PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen merupakan pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan di organisasi. Dimana dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan
koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Grant & Massey, 1999). Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi
bisnis yang memfokuskan pada produksi dan dalam banyak hal lain untuk menghasilkan
suatu keuntungan.
Menurut Gillies (1986) diterjemahkan oleh Dika Sukmana & Rika Widya Sukmana
(1996), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional. Disini manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisir,
memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan
asuhan keperawatan yang seefektif dan seefesien mungkin bagi individu, keluarga, dan
masyarakat.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu
metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya
dapat
saling
menopang.Karena
manajemen
keperawatan
mempunyai
kekhususan terhadap mayoritas tenaga daripada seorang pegawai, maka setiap tahapan
didalam
proses
manajemen
lebih
keperawatan.Pengorganisasianberkaitan
rumit
erat
dibandingkan
dengan
fungsi
dengan
perencanaan,
proses
karena
B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Manajemen Keperawatan?
7. Bagaimana Metoda Pemberian Asuhan Keperawatan Tim Organisasi Manajemen
Keperawatan?
8. Bagaimana Metode Kasus Pemberian Asuhan Keperawatan Organisasi Manajemen
Keperawatan?
9. Bagaimana Manajemen Kasus Pemberian Asuhan Keperawatan Organisasi
Manajemen Keperawatan?
10. Bagaimana Konsep Organisasi Manajemen Keperawatan Moduler?
11. Bagaimana Konsep Organisasi Manajemen Keperawatan Primer?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep Organisasi Manajemen Keperawatan.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Struktur Organisasi Manajemen Keperawatan.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Job Analyses Organisasi Manajemen
Keperawatan.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Job Description Organisasi Manajemen
Keperawatan.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Evaluation Organisasi Manajemen Keperawatan.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Metoda Pemberian Asuhan Keperawatan
Fungsional Organisasi Manajemen Keperawatan.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Metoda Pemberian Asuhan Keperawatan Tim
Organisasi Manajemen Keperawatan.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan Metode Kasus Pemberian Asuhan Keperawatan
Organisasi Manajemen Keperawatan.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen
Kasus
Pemberian
Asuhan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP ORGANISASI
a. Definisi
Urwick mengatakan bahwa pengorganisasian adalah proses membuat suatu mesin.
Pengorganisasian harus memungkinkan pendapat pribadi, tetapi ini akan minimal jika
suatu desain diikuti. Pengorganisasian harus menunjukkan setiap bagi seseorang yang
akan bermain dalam pola sosial umum, serta tanggung jawab,hubungan, dan standar
kinerja. Pekerjaan harus sejalan dengan fungsi-fungsi khusus untuk memfasilitasi latihan
yang perlu dilakukan, struktur organisasi harus berdasarkan prinsip-prinsip termasuk
kelanjutannya dimasa yang akan datang.
Pengorganisasian
adalah
pengelompokkan
aktivitas-aktivitas
untuk
tujuan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelompokan dan pembagian kerja antara
lain jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan
kemampuannya; setiap staf memiliki perincian tugas yang jelas; variasi tugas bagi
seseorang diusahakan sejenis atau erat hubungannya; mencegah terjadinya pengotakan
antarstaf atau kegiatan penggolongan tugas didasarkan pada kepentingan mendesak,
kesulitan, dan waktu. Di samping itu, setiap staf mengetahui kepada siapa harus
melapor, meminta bantuan atau bertanya, dan siapa atasan langsung serta dari siapa
yang menerima tugas.
2. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf
untuk bertindak dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang pimpinan
dapat mencapai tujuan dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain, yang
merupakan inti manajemen. Selain itu, dengan pendelegasian, seorang pimpinan
mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain yang lebih penting seperti
perencanaan dan evaluasi. Pendelegasian juga merupakan alat pengembangan dan
latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki minat terhadap tantangan yang
lebih besar dapat menjadi lebih komit dan puas bila diberi kesempatan untuk
memegang tugas atau tantangan yang penting. Sebaliknya, kurangnya pendelegasian
dapat menghambat inisiatif staf. Keuntungan bagi staf dengan melakukan
pendelegasian
adalah
mengembangkan
rasa
tanggung
jawab,
meningkatkan
pengetahuan dan rasa percaya diri, berkualitas, lebih komit dan puas pada pekerjaan.
Selain itu, manfaat pendelegasian untuk kepala bidang keperawatan sendiri adalah
mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain seperti perencanaan dan
evaluasi, meningkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri, memberi pengaruh dan
power baik internal maupun eksternal, dapat mencapai pelayanan dan sasaran
keperawatan melalui usaha orang lain. Walaupun pendelegasian merupakan alat
manajemen yang efektif, banyak pimpinan yang gagal mengerjakan pendelegasian ini.
