id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
commit todalam
user sebuah pipa dengan longitudinal
mempelajari perpindahan panas konveksi
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
strip insert dengan bentuk-bentuk yang berbeda dari strip dalam aliran turbulen.
Tiga bentuk berbeda dari strip (konfigurasi Y, X dan ) terbuat dari baja
lunak (mild steel) dimasukkan ke dalam pipa. Pipa terbuat dari kuningan yang
memiliki diameter dalam 70 mm diameter dan panjang 1,5 m. Seksi
uji dipanaskan secara elektrik dengan kawat Nichrome yang daya masukan
listriknya dikontrol untuk menghasilkan fluks kalor konstan. Fluida uji adalah
udara dimana aliran udara divariasi pada kisaran bilangan Reynolds 2,0 x 104
hingga 5,0 x 104. Kecepatan udara, temperatur udara masuk dan keluar seksi uji,
temperatur permukaan longitudinal strip, temperatur dinding dan penurunan
tekanan sepanjang panjang aksial dari seksi uji diukur untuk menganalisis faktor
gesekan, bilangan Nusselt, dan koefisien perpindahan panas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pipa dengan longitudinal strip insert, koefisien perpindahan
panas meningkat diikuti dengan kenaikan faktor gesekan dan daya pemompaan.
Koefisien perpindahan panas untuk pipa dengan longitudinal strip insert
meningkat dibandingkan dengan plain tube. Untuk bilangan Reynolds yang sama,
koefisien perpindahan panas rata-rata meningkat hingga 1,4 kali, 2 kali dan 3 kali
plain tube berturut-turut untuk pipa dengan longitudinal strip insert bentuk Y,
bentuk X dan bentuk . Untuk bilangan Reynolds yang sama, faktor gesekan
meningkat hingga 1,2 kali, 1,5 kali dan 2,2 kali plain tube berturut-turut untuk
pipa dengan longitudinal strip insert bentuk Y, bentuk X dan bentuk . Daya
pemompaan meningkat hingga 2 kali, 3,5 kali dan 4 kali plain tube berturut-turut
untuk pipa dengan longitudinal strip insert bentuk Y, bentuk X dan bentuk .
Yakut dkk (2005) melakukan penelitian secara eksperimental pengaruh
dari berbagai macam parameter desain terhadap karakteristik perpindahan panas
dan faktor gesekan dalam sebuah pipa yang disisipi dengan tapes with doublesided delta-winglet yang dianalisis dengan menggunakan metode Taguchi. Pada
penelitian ini tapes with double-sided delta-winglet diuji pada parameter geometri
dan aliran yang berbeda, meliputi sudut serang (angle of attack) yang divariasi
sebesar 90o, 60o dan 30o, tinggi winglet yang divariasi sebesar 8, 12 dan 16
mm, pengaturan pitch yang divariasi sebesar 25, 50 dan 75 mm dan
bilangan Reynolds divariasi sebesar 3690, 10.493, dan 16.906. Semua tapes with
to user dalam penelitian mempunyai
double-sided delta-wing inserts commit
yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
dimensi panjang 1240 mm, lebar 47 mm dan tebal 1,5 mm. Pipa yang digunakan
terbuat dari aluminium dengan dimensi diameter dalam 50 mm dan panjang 1240
mm. Pipa uji dipanaskan dengan pemanas listrik berupa kawat yang dililitkan
sepanjang
pipa
dimana
daya
masukan
listriknya
dikontrol
untuk
menghasilkan fluks kalor konstan. Fluida uji yang digunakan adalah udara dengan
bilangan Reynolds dalam kisaran 3000 17.000. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa parameter paling penting yang mempengaruhi perpindahan panas adalah
bilangan Reynolds. Perpindahan panas dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
bilangan Reynolds. Laju perpindahan panas maksimum diamati pada bilangan
Reynolds sebesar 16.906 , sudut serang 60o, tinggi winglet 16 mm dan pitch dari
sayap 25 mm. Parameter yang paling efektif sehubungan dengan faktor gesekan
berat winglet. Faktor gesekan minimum diamati pada tinggi winglet 8 mm,
bilangan Reynolds sebesar 16.906 , sudut serang 30o dan pitch dari sayap 75 mm.
