Anda di halaman 1dari 37

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka


Wen dkk (2003) melakukan eksperimen untuk mengetahui karakteristik
perpindahan panas dan penurunan tekanan oleh strip insert dalam pipa kecil.
Pengaruh fluks kalor dinding yang diberikan, fluks massa, strip insert dengan
berbagai konfigurasi (tinggi, lebar, pitch) diuji tehadap peningkatan perpindahan
panas dan penurunan tekanan. Insert yang digunakan dalam penelitian meliputi
jenis longitudinal strip (LS), dan regularly interrupted strip (RIS). Pipa kecil
mempunyai diameter dalam 2,0 mm, diameter luar 3,0 mm dan panjang 0,2 m.
Fluida uji adalah udara dengan kisaran bilangan Reynolds (Re) 100 - 4030. Hasil
visualisasi aliran menunjukkan bahwa aliran udara dari pipa menghasilkan 2
vorteks. Kekuatan kedua vorteks meningkat dengan meningkatnya bilangan
Reynolds. Selain itu intensitas vorteks untuk pipa dengan RIS-insert jauh lebih
besar daripada yang ditunjukkan dalam pipa dengan LS-insert. Evaluasi unjuk
kerja berdasarkan 2 kriteria, kriteria pertama (R1) bertujuan untuk meningkatkan
perpindahan panas di bawah geometri dasar tetap dan daya pemompaan tetap
dari penukar panas. Kriteria kedua (R2) bertujuan untuk mengurangi daya
pemompaan untuk geometri dasar konstan dan tugas panas yang tetap. Hasil
pengujian unjuk kerja berdasar kriteria R1, Ls-insert dan RIS-insert akan
meningkatkan perpindahan panas di kisaran Re = 300-4000. Selain itu, pada Re
yang lebih rendah pipa dengan RIS-insert menghasilkan peningkatan perpindahan
panas yang lebih baik. Sedangkan pada Re yang lebih tinggi, pipa dengan LSinsert menghasilkan peningkatan perpindahan panas

yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pipa dengan RIS-insert. Untuk pengujian unjuk kerja


berdasar kriteria R2, pipa dengan LS-insert dan pipa dengan RIS-insert akan
mengurangi daya pemompaan di kisaran Re = 320-4030. Tetapi unjuk kerja pipa
dengan LS-insert jauh lebih baik daripada pipa dengan RIS-insert untuk Re <
4000.
Sarkar dkk (2005) melakukan penelitian secara eksperimental untuk

commit todalam
user sebuah pipa dengan longitudinal
mempelajari perpindahan panas konveksi
6

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
7

strip insert dengan bentuk-bentuk yang berbeda dari strip dalam aliran turbulen.
Tiga bentuk berbeda dari strip (konfigurasi Y, X dan ) terbuat dari baja
lunak (mild steel) dimasukkan ke dalam pipa. Pipa terbuat dari kuningan yang
memiliki diameter dalam 70 mm diameter dan panjang 1,5 m. Seksi
uji dipanaskan secara elektrik dengan kawat Nichrome yang daya masukan
listriknya dikontrol untuk menghasilkan fluks kalor konstan. Fluida uji adalah
udara dimana aliran udara divariasi pada kisaran bilangan Reynolds 2,0 x 104
hingga 5,0 x 104. Kecepatan udara, temperatur udara masuk dan keluar seksi uji,
temperatur permukaan longitudinal strip, temperatur dinding dan penurunan
tekanan sepanjang panjang aksial dari seksi uji diukur untuk menganalisis faktor
gesekan, bilangan Nusselt, dan koefisien perpindahan panas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pipa dengan longitudinal strip insert, koefisien perpindahan
panas meningkat diikuti dengan kenaikan faktor gesekan dan daya pemompaan.
Koefisien perpindahan panas untuk pipa dengan longitudinal strip insert
meningkat dibandingkan dengan plain tube. Untuk bilangan Reynolds yang sama,
koefisien perpindahan panas rata-rata meningkat hingga 1,4 kali, 2 kali dan 3 kali
plain tube berturut-turut untuk pipa dengan longitudinal strip insert bentuk Y,
bentuk X dan bentuk . Untuk bilangan Reynolds yang sama, faktor gesekan
meningkat hingga 1,2 kali, 1,5 kali dan 2,2 kali plain tube berturut-turut untuk
pipa dengan longitudinal strip insert bentuk Y, bentuk X dan bentuk . Daya
pemompaan meningkat hingga 2 kali, 3,5 kali dan 4 kali plain tube berturut-turut
untuk pipa dengan longitudinal strip insert bentuk Y, bentuk X dan bentuk .
Yakut dkk (2005) melakukan penelitian secara eksperimental pengaruh
dari berbagai macam parameter desain terhadap karakteristik perpindahan panas
dan faktor gesekan dalam sebuah pipa yang disisipi dengan tapes with doublesided delta-winglet yang dianalisis dengan menggunakan metode Taguchi. Pada
penelitian ini tapes with double-sided delta-winglet diuji pada parameter geometri
dan aliran yang berbeda, meliputi sudut serang (angle of attack) yang divariasi
sebesar 90o, 60o dan 30o, tinggi winglet yang divariasi sebesar 8, 12 dan 16
mm, pengaturan pitch yang divariasi sebesar 25, 50 dan 75 mm dan
bilangan Reynolds divariasi sebesar 3690, 10.493, dan 16.906. Semua tapes with
to user dalam penelitian mempunyai
double-sided delta-wing inserts commit
yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
8

dimensi panjang 1240 mm, lebar 47 mm dan tebal 1,5 mm. Pipa yang digunakan
terbuat dari aluminium dengan dimensi diameter dalam 50 mm dan panjang 1240
mm. Pipa uji dipanaskan dengan pemanas listrik berupa kawat yang dililitkan
sepanjang

pipa

dimana

daya

masukan

listriknya

dikontrol

untuk

menghasilkan fluks kalor konstan. Fluida uji yang digunakan adalah udara dengan
bilangan Reynolds dalam kisaran 3000 17.000. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa parameter paling penting yang mempengaruhi perpindahan panas adalah
bilangan Reynolds. Perpindahan panas dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
bilangan Reynolds. Laju perpindahan panas maksimum diamati pada bilangan
Reynolds sebesar 16.906 , sudut serang 60o, tinggi winglet 16 mm dan pitch dari
sayap 25 mm. Parameter yang paling efektif sehubungan dengan faktor gesekan
berat winglet. Faktor gesekan minimum diamati pada tinggi winglet 8 mm,
bilangan Reynolds sebesar 16.906 , sudut serang 30o dan pitch dari sayap 75 mm.
Chiu dkk (2009) melakukan analisis numerik dan eksperimen untuk
mempelajari karakteristik termohidrolik aliran udara yang mengalir di dalam
sebuah pipa bulat dengan sisipan-sisipan pipa yang berbeda. Tiga sisipan pipa
yang berbeda, meliputi longitudinal strip insert (dengan lubang dan tanpa lubang)
dan longitudinal tape insert dengan 3 sudut puntir yang berbeda ( = 15,3o, 24,4o
dan 34,3o) yang diteliti pada kecepatan udara frontal masukan bervariasi dari 3
m/s hingga 18 m/s. Penelitian dilakukan dalam penukar kalor cangkang dan pipa
(shell and tube exchanger) dengan pengaturan arah aliran fluida berlawanan arah
(counterflow). Fluida kerja di sisi pipa adalah udara dingin, sedangkan cairan
Dowtherm panas pada sisi cangkang. Untuk mendapatkan karakteristik
perpindahan panas seksi uji dari data eksperimen, metode -NTU diterapkan
untuk menentukan UA dalam analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
koefisien perpindahan panas dan penurunan tekanan dalam pipa dengan
longitudinal strip insert (tanpa lubang) meningkat berturut-turut 7-16% dan 100170% lebih besar daripada plain tube. Penggunaan longitudinal strip insert
dengan lubang, koefisien perpindahan panas dan penurunan tekanan meningkat
berturut-turut 13-28% dan 140-220% lebih besar daripada plain tube. Koefisien
perpindahan panas dan penurunan tekanan dari pipa dengan longitudinal tape
insert

meningkat

commit
to user dan
berturut-turut
13-61%

150-370% lebih

tinggi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
9

dibandingkan plain tube.


