara khusus, dalam penjelasan mereka tentang bagaimana
struktur kepemilikan mempengaruhi nilai perusahaan, Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
bahwa struktur kepemilikan mempengaruhi nilai perusahaan dengan efeknya pada investasi. Jika
kita melihat efek ini sebagai proses dua tahap, tahap pertama adalah dampak dari struktur
kepemilikan investasi, sedangkan tahap kedua adalah efek dari investasi pada nilai perusahaan.
Morck et al. (1988) dan McConnell dan Servaes (1990) secara empiris mengeksplorasi
hubungan keseluruhan antara struktur kepemilikan dan nilai perusahaan menggunakan Tobin Q
sebagai proxy untuk nilai perusahaan. Tobin Q dapat berfungsi sebagai proxy untuk hal-hal lain
seperti kualitas perusahaan atau peluang perusahaan (lihat McLaughlin et al. (1996) untuk
penggunaan Tobin Q sebagai ukuran peluang perusahaan). Mereka menemukan bahwa terdapat
hubungan non-monoton dan menafsirkan temuan ini konsisten dengan hipotesis bahwa struktur
kepemilikan mempengaruhi nilai perusahaan. Mereka berpendapat bahwa, pada tingkat
kepemilikan manajerial yang rendah, peningkatan kepemilikan manajerial lebih dekat
menyelaraskan kepentingan manajer dan pemegang saham, sehingga meningkatkan nilai
perusahaan. Namun, pada tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi, peningkatan kepemilikan
manajerial membuat manajemen yang lebih mengakar dan kurang tunduk pada aturan pasar,
sehingga mengurangi nilai perusahaan.
McConnell dan Muscarella (1985) dan Chan et al. (1990) mengemukakan tahap kedua dari
implikasi Jensen dan Meckling (1976) mengenai hubungan antara investasi dan nilai perusahaan,
dan menemukan bukti yang mendukung hipotesis bahwa investasi mempengaruhi nilai
perusahaan. Secara khusus, McConnell dan Muscarella menemukan bahwa, rata-rata, pasar
saham bereaksi positif terhadap pengumuman kenaikan belanja modal yang direncanakan dan
negatif untuk penurunan belanja modal yang direncanakan. Chan et al. menunjukkan bahwa
harga saham merespon secara signifikan positif terhadap pengumuman dari peningkatan belanja
R&D.
Namun ada sedikit bukti empiris mengenai tahap pertama, yang merupakan hubungan antara
struktur kepemilikan dan investasi. Literatur empiris pada variasi cross-sectional dalam investasi
telah difokuskan pada apakah likuiditas mempengaruhi investasi tanpa mempertimbangkan
kemungkinan efek struktur kepemilikan. Fazzari et al. (1988) memberikan bukti bahwa
likuiditas mempengaruhi investasi, menekankan pentingnya masalah informasi asimetris dan
masalah lembaga dalam keputusan pembiayaan investasi. Dalam hal itu, penelitian ini dapat
dilihat sebagai penyelidikan empiris apakah struktur kepemilikan mempengaruhi investasi.
kinerja perusahaan, menunjukkan bahwa struktur kepemilikan dapat mewakili hasil endogen
dari proses kontrak kompensasi. Secara bersama-sama, kemungkinan ini dan hasil penelitian
sebelumnya mengarah pada hipotesis bahwa struktur kepemilikan, investasi, dan nilai
perusahaan mungkin saling bergantung. Artinya, struktur kepemilikan mempengaruhi investasi
yang, pada gilirannya, mempengaruhi nilai perusahaan, dan nilai perusahaan, sekali lagi,
mempengaruhi struktur kepemilikan dan sebagainya.