Chiu dkk (2009) melakukan analisis numerik dan eksperimen untuk
mempelajari karakteristik termohidrolik aliran udara yang mengalir di dalam
sebuah pipa bulat dengan sisipan-sisipan pipa yang berbeda. Tiga sisipan pipa
yang berbeda, meliputi longitudinal strip insert (dengan lubang dan tanpa lubang)
dan longitudinal tape insert dengan 3 sudut puntir yang berbeda ( = 15,3o, 24,4o
dan 34,3o) yang diteliti pada kecepatan udara frontal masukan bervariasi dari 3
m/s hingga 18 m/s. Penelitian dilakukan dalam penukar kalor cangkang dan pipa
(shell and tube exchanger) dengan pengaturan arah aliran fluida berlawanan arah
(counterflow). Fluida kerja di sisi pipa adalah udara dingin, sedangkan cairan
Dowtherm panas pada sisi cangkang. Untuk mendapatkan karakteristik
perpindahan panas seksi uji dari data eksperimen, metode -NTU diterapkan
untuk menentukan UA dalam analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
koefisien perpindahan panas dan penurunan tekanan dalam pipa dengan
longitudinal strip insert (tanpa lubang) meningkat berturut-turut 7-16% dan 100170% lebih besar daripada plain tube. Penggunaan longitudinal strip insert
dengan lubang, koefisien perpindahan panas dan penurunan tekanan meningkat
berturut-turut 13-28% dan 140-220% lebih besar daripada plain tube. Koefisien
perpindahan panas dan penurunan tekanan dari pipa dengan longitudinal tape
insert
meningkat
commit
to user dan
berturut-turut
13-61%
150-370% lebih
tinggi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
dengan dua
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Re
.um . D
(2.1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
dimana :
Re
= bilangan Reynolds
um
Untuk aliran yang melewati pipa tidak bulat, bilangan Reynolds dihitung
berdasarkan diameter hidrolik, yang didefinisikan :
Dh
4Ac
p
(2.2)
dimana :
Dh
Ac
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
pipa, kekasaran permukaan, dan halhal sejenis lainnya. Untuk praktek pada
umumnya, nilai bilangan Reynolds untuk aliran laminar, transisi, dan turbulen
adalah sebagai berikut :
Re < 2.300
aliran laminar
(2.3)
2.300 Re 10.000
aliran transisi
(2.4)
Re > 10.000
aliran turbulen
(2.5)
Pada pipa yang sangat halus dengan kondisi tanpa gangguan aliran dan
tanpa getaran pada pipa, aliran laminar dapat dipertahankan sampai pada bilangan
Reynolds yang tinggi. Pada aliran berkembang penuh, nilai bilangan Reynolds
untuk terjadinya aliran turbulen adalah Re 2.300.
2.2.2.2 Kecepatan rata rata (mean velocity)
Karena kecepatan selalu bervariasi sepanjang masukan pipa, maka
digunakan kecepatan ratarata (um) untuk menyelesaikan permasalahan mengenai
aliran dalam pipa. Ketika kecepatan ratarata (um) dikalikan dengan massa jenis
) yang
air () dan luasan pipa (A), maka akan didapat nilai laju aliran massa air ( m
melalui pipa. Laju aliran massa air didefinisikan sebagai banyak sedikitnya massa
air yang dialirkan tiap satuan waktu. Dituliskan dalam persamaan (2.6) di bawah
ini:
um A
m
(2.6)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
(a) Aktual
(b) Rata rata
Gambar 2.3 Profil temperatur aktual dan ratarata pada aliran dalam pipa (Cengel, 2003)
Tb
(Tm,i Tm,o )
2
(2.7)
melakukan
kontak
dengan
permukaan
plat,
kecepatan partikel
fluida berkurang secara signifikan dan untuk kebanyakan situasi ini valid untuk
menganggap bahwa kecepatan partikel fluida adalah nol pada permukaan plat.