Beberapa alasan yang menghambat pelaksanaan pendelegasian di antaranya adalah
meyakini pendapat yang salah seperti, Jika kamu ingin hali itu dilaksanakan dengan
tepat, kerjakanlah sendiri; kurang percaya diri; takut dianggap malas; takut terhadap
persaingan; takut kehilangan kendali; merasa tidak pasti tentang apa dan kapan
melakukan pendelegasian; mempunyai definisi kerja yang tidak jelas; takut tidak
disukai oleh staf; dianggap melemparkan tugas; menolak untuk mengambil risiko;
tergantung pada orang lain; kurang control yang memberikan peringatan dini adanya
masalah, sehubungan dengan tugas yang didelegasikan; kurang contoh dari pimpinan
lain dalam hal mendelegasikan; kurang keyakinan dan kepercayaan terhadap staf;
merasa staf kurang memiliki keterampilan atau pengetahuan untuk melakukan tugas
tersebut.
Dalam pendelegasian wewenang, masalah terpenting adalah apa tugas dan
seberapa besar wewenang yang harus dan dapat dilimpahkan kepada staf. Hal ini
bergantung pada:
1. Sifat kegiatan: Untuk kegiatan rutin, delegasi wewenag dapat diberikan lebih besar
kepada staf.
2. Kemampuan staf: Tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu berat.
3. Hasil yang diharapkan: Applebaum dan Rohrs (2002) menyarankan kepada pimpinan
untuk tidak mendelegasikan tanggung jawab perencanaan strategis atau mengevaluasi
dan mendisiplinkan bawahan baru. Keduanya juga menyarankan pimpinan untuk
mendelegasikan tugas yang utuh, bukan mendelegasikan sebagian aspek dari suatu
kegiatan.
Langkah yang harus ditempuh untuk dapat melakukan pendelegasian yang efektif antara
lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1. Menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada di bangsal atau bagian dan perasaan
lebih penting dari yang lain
2. Menumbuhkan rasa saling membantu
3. Menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf.
Koordinasi dapat dilakukan dengan cara komunikasi terbuka, dialog, pertemuan atau rapat,
pencatatan dan laporan, pembakuan formulir yang berlaku.
4. Manajemen Waktu
Musuh terbesar dari karier seorang manusia adalah waktu. Waktu yang telah terlewat
dengan sia-sia atau percuma, tidak dapat kembali begitu saja dan tidak dapat dibeli dengan
uang. Oleh karena itu, manfaatkan waktu sebaik-baikny adalam bekerja dan berkarya.
Ingatlah pepatah lama, Time is money, sehingga dalam berkarier diperlukan manajemen
waktu yang baik dengan tolok ukur produktivitas, efektivitas, dan efisiensi.
Terdapat tujuh prinsip manajemen waktu yang kreatif yakni selalu aktif (bukan
reaktif), tentukan sasaran, tentukan prioritas dalam bertindak, pertahankan fokus, ciptakan
tenggat waktu yang realistis, dan lakukan sekarang juga (Do it now); D: Divide (bagibagilah tugas); O:Organize (atur bagaimana melaksanakannya); I: Ignore (abaikan
gangguan);
T:Take
(ambil
kesempatan);
N:Now
(sekarang
harus
dijalankan);
O:Opportunity (ambil kesempatan); W:Watch out (waspada dengan waktu). Waktu adalah
sesuatu paling bernilai yang dapat dihabiskan manusia.
Manajemen waktu yang dapat dilakukan perawat adalah:
1. Mengatur jadwal kerja (perawat yang bekerja secara freelance harus lebih kuat
usahanya)
2. Disiplin dengan jadwal kerja tersebut
3. Memompa, memotivasi perawat, selalu bersemangat dalam menjalankan segala
sesuatu
4. Walaupun dikejar deadline, namun isi otak harus tetap relaks
5. Jangan panik, harus tetap tenang, dan fokus untuk dapat selalu terarah apa target yang
akan dicapai
6. Berusahalah sebaik mungkin, jangan menyerah sampai dengan saat-saat terakhir.
Pepatah mengatakan, Do the best but not prepare for the worst. Hal ini berarti
perawat harus siap dengan segala kemungkinan, namun keberhasilan akan lebih mudah
diterima disbanding kegagalan. Bersikap optimis, setelah berusah sekuat tenaga perawat,
pasrahlah atas apapun hasil yang terjadi.
c. Fungsi Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai
peranan penting seperti fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh
sumber daya yang dimiliki organisasi (manusia dan bukan manusia) akan diatur
penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Untuk dapat melaksanakan pengorganisasian dengan baik, manajer harus
memahami berbagai prinsip pengorganisasian.
Terdapat empat hal yang menjadi dasar untuk melakukan proses pengorganisasian
meliputi pembagian kerja, pengelompokan pekerjaan, penentuan relasi antar bagian dalam
organisasi, serta penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktivitas antarbagian
dalam organisasi atau koordinasi. Ruang rawat merupakan salah satu pusat pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh semua tim kesehatan
termasuk perawat yang bertanggung jawab dalam penyelesaian masalah kesehatan klien.