Untuk mengetahui lebih lanjut struktur kepemilikan secara endogen ditentukan, OLS
menghasilkan koefisien yang tidak konsisten. Selanjutnya, memperlakukan struktur kepemilikan
sebagai variabel eksogen dapat membingungkan arah kausalitas. Misalnya, jika nilai perusahaan
mempengaruhi struktur kepemilikan, maka regresi ukuran nilai perusahaan terhadap ukuran
struktur kepemilikan akan bermasalah. Atribusi kausalitas yang salah dapat menyebabkan salah
tafsir mengenai hubungan antara struktur kepemilikan dan nilai perusahaan dan keputusan
manajemen yang tidak benar seperti kebijakan kompensasi yang menekankan hibah saham
kepada eksekutif. Untuk mengatasi masalah ini, peneliti menggunakan persamaan regresi
simultan ketika memeriksa kemungkinan bahwa struktur kepemilikan, investasi, dan nilai
perusahaan secara endogen ditentukan
3. Data
Sampel pada jurnal ini terdiri dari 500 perusahaan manufaktur pada Fortune di tahun 1991. Cho
mendefinisikan insider ownership sebagai fraksi dari saham, tidak termasuk options, dipegang
oleh pegawai dan dirketur. Cho menggunakan dua pengukuran dari investasi perusahaan yaitu
capital expenditure dan R&D expenditure, yang di dapat dari Standard dan Poors Compustat
dan Business Week Annual R&D Scoreboard. Selanjutnya, Cho mengkalkulasi Tobins Q,
mengukur nilai perusahaan menggunakan Compustat data dan proses algortima. Cho
mengeliminasi 147 dari 500 perusahaan yang secara privat memegang atau memiliki incomplete
ownership structure. Cho juga mengeluarkan tambahan 27 perusahaan dari sampel karena tidak
memiliki data capital expenditure atau pengukuran akuntansi lainnya untuk menghitung Tobins
Q. Sebagai hasil, sampel final mengandung 326 perusahaan. Dalam analisis R&D expenditures,
Cho menggunakan 230 perusahaan karena data R&D expenditures dari 96 perusahaan tidak
teridentifikasi baik pada Compustat ataupun Business Week R&D Scoreboard. Tabel 1 & 2
menggambarkan ringkasan dari sampel statistik.
Bagian ini menjelaskan mengenai metode dari investigasi hubungan antara sturktur kepemilikan,
investasi dan nilai perusahaan serta hasil dan implikasi yang selanjutnya akan didiskusikan.
Regresi OLS akan didiskusikan terlebih dahulu, selanjutnya akan ditunjukkan mengenai
persamaan simultanus dari regresi.
Mengikuti Morck et al (1988), Cho mengestimai piecewise OLS linear regresion dari nilai
perusahaan terhadap struktru kepemilikan. Cho mengasumsikan dua perubahan di slope
coefficient pada insider ownership karena studi ini dan Morck et al menggunakan data set yang
similar. Persamaan diestimasikan sebagai berikut :
dimana INVi merupakan level investasi dari perusahaan, INSn merepresentasikan insider
owership dari perusahaan dari situasi yang berbeda beda.
Sebagai langkah preliminary, Cho mengestimasikan regresi nilai korporasi untuk mengetes
apakah hubungan well-established antara struktur kepemilikan dan nilai korporasi sesuai dengan
data. Cho mengidentifikasi dua breakpoint yaitu 7% dan 38% menggunakan grid search
technique.
Hasil
dari
piecewise
regresi
OLS
adalah
sebagai
berikut
Secara keseluruhan, hasil yang ada menunjukkan variabel kepemilikan lebih lemah, tapi tetapi
signifikan secara statistik pada level 10%. Secara keseluruhan, investigasi preliminari
membuktikan bahwa data set yang digunakan oleh Cho mirip dengan yang digunakan pada
Morck et al(1998).
Tabel 3 menunjukkan hasil regresi OLS perihal pengaruh insider ownership dan karakteristik
perusahaan yang lain terhadap capital expenditure dan R&D expenditures. Breakpoint level
insider ownership yang digunakan untuk menguji apakah perbedaan level insider ownership
memiliki efek yang berbeda pada investment expenditure adalah 7% dan 38%. Dilakukan
normalisasi capital dan R&D expenditure dengan menggunakan replacement cost of asset
perusahaan untuk mengeliminasi scale effect. Oleh karena tidak ada model struktural dari
investasi yang diterima secara umum, Penulis melakukan estimasi regresi investment dengan
hanya menyertakan variabel insider ownership.
Hasil regresi pada kolom pertama dan ketiga dari Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat
hubungan nonlinear yang signifikan antara investment dan insider ownership. Untuk capital
expenditure dan R&D expenditure, level investasi meningkat seiring dengan peningkatan insider
ownership hingga 7%. Level investasi menurun seiring dengan peningkatan insider ownership
hingga 38% dan meningkat lagi setelah mencapai 38%. Pada ownership level antara 0% dan
38%, hubungan bersifat signifikan.
Dengan mengabaikan masalah endogenitas, kesamaan besar koefisien mengartikan bahwa
perubahan pada insider ownership akan memiliki proportional impact yang lebih besar pada
R&D.
