Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM I

I. Identitas
a. Judul Praktikum
b. Tujuan Praktikum
c. Hari, tanggal
d. Jurusan/Fakultas

: Identifikasi Kation dengan Uji Nyala


: Mengamati dan membedakan warna nyala dari
beberapa jenis kation
: Selasa, 23 Februari 2010
: Pendidikan Kimia/MIPA

II. Pendahuluan
Kimia analitik merupakan salah satu bagian dari kimia untuk mengetahui
dan menentukan komponen-komponen penyusun suatu zat. Dalam kimia analitik
terdapat dua analisis yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif sangat penting dilakukan untuk mengetahui komponen-komponen yang
terkandung pada suatu zat. Analisis kualitatif pada umumnya dilakukan sebelum
analisis kuantitatif karena untuk mengetahui banyaknya

masing-masing

komponen yang terkandung dalam suatu zat, perlu diketahui terlebih dahulu jenisjenis komponen penyusunnya. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu cara basah dan cara kering. Identifikasi terhadap suatu zat padat dilakukan
dengan cara kering. Analisis cara kering merupakan penyelidikan bersifat
orientasi, sehingga dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam waktu
singkat. Identifikasi cara kering dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
diantaranya dengan pemanasan, uji warna nyala, uji pipa tiup, uji spektroskopi,
dan uji mutu. Identifikasi cara kering dilakukan dengan mengamati perubahanperubahan baik sifat fisika maupun kimia suatu zat yang disebabkan oleh
pengaruh luar.
Perubahan-perubahan baik sifat fisika maupun sifat kimia suatu zat oleh
pengaruh luar dapat dilihat pada identifikasi cara kering dengan teknik uji warna
nyala. Pada uji warna nyala suatu sampel dibakar pada nyala api Bunsen sehingga
terjadi reaksi pembakaran dan dari reaksi tersebut dapat diamati salah satu sifat
kimianya yaitu warna nyala. Reaksi pembakaran yang terjadi merupakan
bereaksinya bahan yang mudak terbakar dengan sumber gas pembakar(gas alam).
Sumber gas pembakar dapat berupa nyala api Bunsen. Suatu bahan yang dibakar
dapat mengalami pembakaran yang sempurna dan tidak sempurna. Pembakaran
tidak sempurna dapat diamati dengan adanya asap hitam sebagai tanda masih

adanya sisa karbon. Sedangkan pembakaran sempurna dapat diamati dari nyala
api yang berwarna kebiruan atau tidak berwarna. Dalam proses pembakaran, suatu
senyawa kimia (LX) akan terurai menjadi unsur-unsur penyusunnya dalam wujud
gas atau uap ( L dan X). Selanjutnya atom-atom dari unsur logam tersebut mampu
menyerap sejumlah energi panas (q) untuk membentuk atom logam berenergi
tinggi atau dalam keadaan tereksitasi (L*). Pada keadaan tereksitasi atom logam
bersifat tidak stabil sehingga mudah kembali ke keadaan semula (L) dengan
memancarkan energi yang diserapnya dalam bentuk cahaya (hv). Reaksinya
secara terperinci dapat dituliskan sebagai berikut:
LX + q

L + X

L + q

L*(tidak stabil)

Uji nyala pada umumnya digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan


L + hv
L*
ion logam dalam jumlah yang relatif kecil pada sebuah senyawa. Tidak semua ion
logam menghasilkan warna nyala. Untuk senyawa-senyawa golongan IA dan IIA,
uji nyala biasanya merupakan cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi
logam yang terdapat dalam senyawa. Untuk logam-logam lain, biasanya ada
metode mudah lainnya yang lebih dapat dipercaya, meski demikian uji nyala bisa
memberikan petunjuk bermanfaat seperti metode mana yang akan dipakai
selanjutnya. Besarnya energi yang dipancarkan oleh setiap atom unsur logam
adalah khas, yang dapat ditunjukkan dari warna nyala atom-atom logam yang
berupa radiasi cahaya di daerah sinar tampak. Berikut ini disajikan radiasi cahaya
di daerah sinar tampak dengan rentangan panjang gelombangnya masing-masing.
Tabel 1. Warna Sinar Tampak dan Rentangan Panjang Gelombangnya
Warna Sinar Tampak
Merah
Jingga
Kuning
Hijau
Biru
Nila
Ungu