Eimsa-ard dkk (2011) meneliti secara eksperimental kelakuan perpindahan
panas dan faktor gesekan aliran turbulen dalam sebuah pipa yang disisipi straight
tape with double-sided delta wings (T-W). Dalam penelitian ini, T-W dibentuk
pada tape yang digunakan sebagai pembangkit vorteks untuk meningkatkan
koefisien perpindahan panas dengan mengganggu lapis batas termal dan
mencampur aliran fluida dalam pipa. Dalam penelitian ini, tape dibuat dari
aluminium strip dengan tebal 1,2 mm dengan dimensi panjang tape 1500 mm dan
lebar tape 60 mm. Pipa yang digunakan adalah pipa tembaga dengan diameter
dalam 64 mm. Penelitian menggunakan udara sebagai fluida uji yang diuji untuk
kisaran bilangan Reynolds antara 4000 -20.000 di bawah kondisi fluks kalor
dinding seragam. T-W memiliki 3 wing pitch ratio yang berbeda (P/W = 0,75, 1,0
dan 1,25) dimana wing pitch ratio didefinisikan sebagai rasio wing pitch (P = 45,
60 dan 75 mm) dengan tape width (W) dan 3 wing-width ratio berbeda (w/W
= 0,5, 0,67 dan 0,83) dimana wing-width ratio didefinisikan sebagai rasio wing
width (w = 30, 40 dan 50 mm) dengan tape width (W) diuji pada ketinggian sayap
(wing height) (l) yang konstan sebesar 30 mm. T-W with alternate-axis (T-WA)
adalah T-W yang dipuntir (diputar 90o) menjadi bidang atau sumbu yang berbeda
untuk setiap dua kali panjang pitch (2P) untuk memberikan aliran fluida melalui
bidang-bidang sumbu yang berbeda untuk meningkatkan percampuran fluida yang
lebih kuat. TW dan T-WA dmasukkan ke dalam pipa uji

dengan dua

susunan sayap yang berbeda ; susunan forward-wing dan susunan backward-wing.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk penggunaan T-W, kenaikan bilangan
Nusselt rata-rata (Nu) dan faktor gesekan rata-rata adalah berturut-turut hingga
165% dan 14,8 kali dari plain tube dan unjuk kerja termal maksimum adalah 1,19.
T-W dengan susunan forward-wing memberikan laju perpindahan panas yang
lebih tinggi dari T-W dengan susunan backward-wing sekitar 7%. Penelitian ini
juga menunjukkan bahwa laju perpindahan panas dan faktor gesekan diperoleh
dari T-WA lebih tinggi dibandingkan dari T-W.
Mizanuzzaman dkk (2013) melakukan penelitian karakteristik perpindahan
panas dalam sebuah pipa bulat dengan sisipan longitudinal perforated X-shaped
insert. Penelitian dilakukan secara
eksperimental
untuk aliran turbulen dalam
commit
to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
10

pipa yang disisipi longitudinal perforated X-shaped inserts dengan porositas


divariasi sebesar 0,0% (tanpa lubang), 5,7%, 10,15% dan 15,87%. Seksi uji
berupa pipa bulat yang terbuat dari baja lunak (mild steel) dengan panjang 1,5 m
dengan diameter dalam 54 mm. Diameter lubang pada longitudinal perforated Xshaped inserts divariasi dari 4 mm hingga 8 mm dengan horisontal pitch sebesar
15 mm dan transversal pitch sebesar 20 mm. Fluida uji adalah udara dengan aliran
di pipa adalah turbulen. Kecepatan udara, temperatur udara, temperatur dinding
pipa diukur untuk untuk menganalisis bilangan Nusselt, koefisien perpindahan
panas, laju perpindahan panas dan efektivitas perpindahan panas untuk plain tube
dan untuk pipa dengan longitudinal perforated X-shaped inserts dengan berbagai
nilai porositas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa longitudinal perforated Xshaped insert menyebabkan peningkatan perpindahan panas dan efektivenes.
Koefisien perpindahan panas dan efektifitas perpindahan panas untuk pipa dengan
sisipan longitudinal perforated X-shaped insert berturut-turut meningkat 2-4 kali
dan 1,4 2,9 kali dari plain tube.
2.2. Dasar Teori
2.2.1. Dasar Perpindahan Panas
Perpindahan panas (heat transfer) adalah ilmu untuk meramalkan
perpindahan yang terjadi karena adanya perbedaan temperatur di antara benda dan
material. Ada tiga macam cara perpindahan panas dilihat dari cara
perpindahannya, yaitu konduksi (hantaran), konveksi (aliran), dan radiasi
(pancaran) seperti terlihat pada gambar 2.1.
1. Perpindahan panas secara konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas melalui zat tanpa disertai perpindahan
partikel-partikel zat tersebut yang umumnya terjadi pada zat padat.
2. Perpindahan panas secara konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas akibat adanya gerakan/perpindahan
molekul dari tempat dengan temperatur tinggi ke tempat yang temperaturnya
lebih rendah disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat perantaranya.
3. Perpindahan panas secara radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas dengan cara pancaran gelombang cahaya
commit to user
dan tidak memerlukan zat perantara.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
11

Gambar 2.1 Ilustrasi jenis-jenis perpindahan panas (Incropera, 2006)

2.2.2 Aliran Dalam Sebuah Pipa (Internal Flow in Tube)


2.2.2.1 Kondisi aliran
Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa disebut sebagai daerah
masuk (entrance region). Terdapat aliran laminar di dalam sebuah pipa bulat
dengan jari jari ro, dimana fluida memasuki pipa dengan kecepatan yang
seragam, seperti terlihat pada gambar 2.2. Ketika fluida bergerak melewati pipa,
efek viskos menyebabkannya tetap menempel pada dinding pipa (kondisi lapisan
batas tanpa-slip) dan lapisan batas (boundary layer) akan berkembang dengan
meningkatnya x. Jadi, sebuah lapisan batas dimana efek viskos menjadi penting
timbul di sepanjang dinding pipa sedemikian rupa sehingga profil kecepatan awal
berubah menurut jarak sepanjang pipa, x, sampai fluida mencapai ujung akhir dari
panjang daerah masuk, dimana setelah di luar itu profil kecepatan tidak berubah
lagi menurut x. Aliran ini yang disebut dengan aliran kembang penuh (fully
developed flow), dan jarak dari arah masukan hingga terjadinya kondisi ini disebut
dengan hydrodynamic entry length , Lh. Profil kecepatan pada daerah aliran
kembang penuh berbentuk parabola untuk aliran laminar, sedangkan untuk aliran
turbulen berbentuk lebih datar karena aliran berputar pada arah pipa.
Untuk aliran dalam pipa parameter tak berdimensi yang paling penting
adalah bilangan Reynolds, Re, yaitu menyatakan perbandingan antara efek inersia
dan viskos dalam aliran. Bilangan Reynolds untuk pipa bulat didefinisikan:

Re

.um . D

(2.1)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
12

dimana :
Re

= bilangan Reynolds

= massa jenis fluida (kg/m3)

= viskositas dinamik fluida (kg/m.s)

um

= kecepatan rata rata fluida (m/s)

= diameter dalam pipa (m)

Gambar 2.2 Perkembangan profil kecepatan dan perubahan tekanan


pada saluran masuk aliran pipa (White, 2001)

Untuk aliran yang melewati pipa tidak bulat, bilangan Reynolds dihitung
berdasarkan diameter hidrolik, yang didefinisikan :

Dh

4Ac
p

(2.2)

dimana :
Dh

= diameter hidrolik (m)

Ac

= luas penampang melintang aliran (m2)

= keliling terbasahi (wetted perimeter) (m)

Aliran fluida di dalam sebuah pipa mungkin merupakan aliran laminar


atau aliran turbulen. Kisaran bilangan Reynolds dimana akan diperoleh daerah
aliran laminar, transisi atau turbulen tidak dapat ditentukan dengan tepat. Daerah
aliran transisi dari aliran laminar ke turbulen mungkin berlangsung pada berbagai
bilangan Reynolds, tergantung pada
berapa
besar aliran terganggu oleh getaran
commit
to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
13

pipa, kekasaran permukaan, dan halhal sejenis lainnya. Untuk praktek pada
umumnya, nilai bilangan Reynolds untuk aliran laminar, transisi, dan turbulen
adalah sebagai berikut :
Re < 2.300

aliran laminar

(2.3)

2.300 Re 10.000

aliran transisi

(2.4)

Re > 10.000

aliran turbulen

(2.5)

Pada pipa yang sangat halus dengan kondisi tanpa gangguan aliran dan
tanpa getaran pada pipa, aliran laminar dapat dipertahankan sampai pada bilangan
Reynolds yang tinggi. Pada aliran berkembang penuh, nilai bilangan Reynolds
untuk terjadinya aliran turbulen adalah Re 2.300.
2.2.2.2 Kecepatan rata rata (mean velocity)
Karena kecepatan selalu bervariasi sepanjang masukan pipa, maka
digunakan kecepatan ratarata (um) untuk menyelesaikan permasalahan mengenai
aliran dalam pipa. Ketika kecepatan ratarata (um) dikalikan dengan massa jenis

) yang
air () dan luasan pipa (A), maka akan didapat nilai laju aliran massa air ( m
melalui pipa. Laju aliran massa air didefinisikan sebagai banyak sedikitnya massa
air yang dialirkan tiap satuan waktu. Dituliskan dalam persamaan (2.6) di bawah
ini:

um A
m

(2.6)