Dengan memahami fungsi pengorganisasian, perawat juga dapat lebih mudah
mempelajarri fungsi aktuasi. Melalui fungsi aktuasi, diketahui gambaran tentang proses
bmbingan dan pengarahan yang diperlukan oleh staf sesuai dengan pembagian tugas yang
merupakan bagian dari fungsi pengorganisasian. Fungsi aktuasi dapat mengarahkan staf
dalam melaksanakan tugas-tugas pokoknya untuk mencapai tujuan organisasi.
Fungsi pengorganisasian merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi
kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja, dan
komunikasi. Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan, dan
mengatur berbagai kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang, dan
delegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan dan mengatur
semua kegiatan yang ada kaitannya dengan personel, finansial, material, dan tata cara
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama. Berdasarkan penjelasan
tersebut, organisasi juga dapat dipandang sebagai wadah kerja sama sekelompok orang
yang bersifat statis. Organisasi juga dapat dikaji dari sisi proses kerja sama. Dalam hal ini,
organisasi dilihat dari proses kerja sama staf yang berisi uraian tugas untuk mencapai
tujuan organisasi yang bersifat dinamis. Organisasi yang bersifat dinamis. Organisasi juga
dapat dikaji dari bagaimana pimpinan menggunakan organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi sebagai alat pimpinan.
Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan secara
2
3
efektif
Penataan setiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi
Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola.
Hubungan antarkegiatan yang berbeda, penempatan tenaga yang tepat, dan pembinaan
cara
komunikasi
yang
efektif
antar
perawat
juga
merupakan
aspek
yang
Pembagian tugas untuk perorang dan kelompok. Tugas pokok staf dan prosedur
kerja merupakan dokumen dari fungsi pengorganisasian, digunakan sebagai
mereka.
Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi. Tugas staf dan
pemanfataan fasilitas fisik harus diatur dan diarahkan semaksimal mungkin untuk
membantu staf, baik secara individu maupun kelompok, mencapai tujuan
organisasi.
d. Manfaat Dan Keterbatasan Bagan Organisasi
a) Manfaat
1. Memetakan garis kewenangan pengambilan keputusan
2. Membantu pekerja memahami tugas mereka dan rekan kerja
3. Menunjukkan pada manajer dan personel baru bagaimana
menyesuaikan diri dalam organisasi
4. Berperan dalam struktur organisasi yang baik
5. Menunjukkan garis komunikasi formal
mereka
b) Keterbatasan
1. Menunjukkan hanya hubungan formal
2. Tidak mengindikasikan derajat kewenangan
3. Dapat menunjukkan hal yang seharusnya terjadi atau dilakukan, bukan yang
terjadi sebenarnya
4. Mungkin terjadi kebingungan kewenangan dengan status
B. STRUKTUR ORGANISASI
Suatu struktur organisasi menetapkan cara tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan,
dan dikoordinasikan secara formal. Terdapat enam kunci yang perlu disampaikan kepada
manajer bila mereka merancang struktur organisasinya. Elemen tersebut adalah
spesialisasi pekerjaan, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi,
dan sesentralisasi. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam
penyusunan struktur organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan jenis pelayanan yang
diberikan, berdasarkan pelanggan, berdasarkan tempat, dan matriks.
1. Pembuatan Struktur Organisasi Berdasarkan Fungsi.
Penentuan sub-sub bagian dari organisasi atau proses departementalisasi yang
pertama
adalah
berdasarkan
fungsi.
Berdasarkan
pendekatan
ini,
proses
ini disebut juga matriks.Istilah spesialisasi kerja atau pembagian tenaga kerja untuk
mendeskripsikan sampai tingkat mana tugas dalam organisasi dipecah-pecah menjadi
pekerjaan yang terpisah. Hakikat spesialisasi kerja adalah bahwa seluruh pekerjaan lebih
baik dipecah-pecah menjadi sejumlah langkah, bukan dilakukan oleh individu. Setiap
langkah diselesaikan oleh individu yang berlainan. Pada hakikatnya, individu yang
mempunyai spesialisasi mengerjakan bagian dari suatu kegiatan, bukan mengerjakan
seluruh kegiatan organisasi ruang rawat terdiri atas struktur bentuk dan bagian. Berbagai
struktur, bentuk, dan bagan dapat digunakan bergantung pada besarnya organisasi dan
tujuan yang ingin di capai. Ruang rawat sebagai wadah dan pusat kegiatan pelayanan
keperawatan perlu memiliki struktur organisasi, namun ruang rawat tidak termasuk
dalam struktur organisasi rumah sakit bila dilihat dari Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1045/Menkes/Per/XI/2006. Oleh karena itu, direktur rumah sakit perlu
menerbitkan surat keputusan yang mengatur struktur organisasi ruang rawat.
Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut, dibuat struktur organisasi ruang rawat
untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertical maupun
horizontal, dan dapat juga dilihat posisi setiap bagian, wewenang dan tanggung jawab
serta tanggung gugat. Bentuk organisasi dapat pula disesuaikan dengan pengelompokan
kegiatan atau system penugasan yang digunakan.
Direktur
Utama
Manajer
Keuangan
Manajer
Keperawatan
Bagian
Penjualan
Bagian
Anak
Bagian
Bedah
Manajer
Pemasaran
Manajer
Diklat
Bagian
Promosi
Bagian CL
Pelatihan
dan
Pengembang
aspek yang inginkan dalam birokrasi. Perubahan dapat digunakan untuk memodifikasi
aspek-aspek yang tidak diinginkan dalam birokrasi. Ada tempat baik langsung ataupun
tidak dalam organisasi. Perawat manajer harus kuat dan tangguh dalam mendukung nilainilai perawatan di klinik. Mereka harus menjadi aktif dalam perencanaan, pembuatan
desain, dan menerapkan struktur organisasi dan lingkungan kerja yang baru. Objeknya
adalah untuk mnegembangkan orang, tidak untuk mengeksploitasi. PO menekankan
pertumbuhan seseorang dan kompetensi antarpersonal.
a. Autonomi dan Tanggung Gugat
Diantara atribut fisik dan psikologis yang ada dari PO adalah autonomi dan
tanggung gugat, elemen paling penting dalam profesionalisme keperawatan. Perawat
profesional mempunyai kewajiban untuk membuat keputusan dan tindakan yang perlu
dilakukan. Menurut Luciano dan Johnson hal tersebut dapat dicapai dengan
menggunakan pendekatan management by Result (MBR). Mereka mengembangkan
program manajemen kinerja, menggabungkan perilaku yang dapat diterima hasilnya. Hal
ini termasuk mengikuti kemajuan, umpan balik kinerja, membuat penyusaian dan
tanggung gugat personel. Karakteristik autonomi professional meliputi definsi diri,
regulasi diri, dan kekuasaan diri. Perawat professional berespons terhadap perubahan
yang terjadi dalam lingkungan sosial untuk menentukan hal yang diperlukan dalam
praktik keperawatan. Ditujukan untuk kebutuhan-kebutuhan masyarakat termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan pelayan keperawatan bagi orang jompo dan mengontrol
sumber-sumbernya. Autonomi pun akan dikuatkan dengan adanya sumber-sumber
pendapatan bagi perawat, meningkatkan kemampuan staf dengan membuat tinjauan
sejahwat oleh staf organisasi keperawatan dan menejemen kasus.
b. Budaya
Kebudayaan dalam organisasi meliputi segala sesuatau yang ada diorganisasi
termasuk kepercayaan, norma, nilai-nilai, filosofi, tradisi, dan pengorbanan. Organisasi
ini merupakan sistem sosial yang didalam organisasi sebagai sub-sistemnya. Budaya
dalam organsasi ini termasuk hasil karya, pandangan, nilai, asumsi, simbol-simbol,
bahasa,dan perilaku yang efektif.
Budaya organisasi meliputi pula kerangka kerja komunikasi baik formal maupun
tidak formal. Meliputi struktur status atau peran yang berhubungan dengan gaya
manejemen , baik otoritas ataupun partisipasi. Gaya menejemen berpengaruh besar
terhadap perilaku individu. Dalam pelaksaan pelayanan kesehatan struktur tersebut
mendorong kerja individual atau kelompok. Gaya ini pun berhubungan pula dengan
d. Iklim
Iklim dalam organisasi melibatkan keadaan emosional anggota yang ada dalam
sistem tersebut. Bisa formal, rileks, difensif, perhatian, penerimaan, kepercayaan, dsb.
Iklim ini lebih bersifat perasaan para pekerja atau perspesi tentang organisasinya. Para
pekerja yang mendapat perhatian utama dari manajer perawatan adalah perawat praktisi.
Para perawat praktisi tersebut membuat atau paling tidak ikut terlibat dalam pembuatan
iklim yang melibatkan perasaan pasien. Iklim kerja dibuat oleh manajer perawat yang
menentukan perilaku perawat praktisi dalam iklan kerjanya. Perawat praktisi
menginginkan iklim yang dapat memberikan kepuasan pada pekerjaanya. Mereka dapat
mencapai kepuasan kerja jika mereka mempunyai rasa ingin tahu dan mengenai apa
yang mereka dapatkan, serta oleh manajer dan pasien bersama-sama diimplementasikan.