Rentangan Panjang Gelombang (nm)


620-780
585-620
570-585
490-570
440-490
420-440
400-420

Untuk memahami operasi yang dilibatkan dalam uji warna nyala, perlu
diketahui struktur nyala Bunsen sebagai sumber gas pembakar. Nyala Bunsen
dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
a = daerah suhu rendah

C
D

b = daerah nyala paling panas


c = daerah oksidasi bawah
d = daerah oksidasi atas
e = daerah reduksi atas

f = daerah reduksi bawah

Secara garis besar nyala api


Bunsen terdiri atas tiga bagian yaitu
1. Kerucut dalam ADB yang berwarna biru, di mana dalam kerucut dalam ini
sebagian besar terdiri atas gas-gas yang tidak terbakar.
2. Ujung terang D yang hanya tampak bila lubang udara sedikit ditutup.
3. Kerucut luar ACBD sebagai tempat terjadinya pembakaran sempurna.
Bagian-bagian dari nyala Bunsen secara terperinci dan fungsinya dapat diliht pada
tabel berikut:
Tabel 2. Bagian Daerah Nyala Api Bunsen dan Fungsinya
Bagian Daerah Nyala Api Bunsen
a: daerah suhu rendah

Fungsinya
Dipakai untuk menguji zat-zat yang
mudah menguap
Digunakan untuk

b: daerah nyala paling panas /daerah


peleburan

menguji

sifat

peleburan suatu zat dan melengkapi


daerah suhu rendah dalam menguji
kemudahan relatif suatu zat untuk
menguap
Digunakan untuk mengoksidasi zat-zat

c: daerah oksidasi bawah

yang larut dalam mutu boraks, fosfat,


dan karbonat.
Digunakan untuk mengoksidasi zat-zat

d: daerah oksidasi atas

yang tidak memerlukan suhu tinggi.


Warna
nyalanya

nyala

tidak

berwarna

dan

tidak sepanas di daerah

oksidasi bawah.
Digunakan untuk mengoksidasi oksida-

e: daerah reduksi atas

oksida berupa kerak menjadi logam.


Pada daerah ini banyak mengandung
karbon berpijar dan berupa kerucut
berwarna biru.
Digunakan untuk mereduksi boraks

f: daerah reduksi bawah

lelehan.
Dalam uji warna nyala, suatu sampel dibakar sampai dihasilkan radiasi
cahaya di daerah sinar tampak. Warna nyala khas dari beberapa atom unsur logam
adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Warna Nyala dari Beberapa Logam
Logam
Natrium(Na)
Kalium(K)
Kalsium(Ca)
Stronsium(Sr)
Barium(Ba)

Warna Nyala
Tanpa Kaca Kobalt
Dengan Kaca Kobalt
Kuning keemasan
Violet(ungu)
Merah padam
Merah bata
Hijau muda
Merah padam
Ungu
Hijau kekuningan
Hijau kebiruan

III. Metode
III.1
Alat dan Bahan
Tabel 4. Alat dan Bahan
Alat
Lampu Bunsen

Jumlah
1 buah

Bahan
Jumlah
Garam klorida Secukupnya
dari

natrium,

kalium, kalsium,
stronsium,

dan

barium.
Kawat nikrom
1 buah
Kaca arloji
1 buah
Gelas kimia 100 1 buah
mL
Spatula
III.2