2.2.2.3 Temperatur rata rata


Ketika fluida yang mengalir pada pipa dipanaskan atau didinginkan,
temperatur fluida pada setiap penampang pipa berubah dari Ts pada permukaan
dinding ke maksimum (atau minimum pada proses pemanasan) pada pusat pipa.
Untuk menyelesaikan permasalahan aliran fluida dalam pipa, maka digunakan
temperatur ratarata (Tm) yang tetap seragam pada setiap penampang pipa. Tidak
seperti kecepatan fluida, temperatur rata rata (Tm) akan berubah sewaktu waktu
ketika fluida dipanaskan atau didinginkan. Gambar 2.3 menunjukkan profil
temperatur aktual dan rata-rata pada aliran dalam pipa.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
14

(a) Aktual
(b) Rata rata
Gambar 2.3 Profil temperatur aktual dan ratarata pada aliran dalam pipa (Cengel, 2003)

Temperatur rata rata (Tm) fluida berubah selama pemanasan atau


pendinginan, sehingga sifat fluida pada aliran dalam pipa biasanya dihitung pada
temperatur rata rata bulk fluida (bulk mean temperature), yang merupakan
ratarata dari temperatur rata rata sisi masuk (Tm,i) dan temperatur rata rata sisi
keluar (Tm,o), yaitu :

Tb

(Tm,i Tm,o )
2

(2.7)

2.2.3. Lapis Batas (Boundary Layer)


2.2.3.1. Lapis Batas Kecepatan (Velocity Boundary layer)
Untuk memperkenalkan konsep lapis batas kecepatan, anggap aliran
fluida mengalir di atas plat datar seperti terlihat pada gambar 2.4. Ketika partikel
fluida

melakukan

kontak

dengan

permukaan

plat,

kecepatan partikel

fluida berkurang secara signifikan dan untuk kebanyakan situasi ini valid untuk
menganggap bahwa kecepatan partikel fluida adalah nol pada permukaan plat.
Partikel-partikel ini kemudian bertindak untuk menghambat gerakan partikel di
lapisan fluida yang berdampingan, dimana bertindak untuk menghambat gerakan
partikel di lapisan berikutnya, dan seterusnya sampai, pada jarak y = dari
permukaan, efeknya menjadi diabaikan.

to kecepatan
user
Gambar 2.4. Lapis batas kecepatancommit
dan profil
laminar, transisi dan turbulen
aliran fluida melewati plat datar (Kreith dkk, 2011)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
15

Penghambatan gerakan fluida ini dihubungkan dengan tegangan geser ()


yang beraksi dalam bidang yang sejajar dengan kecepatan fluida. Gayagaya kekentalan (viscous force) didiskripsikan dalam kaitannya dengan tegangan
geser antar lapisan fluida. Dalam aliran di atas plat datar, kecepatan fluida sejajar
ke plat dapat digunakan untuk mendefinisikan tegangan geser sebagai berikut :
(2.8)
dimana du/dy adalah gradien kecepatan dan konstanta kesebandingan disebut
viskositas dinamik.
Daerah aliran yang berkembang dari tepi depan plat (leading edge) di
mana kecepatan fluida berkurang karena gaya-gaya kekentalan disebut lapis batas
(boundary layer). Dengan meningkatnya jarak y dari permukaan plat, komponen x
kecepatan fluida, u, kemudian meningkat sampai kecepatannya mendekati nilai
kecepatan aliran bebas (free stream) u. Subskrip digunakan untuk menandakan
kondisi aliran bebas di luar lapis batas. Besaran disebut ketebalan lapisan batas,
dan itu biasanya didefinisikan sebagai nilai y dimana u = 0,99u seperti terlihat
pada gambar 2.5. Profil lapis batas kecepatan mengacu pada kelakuan di mana u
bervariasi dengan y melewati lapisan batas.

Gambar 2.5. Ketebalan lapis batas kecepatan (Kothandaraman, 2006)

Dengan demikian, aliran fluida ditandai oleh dua daerah yang berbeda,
sebuah lapisan fluida tipis (boundary layer) dimana gradien kecepatan dan
tegangan geser adalah besar, dan daerah di luar lapis batas di mana gradien
kecepatan dan tegangan geser dapat
diabaikan.
commit
to user Dengan meningkatnya jarak dari

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
16

tepi depan, efek dari viskositas menembus lebih jauh ke dalam aliran bebas dan
lapisan batas tumbuh ( meningkat dengan x). Karena berkaitan dengan kecepatan
fluida, lapis batas di atas dapat disebut lebih khusus sebagai lapis batas kecepatan
(velocity boundary layer). Ini berkembang setiap kali ada aliran fluida di atas
permukaan,

dan

itu

adalah

sangat

penting

untuk

masalah

yang

melibatkan konveksi.
Awalnya, aliran dalam lapis batas adalah sepenuhnya laminar. Ketebalan
lapis batas berkembang dengan semakin jauh jaraknya dari tepi depan (leading
edge), dan pada suatu jarak kritis xc, efek inersia menjadi cukup besar
dibandingkan dengan aksi redaman kekentalan sehingga gangguan kecil dalam
aliran mulai berkembang. Setelah gangguan ini menjadi kuat, keteraturan aliran
viskos terganggu dan transisi dari laminar menjadi aliran turbulen terjadi.
Parameter tanpa dimensi yang menghubungkan secara kuantitatif antara gaya
kekentalan dan gaya inersia dan yang nilainya menentukan transisi dari laminar ke
aliran turbulen adalah bilangan Reynolds, Rex, yang didefinisikan sebagai :
(2.9)
dimana :
u

= kecepatan aliran bebas (m/s)

= jarak dari tepi depan (m)

= / = viskositas kinematik fluida (m2/s)

= densitas fluida (kg/m3)

= viskositas dinamik fluida (N.s/m2)


Bentuk pendekatan

profil

kecepatan

dalam

aliran

laminar

dan

turbulen, dapat dilihat pada gambar 2.4. Dalam aliran laminar, profil kecepatan
lapis batas adalah mendekati parabola. Dalam aliran turbulen terdapat lapisan tipis
dekat permukaan (viscous sublayer), di mana profil kecepatan hampir linear. Di
luar viscous sublayer ini profil kecepatan adalah datar dibandingkan dengan profil
kecepatan aliran laminar. Meskipun bilangan Reynolds kritis untuk transisi pada
plat datar biasanya diambil sebesar 5 105 untuk sebagian besar tujuan analisis,
nilai kritis dalam kondisi praktis sangat bergantung pada kondisi kekasaran
permukaan dan "tingkat turbulensi" dari aliran bebas. Kisaran normal untuk
commit to user
mulai transisi antara 5 105 dan 106. Dengan kehadiran gangguan yang sangat

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
17

besar dalam aliran, transisi mungkin mulai dengan bilangan Reynolds serendahrendahnya 105, dan untuk aliran yang sangat bebas dari fluktuasi, transisi mungkin
mulai pada Re = 2 106 atau lebih.

2.2.3.2. Lapis Batas Termal (Thermal Boundary Layer)


Sama seperti lapis batas kecepatan, terjadi ketika ada aliran fluida di atas
permukaan, lapis batas termal terjadi jika temperatur aliran bebas fluida
dan permukaan berbeda. Aliran fluida melalui plat datar yang isotermal, untuk
permukaan plat (Ts) lebih panas daripada temperatur fluida (T) digambarkan
pada gambar 2.6, dan temperatur fluida lebih panas daripada temperatur
permukaan plat datar digambarkan pada gambar 2.7.

Gambar 2.6 Lapis batas termal di atas plat datar (permukaan plat lebih panas daripada
fluida) (Kothandaraman, 2006)

Gambar 2.7 Lapis batas termal di atas plat datar (fluida lebih panas daripada permukaan
plat datar) (Cengel, 2003)

Di tepi depan profil temperatur seragam, dengan T(y) = T. Namun,


partikel fluida yang bersentuhan dengan
mencapai keseimbangan termal pada
commitplat
to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
18

temperatur permukaan plat tersebut (Ts). Pada gilirannya, partikel-partikel ini


bertukar energi dengan partikel-partikel yang berada di lapisan fluida yang
berdekatan,

dan

gradien temperatur

berkembang

dalam

fluida.

Daerah

fluida dimana gradien temperatur ini ada adalah lapis batas termal (thermal
boundary layer), dengan ketebalan lapis batas termal adalah t yang biasanya
didefinisikan sebagai nilai y dimana rasio [(Ts - T)/(Ts - T)] = 0,99. Dengan
meningkatnya jarak dari tepi depan, efek dari perpindahan panas menembus lebih
jauh ke dalam aliran bebas dan lapis batas termal berkembang.