Partikel-partikel ini kemudian bertindak untuk menghambat gerakan partikel di
lapisan fluida yang berdampingan, dimana bertindak untuk menghambat gerakan
partikel di lapisan berikutnya, dan seterusnya sampai, pada jarak y = dari
permukaan, efeknya menjadi diabaikan.
to kecepatan
user
Gambar 2.4. Lapis batas kecepatancommit
dan profil
laminar, transisi dan turbulen
aliran fluida melewati plat datar (Kreith dkk, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Dengan demikian, aliran fluida ditandai oleh dua daerah yang berbeda,
sebuah lapisan fluida tipis (boundary layer) dimana gradien kecepatan dan
tegangan geser adalah besar, dan daerah di luar lapis batas di mana gradien
kecepatan dan tegangan geser dapat
diabaikan.
commit
to user Dengan meningkatnya jarak dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
tepi depan, efek dari viskositas menembus lebih jauh ke dalam aliran bebas dan
lapisan batas tumbuh ( meningkat dengan x). Karena berkaitan dengan kecepatan
fluida, lapis batas di atas dapat disebut lebih khusus sebagai lapis batas kecepatan
(velocity boundary layer). Ini berkembang setiap kali ada aliran fluida di atas
permukaan,
dan
itu
adalah
sangat
penting
untuk
masalah
yang
melibatkan konveksi.
Awalnya, aliran dalam lapis batas adalah sepenuhnya laminar. Ketebalan
lapis batas berkembang dengan semakin jauh jaraknya dari tepi depan (leading
edge), dan pada suatu jarak kritis xc, efek inersia menjadi cukup besar
dibandingkan dengan aksi redaman kekentalan sehingga gangguan kecil dalam
aliran mulai berkembang. Setelah gangguan ini menjadi kuat, keteraturan aliran
viskos terganggu dan transisi dari laminar menjadi aliran turbulen terjadi.
Parameter tanpa dimensi yang menghubungkan secara kuantitatif antara gaya
kekentalan dan gaya inersia dan yang nilainya menentukan transisi dari laminar ke
aliran turbulen adalah bilangan Reynolds, Rex, yang didefinisikan sebagai :
(2.9)
dimana :
u
profil
kecepatan
dalam
aliran
laminar
dan
turbulen, dapat dilihat pada gambar 2.4. Dalam aliran laminar, profil kecepatan
lapis batas adalah mendekati parabola. Dalam aliran turbulen terdapat lapisan tipis
dekat permukaan (viscous sublayer), di mana profil kecepatan hampir linear. Di
luar viscous sublayer ini profil kecepatan adalah datar dibandingkan dengan profil
kecepatan aliran laminar. Meskipun bilangan Reynolds kritis untuk transisi pada
plat datar biasanya diambil sebesar 5 105 untuk sebagian besar tujuan analisis,
nilai kritis dalam kondisi praktis sangat bergantung pada kondisi kekasaran
permukaan dan "tingkat turbulensi" dari aliran bebas. Kisaran normal untuk
commit to user
mulai transisi antara 5 105 dan 106. Dengan kehadiran gangguan yang sangat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
besar dalam aliran, transisi mungkin mulai dengan bilangan Reynolds serendahrendahnya 105, dan untuk aliran yang sangat bebas dari fluktuasi, transisi mungkin
mulai pada Re = 2 106 atau lebih.
Gambar 2.6 Lapis batas termal di atas plat datar (permukaan plat lebih panas daripada
fluida) (Kothandaraman, 2006)
Gambar 2.7 Lapis batas termal di atas plat datar (fluida lebih panas daripada permukaan
plat datar) (Cengel, 2003)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
dan
gradien temperatur
berkembang
dalam
fluida.
Daerah
fluida dimana gradien temperatur ini ada adalah lapis batas termal (thermal
boundary layer), dengan ketebalan lapis batas termal adalah t yang biasanya
didefinisikan sebagai nilai y dimana rasio [(Ts - T)/(Ts - T)] = 0,99. Dengan
meningkatnya jarak dari tepi depan, efek dari perpindahan panas menembus lebih
jauh ke dalam aliran bebas dan lapis batas termal berkembang.