Variabel kontrol yang disertakan adalah likuiditas (untuk mengontrol efek likuiditas pada
investasi), Tobins Q yang dihitung pada akhir 1990 (untuk mengontrol efek nilai perusahaan
pada investasi). Penggunaan Tobins Q juga membantu untuk mengontrol kemungkinan bahwa
likuiditas dapat dijadikan proxy corporate value / kesempatan investasi. Perhitungan Tobins Q
pada akhir 1990 (bukan 1991) untuk mengurangi efek masalah endogenitas (investasi bisa
mempengaruhi corporate value). Selain itu, digunakan juga volatility variable untuk mengontrol
variabilitas dari profit. Variabel ini didefinisikan sebagai standar deviasi dari perubahan profit
rate tahunan selama 5 tahun (1986-1991), dan profit didefinisikan sebagai income before
extraordinary items/replacement cost of assets tiap tahun. Variabel industry dummy didasarkan
pada dua digit kode SIC untuk mengontrol efek industri.
Kolom kedua pada tabel menunjukkan bahwa hasil regresi ownership dan capital expenditure
tetap signifikan setelah menyertakan variabel kontrol dan mengindikasikan bahwa likuiditas dan
Tobins Q mempengaruhi capital expenditure. Akan tetapi, untuk hasil regresi R&D
expenditures, hubungan nonlinear antara insider ownership dan R&D expenditure menjadi tidak
signifikan setelah variabel kontrol disertakan. Hubungan antara insider ownership dan capital
expenditures yang tetap signifikan menunjukkan bahwa hubungan yang lemah antara insider
ownership dan R&D expenditure bukan disebabkan oleh penggunaan 230 perusahaan yang
secara berkala melaporkan R&D expenditure.
Spesifikasi lain yang digunakan untuk mengestimasi regresi investasi adalah lagged value dari
variabel likuiditas untuk mengontrol kemungkinan bahwa likuiditas bisa saja bersifat endogen.
Kedua, replacement cost asset digantikan dengan capital stock dan apakah insider ownership
tetap berpengaruh signifikan melalui spurious correlation dengan sales growth, dividen, dan
ukuran perusahaan. Hasil regresi dengan perbedaan spesifikasi hampir sama dengan hasil pada
tabel 3.
Terdapat hubungan nonlinear antara ownership structure dan investment, meskipun hasilnya
lemah pada regresi R&D expenditures, yang disebabkan oleh penggunaan single years data.
Dengan mengabaikan permasalahan endogenitas, hasil regresi menujukkan bahwa ownership
structure berpengaruh terhadap keputusan investasi. Jika digabungkan dengan hasil dari regresi
nilai perusahaan, ownership structure berpengaruh terhadap keputusan investasi, dan oleh karena
itu, berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Market value dari dari ekuitas perusahaan diukur pada akhir tahun 1991, untuk menguji apakah
managerial wealth constraints dan risk aversion berpengaruh pada tingkatan insider ownership.
Hasil pada tabel 4 menunjukkan bahwa managerial wealth constraints dan risk aversion memberi
batasan bagi kemampuan dan kerelaan manajer untuk menyimpan bagian besar dari saham
perusahaan (level insider ownership yang rendah).
Kolom ketiga dan keenam menunjukkan bahwa likuiditas dan nilai perusahaan berpengaruh
positif terhadap investasi. Berbeda dengan hasil OLS, hasil ini tidak menunjukkan adanya
hubungan nonlinear antara insider ownership dan investasi--struktur kepemilikan tidak
berpengaruh signifikan terhadap investasi.
Sebagai kesimpulan, temuan ini menunjukkan investasi berpengaruh pada nilai perusahaan, yang
akan berpengaruh pada struktur kepemilikan perusahaan. Mengabaikan endogenitas dari struktur
kepemilikan dapat berpengaruh pada hasil dari temuan sebelumnya dan hasil regresi investasi
pada tabel 3.
penggunaan break point yang berbeda, termasuk natural breakpoint, hampir sama dengan hasil
pada tabel 4.
Terakhir, dua perusahaan dengan nilai Tobin Q lebih besar dari 6 pada tahun 1991 dikeluarkan
dari sampel untuk mengeliminasi efek outlier. Hasil regresinya hampir sama dengan hasil pada
tabel 4.
Insider perusahaan
TEORI KEUANGAN
REVIEW JURNAL
Ownership structure, cash flow, and capital investment:
Evidence from East Asian economies before the financial crisis
Andini Eka F.
1306410641
1306385766
1306411032
1. Introduction
Pada pasar yang sebenarnya, meskipun perusahaan cenderung untuk berinvestasi lebih banyak
setelah adanya peningkatan harga saham, cash flow merupakan alat prediksi investasi modal
yang lebih baik dibandingkan dengan harga saham.
Ada dua penjelasan terkait dengan hubungan positif antara cash flow dan investasi perusahaan.
Pertama, Jensen (1986) menunjukkan bahwa manajer memiliki kecenderungan untuk overspend
free cash flow pada proyek-proyek yang tidak profitable untuk keuntungan mereka sendiri.