HCl pekat
Sampel B
Sampel D

1 buah
Prosedur Kerja
4

Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya

3.2.1 Membuat Nyala lampu Bunsen


a. Menutup rapat lubang tempat udara (O2) masuk dengan cara memutar
cincin pengatur.
b. Menyalakan korek api di mulut pipa Bunsen dan secara bersamaan
memutar kran pengatur keluarnya bahan bakar secara berlahan sehingga
terjadi pembakaran.
c. Memutar cincin pengatur keluarnya udara sehingga didapatkan nyala api
yang tidak berwarna atau berwarna kebiruan.
3.2.2 Identifikasi Kation
a. Membersihkan kawat nikrom terutama pada ujung kawat (tempat sampel)
dengan cara sebagai berikut. Memasukkan ujung kawat nikrom ke dalam
larutan HCl pekat dan selanjutnya membakar kawat nikrom tersebut di
dalam nyala api pada daerah nyala paling panas (b). Prosedur ini terus
dilakukan sampai warna yang dihasilkan dari pembakaran kawat nikrom
tersebut menghasilkan warna putih yang berarti kawat tersebut telah
bersih.
b. Mengambil masing-masing 2 sendok spatula garam-garam kloridan (Na,
Ba, Ca, K, Sr) yang ditempatkan dalam masing-masing kaca arloji.
c. Menambahkan beberapa tetes HCl pekat ke dalam sampel tersebut
sehingga menghasilkan sampel yang kental.
d.

Menempelkan bagian ujung kawat nikrom ke dalam


sampel yang mengandung logam natrium.

e.

Membakar kawat nikrom yang telah berisi sampel


tersebut dalam nyala api Bunsen pada daerah oksidasi bawah.

f.

Mengamati dan mencatat warna nyala yang ditimbulkan

g. Mengamati warna nyala dengan menggunakan kaca kobalt untuk


mendapatkan data hasil pengamatan yang lebih baik.
h. Membersihkan kembali kawat nikrom untuk praktikum sampel berikutnya.
i. Melakukan pengulangan langkah c sampai dengan h di atas untuk sampel
yang mengandung unsur logam Ba, Ca, K, dan Sr.
j. Membandingkan warna nyala yang didapatkan dengan yang tertera pada
tabel 3.

k. Melakukan prosedur yang sama untuk sampel unknown (dipersiapkan


laboran)
l. Menentukan unsur logam penyusun sampel unknown tersebut.
IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1
Hasil Pengamatan
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan
Sampel
NaCl
KCl
CaCl2
SrCl2
BaCl2
Sampel B
Sampel D
IV.2

Warna Nyala
Tanpa Kaca Kobalt
Dengan Kaca Kobalt
Kuning keemasan
Violet(ungu)
Merah padam
Merah bata
Hijau muda
Merah padam
Ungu
Hijau kekuningan
Hijau kebiruan
Hijau kekuningan
Hijau kebiruan
Violet(ungu)
Merah padam

Pembahasan
Uji dengan nyala api dilakukan sesuai dengan prosedur kerja. Sebelum

melakukan praktikum uji nyala, dilakukan pengaturan nyala Bunsen sehingga


diperoleh nyala yang kebiruan. Lampu Bunsen saat dinyalakan dibagian
bawah berwarna biru sedangkan pada bagian atas berwarna jingga. Hal ini
karena pembakar Bunsen yang tersedia tidak sempurna, sehingga tidak dapat
dihasilkan warna nyala yang kebiruan. Pada saat cincin pengatur udara dibuka
bentuk api agak bulat atau besar disebabkan jumlah oksigen untuk
pembakaran banyak. Pada saat cincin pengatur udara ditutup (oksigen sedikit)
bentuk api agak kerucut, disebabkan kerena oksigen untuk pembakaran
sedikit. Pada saat kran pengatur gas dibuka, nyala api besar karena bahan
bakar tersedia banyak. Pengaturan nyala ini akan memudahkan di dalam
mengamati warna nyala dari kation selama proses pembakaran.
Dalam uji nyala digunakan kawat nikrom yang telah ditancapkan pada
sebatang gelas. Digunakan kawat nikrom karena kawat nikrom bersifat inert
atau tidak mudah bereaksi, dalam artian kawat nikrom tersebut tidak
teroksidasi dan tidak tereduksi. Kawat nikrom tersebut dibersihkan terlebih
dahulu dengan menggunakan larutan HCl pekat dan dibakar pada daerah
peleburan atau daerah nyala paling panas(b) dari nyala Bunsen. Pembakaran