Gambar 2.8. Fluk panas pada permukaan plat datar (Holman, 2010)
Pada setiap x jarak dari tepi depan, fluks panas permukaan lokal dapat
diperoleh dengan menerapkan hukum Fourier untuk fuida di y = 0, dapat dilihat
pada gambar 2.8. Artinya,
|
(2.10)
(2.11)
commit to user
(2.12)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
(2.13)
Oleh karena itu, kondisi dalam lapis batas termal, dimana sangat mempengaruhi
gradien temperatur dinding
, menurun
, bilangan Nusselt
(2.14)
L adalah dimensi karakteristik benda, kalau berupa plat datar maka L adalah
panjang plat atau jika titik perhatiannya adalah sepanjang permukaan plat datar
maka :
Nux =
(2.15)
Gambar 2.9. Lapis batas termal fluida dingin melalui plat panas (Lienhard, 2012)
Dari gambar 2.9 dapat dilihat bahwa arti fisik Nu diberikan oleh :
(2.16)
Dengan kata lain, bilangan Nusselt adalah berbanding terbalik dengan ketebalan
commit to user
lapis batas termal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
(a)
(b)
Gambar 2.10 (a) arah aliran fluida, dan (b) perubahan temperatur fluida pada
penukar kalor searah (Cengel, 2003)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
(a)
(b)
Gambar 2.11 (a) arah aliran fluida, dan (b) perubahan temperatur fluida pada
penukar kalor berlawanan arah (Cengel, 2003)
Dalam sebuah penukar kalor yang diisolasi dengan baik, laju perpindahan
panas dari fluida panas sama dengan laju perpindahan panas ke fluida dingin.
Sehingga, Qh = Qc
Qc= . Cp ,c.(Tc,out Tc,in)
(2.17)
(2.18)
dimana :
Qc
Cp,c
Tc,i
Tc,o
Qh
Cp,h
Th,i
Th,o
(2.19)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
TLMTD
T1 T2
ln(T1 / T2 )
(2.20)
dimana :
Q
As
TLMTD
T1 , T2
Nilai-nilai T1 dan T2 untuk penukar kalor aliran searah dan berlawanan arah
berturut-turut dapat dilihat pada gambar 2.10(b) dan 2.11(b).
c. Penukar kalor pipa konsentrik.
Gambar sebuah penukar kalor pipa konsentrik dapat dilihat pada gambar
2.12. Pada penukar kalor ini terdapat dua buah pipa, yaitu pipa dalam (inner tube)
dan pipa luar (outer tube). Pipa dalam digunakan untuk melewatkan fluida panas,
sedangkan fluida dingin dilewatkan melalui ruang (yang disebut annulus) yang
dibentuk oleh kedua pipa yang konsentrik tersebut.
Perpindahan panas yang terjadi berawal secara konveksi dari fluida panas
ke dinding dalam pipa dalam. Dari dinding dalam diteruskan secara konduksi ke
dinding luar pipa dalam. Perpindahan panas akan dilanjutkan secara konveksi dari
dinding luar pipa dalam ke fluida dingin yang ada pada annulus. Proses
perpindahan panas pada penukar kalor ini dapat dianalogikan dengan jaringan
tahanan listrik seperti gambar 2.13
di bawah.
commit
to user Perpindahan panas menyeluruh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
dihitung dengan membagi beda temperatur total dengan jumlah total tahanan
termal.