Hubungan positif ini adalah gejala dari overinvestment, yang disebabkan oleh modal internal
yang terlalu murah. Kedua, Myers dan Majluf (1984) menunjukkan bahwa biaya pendanaan
eksternal lebih murah dibandingkan dengan pendanaan internal karena adanya permasalahan
informasi asimetris. Perusahaan cenderung melewatkan proyek dengan NPV positif karena biaya
pendanaan eksternal lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pendanaan internal.
Studi terkait sensitivitas investment-cash flow sangat jarang mempertimbangkan argumen
overinvestment yang disebabkan oleh agency problem, penyebab konflik antara manajer dan
pemegang saham. Oleh karena large shareholders memiliki insentif kuat untuk memaksimumkan
nilai dari saham yang mereka miliki, mereka bisa mengatasi agency problem ini. Namun, adanya
large shareholders memicu entrenchment effect yang negatif. Morck et al (1988) dan McConnell
dan Servaes (1990) menyatakan bahawa terdapat hubungan U-shaped antara kepemilikan ekuitas
manajerial dan dan entrenchment effect dari large shareholder. Nilai perusahaan akan meningkat
seiring dengan peningkatan kepemilikan manajerial sampai pada satu titik di mana manajer
mulai mengejar keuntungan pribadi dengan mengorbankan kepentingan investor luar.
Hadlock (1998) menyatakan bahwa apabila terdapat hubungan positif antara investasi dan cash
flow yang disebabkan oleh preferensi manajer untuk overinvest dana internal, maka sensitivitas
investment-cashflow yang positif akan berkurang seiring dengan peningkatan alignment
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Apabila terdapat hubungan positif antara
investasi dan cash flow yang disebabkan oleh preferensi manajer untuk underinvest, maka
2. Hypothesis development
2.1 Overinvestment hypothesis resulting from agency cost of free cash flow
Apabila terdapat hubungan positif antara investment-cash flow yang disebabkan oleh preferensi
manajer untuk overinvest dana internal, maka harus terdapat hubungan negatif antara sensitivitas
investment-cash flow dan aligment kepentingan manajer dan pemegang saham. Dalam kasus
Asia Timur, antara controlling owner dan minority shareholder.
Terdapat 2 efek dari masalah overinvestment: enhancement effect terkait dengan cash flow tight
dan entrenchment effect terkait dengan control right. Masalah overinvestment semakin berkurang
apabila large shareholder memiliki cash flow right yang besar karena kepentingan mereka lebih
sejalan dengan kepentingan minority shareholder. Masalah overinvestment semakin besar apabila
terdapat pemisahan yang besar antara control right dan cash flow right karena kepentingan
mereka menjadi lebih tidak sejalan dengan kepentingan minority shareholder.
Hipotesis 1. Apabila large shareholder memiliki preferensi overinvestment yang berasal dari
agency cost free cash flow, sensititivitas investment-cash flow berkurang seiring dengan
peningkatan cash flow right large shareholder. Sensitivitas investment-cash flow meningkat
seiring dengan peningkatan pemisahan antara control right dan cash flow right.
2.2 Underinvestment hypothesis resulting from asymmetric information problems in the
capital markets
Myers dan Majluf (1984) menunjukkan bagaimana perusahaan dapat underinvest dengan adanya
permasalahan informasi yang asimetris pada pasar modal. Apabila terdapat sensitivitas
investment-cash flow yang positif karena underinvestment, harus terdapat hubungan positif
antara sensitivitas investment-cash flow dan alignment kepentingan antara manajer dan
shareholder. Masalah underinvestment akan berkurang apabila large shareholder memiliki cash
flow right yang besar atau apabila terdapat divergence yang kecil antara control right dan cash
flow right.
Hipotesis 2: Apabila terdapat underinvestment yang berasal dari masalah asymmetric
information pada pasar modal, sensitivitas investment-cash flow akan meningkat seiring dengan
peningkatan cash flow right dan menurun seiring dengan peningkatan divergence antara cash
flow right dan control right
4. Regression Results
4.1 Regression results based on portfolios sorted by the largest shareholders ownership
Dimulai dengan mengecek hipotesis 1 dan 2 berdasarkan analisis portfolio. Untuk
melakukan tes tersebut, pertama semua perusahaan harus dimasukkan ke dalam sampel hingga
quartil berdasarkan shareholders cash flow right yang paling besar (cashright). Jurnal ini juga
kemudian memasukkan semua perusahaan dalam sampel ke dalam dua kelompok berdasarkan
nilai control minus ownership (divergenece).