Gambar 2.8. Fluk panas pada permukaan plat datar (Holman, 2010)

Pada setiap x jarak dari tepi depan, fluks panas permukaan lokal dapat
diperoleh dengan menerapkan hukum Fourier untuk fuida di y = 0, dapat dilihat
pada gambar 2.8. Artinya,
|

(2.10)

dimana kf adalah konduktivitas termal fluida. Subskrip s digunakan untuk


menekankan bahwa ini adalah fluks panas permukaan. Ungkapan ini tepat karena
di permukaan tidak ada gerakan fluida dan transfer energi terjadi hanya dengan
konduksi. Panas yang dipindahkan dari permukaan plat ke fluida sama dengan
perpindahan panas konveksi, dimana :
qs = h (Ts - T)

(2.11)

dan kombinasi persamaan (2.10) dengan persamaan (2.11) diperoleh :


|

commit to user

(2.12)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
19

(2.13)
Oleh karena itu, kondisi dalam lapis batas termal, dimana sangat mempengaruhi
gradien temperatur dinding

, menentukan laju perpindahan panas di lapis

batas. Karena (Ts - T) adalah konstan, tidak tergantung dari x, sementara t


meningkat dengan meningkatnya x, gradien temperatur pada lapis batas harus
menurun dengan meningkatnya x. Dengan demikian, besarnya

, menurun

dengan meningkatnya x, dan oleh karena itu qs dan h menurun dengan


meningkatnya x.
Persamaan (2.12) dapat disusun dalam bentuk : (Lienhard, 2012)
)

, bilangan Nusselt

(2.14)

L adalah dimensi karakteristik benda, kalau berupa plat datar maka L adalah
panjang plat atau jika titik perhatiannya adalah sepanjang permukaan plat datar
maka :
Nux =

(2.15)

Gambar 2.9. Lapis batas termal fluida dingin melalui plat panas (Lienhard, 2012)

Dari gambar 2.9 dapat dilihat bahwa arti fisik Nu diberikan oleh :
(2.16)
Dengan kata lain, bilangan Nusselt adalah berbanding terbalik dengan ketebalan
commit to user
lapis batas termal.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
20

2.2.4 Penukar Kalor


Penukar kalor adalah alat yang berfungsi untuk mengubah temperatur
fluida dengan cara mempertukarkan panas dengan fluida lainnya, baik melalui
suatu dinding pembatas maupun tanpa dinding pembatas. Mekanisme perpindahan
panas dalam penukar kalor berlangsung secara konduksi (pada dinding pipa) dan
konveksi (pada aliran fluida kerja). Penukar kalor dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa hal, diantara klasifikasi tersebut adalah berdasarkan arah
alirannya dan keringkasannya (compactness). Sebagai contoh : berdasarkan arah
aliran, yaitu penukar kalor aliran searah (parallel flow heat exchanger) dan
berlawanan arah (counter flow heat exchanger), sedangkan berdasarkan
keringkasan, yaitu penukar kalor pipa konsentrik (concentric tube heat
exchanger).
a. Penukar kalor aliran searah.
Aliran fluida yang didinginkan (fluida panas) mengalir searah dengan fluida
yang mendinginkan (fluida dingin). Skema aliran fluida dan profil temperatur
pada penukar kalor aliran searah dapat dilihat pada gambar 2.10.

(a)

(b)

Gambar 2.10 (a) arah aliran fluida, dan (b) perubahan temperatur fluida pada
penukar kalor searah (Cengel, 2003)

b. Penukar kalor aliran berlawanan arah


Aliran fluida yang didinginkan (fluida panas) mengalir berlawanan arah
dengan fluida yang mendinginkan (fluida dingin). Skema aliran fluida dan
profil temperatur pada penukar kalor aliran searah dapat dilihat pada gambar
2.11.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
21

(a)

(b)

Gambar 2.11 (a) arah aliran fluida, dan (b) perubahan temperatur fluida pada
penukar kalor berlawanan arah (Cengel, 2003)

Dalam sebuah penukar kalor yang diisolasi dengan baik, laju perpindahan
panas dari fluida panas sama dengan laju perpindahan panas ke fluida dingin.
Sehingga, Qh = Qc
Qc= . Cp ,c.(Tc,out Tc,in)

(2.17)

Qh= . Cp,h .(Th,i Th,o)

(2.18)

dimana :
Qc

= laju perpindahan panas di annulus (W)

= laju aliran massa fluida dingin di annulus (kg/s)

Cp,c

= panas jenis fluida dingin di annulus (kJ/kg.oC)

Tc,i

= temperatur fluida dingin masuk annulus (oC)

Tc,o

= temperatur fluida dingin keluar annulus (oC)

Qh

= laju perpindahan panas di dalam pipa dalam (W)

= laju aliran massa fluida panas di dalam pipa dalam (kg/s)

Cp,h

= panas jenis fluida panas di dalam pipa dalam (kJ/kg.oC)

Th,i

= temperatur fluida panas masuk pipa dalam (oC)

Th,o

= temperatur fluida panas keluar pipa dalam (oC)

Dalam analisa sebuah penukar kalor, metode LMTD (log mean


temperature difference) sangat sesuai untuk menentukan ukuran dari penukar
kalor jika seluruh temperatur masuk dan keluar penukar kalor diketahui. Dalam
metode LMTD, laju perpindahan panas ditentukan dari :
Q = U. As . TLMTDcommit to user

(2.19)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
22

TLMTD

T1 T2
ln(T1 / T2 )

(2.20)

dimana :
Q

= laju perpindahan panas (W)

= koefisien perpindahan panas overall (W/m2.oC)

As

= luas perpindahan panas (m2)

TLMTD

= beda temperatur rata-rata logaritmik (oC)

T1 , T2

= perbedaan temperatur antara dua fluida pada sisi masuk


dan keluar penukar kalor (oC).

Nilai-nilai T1 dan T2 untuk penukar kalor aliran searah dan berlawanan arah
berturut-turut dapat dilihat pada gambar 2.10(b) dan 2.11(b).
c. Penukar kalor pipa konsentrik.
Gambar sebuah penukar kalor pipa konsentrik dapat dilihat pada gambar
2.12. Pada penukar kalor ini terdapat dua buah pipa, yaitu pipa dalam (inner tube)
dan pipa luar (outer tube). Pipa dalam digunakan untuk melewatkan fluida panas,
sedangkan fluida dingin dilewatkan melalui ruang (yang disebut annulus) yang
dibentuk oleh kedua pipa yang konsentrik tersebut.

Gambar 2.12 Penukar kalor pipa konsentrik (Cengel,2003)

Perpindahan panas yang terjadi berawal secara konveksi dari fluida panas
ke dinding dalam pipa dalam. Dari dinding dalam diteruskan secara konduksi ke
dinding luar pipa dalam. Perpindahan panas akan dilanjutkan secara konveksi dari
dinding luar pipa dalam ke fluida dingin yang ada pada annulus. Proses
perpindahan panas pada penukar kalor ini dapat dianalogikan dengan jaringan
tahanan listrik seperti gambar 2.13
di bawah.
commit
to user Perpindahan panas menyeluruh

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
23

dihitung dengan membagi beda temperatur total dengan jumlah total tahanan
termal.

Gambar 2.13 Analogi listrik untuk perpindahan panas pada penukar kalor pipa konsentrik
(Cengel,2003)

Tahanan termal total pada penukar kalor konsentrik pada gambar 2.13
menjadi :
R = Rtotal = Ri + Rwall + Ro =

1 ln (do /d i )
1

h1.A1
2 k L ho . Ao

(2.21)

dimana :
hi

= koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata di pipa dalam (W/m2.oC)

ho

= koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata di annulus (W/m2.oC)

Ai

= luas permukaan dalam pipa dalam (m2)

Ai

= .di .L

Ao

= luas permukaan luar pipa dalam (m2)

Ao

= .do.L

Do

= diameter luar pipa dalam (m)

Di

= diameter dalam pipa dalam (m)

= konduktivitas termal material dinding pipa dalam (W/m.oC)

= panjang pipa (m)


Dalam analisis penukar kalor, adalah tepat untuk menggabungkan semua

tahanan termal dalam lintasan panas


dari to
fluida
commit
userpanas ke fluida dingin dalam satu

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
24

tahanan total, R, dan untuk menyatakan laju perpindahan panas antara dua fluida
sebagai berikut :
Q=

T = U. A . T = U . A . T
i
i
LMTD = Uo . Ao . TLMTD

(2.22)

Dimana U adalah koefisien perpindahan panas overall, dengan satuan (W/m2.oC),


dan TLMTD adalah beda temperatur rata-rata logaritmik (logaritmic mean
temperature different) (oC). Diperoleh nilai :

1
1
1 ln( do / d i)
1

Ui .Ai Uo .Ao
hi . Ai
2 k L ho . Ao

(2.23)