Gambar 2.13 Analogi listrik untuk perpindahan panas pada penukar kalor pipa konsentrik
(Cengel,2003)
Tahanan termal total pada penukar kalor konsentrik pada gambar 2.13
menjadi :
R = Rtotal = Ri + Rwall + Ro =
1 ln (do /d i )
1
h1.A1
2 k L ho . Ao
(2.21)
dimana :
hi
ho
Ai
Ai
= .di .L
Ao
Ao
= .do.L
Do
Di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
tahanan total, R, dan untuk menyatakan laju perpindahan panas antara dua fluida
sebagai berikut :
Q=
T = U. A . T = U . A . T
i
i
LMTD = Uo . Ao . TLMTD
(2.22)
1
1
1 ln( do / d i)
1
Ui .Ai Uo .Ao
hi . Ai
2 k L ho . Ao
(2.23)
variabel
penting
yang
dinamakan
parameter
tanpa
dimensi
yx y u y y ,dapat
didekati
dengan
persamaan
FI V 2 L VL
ReL
Fs V L2
(2.24)
Untuk harga Re yang tinggi, gaya inersia akan lebih berpengaruh daripada
gaya kekentalan. Untuk harga Re yang rendah, gaya kekentalan akan lebih
berpengaruh dari gaya inersia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Pr
(2.25)
Nu
h .d
k
(2.26)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
fluida yang mempunyai konduktivitas termal rendah (gas dan minyak) dan
instalasi desalinasi, perlu untuk meningkatkan laju perpindahan panas. Laju
perpindahan panas dapat diperbaiki dengan menggunakan sebuah gangguan dalam
aliran fluida (memecah viskos dan lapis batas termal), tetapi dalam proses ini daya
pemompaan dapat meningkat secara signifikan dan akhirnya biaya pemompaan
menjadi tinggi. Sehingga, untuk mencapai laju perpindahan panas yang
diinginkan dalam sebuah penukar kalor pada sebuah daya pemompaan yang
ekonomis, beberapa teknik telah ditawarkan dalam tahun-tahun terakhir ini.
Dalam dekade terakhir ini, teknologi peningkatan perpindahan panas telah
dipakai secara luas pada aplikasi-aplikasi penukar kalor; dalam bidang refrigerasi,
otomotif dan proses industri. Tujuan dari meningkatkan perpindahan panas adalah
mendorong atau mengakomodasi fluks-fluks kalor yang tinggi. Ini menghasilkan
pengurangan ukuran penukar kalor, dimana secara umum menghasilkan biaya
yang lebih rendah. Peningkatan perpindahan panas memungkinkan penukar kalor
beroperasi pada kecepatan yang lebih rendah, tetapi masih menghasilkan koefisien
perpindahan panas yang nilainya sama atau lebih besar. Ini berarti bahwa
pengurangan penurunan tekanan berhubungan dengan biaya operasi yang lebih
kecil bisa dicapai. Semua keuntungan ini membuat teknologi peningkatan
perpindahan panas menarik dalam aplikasi penukar kalor.
Secara umum, teknik-teknik peningkatan perpindahan panas pada penukar
kalor dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori :
a. Metode aktif (active method)
Metode ini melibatkan beberapa daya masukan dari luar (external power input)
untuk meningkatkan perpindahan panas, dan tidak menunjukkan banyak potensi
yang berhubungan dengan kerumitan dalam desain. Daya luar tidak mudah untuk
disediakan dalam beberapa aplikasi. Beberapa contoh metode aktif adalah pulsasi
yang ditimbulkan oleh cam dan reciprocating plungers, penggunaan medan
magnet untuk mengganggu partikel-partikel kecil ringan dalam sebuah aliran yang
sedang mengalir.
b. Metode pasif (passive method)
Metode ini tidak memerlukan daya masukan luar, dan tambahan daya yang
diperlukan untuk meningkatkancommit
perpindahan
to user panas diambil dari daya yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Gambar 2.16. Vortex generators berupa wing dan winglet (b = wing span, l / c = wing
cord, = sudut serang/angle of attack) (Jacobi dkk, 1995)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
transisi
bilangan
Reynolds,
profil
temperatur,
dan
gradien
panas.
Pembentukan
gaya
seret
(drag)
dari vortex
panas,
dan
penurunan
tekanan
terutama
disebabkan
oleh
commit
to user
Gambar 2.17. Penyisipan longitudinal
tape insert
dalam sebuah pipa bulat (Chiu, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Pada gambar 2.17, H adalah lebar longitudinal tape insert, sedangkan t adalah
tebal longitudinal tape insert, sedangkan nilai aspek rasio (AR) didefinisikan
sebagai H/t. Penyisipan longitudinal tape insert dapat mengurangi penurunan
tekanan dibandingkan dengan penyisipan longitudinal tape tape insert (Chiu dkk,
2009). Hal ini akan menguntungkan dalam hal daya pemompaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pipa bulat yang sisipi dengan longitudinal tape insert,
penurunan tekanan dapat dikurangi tanpa mengurangi secara serius peningkatan
perpindahan panas (Hsieh dkk, 1996). Secara umum, pipa bulat yang disisipi
dengan longitudinal tape insert di pusat pipa, pola aliran mempunyai sel-sel
vorteks yang simetris, seperti terlihat pada gambar 2.18. Juga didapatkan bahwa
jika bilangan Reynolds meningkat, didapatkan bahwa kekuatan vortisitas simetris
meningkat (Wen dkk, 2003).