Hasil dari tahun 1993 hingga 1996 dilaporkan pada tabel 2 panel data. Panel A
melaporkan hasil berdasarkan sorting dari largest shareholders cash flow rights. Berdasarkan
sorting ini, investasi modal sensitif terhadap cash flow pada semua quarter. Sebagai tambahan,
ada pula asosiasi antara cash flow rigth dan investment-cash flow sensitivities.
Secara ringkas, Panel A menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan U-shaped antara
investment-cash flow sensitivities dan cash-flow rigths dari shareholders terbesar, yang bertolak
belakang dari penemuan Hadlock (1998) pada perusahaan perusahaan di Amerika Serikat. Hal
ini mungkin merujuk pada hipotesis overinvestment yang lebih layak untuk mendeskripsikan
aktivitas investasi di negara negara Asia Timur. Panel B pada tabel 2 melaporkan hasil
berdasarkan control minus ownership sorting. Hasilnya mengindikasikan bahwa ada hubungan
yang kuat antara control minus ownership dan efek pada cash flow di investasi.
4.2 Baseline regression results
Hasil dari analisis portofolio pada sub section terakhir mendukung overinvestment
hypothesis. Secara keseluruhan, Tabel 3 mendukung hipotesis overinvestment yang disebabkan
oleh biaya agensi dari free cash flow menggunakan sampel perusahaan di Asia Timur. Jurnal ini
tidak mendukung hipotesis underinvestment yang dikarenakan adanya masalah dari informasi
yang asimetris seperti yang disampaikan oleh Hadlock (1998) pada sampel Amerika Serikat.
Hasil dari regresi ini lebih memberikan gambaran yang jelas impact dari struktur kepemilikan
pada investment cash flow sensitivitiy dibandingkan dengan studi studi sebelumnya.
berubah. Kemudian lebih lanjut mengeluarkan perusahaan dengan hanya satu atau dua
pengamatan tahun perusahaan. Kolom 2 dari Tabel 4 memperlihatkan koefisien estimasi
berdasarkan pengurangan sampel yang dikurangi lebih lanjut menjadi 1.786 perusahaan. Hasil
berubah sedikit. Koefisien pada arus kas hak Cash-flow menjadi signifikan pada tingkat 10%
dan signifikansi koefisien pada arus kas (Kontrol minus kepemilikan) mengurangi ke tingkat
10%.
Terakhir, peneliti hanya menyertakan perusahaan-perusahaan dengan pengamatan empat tahun
perusahaan. Kolom 3 Tabel 4 melaporkan koefisien estimasi berdasarkan sampel data panel ini
yang seimbang menjadi 1.408 perusahaan. Koefisien pada semua variabel berubah, tetapi tandatanda pada semua variabel tetap sama. Koefisien pada arus kas hak Cash-flow meningkat
menjadi signifikan pada tingkat 5%. Singkatnya, hasil kami tetap tidak berubah atau bahkan lebih
kuat ketika kita memberlakukan pembatasan lebih ketat tahun observasi perusahaan.
Table 4
Regression of investment on Tobin's Q, cash flow, and the largest shareholders' ownership structures: alternative sample size
Independent variable
At least 2 firm-years
At least 3 firm-years
4 firm-years only
(Column 1)
(Column 2)
(Column 3)
0.065
0.064
0.060
Intercept
(7.33)
0.002
0.000
0.001
(0.02)
(0.26)
Tobin's Q
0.007
(1.72)
Cash flow
0.008
(1.84)
0.426
Number of observations
(2.23)
0.473
0.576
(3.99)
(4.14)
0.633
0.864
1.29
(1.57)
(1.87)
(2.37)
1.097
(2.37)
0.011
(4.05)
(5.70)
(0.38)
Sales
Adjusted R
(6.76)
Yes
1.170
(2.33)
Yes
0.061
2292
1.240
(2.18)
Yes
0.059
1786
0.056
1408
This table reports fixed-effect regression results of capital investment on Tobin's Q, cash flow, interactions of cash flow with cash-flow rights and
with control minus ownership controls, the country dummies, and the four-digit industry code dummies for the 19931996 panel data.
Investment is defined as capital expenditures over assets. Sales is the total sales over assets in the previous year. Tobin's Q is defined as
the market value of equity plus assets minus the book value of equity over assets. Cash flow is operating cash flow over assets. Cash-flow
right is the largest shareholders' cash-flow rights. Control minus ownership is the difference between the largest shareholders' control rights
and cash-flow rights. Column 1 reports the unbalanced panel data regression results when the sample includes 731 firms for a total of 2292 firmyears with each firm having at least two firm-years. Column 2 reports the unbalanced panel data regression results when the sample includes 478
firms for a total of 1786 firm-years with each firm having at least three firm-years. Column 3 reports the balanced panel data regression results
with 352 firms for a total of 1408 firm-years with each firm having all four firm-years. Firm fixed effects and year dummy variables are included
in all regressions. t-statistics are in parentheses. and denote significance at the 10% and 5% levels, respectively.