2.2.5 Parameter Tanpa Dimensi


Pada penukar kalor metode perpindahan panas yang terjadi utamanya
adalah konveksi dan konduksi. Persamaan perpindahan panas konveksi berkaitan
dengan

variabel

penting

yang

dinamakan

parameter

tanpa

dimensi

(dimensionless). Parameter tanpa dimensi dalam kaitannya dengan perpindahan


panas konveksi adalah :
a. Bilangan Reynolds (Reynolds Number)
Bilangan Reynolds (Re) didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya
inersia dengan gaya kekentalan, di dalam lapis batas kecepatan. Untuk kontrol
volume yang berbeda pada lapis batas ini, gaya inersia diasosiasikan dengan
sebuah kenaikan momentum dari fluida yang bergerak melewati kontrol

volume. Gaya inersia dalam bentuk ( u) u / x dapat didekati dengan


persamaan: FI V 2 L. Gaya kekentalan diwakili dengan gaya geser dalam
bentuk

yx y u y y ,dapat

didekati

dengan

persamaan

Fs V L2 . Perbandingan kedua gaya tersebut dapat ditulis:

FI V 2 L VL

ReL
Fs V L2

(2.24)

Untuk harga Re yang tinggi, gaya inersia akan lebih berpengaruh daripada
gaya kekentalan. Untuk harga Re yang rendah, gaya kekentalan akan lebih
berpengaruh dari gaya inersia.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
25

b. Bilangan Prandtl (Prandtl number)


Bilangan Prandtl (Pr) didefinisikan sebagai perbandingan antara diffusivitas
momentum, (m2/s) , dengan diffusifitas termal, (m2/s). Bilangan Prandtl
menyediakan sebuah pengukuran kerelatifan efektivitas momentum dan
transfer energi dengan cara difusi di dalam lapis batas kecepatan dan termal.
Bilangan Prandtl untuk gas hampir serupa, dalam kasusnya transfer energi dan
momentum dengan difusi dapat dibandingkan (Incropera, 2006). Nilai Pr
sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan relatif lapis batas kecepatan dan termal.

Pr

(2.25)

c. Bilangan Nusselt (Nusselt Number)


Bilangan Nusselt (Nu) adalah bilangan tanpa dimensi yang menyatakan
perbandingan antara koefisien perpindahan panas konveksi (h) terhadap
konduktivitas termal fluida (k). Bilangan ini menyediakan sebuah perhitungan
tentang perpindahan panas konveksi yang terjadi pada permukaan. Bilangan
Nusselt dirumuskan:

Nu

h .d
k

(2.26)

2.2.6 Teknik Peningkatan Perpindahan Panas Pada Penukar Kalor


Penukar kalor mempunyai banyak aplikasi di industri dan bidang rekayasa.
Prosedur desain dari suatu penukar kalor sangat rumit, diperlukan analisis yang
tepat untuk memperkirakan laju perpindahan panas dan penurunan tekanan selain
persoalan seperti unjuk kerja dan aspek ekonomis dari peralatan. Tantangan utama
dalam perancangan penukar kalor adalah membuat penukar kalor kompak dan
menghasilkan laju perpindahan panas tinggi menggunakan daya pemompaan yang
minimum. Dalam tahun-tahun terakhir ini, karena biaya energi dan material yang
tinggi, maka diusahakan menghasilkan peralatan penukar kalor yang lebih efisien.
Jika sebuah penukar kalor sudah berumur, tahanan terhadap perpindahan
panas meningkat oleh karena pengotoran (fouling) atau terbentuknya kerak
(scaling). Masalah-masalah ini lebih umum untuk penukar kalor-penukar kalor
yang digunakan dalam aplikasi kelautan dan dalam industri-industri kimia. Dalam
commit to user
beberapa aplikasi khusus, seperti penukar kalor yang berhubungan dengan fluida-

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
26

fluida yang mempunyai konduktivitas termal rendah (gas dan minyak) dan
instalasi desalinasi, perlu untuk meningkatkan laju perpindahan panas. Laju
perpindahan panas dapat diperbaiki dengan menggunakan sebuah gangguan dalam
aliran fluida (memecah viskos dan lapis batas termal), tetapi dalam proses ini daya
pemompaan dapat meningkat secara signifikan dan akhirnya biaya pemompaan
menjadi tinggi. Sehingga, untuk mencapai laju perpindahan panas yang
diinginkan dalam sebuah penukar kalor pada sebuah daya pemompaan yang
ekonomis, beberapa teknik telah ditawarkan dalam tahun-tahun terakhir ini.
Dalam dekade terakhir ini, teknologi peningkatan perpindahan panas telah
dipakai secara luas pada aplikasi-aplikasi penukar kalor; dalam bidang refrigerasi,
otomotif dan proses industri. Tujuan dari meningkatkan perpindahan panas adalah
mendorong atau mengakomodasi fluks-fluks kalor yang tinggi. Ini menghasilkan
pengurangan ukuran penukar kalor, dimana secara umum menghasilkan biaya
yang lebih rendah. Peningkatan perpindahan panas memungkinkan penukar kalor
beroperasi pada kecepatan yang lebih rendah, tetapi masih menghasilkan koefisien
perpindahan panas yang nilainya sama atau lebih besar. Ini berarti bahwa
pengurangan penurunan tekanan berhubungan dengan biaya operasi yang lebih
kecil bisa dicapai. Semua keuntungan ini membuat teknologi peningkatan
perpindahan panas menarik dalam aplikasi penukar kalor.
Secara umum, teknik-teknik peningkatan perpindahan panas pada penukar
kalor dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori :
a. Metode aktif (active method)
Metode ini melibatkan beberapa daya masukan dari luar (external power input)
untuk meningkatkan perpindahan panas, dan tidak menunjukkan banyak potensi
yang berhubungan dengan kerumitan dalam desain. Daya luar tidak mudah untuk
disediakan dalam beberapa aplikasi. Beberapa contoh metode aktif adalah pulsasi
yang ditimbulkan oleh cam dan reciprocating plungers, penggunaan medan
magnet untuk mengganggu partikel-partikel kecil ringan dalam sebuah aliran yang
sedang mengalir.
b. Metode pasif (passive method)
Metode ini tidak memerlukan daya masukan luar, dan tambahan daya yang
diperlukan untuk meningkatkancommit
perpindahan
to user panas diambil dari daya yang

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
27

tersedia dalam sistem, dimana akhirnya memicu ke arah penurunan tekanan


fluida. Industri penukar kalor telah bekerja keras untuk memperbaiki kontak
termal (meningkatkan koefisien perpindahan panas) dan mengurangi daya
pemompaan untuk memperbaiki efisiensi termohidrolik dari penukar kalor. Salah
satu peningkatan perpindahan kalor secara konveksi yang paling popular saat ini
adalah dengan membangkitkan turbulensi pada suatu aliran dalam pipa.
Pembangkitan turbulensi dilakukan dengan memberikan usikan terhadap aliran
yang salah satunya dengan cara menyisipkan longitudinal tape pada aliran dalam
pipa. Turbulensi pada aliran menyebabkan munculnya komponenkomponen
kecepatan radial disamping komponen kecepatan aksial yang sudah ada.
c. Metode gabungan (compound method)
Metode gabungan adalah sebuah metode hibrid dimana kedua metode baik
metode aktif dan pasif digunakan. Metode gabungan melibatkan desain yang
kompleks sehingga dibatasi aplikasinya.
2.2.6.1 Vortex Generator
Peningkatan perpindahan panas dengan pembangkitan vorteks (vortexinduced heat transfer enhancement) adalah sebuah metode pasif yang
mengandalkan pada pembangkitan dengan sengaja streamwise vortices untuk
meningkatkan perpindahan panas. Pembentukan streamwise vortices dapat dilihat
pada gambar 2.14.

Gambar 2.14. Streamwise vortices (Jacobi dkk, 1995)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
28

Vorteks adalah aliran berputar di sekitar sebuah sumbu putar. Vorteks


dihasilkan oleh gesekan fluida dan pemisah (separation), karena itu, untuk
menghasilkan vorteks tertentu, diperlukan permukaan khusus. Ini disebut vortex
generator, promotor turbulensi (turbulence promoters), atau kadang-kadang
turbulators. Vorteks memiliki dua fitur yang meningkatkan proses transport, yaitu
vorteks berputar-putar dan menggoyahkan (destabilisasi) medan aliran, sehingga
aliran laminar yang stabil akan berubah menjadi turbulen. Sebuah vortex
generator tidak hanya menyebabkan penambahan perpindahan panas tetapi juga
disipasi, atau kehilangan tekanan (pressure loss). Peningkatan perpindahan panas
karena vortex generator dihubungkan dengan peningkatan kehilangan tekanan.
Kenaikan kehilangan tekanan adalah karena vortex generator membentuk gaya
seret (drag), perubahan gesekan dinding, dan, dalam situasi non periodik,
perubahan dalam fluks momentum.