Mereka mendapat kepuasan dari suasana kerja sama yang terjadi antara manajer dan
pelaksana pelayanan kesehatan lainnya yang berpartisipasi dalam pembuatan keputusan.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menetapkan suasana kerja yang terjadi dalam
bisnis, industri, dan dalam organisasi kesehatan lainnya. Salah satu kepada keperawatan
telah membuat dan mencoba menerapkan dalam suatu proyek untuk memotivasi staf
keperawatan di unit pelayanan bedah agar dapat memberikan pelayanan lebih baik dan
mendapatkan kepuasan lebih banyak. Dia merancang strategi memotivasi karyawan
teladan yang meliputi pengukuran dengan kriteria kinerja. Walaupun pada awalnya para
staf kurang perhatian, tetapi seterusnya perhatian dan partisipasinya meningkat.
Produktivitas biasanya meningkat, pembawaannya pun berubah juga. Strategi utama
yang perlu dikenali dalam pembukaannya adalah mengumumkan pada papan
pengumuman tentang adanya makan siang dan makan malam gratis. Pada akhir bulan ke
25 dari 144 karyawan telah mendapat jabatan, partispasi sukarela menunjukkan bahwa
hal ini memenuhi beberapa kebutuhan mereka. Aktivitas untuk meningkatkan organisasi
positif.
1) Mengembangkan misi organisasi, tujuan dan objektif dengan masukan dari
perawat-perawat praktisi termasuk tujuan-tujuan pribadi.
2) Memberikan kepercayaan dan keterbukaan selama berkomunikasi termasuk
meningkatkan dan memberi umpan balik serta memberikan motivasi.
3) Memberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang termasuk perkembangan
karier dan program pendidikan berkelanjutan.
4) Meningkatkan kerja tim
5) Meminta perawat praktisi untuk menyatakan kepuasan dan ketidakpuasan
mereka selama pertemuan dan konferensi dan selama survei.
Kepercayaan akan didukung oleh keahlian pemimpin dalam tujuan atau misi mereka dan
keantusiasan di ekspresikan melalui perilaku verbal dan nonverbal pemimpin.
Keantusiasan tinggi oleh pemimpin akan mencetuskan keantusiasan yang tinggi dalam
kelompok, karenanya mendorong moral kelompok dan merangsang rasa persatuan dalam
kelompok, semangat mereka dan rasa bangga dan terhormat. Sering terdengar kata
seperti organisasi ini tidak perduli pada pekerjaannya! atau organisasi ini benar-benar
peduli pada pekerjaannya! organsasi ini tetap berjalan tanpa ada perkataan dari perawat
yang menginginkan mendengar kalimat positive. Orang yang mempunyai moral rendah
tidak merasa puas dengan pekerjaannya. Ketidakpuasan para pekerja tidak akan
memperngaruhi semangat persatuan. Perawat yang mempunyai harga diri yang tinggi,
energy, percaya diri, bangga terhadap pekerjaannya, respect, memperhatikan pasien, para
pengunjung, teman-temannya, dan pada yang lainnya. Harga dirinya jelas terlihat dalam
perilakunya termasuk dalam bahasanya. Mereka telah berjanji untuk memberikan
perawtan pada pasien sebaik mungkin. Perawat tersebut mempunyai moral yang tinggi.
Mereka bekerja dengan penuh semangat.
Tujuan pembuatan tim adalah untuk menciptakan lingkungan kohesif diantara
anggota sift dan Antara anggota sift lainnya dalam satu unit. Hal ini pun dapat disebarkan
pada unit lainnya, pada perteuan dan bagian yang lain. Langkah pertama dalam
pembuatan tim ini adalah mencari penyebab mengapa para perawat tidak senang atau
tidak pernah puas. Hal ini biasa didapatkan dengan bertanya secara langsung. Yang
paling baik adalah memlalui, pertemuan terbuka. Pertemuan ini akan lebih produktif jika
dilakukan jauh dari unit tersebut, untuk mencegah adanya interupsi dan gangguan
organisasi.
Kepala perawatan atau manajer lainnya dapat menjadi pemimpin atau meminta
kelompok untuk memilih pemimpinnya. Dalam suatu kesempatan, perawat manajer akan
dapat menjelaskan usaha apa saja yang dimaksud dan apa yang harus dilakukan
kelompok. Dimulai dengan pengidentifikasian akan hal yang memuaskan jika
memungkinkan, untuk menentukan yang positif. Selanjutnya pemimpin harus
memfokuskan pada pengidentifikasian masalah dan memprioritaskan untuk tindakan
yang akan dilakukan. Jika perawat manajer dapat berperan sebagai fasilitator dibanding
sebagai pemimpin, kemungkinan kelompok akan berproses lebih cepat.
3. Mengintegrasikan peran kepemimpinan dan fungsi manajemen yang terkait
dengan struktur organisasi
siapa
yang
memiliki
kewenangan
dalam
organisasi,
dengan
cara
ini,
organisasi, orang akan bekerja dalam lingkungan yang kacau. Stuktur menjadi alat yang
penting untuk memfasilitasi komando dan meningkatkan produktivitas.