Karena krisis keuangan Asia Timur terjadi di pertengahan tahun 1997, tahun 1996, sebelum
krisis, mungkin dapat berbeda dari tahun-tahun lainnya, dan dengan demikian dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Untuk menguji kemungkinan ini, peneliti menjalankan regresi
dasar dengan data panel 1992-1995. Hasil (tidak dilaporkan) adalah sama dengan yang data dari
1993-1996. Meskipun tidak dilaporkan, kami juga menjalankan analisis berdasarkan masingmasing negara. Hasil ini konsisten dengan analisis seluruh sampel pada umumnya (dengan tandatanda yang sesuai pada mayoritas negara), tetapi lebih lemah karena pengamatan lebih sedikit.
5.2. Pengujian Robustness: Set yang Berbeda dari Variabel Kontrol
Hasil penelitian pada Tabel 3 mungkin dapat sensitif terhadap pengecualian atau dimasukkannya
variabel kontrol tertentu. Pada bagian ini, peneliti melaporkan pemeriksaan ketahanan
(robustness) untuk memvalidasi hasil penelitian. Pertama, penjualan sangat berkorelasi dengan
Tobin Q, yang mungkin menjelaskan mengapa koefisien pada Tobin Q tidak besar dalam Model 1
dari Tabel 3. Model 1 dari Tabel 5 melaporkan koefisien estimasi tidak termasuk penjualan dari
hasil awal kami melaporkan di Model 4 dari Table 3. Setelah tidak memasukkan penjualan,
koefisien pada Tobin Q menjadi positif dan signifikan, tetapi tidak banyak berubah. Koefisien
lainnya juga tidak banyak berubah. Hasil penelitian tetap mendukung hipotesis overinvestment
disebabkan oleh biaya agensi dari arus kas bebas ketika penjualan tidak dimasukkan ke dalam
regresi. Peneliti juga mengganti penjualan / aset dengan pertumbuhan penjualan dalam regresi.
Hasilnya pada dasarnya sama.
Kedua, adalah mungkin bahwa hubungan investasi dan Q Tobin tidak monoton. Model 2 dan 3
pada Tabel 5 melaporkan hasil dengan kuadrat Tobin Q yang disertakan. Model 2 tidak termasuk
penjualan, sedangkan Model 3 meliputi penjualan. Hasil dari kedua Model 2 dan 3 menunjukkan
bahwa masuknya kuadrat Tobin Q tidak mengubah koefisien pada arus kas hak Cash-flow atau
koefisien pada arus kas (Kontrol dikurangi kepemilikan) terlalu banyak kecuali menjadi
signifikan pada tingkat 10%, dibandingkan dengan awal kami menghasilkan Model 4 Tabel 3.
Ketiga, penjelasan untuk hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan bahwa kepemilikan
pemegang saham terbesar 'mungkin proxy untuk variabel dihilangkan yang mempengaruhi
sensitivitas arus kas investasi. Ada kemungkinan bahwa hasilnya mencerminkan korelasi negatif
antara ukuran perusahaan dan kepemilikan pemegang saham terbesar'. Untuk mengontrol
kemungkinan ini, peneliti memasukkan interaksi arus kas dengan logaritma dari nilai buku aset
perusahaan (arus kas Ln (Ukuran)). Hasilnya diberikan dalam Model 4 Tabel 5. Koefisien pada
arus kas perubahan hak Cash-flow sangat sedikit dari -0,633 ke -0,677, tetapi menjadi
signifikan pada tingkat 10%. Koefisien arus kas (Kontrol minus kepemilikan) berubah daeri
1,097 menjadi 1,078 dan masih sangat signifikan. Koefisien pada arus kas Ln (Ukuran) adalah
negatif tetapi tidak signifikan.