Gambar 2.18 Pola aliran berupa sel-sel vorteks yang simetris yang dihasilkan oleh
longitudinal tape insert pada Re = 100 (Wen dkk, 2003)
2.2.7. Karakteristik Perpindahan Panas dan Faktor Gesekan
2.2.7.1. Korelasi Perpindahan Panas dan Faktor Gesekan di Daerah
Aliran Laminar dan Turbulen Melalui Sebuah Pipa Bulat Halus
Untuk aliran laminar berkembang penuh (fully developed), dalam sebuah
pipa bulat halus tanpa sisipan (insert), bilangan Nusselt (Nu) mempunyai nilai
yang konstan di bawah kondisi temperatur dinding yang konstan (constant wall
temperature) sebagai berikut :
Nu = 3,657
(2.27)
dan faktor gesekan Darcy (Darcy friction factor), f , untuk aliran ini diprediksikan
dengan persamaan :
f
= 64/Re
commit to user
(2.28)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Dalam aliran laminar, faktor gesekan adalah hanya fungsi bilangan Reynolds
(Re), dimana tidak tergantung pada kekasaran pipa.
Untuk pipa halus, faktor gesekan dalam aliran turbulen dapat ditentukan
dari persamaan Petukhov pertama (first Petukhov equation) :
f = (0,790 ln Re 1,64)-2
(2.29)
Untuk aliran turbulen berkembang penuh dalam pipa bulat halus, bilangan Nusselt
dapat diprediksikan dengan korelasi Dittus-Boelter :
Nu = 0,023.Re0,8.Prn
(2.30)
Nu
( f / 8) . Re. Pr
1,0712,7 .( f / 8)1/ 2 .(Pr2/ 3 1)
(2.31)
Persamaan Petukhov kedua berlaku untuk nilai-nilai; 0,5 Pr 2.000, dan 104 <
Re < 5 x 106. Akurasi persamaan ini pada bilangan Reynolds yang rendah
diperbaiki dengan modifikasi oleh Gnielinski (Incropera, 2006) :
Nu
( f / 8) . (Re1000) . Pr
112,7 . ( f / 8)1/ 2 . (Pr2/ 3 1)
(2.32)
Persamaan Gnielinski berlaku untuk nilai-nilai; 0,5 Pr 2.000, dan 3 x 103 < Re
< 5 x 106, dimana faktor gesekan, f , dapat ditentukan dari hubungan yang sesuai
seperti persamaan Petukhov pertama (persamaan 2.29). Persamaan Gnielinski
lebih disukai dalam perhitungan. Pada persamaan (2.31) dan (2.32) sifat-sifat
fluida dievaluasi pada temperatur fluida rata-rata bulk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
Tidak seperti aliran laminar, faktor gesekan dan koefisien konveksi dalam
aliran turbulen adalah fungsi dari kekasaran permukaan. Faktor gesekan dalam
aliran turbulen berkembang penuh tergantung pada bilangan Reynolds dan
kekasaran relatif, /D (relative roughness, /D). Colebrook mengkombinasikan
semua data faktor gesekan untuk aliran transisi dan turbulen dalam pipa-pipa