pada daerah nyala paling panas bertujuan agar pengotor-pengotor pada kawat
mudah dilebur sehingga kawat nikrom menjadi bersih. Kawat nikrom bersih
bila tidak tidak memberikan warna pada nyala. Jika kawat nikrom sudah
bersih uji nyala sampel dapat dilakukan.
Sampel untuk uji nyala dibuat dari garam-garam klorida yang diberikan
beberapa tetes HCl pekat sampai menghasilkan sampel yang kental.
Penggunaaan sampel berupa garam-garam klorida karena klorida termasuk
senyawa yang sangat mudah menguap dan pada saat dibakar tidak
menunjukkan warna nyala sehingga pada saat pembakaran hanya terlihat
warna nyala unsur logam penyusun sampel tersebut. Sedangkan penambahan
HCl pekat ke dalam sampel sampai kental bertujuan agar sampel tersebut
dapat menempel pada ujung kawat nikrom.
Ujung kawat nikrom yang telah berisi sampel dibakar pada daerah
oksidasi bawah. Pembakaran sampel dilakukan pada daerah oksidasi bawah
karena pada daerah tersebut sampel dioksidasi sehingga unsur logam
penyusun sampel menguap dan dihasilkan warna nyala sesuai dengan warna
nyala unsur logam penyusun sampel tersebut. Pembakaran pada daerah
oksidasi bawah hanya digunakan untuk sampel yang mengandung unsur
logam alkali. Sedangkan untuk sampel yang mengandung unsur logam alkali
tanah dipanaskan pada daerah peleburan agar lebih cepat menguap.Warna
nyala yang dihasilkan oleh masing-masing logam berbeda-beda sesuai dengan
panjang gelombangnya sehingga energi yang dihasilkan juga berbeda. Warna
nyala dapat diamati dengan menggunakan kaca kobalt dan dapat pula diamati
tanpa kaca kobalt. Warna nyala yang diamati dengan kaca kobalt berbeda
dengan warna nyala yang diamati tanpa kaca kobalt. Hal ini disebabkan
karena kaca kobalt tersebut berfungsi untuk menyerap polutan cahaya.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, sampel yang digunakan dalam uji
nyala ini adalah sampel yang mengandung unsur logam golongan IA (kalium
dan natrium) dan golongan IIA (barium, stronsium, dan kalsium). Golongan
alkali dan alkali tanah ini jika dibakar akan menghasilkan warna nyala yang
khas dan mudah diamati dengan mata telanjang. Golongan alkali dan alkali
tanah memiliki elektron valensi pada subkulit s dengan elektron valensi
masing-masing 1 dan 2. Golongan alkali dan alkali tanah ini juga memiliki