Table 5
Regression of investment on Tobin's Q, cash flow, and the largest shareholders' ownership structures: robustness checks
Independent variable
Intercept
Model 1
0.068
(8.18)
Model 2
0.063
(7.52)
Sales
Tobin's Q
0.007
(1.74)
Tobin's Q squared
0.008
(2.07)
0.0012
(2.36)
Cash flow
0.427
0.422
Model 3
0.062
Model 4
0.068
Model 5
0.058
(6.86)
(7.47)
(5.28)
0.002
0.017
0.002
(0.35)
(0.38)
(0.34)
0.008
(2.06)
0.012
(1.72)
0.012
(2.32)
0.0012
(2.63)
0.422
0.444
0.506
(4.06)
(4.02)
(4.02)
(4.13)
(4.42)
0.632
0.700
0.701
0.677
0.678
(1.56)
(1.73)
(1.73)
(1.66)
(1.66)
1.095
(2.37)
1.160
(2.51)
1.164
(2.54)
1.078
(2.32)
1.040
(2.24)
Cash flowLn(Size)
0.036
0.042
(0.84)
(0.99)
0.024
(1.56)
Cash flowTobin's Q
Year and industry dummies
Adjusted R
Number of observations
Yes
Yes
0.062
2555
Yes
0.053
2555
Yes
0.052
2555
Yes
0.056
2555
0.055
2555
This table reports robustness checks for the fixed-effect regressions of investment on Tobin's Q, cash flow, interactions of cash flow with cashflow rights and with control minus ownership, controls, the country dummies, and the four-digit industry code dummies for the 19931996
panel data. The regression also includes the four-digit industry dummies. Investment is defined as capital expenditures over assets. Sales is
the total sales over assets in the previous year. Tobin's Q is defined as the market value of equity plus assets minus the book value of equity
over assets. Cash flow is operating cash flow over assets. Cash-flow right is the largest shareholders' cash-flow rights. Control minus
ownership is the difference between the largest shareholders' control rights and cash-flow rights. Ln(Size) is the natural logarithm of assets. tstatistics are in parentheses. Firm fixed effects and year dummy variables are included in all regressions. and denote significance at the 10%
and 5% levels, respectively.
Hasil pada Tabel 5 menunjukkan bahwa kesimpulan overinvestment peneliti adalah kuat (robust)
untuk sejumlah spesifikasi alternatif dengan set yang berbeda dari variabel kontrol yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Artinya, hasil penelitian mendukung hipotesis bahwa
overinvestment disebabkan oleh biaya agensi dari arus kas bebas yang tinggi dengan peningkatan
dan penggalaian efek dari struktur kepemilikan pemegang saham terbesar, sangat kuat (robust)
untuk berbagai spesifikasi empiris.
5.3. Perbandingan Masalah Overinvestment antara Kelompok ROA Rendah dan ROA
Tinggi
Masalah overinvestment harus menjadi isu yang lebih penting dalam perusahaan dengan
pengembalian yang lebih rendah atas investasi daripada di perusahaan dengan pengembalian
yang lebih tinggi atas investasi. Untuk menguji hipotesis ini, kami mengklasifikasikan semua
perusahaan menjadi dua kelompok. Kelompok ROA rendah berisi perusahaan dengan empat
tahun (1993-1996) rata-rata ROA kurang dari 0,05, sedangkan kelompok ROA tinggi berisi
perusahaan dengan empat tahun rata-rata ROA lebih besar dari atau sama dengan 0,05. Hasilnya
dilaporkan dalam Tabel 6. Hasil ini konsisten dengan hipotesis overinvestment. Pada kelompok
ROA tinggi, koefisien pada arus kas hak Cash-flow negatif tetapi tidak signifikan. Koefisien
pada arus kas (Kontrol kepemilikan minus) adalah positif tetapi tidak signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa masalah overinvestment disebabkan oleh biaya agensi dari arus kas bebas
lebih parah di perusahaan dengan pengembalian yang lebih rendah pada investasi.
Table 6
Regression of investment on Tobin's Q, cash flow, and the largest shareholders' ownership structures: low ROA group versus high ROA
group
Independent variable
Low ROA group
High ROA group
(Column 1)
Intercept
0.066
(2.11)
0.001
0.018
(0.16)
(1.03)
Tobin's Q
0.013
0.009
(1.52)
(1.26)
Cash flow
0.646
(2.67)
(3.14)
1.190
0.822
(1.43)
1.910
(2.44)
Cash flowTobin's Q
0.589
(1.73)
Cash flow(Control minus ownership)
Cash flowLn(Size)
0.042
(4.07)
Sales
(Column 2)
0.239
(0.35)
0.023
0.024
(1.64)
(0.56)
0.035
0.015
(0.52)
(0.86)
Yes
Yes
0.058
1155
0.048
1400
This table reports fixed-effect regression results of capital investment on Tobin's Q, cash flow, interactions of cash flow with cash-flow rights and
with control minus ownership, controls, the country dummies, and the four-digit industry code dummies for the two groups classified based on
returns on assets (ROA). The 19931996 panel data is used. Investment is defined as capital expenditures over assets. Sales is the total sales
over assets in the previous year. Tobin's Q is defined as the market value of equity plus assets minus the book value of equity over assets.