Namun, manajer/pemimpin yang terintegrasi memiliki pemahaman personal yang
lebih tentang rancangan organisasi yang lebih besar. Manajer/pemimpin bertanggung
jawab memastikan bahwa pekerjaan juga memahami keseluruhan struktur organisasi dan
struktur pada tingkat unit. Hal ini ddapat dilakukan dengan menjadi sumber dan model
peran bagi pekerja. Model peran yang dilakukan adalah mendemostrasikan tanggung
gugat dan penggunaan kewenangan yang tepat.
Kepemimpinan mengharuskan masalah ditelusuri melalui jalur yang tepat,
mendorong komunikasi ke atas, dan struktur unit dievaluasi secara periodik untuk
menentukan apakah struktur itu dapat dirancang ulang guna memungkinkan lebih banyak
pengambilan keputusan di tingkat lebih bawah. Manajer/pemimpin terintegrasi juga
memfasilitasi struktur kelompok informal. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong
staf untuk menghadiri pertemuan guna merencanakan acara sosial piknik tahunan dan
pesta pada anggota suatu unit, misalnya pernikahan atau pesta mandi bayi.
Manajer harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang budaya berorganisasi.
Begitu pula dengan meningkatkan pengembangan budaya yang konstruktif dan
menjelaskan serta mengkomunikasikan budaya tersebut kepada pekrja.
Peran manajemen adalah mengevaluasi jenis struktur dan pengelolaan organisasi
serta mengimplementasikan hal yang memiliki dampak paling positif pada departemen.
Melakukan model peran berbagai kewenangan yang diperlukan untuk menyusun model
struktur dan pengelolaan organisasi yang lebih baru merupakan keterampilan
kepemimpinan.
Ketika bertugas di komite. Kesempatan ini harus digunakan untuk hal-hal yang
mempengaruhi timbulnya kebutuhan klien dan staf secara tepat. Manajer/pemimpin yang
terintregrasi datang ke pertemuan dengan persiapan yang baik serta memberikan
komentar dan ide yang bijaksana. Berfikir kritis dan perilaku model peran yang dimiliki
pemimpin mencegah terjadinya pengambilan keputusan yang buruk antar kelompok
kerja atau dalam komite.
Pemimpin/manajer yang terintegrasi juga menahan diri untuk tidak menghakimi dan
mendukung semua anggota kelompok untuk berpartisipasi dan berkontribusi. Fungsi
manajemen yang penting adalah mengkaji apakah tugas yang tepat diselesaikan dalam
komite, apakah anggota komite tetap produktif, dan apakah mereka tidak digunakan
untuk menunda pengambilan keputusan. Peran kepemimpinan adalah perlibatan semua
staf dalam pengambilan keputusan organisasi, baik melalui model rancangan organisasi
yang lebih formal atau informal, seperti model shared governance.
Manajer/pemimpin yang terintegrasi memahami organisasi dan mengenali apa yang
dapat dibentuk atau diubah dan apa yang tetap. Dengan demikian interaksi antara
manajer dan organisasi bersifat dinamis.
4. Struktur Komite dalam Organisasi
Manajer juga bertangggung jawab dalam merancang dan mengimplementasikan
struktur kominte yang tepat. Sytruktur komite yang buruk bisa nonproduktif bagi
organisasi dan membuat frustasi anggota komite. Namun, ada banyak manfaat dan alasan
untuk mengiplementasikan komite dengan struktur yang baik (Gaynor, Rschak, &
Verdin, 1994). Untuk mengatasi beberapa kasulitan yang terjadi dalam komunikasi
organisasi akibat struktur garis dan garis-staf-dan-staf, komite digunakan secara luas
untuk memfasilitasi komunikasi ke atas. Sifat organisasi formal menentukan perlunya
komite membantu mengubah struktur birokratik lama, banyak yang melihat penggunaan
komite sebagai metode pengelolaan organisasi secara bersama dan meningkatkan
partisipasi staf (Maas & Specht, 1994).
Komite dapat menjadi penasihat atau mungkin memliki fungsi koordinasi atau
fungsi informal. Karena berkomunikasi ke atas dan ke bawah dan mendorong partisipasi
pegawai yang berminat atau tertarik, komite membantu organisasi menerima umpanbalik yang berharga dan informasi yang penting. Mereka menghasilkan ide dan
pemikiran kreatif untuk menyelesaikan masalah operasional atau memperbaiki pelayanan
serta sering kali meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan yang diselesaikan.
Komite juga dapat mengumpulkan keterampilan dan keahlian spesifik serta membantu
mengurangi resistensi terhadap perubahan.
Namun, semua manfaat positif ini dapat dicapai hanya jika komite diatur dan
diarahkan secara tepat. Jika tidak digunakan secara tepat, komite menjadi suatu masalah
dalam proses organisasi karena komite menghabiskan energi, waktu, dan uang dapat
serta menunda atau menghambat pengambilan keputusan serta tindakan. Salah satu peran
kepemimpinan yang melekat pada pengorganisasian kerja adalah memastikan bahwa
komite tidak digunakan untuk menghambat atau menunda keputusan, tetapi untuk
menfasilitasi tujuan organisasi.