Gambar 2.15. Pembangkitan vorteks longitudinal menggunakan rectangular winglet


(Jacobi dkk, 1995)
Beberapa metode umum untuk menerapkan vortex generator adalah seperti ribs,
wings dan winglets. Vortex generator membangkitkan vorteks longitudinal dimana
memutar aliran utama dan menaikkan percampuran daerah hilir (downstream), seperti
terlihat pada gambar 2.15. Selain itu, vortex generator menentukan pola aliran sekunder.
Dengan demikian, peningkatan perpindahan panas dikaitkan dengan aliran sekunder
dengan penurunan tekanan yang relatif rendah. Pada prinsipnya, vorteks tranversal dan
vorteks longitudinal dapat dibedakan. Sumbu vorteks transversal terletak tegak lurus
terhadap arah aliran. Vorteks longitudinal
commit memiliki
to user sumbu sejajar dengan arah aliran

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
29

utama. Tidak mungkin untuk menghasilkan vorteks longitudinal murni. Vorteks


transversal selalu dihasilkan pada waktu yang sama.
Gambar 2.16 menunjukkan 4 jenis wing-type vortex generator dengan
luasan serupa. Daya tarik wing-wing tersebut terletak pada kenyataan bahwa jenis dan
kekuatan vorteks dapat dikontrol oleh bentuk sayap, luasan sayap dan sudut serang (angle
of attack) sayap. Ketika sudut serang kecil, akan dihasilkan vorteks terutama berupa
vorteks longitudinal. Ketika sudut serang adalah 90, vorteks yang dihasilkan terutama
adalah vorteks transversal. Oleh karena itu, pengaruh dari jenis vorteks terhadap struktur
aliran, kehilangan tekanan, dan perpindahan panas dapat dipelajari dengan mengubah
sudut serang. Vorteks longitudinal memberikan peningkatan perpindahan panas yang
lebih tinggi dibandingkan vorteks tranversal untuk kehilangan tekanan yang sama. Wingtype vortex generator yang ditunjukkan pada gambar 2.16 disebut wing ketika wing span
(b) mereka melekat pada dinding dan winglet ketika wing chord (l) mereka melekat ke
dinding. Perbedaan antara rectangular winglet dan triangular winglet berkaitan dengan
penurunan tekanan dan peningkatan perpindahan panas adalah kecil. Namun,
winglet memberikan peningkatan perpindahan panas lebih tinggi dan kehilangan tekanan
lebih rendah daripada wing. Wing-type vortex generators adalah mudah untuk
digabungkan ke permukaan perpindahan panas dan adalah merupakan sebuah vortex
generator yang efektif.

Gambar 2.16. Vortex generators berupa wing dan winglet (b = wing span, l / c = wing
cord, = sudut serang/angle of attack) (Jacobi dkk, 1995)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
30

Vorteks meningkatkan laju fluks energi kinetik dan secara dramatis


mengubah

transisi

bilangan

Reynolds,

profil

temperatur,

dan

gradien

temperatur di dinding. Wing-type vortex generator meningkatkan gesekan dan


perpindahan

panas.

Pembentukan

gaya

seret

(drag)

dari vortex

generator menyebabkan penambahan kehilangan tekanan. Untuk aliran internal,


penentuan kehilangan tekanan dalam kaitannya dengan peningkatan perpindahan
panas adalah penting. Di sini, vortex generator adalah bagian dari permukaan
perpindahan

panas,

dan

penurunan

tekanan

terutama

disebabkan

oleh

pembentukan gaya seret dari vortex generator.


Winglet atau wing (delta winglet dan rectangular winglet) telah digunakan
secara luas dalam sistem termal berunjuk kerja tinggi untuk menghasilkan vorteks
longitudinal dalam sistem yang membawa ke laju perpindahan panas yang lebih
tinggi dan percampuran fluida. Aliran vorteks longitudinal membangkitkan
pusaran (swirling) dan membuat medan aliran tidak stabil, dan oleh karena itu
aliran menjadi lebih turbulen untuk meningkatkan percampuran fluida, merusak
lapis batas termal membawa ke peningkatan kecepatan rata-rata fluida dan gradien
temperatur dan meningkatkan koefisien perpindahan panas konveksi dalam
saluran. Aliran vorteks longitudinal oleh wing dan winglet adalah perhatian utama
dalam banyak aplikasi perpindahan panas seperti fin-tube heat exchanger,
pengkondisian udara dan peralatan-peralatan elektronik.
2.2.6.2. Longitudinal Tape Insert
Penyisipan longitudinal tape insert adalah salah satu metode peningkatan
perpindahan panas secara pasif. Sebagai alat yang dapat digunakan secara praktis,
longitudinal tape insert sering disisipkan ke dalam pipa penukar kalor untuk
meningkatkan perpindahan panas sisi pipa, seperti terlihat pada gambar 2.17.

commit
to user
Gambar 2.17. Penyisipan longitudinal
tape insert
dalam sebuah pipa bulat (Chiu, 2009)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
31

Pada gambar 2.17, H adalah lebar longitudinal tape insert, sedangkan t adalah
tebal longitudinal tape insert, sedangkan nilai aspek rasio (AR) didefinisikan
sebagai H/t. Penyisipan longitudinal tape insert dapat mengurangi penurunan
tekanan dibandingkan dengan penyisipan longitudinal tape tape insert (Chiu dkk,
2009). Hal ini akan menguntungkan dalam hal daya pemompaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pipa bulat yang sisipi dengan longitudinal tape insert,
penurunan tekanan dapat dikurangi tanpa mengurangi secara serius peningkatan
perpindahan panas (Hsieh dkk, 1996). Secara umum, pipa bulat yang disisipi
dengan longitudinal tape insert di pusat pipa, pola aliran mempunyai sel-sel
vorteks yang simetris, seperti terlihat pada gambar 2.18. Juga didapatkan bahwa
jika bilangan Reynolds meningkat, didapatkan bahwa kekuatan vortisitas simetris
meningkat (Wen dkk, 2003).

Gambar 2.18 Pola aliran berupa sel-sel vorteks yang simetris yang dihasilkan oleh
longitudinal tape insert pada Re = 100 (Wen dkk, 2003)
2.2.7. Karakteristik Perpindahan Panas dan Faktor Gesekan
2.2.7.1. Korelasi Perpindahan Panas dan Faktor Gesekan di Daerah
Aliran Laminar dan Turbulen Melalui Sebuah Pipa Bulat Halus
Untuk aliran laminar berkembang penuh (fully developed), dalam sebuah
pipa bulat halus tanpa sisipan (insert), bilangan Nusselt (Nu) mempunyai nilai
yang konstan di bawah kondisi temperatur dinding yang konstan (constant wall
temperature) sebagai berikut :
Nu = 3,657

(2.27)

dan faktor gesekan Darcy (Darcy friction factor), f , untuk aliran ini diprediksikan
dengan persamaan :
f

= 64/Re

commit to user

(2.28)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
32

Dalam aliran laminar, faktor gesekan adalah hanya fungsi bilangan Reynolds
(Re), dimana tidak tergantung pada kekasaran pipa.
Untuk pipa halus, faktor gesekan dalam aliran turbulen dapat ditentukan
dari persamaan Petukhov pertama (first Petukhov equation) :
f = (0,790 ln Re 1,64)-2

(2.29)

Untuk aliran turbulen berkembang penuh dalam pipa bulat halus, bilangan Nusselt
dapat diprediksikan dengan korelasi Dittus-Boelter :
Nu = 0,023.Re0,8.Prn

(2.30)

Persamaan Dittus-Boelter berlaku untuk nilai-nilai; 0,7 Pr 160, Re 10.000,


dan L/D 10. Untuk proses pemanasan, n = 0,4 sedangkan proses pendinginan,
n = 0,3. Sifat-sifat fluida dievaluasi pada temperatur fluida rata-rata bulk (bulk
mean fluid temperature), Tb = (Ti + Te)/2. Ketika perbedaan temperatur antara
fluida dan dinding pipa sangat besar, perlu menggunakan sebuah faktor koreksi
untuk menghitung perbedaan viskositas di dekat dinding pipa dan di pusat pipa.
Korelasi Dittus-Boelter sederhana, tetapi memberikan kesalahan hingga
25% (Incropera, 2006). Kesalahan ini dapat dikurangi hingga kurang dari 10%
dengan menggunakan korelasi yang lebih kompleks tetapi akurat seperti
menggunakan persamaan Petukhov kedua (second Petukhov equation), sebagai
berikut :

Nu

( f / 8) . Re. Pr
1,0712,7 .( f / 8)1/ 2 .(Pr2/ 3 1)

(2.31)

Persamaan Petukhov kedua berlaku untuk nilai-nilai; 0,5 Pr 2.000, dan 104 <
Re < 5 x 106. Akurasi persamaan ini pada bilangan Reynolds yang rendah
diperbaiki dengan modifikasi oleh Gnielinski (Incropera, 2006) :

Nu

( f / 8) . (Re1000) . Pr
112,7 . ( f / 8)1/ 2 . (Pr2/ 3 1)

(2.32)

Persamaan Gnielinski berlaku untuk nilai-nilai; 0,5 Pr 2.000, dan 3 x 103 < Re
< 5 x 106, dimana faktor gesekan, f , dapat ditentukan dari hubungan yang sesuai
seperti persamaan Petukhov pertama (persamaan 2.29). Persamaan Gnielinski
lebih disukai dalam perhitungan. Pada persamaan (2.31) dan (2.32) sifat-sifat
fluida dievaluasi pada temperatur fluida rata-rata bulk.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
33