halus dan kasar ke dalam sebuah persamaan implisit yang dikenal sebagai
persamaan Colebrook (Incropera, 2006), sebagai berikut :
/ D 2,51
1
2 log
f
3,7 Re. f
(2.33)
Kesulitan dalam penggunaannya adalah bahwa rumus ini berbentuk implisit dalam
ketergantungannya terhadap f. Artinya, untuk suatu kondisi yang diberikan (Re
dan /D), tidaklah mungkin mencari penyelesaian untuk f tanpa melakukan suatu
metode iterasi. Dengan penggunaan Excel atau aplikasi komputer matematis,
perhitungan seperti itu tidaklah sulit. Miller (1996) menyarankan bahwa iterasi
tunggal akan memberikan hasil dalam 1% jika perkiraan awal dihitung dari:
/ D 5,74
0,9
fo 0,25. log
3,7 Re
(2.34)
= 0,3164.Re-0,25
(2.35)
commit to user
= laju perpindahan panas di dalam pipa dalam (W)
(2.36)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Ai
Ai
= .di. L
di
Tb,o)
(2.37)
dimana :
= laju perpindahan panas di annulus (W)
Qc
Cp,c
Tc,i
Tc,o
ho
Nilai
Ao
Ao
= .do. L
do
Tb,o
T w,o
Tw,o
n
(2.38)
(2.39)
perpustakaan.uns.ac.id
dimana
digilib.uns.ac.id
35
heatbalance
error Qh Qc
(2.40)
dimana dapat diabaikan jika penukar kalor diisolasi dengan baik. Persentase
ketidaksetimbangan energi dari penukar kalor dinyatakan sebagai berikut :
%heatbalanceerror
Qh Qc
x100%
Qh
(2.41)
m .C .( T c,o - Tc,i )
ho c p,c
Ao .( T w,o Tb,o )
(2.42)
Nuo
ho . Dh
ko
(2.43)
dimana :
Nuo = bilangan Nusselt rata-rata di sisi annulus
ho
(2.44)
dimana :
Qh
Ui
Ai
Ai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
TLMTD
(2.45)
Ui
1
1 di .ln(do / di )
d
i
h
2ki
do . ho
i
(2.46)
Dari persamaan (2.36), (2.44) dan (2.45), maka nilai Ui dapat dihitung :
Ui
mh . cp .(Th,i - Th,o )
Ai . TLMTD
Ui
mh . cp .(Th,i - Th,o )
( T T ) ( Th,o Tc,i )
. di . L . h,i c,o
ln((Th,i Tc,o ) /(Th,o Tc,i ))
(2.47)
(2.48)
Dengan diperoleh nilai ho dari persamaan (2.42) dan Ui dari persamaan (2.48),
maka koefisien perpindahan panas rata-rata di sisi pipa dalam, hi dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (2.46).
hi
1
1 di .ln(do / di )
d
i
U
2ki
do . ho
i
(2.49)
dimana ki adalah konduktivitas termal material pipa dalam. Bilangan Nusselt ratarata pada sisi pipa dalam, Nui dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Nui
hi .di
ki
(2.50)
dimana, ki adalah konduktivitas termal rata-rata fluida di pipa dalam, dihitung dari
sifat fluida pada temperatur fluida rata-rata bulk.