Ketika mengorganisasikan komite dan membuat penugasan, beberapa faktor harus
dipertimbangkan:
a. Komite harus terdiri atas orang yang mau menyumbangkan komitmen, energi, dan
waktunya.
b. Anggotanya harus memiliki pengalaman kerja dan latar belakang pendidikan yang
bervariasi. Namun, anggotanya harus memiliki keahlian yang cukup untuk
menyelesaikan tugas.
c. Komite harus memiliki jumlah anggota yang cukup untuk menyelesiakan tugas yang
diberikan, tetapi jumlahnya tidak boleh terlalu banyak ideal adalah enam sampai
delapan anggota.
d. Tugas dan tanggung jawab termasuk mekanisme pelaporan harus diuraikan dengan
jelas.
e. Penugasan harus diberikan lebih dulu, denga harapan yang jelas bahwa tugas yang
diberikan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Semua komite harus memiliki agenda tertulis dan ketua komite yang efektif.
C. JOB ANALYSES
a. Definisi
Hadari
Nawawi,
Job
Analysis/analisis
pekerjaan/jabatan
adalah
kegiatan
menghimpun dan menyusun informasi tentang tugas, jenis pekerjaan dan tanggung
jawabnya yang bersifat khusus. Menurut Moekijat, bahwa Job analysis terdiri dari
2 perkataan yaitu job dan analyisis. Job ada yang menerjemahkan tugas, ada pula
yang menerjemahan pekerjaan, sedangkan analysis berasal dari kata analyse yang
berarti memisah-misahkan atau menguraikan. Dalam job analysis berarti kita memisahmisahkan job (jabatan) menjadi bagian-bagian job yang disebut task (bagian atau unsur
jabatan). Sedangkan menurut Ike Kusdiyah Rachmawati, bahwa analisis Jabatan
adalah prosedur untuk menetapkan tugas dan tuntutan keterampilan dari suatu jabatan
dan orang macam apa yang akan dipekerjakan. Selanjutnya menurut Mariot Tua Efendi
Hariandja, bahwa job analysis adalah usaha untuk mencari tahu tentang jabatan atau
pekerjaan yang bekaitan dengan tugas-tugas dilakukan dalam jabatan tersebut.
Menurut Umar (2005) bahwa analisis pekerjaan adalah merupakan suatu proses
untuk menentukan isi suatu pekerjaan sehingga dapat dijelaskan orang lain untuk tujuan
manajemen.
Menurut Gomes (2003) analisis jabatan adalah proses pengumpulan informasi
mengenai suatu pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja, yang dilaksanakan dengan
mengamati atau mengadakan interview pada pekerjaan, dengan bukti-bukti yang benar
dari supervisor. Benandin & Russell dalam Gomes (2003) mengatakan analisis pekerjaan
ini akan menghasilkan daftar uraian pekerjaan pernyataan tertulis mengenai kewajibankewajiban pekerja dan bisa juga mencakup standar kualifikasi, yang merinci pendidikan
dan pengalaman minimal yang diperlukan bagi seorang pekerja untuk melaksanakan
kewajiban dari kedudukannya secara memuaskan. Secara umum analisis jabatan
merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan menentukan secara rinci tugas-tugas
dan persyaratan dari suatu jabatan tertentu.
b. Tujuan Analisis Pekerjaan
Membulatkan pemahaman tentang manajemen dalam sebuah sistem organisasi dalam
hal ini pembagian tugas yang mendalam tentang isi dan persyaratan dari sebuah posisi
atau pekerjaan yang meliputi: mempelajari organisasi, menentukan pekerjaan yang akan
dianalisis, membuat kuesioner analisis pekerjaan, dan mengumpulkan informasi tentang
analisis pekerjaan. Tujuan Analisis Jabatan menurut Gomes (2003) Ada 12 tujuan analisis
pekerjaan yaitu:
1. Job description, yaitu untuk mengidentifikasikan pekerjaan, riwayat pekerjaan,
kewajiban-kewajiban pekerjaan, dan pertanggung jawaban, serta untuk mengetahui
spesifikasi pekerjaan atau informasi mengenai standar pekerjaan.
2. Job classification, yaitu penyusunan pekerjaan-pekerjaan kedalam kelas-kelas,
kelompok-kelompok, atau jenis-jenis berdasarkan rencana sistematika tertentu
3. Job evaluation, yaitu suatu prosedur pengklasifikasian pekerjaan berdasarkan
kegunaan masing-masing di dalam organisasi dan dalam pasar tenaga kerja luar yang
terikat
4. Job desinng restructuring, yaitu meliputi usaha-usaha untuk mengalokasikan dan
merestrukturisasi kegiatan pekerjaan kedalam berbagai kelompok
5. Personel requirement, yaitu berupa persyaratan atau spesifikasi tertentu bagi suatu
pekerjaan
6. Performance appraisal, yaitu merupakan penilaian sistematis yang dilakukan oleh
supervisor terhadap performansi pekerjaan dari para pekerja
7. Worker training, yaitu pelatihan yang ditujukan kapada para pekerja
Lewat analisis pekerjaan, program pelatihan dan pengembangan dari setiap lini dan
lapisan organisasi akan mudah ditentukan. Deskripsi tugas pekerjaan merupakan
materi yang membantu pembuatan isi program pelatihan.