kecendrungan untuk melepaskan elektronnya sehingga pada saat diberikan


pengaruh dari luar yaitu berupa panas maka logam-logam golongan alkali dan
alkali tanah akan melepaskan elektronnya membentuk atom logam berenergi
tinggi atau dalam keadaan tereksitasi. Dalam keadaan tereksitasi ini atom
logam alkali dan alkali tanah tersebut bersifat tidak stabil sehingga mudah
kembali ke keadaan semula dengan cara memancarkan energi dalam bentuk
cahaya atau warna nyala. Pada proses pembakaran sampel yang mengandung
logam alkali dan alkali tanah maka logam-logam tersebut akan membentuk
oksida, peroksida ataupun superoksida tergantung dari jumlah oksigen yang
digunakan dalam pembakaran tersebut. Berikut ini beberapa reaksi yang
terjadi dari pembakaran sampel tersebut:
a. Pembakaran garam kalium:
b. Pembakaran
natrium:2K O + 2Cl
4KCl(s) + Ogaram
2 (s)
2(g)
2(g)
c. Pembakaran
4NaCl(s) + garam
O2(g) barium: 2Na2O(s) + 2Cl2(g)
d. Pembakaran
2BaCl2(s) +garam
O2(g) kalsium: 2BaO(s) + 2Cl2(g)
e. Pembakaran
2CaO(s) + 2Cl2(g)
2CaCl2(s) +garam
O2(g) stronsium:
2SrO(s) + 2Cl2(g)
2SrCl2(s) + O2(g)
Oksida-oksida yang dihasilkan dari pembakaran sampel tersebut akan
menempel pada ujung kawat nikrom sehingga untuk uji sampel berikutnya,
kawat

nikrom

tersebut

harus

dibersihkan

terlebih

dahulu

dengan

menggunakan larutan HCl pekat dan dibakar. Warna nyala dari sampel yang
telah diuji dapat dilihat pada tabel 5 dan data yang didapatkan sesuai dengan
warna nyala standar untuk logam-logam alkali dan alkali tanah pada tabel 3.
Dari spektrum warna yang dihasilkan dan data rentangan panjang gelombang
pada tabel tabel 1 maka dapat dihitung rentangan energi yang dihasilkan oleh
spektrum warna tersebut. Besarnya energi yang dihasilkan dar masingamasing spektrum warna dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
E

hc

Dengan E = energi
h = tetapan Planck(6,626 x 10-34Js)
= panjang gelombang (m)
c = cepat rambat cahaya (3 x 108 m/s)

Sehingga:
E

hc

6,626 x 10 34 Js x 3 x 10 8 m/s
E

-25
1,987 x 10 Jm
E

Dengan memasukkan nilai panjang gelombang pada persamaan di atas

maka besarnya energi untuk untuk masing-masing spectrum warna yang


dihasilkan dapat dilihat pada table di bawah ini:
Logam

Warna Nyala

Rentang panjang

Rentangan energi yang

Na

Api
Kuning

gelombang (nm)
570 585

dihasilkan(x 10-19 J)
3,485 3,396

Ba

keemasan
Hijau

490 570

4,055 3,485

Ca
K
Sr

kekuningan
Merah bata
Ungu
Merah padam

585 620
400 420
620 - 780

3,396 3,204
4,967 4,730
3,204 2,547

Untuk sampel yang unsur logam penyusunnya belum diketahui


(unknown) prosedur kerjanya sama dengan prosedur kerja untuk sampel yang
telah diketahui. Hanya saja pada sampel unknown, perlu dianalisis unsur
logam penyususn sampelnya dari warna nyala yang dihasilkan. Berdasarkan
tabel hasil pengamatan, terlihat bahwa untuk sampel B dengan mata telanjang
memperlihatkan warna hijau kekuningan sedangkan dengan kaca kobalt
memperlihatkan warna hijau kebiruan. Untuk sampel D dengan mata
telanjang memperlihatkan warna ungu sedangkan dengan kaca kobalt
memperlihatkan warna merah padam. Jadi, setelah dibandingkan dengan tabel
hasil pengamatan sebelumnya yaitu tabel 5 maka Sampel B adalah sampel
yang mengandung logam barium(Ba) dan sampel D adalah sampel yang
mengandung logam kalium(K).
V. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pembakaran
suatu unsur logam alkali dan alkali tanah melalui uji nyala dapat mengakibatkan
zat tersebut memancarkan radiasi cahaya sesuai dengan panjang gelombangnya
9

masing-masing. Warna radiasi cahaya yang dipancarkan untuk beberapa logam


alkali dan alkali tanah adalah sebagai berikut:
Logam
Natrium(Na)
Kalium(K)
Kalsium(Ca)
Stronsium(Sr)
Barium(Ba)