Tidak seperti aliran laminar, faktor gesekan dan koefisien konveksi dalam
aliran turbulen adalah fungsi dari kekasaran permukaan. Faktor gesekan dalam
aliran turbulen berkembang penuh tergantung pada bilangan Reynolds dan
kekasaran relatif, /D (relative roughness, /D). Colebrook mengkombinasikan
semua data faktor gesekan untuk aliran transisi dan turbulen dalam pipa-pipa
halus dan kasar ke dalam sebuah persamaan implisit yang dikenal sebagai
persamaan Colebrook (Incropera, 2006), sebagai berikut :

/ D 2,51
1
2 log

f
3,7 Re. f

(2.33)

Kesulitan dalam penggunaannya adalah bahwa rumus ini berbentuk implisit dalam
ketergantungannya terhadap f. Artinya, untuk suatu kondisi yang diberikan (Re
dan /D), tidaklah mungkin mencari penyelesaian untuk f tanpa melakukan suatu
metode iterasi. Dengan penggunaan Excel atau aplikasi komputer matematis,
perhitungan seperti itu tidaklah sulit. Miller (1996) menyarankan bahwa iterasi
tunggal akan memberikan hasil dalam 1% jika perkiraan awal dihitung dari:

/ D 5,74
0,9
fo 0,25. log
3,7 Re

(2.34)

Moody menggambarkan persamaan Colebrook dalam sebuah diagram yang


dikenal dengan Diagram Moody, dimana meskipun diagram ini dibentuk untuk
pipa bulat, tetapi dapat juga digunakan untuk pipa tidak bulat dengan mengganti
diameter pipa dengan diameter hidrolik. Untuk aliran turbulen dalam pipa-pipa
halus juga dapat dihitung dengan persamaan Blasius (White, 2001) :
f

= 0,3164.Re-0,25

(2.35)

Valid untuk aliran turbulen dengan Re 105.


2.2.7.2. Karakteristik Perpindahan Panas dan Faktor Gesekan Pada
Penukar Kalor Pipa Konsentrik
Untuk aliran-aliran fluida berlawanan arah (counter flow) dalam sebuah
penukar kalor pipa konsentrik, laju perpindahan panas dari fluida panas di dalam
pipa dalam dapat dinyatakan sebagai :
Qh = .Cp,h .(Th,i Th,o) = hi .Ai. (Tb,i - )
dimana :
Qh

commit to user
= laju perpindahan panas di dalam pipa dalam (W)

(2.36)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
34

= laju aliran massa fluida panas di dalam pipa dalam (kg/s)

Cp,h = panas jenis fluida panas di dalam pipa dalam (kJ/kg.oC)


Th,i

= temperatur fluida panas masuk pipa dalam (oC)

Th,o = temperatur fluida panas keluar pipa dalam (oC)


hi

= koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata di pipa dalam


(W/m2.oC)

Ai

= luas permukaan dalam pipa dalam (m2)

Ai

= .di. L

di

= diameter dalam pipa dalam (m)

= panjang pipa dalam (m)

Tb,i = temperatur fluida rata-rata bulk di dalam pipa dalam (oC)

= temperatur rata-rata dinding dalam pipa dalam (oC)

Laju perpindahan panas dari fluida dingin di annulus :


Qc = .Cp,c .(Tc,o Tc,i) = ho. Ao. (

Tb,o)

(2.37)

dimana :
= laju perpindahan panas di annulus (W)

Qc

= laju aliran massa fluida dingin di annulus (kg/s)

Cp,c

= panas jenis fluida dingin di annulus (kJ/kg.oC)

Tc,i

= temperatur fluida dingin masuk annulus (oC)

Tc,o

= temperatur fluida dingin keluar annulus (oC)

ho

= koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata di annulus


(W/m2.oC)

Nilai

Ao

= luas permukaan luar pipa dalam (m2)

Ao

= .do. L

do

= diameter luar pipa dalam (m)

= panjang pipa dalam (m)

= temperatur rata-rata dinding luar pipa dalam (oC)

Tb,o

= temperatur fluida rata-rata bulk dingin di annulus (oC)

dan Tb,o dicari dari persamaan berikut :

T w,o

Tw,o
n

Tb,o = (Tc,o + Tc,i)/2commit to user

(2.38)
(2.39)

perpustakaan.uns.ac.id

dimana

digilib.uns.ac.id
35

adalah jumlah temperatur-temperatur dinding luar pipa dalam, dan

n adalah jumlah titik pengukuran temperatur dinding luar pipa dalam.


Perbedaan antara laju aliran panas dari persamaan (2.36) dan (2.37) menunjukkan
ketidaksetimbangan energi (heat balance error).

heatbalance
error Qh Qc

(2.40)

dimana dapat diabaikan jika penukar kalor diisolasi dengan baik. Persentase
ketidaksetimbangan energi dari penukar kalor dinyatakan sebagai berikut :

%heatbalanceerror

Qh Qc
x100%
Qh

(2.41)

Koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata di annulus (ho) dapat ditentukan


dari persamaan (2.37) :

m .C .( T c,o - Tc,i )
ho c p,c
Ao .( T w,o Tb,o )

(2.42)

Bilangan Nusselt rata-rata di sisi annulus, Nuo dapat dinyatakan dengan


persamaan :

Nuo

ho . Dh
ko

(2.43)

dimana :
Nuo = bilangan Nusselt rata-rata di sisi annulus
ho

= koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata di sisi annulus


(W/m2.oC)

Dh = diameter hidrolik annulus (m)


ko

= konduktivitas termal rata-rata fluida dingin di annulus (W/m.oC).

Persamaan (2.32) dapat juga dinyatakan dengan parameter koefisien


perpindahan panas overall untuk sisi dalam pipa dalam :
Qh = Ui . Ai . TLMTD

(2.44)

dimana :
Qh

= laju perpindahan panas di dalam pipa dalam (W)

Ui

= koefisien perpindahan panas overall berdasarkan permukaan dalam


pipa dalam (W/m2.oC)

Ai
Ai

= luas permukaan dalam pipa dalam (m2)


commit to user
= .di.L

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
36

TLMTD = beda temperatur rata-rata logaritmik (oC)


Untuk penukar kalor pipa konsentrik dengan arah aliran kedua fluida berlawanan
arah (counter-flow), nilai beda temperatur rata-rata logaritmik dinyatakan sebagai
berikut :

TLMTD

( Th,i Tc,o ) ( Th,o Tc,i )


ln((Th,i Tc,o ) /(Th,o Tc,i ))

(2.45)

Koefisien perpindahan panas overall, Ui , sistem pada penukar kalor


konsentrik ini dinyatakan dengan :

Ui

1
1 di .ln(do / di )
d
i
h
2ki
do . ho
i

(2.46)

Dari persamaan (2.36), (2.44) dan (2.45), maka nilai Ui dapat dihitung :

Ui

mh . cp .(Th,i - Th,o )
Ai . TLMTD

Ui

mh . cp .(Th,i - Th,o )
( T T ) ( Th,o Tc,i )
. di . L . h,i c,o
ln((Th,i Tc,o ) /(Th,o Tc,i ))

(2.47)
(2.48)

Dengan diperoleh nilai ho dari persamaan (2.42) dan Ui dari persamaan (2.48),
maka koefisien perpindahan panas rata-rata di sisi pipa dalam, hi dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (2.46).

hi

1
1 di .ln(do / di )
d
i
U
2ki
do . ho
i

(2.49)

dimana ki adalah konduktivitas termal material pipa dalam. Bilangan Nusselt ratarata pada sisi pipa dalam, Nui dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Nui

hi .di
ki

(2.50)

dimana, ki adalah konduktivitas termal rata-rata fluida di pipa dalam, dihitung dari
sifat fluida pada temperatur fluida rata-rata bulk.
Bilangan Reynolds (Re) aliran fluida di pipa dalam, dihitung dengan persamaan :

Re

V . di

.V. di
Re

(2.51)

commit to user

(2.52)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
37

dimana :
Re = bilangan Reynolds
V = kecepatan rata-rata fluida di pipa dalam (m/s)
di = diameter dalam pipa dalam (m)

= viskositas kinematik fluida di pipa dalam (m2/s)


= densitas fluida di pipa dalam (kg/m3)
= viskositas dinamik fluida di pipa dalam (kg/m.s)
Dalam analisis penukar kalor, sering menggabungkan perkalian laju aliran
massa dengan panas jenis fluida ke dalam besaran yang disebut laju kapasitas
panas (heat capacity rate), C, dan didefinisikan untuk aliran fluida panas dan
dingin berturut-turut sebagai berikut :
Ch =

. Cp,h

Cc = . Cp,c

(2.53)
(2.54)

Laju kapasitas panas dari sebuah aliran fluida menyatakan laju perpindahan panas
yang diperlukan untuk mengubah temperatur aliran fluida sebesar 1oC ketika
mengalir melalui penukar kalor. Dalam sebuah penukar kalor, fluida dengan laju
kapasitas panas besar akan mengalami perubahan temperatur yang kecil, dan
fluida dengan laju kapasitas panas yang kecil akan mengalami perubahan
temperatur yang besar. Dengan definisi laju kapasitas panas di atas, maka
persamaan (2.36) dan (2.37) berturut-turut dapat dinyatakan juga dengan :
Qh = Ch .(Th,i Th,o)

(2.55)

Qc = Cc .(Tc,o Tc,i)

(2.56)

Metode LMTD mudah digunakan dalam analisis penukar kalor jika


temperatur-temperatur masuk dan keluar dari fluida panas dan dingin diketahui
atau dapat ditentukan dari kesetimbangan energi. Jika TLMTD , laju aliran massa,
dan koefisien perpindahan panas overall tersedia, maka luas permukaan
perpindahan panas dari penukar kalor dapat ditentukan dari persamaan Q = U.As.