Bilangan Reynolds (Re) aliran fluida di pipa dalam, dihitung dengan persamaan :
Re
V . di
.V. di
Re
(2.51)
commit to user
(2.52)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
dimana :
Re = bilangan Reynolds
V = kecepatan rata-rata fluida di pipa dalam (m/s)
di = diameter dalam pipa dalam (m)
. Cp,h
Cc = . Cp,c
(2.53)
(2.54)
Laju kapasitas panas dari sebuah aliran fluida menyatakan laju perpindahan panas
yang diperlukan untuk mengubah temperatur aliran fluida sebesar 1oC ketika
mengalir melalui penukar kalor. Dalam sebuah penukar kalor, fluida dengan laju
kapasitas panas besar akan mengalami perubahan temperatur yang kecil, dan
fluida dengan laju kapasitas panas yang kecil akan mengalami perubahan
temperatur yang besar. Dengan definisi laju kapasitas panas di atas, maka
persamaan (2.36) dan (2.37) berturut-turut dapat dinyatakan juga dengan :
Qh = Ch .(Th,i Th,o)
(2.55)
Qc = Cc .(Tc,o Tc,i)
(2.56)
TLMTD. Jenis masalah kedua yang dihadapi dalam analisis penukar kalor adalah
menentukan laju aliran panas dan temperatur keluaran dari fluida panas dan fluida
dingin untuk laju aliran massa dan temperatur-temperatur masukan telah
ditentukan ketika jenis dan ukuran dari penukar panas ditentukan. Metode LMTD
to user
masih dapat digunakan untuk commit
masalah
ini, tetapi prosedur penyelesaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
lajuperpindaha
n panasaktual
Q
Qmaks lajuperpindaha
n panasmaksimumyangmungkin
(2.57)
Laju perpindahan panas aktual dalam sebuah penukar kalor dapat ditentukan dari
kesetimbangan energi pada fluida panas dan fluida dingin dan dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Q = Cc.(Tc,o Tc,i) = Ch.(Th,i Th,o)
(2.58)
Dimana Cc dan Ch berturut-turut adalah laju kapasitas panas fluida dingin dan
fluida panas. Untuk menentukan laju perpindahan panas yang mungkin dalam
sebuah penukar kalor, maka perbedaan temperatur harus maksimum antara
temperatur masuk fluida panas dan fluida dingin dalam penukar kalor. Sehingga :
(2.59)
Perpindahan panas dalam sebuah penukar kalor akan mencapai nilai maksimum
ketika fluida dingin dipanaskan ke temperatur masukan fluida panas, atau fluida
panas didinginkan ke temperatur masukan dari fluida dingin. Fluida dengan laju
kapasitas panas yang lebih kecil akan mengalami perubahan temperatur yang
besar. Sehingga, laju perpindahan panas maksimum pada penukar kalor adalah :
Qmaks = Cmin.(Th,i Tc,i)
(2.60)
dimana Cmin adalah nilai laju kapasitas panas yang lebih kecil, jika :
Cc > Ch
, maka Ch = Cmin
(2.61)
Cc < Ch
, maka Cc = Cmin
(2.62)
(2.63)
commit to user
laju perpindahan panas tanpa mengetahui
temperatur keluaran fluida-fluida.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Efektivenes dari sebuah penukar kalor tergantung pada geometri penukar kalor
dan juga susunan aliran. Untuk penukar kalor pipa konsentrik aliran berlawanan
arah (counter flow) korelasi untuk dinyatakan sebagai berikut :
U.A C
1 exp s 1 min
Cmin Cmaks
U.A C
C
1 min exp s 1 min
Cmaks Cmin Cmaks
(2.64)
NTU
U. As
U. As
(2.65)
Cmin
Cmaks
(2.66)
Dapat dilihat bahwa efektivenes dari sebuah penukar kalor adalah fungsi dari
NTU dan rasio kapasitas, c. Untuk penukar kalor pipa konsentrik aliran
berlawanan arah (counter flow) korelasi untuk dapat ditulis ulang dengan
menggabungkan persamaan (2.64), (2.65) dan (2.66) sebagai berikut :
1exp NTU(1c )
1c .exp NTU(1c )
commit to user
(2.67)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Gambar 2.19. Efektivenes penukar kalor pipa ganda aliran berlawanan arah
(Cengel,2003)
P f
Lt . .V 2
2.di
(2.68)
dimana besaran tanpa dimensi f adalah faktor gesekan Darcy (Darcy friction
factor). Penurunan tekanan (P) yang terjadi pada aliran di pipa dalam ditentukan
dari perbedaan ketinggian fluida dalam manometer pipa U, dimana P dinyatakan
dengan persamaan :
P = m . g . h
(2.69)
dimana :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
(2.70)
Lt V 2
di 2
dimana :
f
= faktor gesekan
(2.71)
(2.72)
dimana :
= laju aliran volumetrik fluida di pipa dalam (m3/s)
P = penurunan tekanan di pipa dalam (Pa)
p
Dimana hubungan antara faktor gesekan (f) dengan bilangan Reynolds (Re) dapat
dinyatakan sebagai berikut :
(2.73)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
insert dengan koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata dari pipa tanpa
longitudinal tape insert pada daya pemompaan yang konstan.
h
s
hp pp
(2.74)
dimana :
commit to user