Warna Nyala
Tanpa Kaca Kobalt
Dengan Kaca Kobalt
Kuning keemasan
Violet(ungu)
Merah padam
Merah bata
Hijau muda
Merah padam
Ungu
Hijau kekuningan
Hijau kebiruan

Jika dibandingkan warna nyala yang dihasilkan oleh masing-masing logam


berbeda-beda baik diamati dengan mata telanjang ataupun diamati dengan
menggunakan kaca kobalt.
VI. Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa hanya atom unsur natrium, kalium, kalsium, barium, dan
stronsium yang umum diidentifikasi dengan uji nyala ?
Jawab : Atom unsur natrium, kalium, kalsium, barium, dan stronsium
yang umum digunakan dalam identifikasi uji nyala karena
unsur-unsur tersebut memiliki warna yang khas dan dapat
diamati jelas dengan mata telanjang. Atom unsur natrium dan
kalium termasuk dalam golongan alkali dan atom unsur kalsium,
barium, dan stronsium termasuk dalam golongan alkali tanah.
Logam alkali dan alkali tanah ini jika dibakar akan
menghasilkan warna nyala yang khas dan mudah diamati
dengan mata telanjang. Golongan alkali dan alkali tanah
memiliki elektron valensi pada subkulit s dengan elektron
valensi masing-masing 1 dan 2. Golongan alkali dan alkali tanah
ini juga memiliki kecendrungan untuk melepaskan elektronnya
sehingga pada saat diberikan pengaruh dari luar yaitu berupa
panas maka logam-logam golongan alkali dan alkali tanah akan
melepaskan elektronnya membentuk atom logam berenergi
tinggi atau dalam keadaan tereksitasi. Dalam keadaan tereksitasi
ini atom logam alkali dan alkali tanah tersebut bersifat tidak
stabil sehingga mudah kembali ke keadaan semula dengan cara
memancarkan energi yang diserapnya dalam bentuk spektrum
10

emisi yang sebenarnya spektrum ini terdiri atas beberapa garis


warna atau panjang gelombang yang khas bagi setiap unsur.
2. Mengapa dalam percobaan ini digunakan HCl untuk membersihkan kawat
nikrom dan dipakai agar sampel menjadi kental ?
Jawab : Dalam praktikum ini digunakan HCl untuk membersihkan kawat
nikrom karena klorida termasuk senyawa yang sangat mudah
menguap dan pada saat dibakar tidak menunjukkan warna nyala
sehingga pada saat pembakaran hanya terlihat warna nyala unsur
logam penyusun sampel tersebut. Sedangkan penambahan HCl
pekat ke dalam sampel sampai kental bertujuan agar sampel
dapat menempel pada kawat nikrom.
3. Dalam prosedur analisis secara umum(kualitatif dan kuantitatif) haruskah
dilakukan uji nyala ? Jelaskan!
Jawab : Dalam prosedur analisis secara umum (kualitatif dan kuantitatif)
tidak harus dilakukan uji nyala karena analisis kualitatif dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu cara basah dan cara kering
tergantung wujud zat yang akan dianalisis. Selanjutnya analisis
cara kering juga dapat dilakukan dengan beberapa teknik
diantaranya dengan pemanasan, uji warna nyala, uji pipa tiup,
uji spektroskopi, dan uji mutu. Uji nyala dilakukan bila
senyawa-senyawa yang ingin diketahui penyusunnya mampu
menunjukkan warna yang khas.
VII. Daftar Pustaka
Selamat, I Nyoman dan I Gusti Lanang Wiratma. 2004. Penuntun Pratikum Kimia
Analitik. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja.
Selamat, I Nyoman dan I Gusti Lanang Wiratma. 2001. Buku Penuntun Belajar
Kimia Analatik Kualitatif. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja.
Vogel, A. I. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta :
PT. Kalman Media Pustaka.

11

Anda mungkin juga menyukai