TLMTD. Jenis masalah kedua yang dihadapi dalam analisis penukar kalor adalah
menentukan laju aliran panas dan temperatur keluaran dari fluida panas dan fluida
dingin untuk laju aliran massa dan temperatur-temperatur masukan telah
ditentukan ketika jenis dan ukuran dari penukar panas ditentukan. Metode LMTD
to user
masih dapat digunakan untuk commit
masalah
ini, tetapi prosedur penyelesaian

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
38

memerlukan iterasi dan tidak praktis. Untuk menghindari iterasi penyelesaian


masalah ini dapat menggunakan metode -NTU (Effectiveness-NTU) dimana akan
menyederhanakan analisis penukar kalor.
Metode ini berdasarkan sebuah parameter tanpa dimensi yang disebut
efektivenes penukar kalor, , didefinisikan sebagai :

lajuperpindaha
n panasaktual
Q

Qmaks lajuperpindaha
n panasmaksimumyangmungkin

(2.57)

Laju perpindahan panas aktual dalam sebuah penukar kalor dapat ditentukan dari
kesetimbangan energi pada fluida panas dan fluida dingin dan dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Q = Cc.(Tc,o Tc,i) = Ch.(Th,i Th,o)

(2.58)

Dimana Cc dan Ch berturut-turut adalah laju kapasitas panas fluida dingin dan
fluida panas. Untuk menentukan laju perpindahan panas yang mungkin dalam
sebuah penukar kalor, maka perbedaan temperatur harus maksimum antara
temperatur masuk fluida panas dan fluida dingin dalam penukar kalor. Sehingga :

Tmak = Th,i Tc,i

(2.59)

Perpindahan panas dalam sebuah penukar kalor akan mencapai nilai maksimum
ketika fluida dingin dipanaskan ke temperatur masukan fluida panas, atau fluida
panas didinginkan ke temperatur masukan dari fluida dingin. Fluida dengan laju
kapasitas panas yang lebih kecil akan mengalami perubahan temperatur yang
besar. Sehingga, laju perpindahan panas maksimum pada penukar kalor adalah :
Qmaks = Cmin.(Th,i Tc,i)

(2.60)

dimana Cmin adalah nilai laju kapasitas panas yang lebih kecil, jika :
Cc > Ch

, maka Ch = Cmin

(2.61)

Cc < Ch

, maka Cc = Cmin

(2.62)

Menentukan Qmaks memerlukan ketersediaan data temperatur masuk fluida panas


dan dingin dan laju aliran kedua fluida tersebut, dimana biasanya sudah
ditentukan. Sehingga jika efektivenes dari penukar kalor telah diketahui, laju
perpindahan panas aktual Q dapat ditentukan dari persamaan :
Q = .Qmaks = .Cmin.(Th,i Tc,i)

(2.63)

Sehingga efektivenes penukar kalor dapat digunakan untuk menentukan

commit to user
laju perpindahan panas tanpa mengetahui
temperatur keluaran fluida-fluida.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
39

Efektivenes dari sebuah penukar kalor tergantung pada geometri penukar kalor
dan juga susunan aliran. Untuk penukar kalor pipa konsentrik aliran berlawanan
arah (counter flow) korelasi untuk dinyatakan sebagai berikut :

U.A C
1 exp s 1 min
Cmin Cmaks

U.A C
C
1 min exp s 1 min
Cmaks Cmin Cmaks

(2.64)

Hubungan efektivenes penukar kalor biasanya melibatkan kelompok tanpa


dimensi UAs/Cmin. Besaran ini disebut number of transfer units (NTU) dan
dinyatakan sebagai berikut :

NTU

U. As
U. As

Cmin (m.Cp )min

(2.65)

Dimana U adalah koefisien perpindahan panas overall, dan As adalah luas


permukaan perpindahan panas dari penukar kalor. NTU sebanding dengan As.
Sehingga untuk nilai-nilai U dan Cmin tertentu, nilai NTU adalah ukuran dari luas
permukaan perpindahan panas, As. Sehingga, semakin besar NTU, semakin besar
penukar kalor.
Dalam analisis penukar kalor, juga didefinisikan besaran tanpa dimensi
lain yang disebut rasio kapasitas (capacity ratio), c , sebagai berikut :

Cmin
Cmaks

(2.66)

Dapat dilihat bahwa efektivenes dari sebuah penukar kalor adalah fungsi dari
NTU dan rasio kapasitas, c. Untuk penukar kalor pipa konsentrik aliran
berlawanan arah (counter flow) korelasi untuk dapat ditulis ulang dengan
menggabungkan persamaan (2.64), (2.65) dan (2.66) sebagai berikut :

1exp NTU(1c )

1c .exp NTU(1c )

commit to user

(2.67)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
40

Gambar 2.19. Efektivenes penukar kalor pipa ganda aliran berlawanan arah
(Cengel,2003)

Jika besaran c = Cmin/Cmaks dan NTU = U.As/Cmin telah dievaluasi, efektivenes


dapat ditentukan dari grafik atau menggunakan korelasi untuk jenis penukar kalor
tertentu. Kemudian laju perpindahan panas Q dan temperatur keluaran Th,o dan Tc,o
dapat ditentukan, sehingga tidak memerlukan proses iterasi.
Dalam prakteknya, untuk menyatakan penurunan tekanan untuk semua
jenis internal flow ( aliran laminar atau turbulen, pipa bulat atau tidak bulat,
permukaan halus atau kasar) dengan persamaan :

P f

Lt . .V 2
2.di

(2.68)

dimana besaran tanpa dimensi f adalah faktor gesekan Darcy (Darcy friction
factor). Penurunan tekanan (P) yang terjadi pada aliran di pipa dalam ditentukan
dari perbedaan ketinggian fluida dalam manometer pipa U, dimana P dinyatakan
dengan persamaan :

P = m . g . h

(2.69)

dimana :

P = penurunan tekanan (Pa)


m = densitas fluida manometer (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

h = beda ketinggian fluida manometer (m)


Sehingga faktor gesekan (f) dihitung menggunakan persamaan (2.68) sebagai
berikut :

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
41

(2.70)

Lt V 2

di 2

dimana :
f

= faktor gesekan

P = penurunan tekanan (Pa)


Lt = panjang jarak titik pengukuran tekanan di pipa dalam (m)
di = diameter dalam pipa dalam (m)

= densitas fluida di pipa dalam (kg/m3)


V = kecepatan rata-rata fluida di pipa dalam (m/s)
Jika penurunan tekanan (P) telah diketahui, maka daya pemompaan (pumping
power),

, dapat ditentukan dari :

(2.71)

dimana adalah laju aliran volumetrik aliran fluida (m3/s).


Parameter paling penting untuk desain penukar kalor adalah unjuk kerja
termal (). Unjuk kerja termal () dianalisa di bawah kondisi daya pemompaan
yang konstan, antara pipa tanpa longitudinal tape insert dengan pipa dengan
longitudinal tape insert (inserted tube). Untuk daya pemompaan yang konstan,
berlaku :
(

(2.72)

dimana :
= laju aliran volumetrik fluida di pipa dalam (m3/s)
P = penurunan tekanan di pipa dalam (Pa)
p

= plain tube (pipa tanpa longitudinal tape insert)

= swirl generator (pipa dengan longitudinal tape insert)

Dimana hubungan antara faktor gesekan (f) dengan bilangan Reynolds (Re) dapat
dinyatakan sebagai berikut :
(2.73)

Unjuk kerja termal () didefinisikan sebagai perbandingan antara


commit to user
koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata dari pipa dengan longitudinal tape

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
42

insert dengan koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata dari pipa tanpa
longitudinal tape insert pada daya pemompaan yang konstan.

h
s
hp pp

(2.74)

dimana :

= unjuk kerja termal


hs = koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata dengan longitudinal
tape insert (W/m2.oC)
hp = koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata tanpa longitudinal
tape insert (W/m2.oC)
pp

= daya pemompaan konstan

commit to user

Anda mungkin juga menyukai