Cash flow is operating cash flow over assets. Cash-flow right is the largest shareholders' cash-flow rights. Control minus ownership is the
difference between the largest shareholders' control rights and cash-flow rights. Column 1 reports the regression results for the low ROA firms
with an average four-year ROA of less than 0.05. The low ROA group includes 456 firms for a total of 1155 firm-years. Column 2 reports the
regression results for the high ROA firms with a four-year average ROA of greater than or equal to 0.05. The high ROA group includes 538 firms
for a total of 1400 firm-years. Firm fixed effects and year dummy variables are included in all regressions. t-statistics are in parentheses. and
denote significance at the 10% and 5% levels, respectively.
6. Kesimpulan
Tingginya tingkat pemisahan antara hak kontrol dan hak arus kas di perusahaan Asia Timur
menyediakan sampel yang sangat baik yang dapat digunakan untuk mempelajari sensitivitas arus
investasi kas dalam membedakan biaya agensi dari arus kas bebas dari masalah informasi
asimetris di pasar modal. Peneliti menemukan bahwa sensitivitas arus investasi kas menurun
dengan peningkatan hak arus kas dari pemegang saham terbesar tetapi meningkat dengan tingkat
perbedaan antara hak kontrol dan hak arus kas dari pemegang saham terbesar. Semua hasil ini
konsisten dengan hipotesis overinvestment yang disebabkan oleh biaya agensi dari arus kas
bebas, tetapi tidak konsisten dengan hipotesis underinvestment yang disebabkan oleh masalah
informasi asimetris. Selanjutnya, hasil kami juga menunjukkan peningkatan dan penarikan efek
kepemilikan pemegang saham terbesar dan kontrol atas investasi perusahaan.
Penelitian ini memberikan kontribusi pada perdebatan mengenai apakah hubungan positif antara
arus kas dan investasi disebabkan oleh preferensi pemegang saham terbesar untuk overinvest atau
underinvest. Literatur sebelumnya tidak memberikan instrumen yang baik untuk membedakan
antara dua penjelasan tersebut. Peneliti percaya bahwa menggunakan hak arus kas pemegang
saham terbesar dan hak kendali mereka menyediakan instrumen yang lebih baik dalam
membedakan antara dua penjelasan tersebut daripada menggunakan hak arus kas manajerial saja.
Hasil penelitian ini berbeda dari Hadlock (1998). Perusahaan di AS dan Asia Timur
memperlihatkan sensitivitas arus investasi kas yang sangat positif. Perbedaan antara hasil kami
dan Hadlock mungkin hasil dari perbedaan faktor kelembagaan. Hal ini juga diketahui bahwa
ekonomi AS ditandai dengan struktur kepemilikan yang tersebar, tata kelola pasar modal yang
efektif, dan perlindungan yang lebih kuat dari pemegang saham. Sebaliknya, ekonomi Asia Timur
dibedakan oleh perusahaan keluarga, perusahaan milik negara, piramida dan struktur kepemilikan
yang terkonsentrasi, pasar modal yang lemah, dan perampasan pemegang saham minoritas oleh
pemegang saham dominan. Faktor-faktor yang lebih mendasar dapat menyebabkan perbedaan
dalam masalah agensi yang perusahaan dalam dua kelompok ekonomi hadapi. La Porta et al.
(1999) dan Claessens et al. (2002), menunjukkan bahwa Asia Timur dan negara-negara lain di
luar AS atau U.K. memiliki masalah lembaga yang berbeda. Bahkan, masalah keagenan di AS
berpusat pada konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham, sedangkan masalah
keagenan di Asia Timur didefinisikan oleh konflik kepentingan antara pemegang saham besar dan
pemegang saham minoritas. Kami memberikan bukti lebih lanjut untuk mendukung argumen
mereka bahwa tingkat perbedaan antara hak kontrol dan hak arus kas dari pemegang saham
terbesar tidak memiliki efek penggalian di overinvestment perusahaan.
Semejak krisis keuangan Asia, kualitas mekanisme tata kelola perusahaan di kawasan Asia Timur
secara substansial meningkat melalui peraturan pemerintah, seperti persyaratan bahwa direksi
independen harus bekerja pada board perusahaan, dan pengawasan dari aktivis hak-hak
pemegang saham. Namun, masalah struktur kepemilikan yang terkonsentrasi dan perbedaan
antara hak kontrol pemegang saham terbesar dan hak arus kas mereka belum terselesaikan.
Apakah peningkatan kualitas mekanisme tata kelola perusahaan sendiri mengubah atau tidak
mengubah perilaku investasi perusahaan di Asia Timur untuk sebaiknya dapat diteliti di masa
depan.