7) Jalur karir
Jalur karir merupakan penjabaran secara eksplisit dari urusan alternatif pekerjaan
yang dapat diduduki oleh seorang individu dalam suatu karir organisasional. Ketika
karyawan memiliki informasi tentang persyaratan pekerjaan, maka akan
memungkinkan karyawan akan memiliki perencanaan karir yang baik.
8) Kriteria seleksi
Output dari analisa pekerjaan akan menjadi dasar kriteria seleksi karyawan baik
pada awal rekrutmen maupun ketika akan dipromosikan atau penugasan selanjutnya.
9) Evaluasi pekerjaan
Analisi pekerjaan memberikan deskripsi atau gambaran tentang suatu pekerjaan atau
langsung pada penilaian terhadap sistem yang ada.Sehingga kita dapat mengetahui
bagaimana kekuatan dan kelemahan dari suatu organisasi.
d. Langkah-langkah Analisis Pekerjaan
Proses dalam menganalisis pekerjaan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1 Menentukan penggunaan hasil informasi analisis pekerjaan.
Menentukan penggunaan hasil informasi analisis pekerjaanartinya penganalisis
harus
mengetahui
secara
jelas
apa
kegunaan
hasil
informasi
analisis
pekerjaannya. Karena hasilnya akan digunakan untuk menentukan jenis data yang
akan dikumpulkan dan teknik pengumpulan datanya. Informasi hasil analisis
pekerjaan
2
dipergunakan
untuk
menetapkan job
description,
job
dengan
metode
penelitian
deskriptif
analisis,
survei,
sensus,
dan sample, sedangkan teknik pengumpulan data dapat dengan cara wawancara,
observasi, kuesioner, dan angket. Data yang terkumpul dikualifikasikan, dianalisis,
3
menghemat biaya dan waktu jika banyak pekerjaan yang akan dianalisis
Mengumpulkan informasi analisis pekerjaan.
juga
memperhitungkan/meramalkan
perkembangan
uraian
pekerjaan,
besar/kecilnya
resiko
yang
dihadapi
pekerja,
sulit/mudahnya
3. Observasi
Observasi langsung khususnya bermanfaat nila jabatan-jabatan terutama terdiri dari
kegiatan yang dapat diobservasi secara fisik. Analisis jabatan akan dimulai dengan
proses pengumpulan data-data dari internal organisasi. Data-data yang biasanya
digunakan adalah dokumen visi misi perusahaan, dokumen peraturan perusahaan
atau
perjanjian
kerja
bersama,
dokumen
prosedur
operasi
yang
sudah
distandardisasikan, dan dokumen lain yang dapat memberikan histori jabatan yang
akan dianalisa. Selanjutnya analis jabatan (sebutan untuk orang yang melakukan
analisa jabatan) akan mempelajari dokumen tersebut dan menggali informasi
mengenai suatu jabatan. Setelah mendapatkan informasi dari data yang sudah ada,
analisis jabatan akanlangsungke lapangan mengadakan 1) Penyebaran questioner, 2)
Wawancara
dengan
pemangku
jabatan,
atasan,rekan,dan
bawahan, 3)
Observasi. Proses terjun di lapangan ini dilakukan untuk organisasi yang proses
bisnisnya sudah berjalan. Artinya sudah ada kegiatan yang dilakukan. Di lapangan
ini, analis jabatan akan menggali mengenai: tanggungjawab dan wewenang jabatan,
tugas-tugas yang dijalankan, prosedur standar dalam operasionalisasi, kendala dan
hambatan, pihak yang biasa terlibat dalam penanganan pekerjaan.
D. JOB DISCRIPTION
a. Definisi
Deskripsi pekerjaan merupakan produk yang pertama dan langsung dari proses
analisis pekerjaan, yaitu berupa pernyataan akurat dan ringkas tentang apa yang
diharapkan akan dilakukan oleh karyawan didalam pekerjaannya maupun tugas-tugas
yang dilaksanakan oleh pemangku jabatan
Garry Dessler (1997), deskripsi pekerjaan (job description) ialah suatu daftar tugas,
tanggung jawab, hubungan laporan, kondisi kerja, kepedulian atas tanggung jawab suatu
jabatan, serta produk dari analisis jabatan.
T. Hani Handoko (1988), deskripsi pekerjaan (job description) ialah suatu pernyataan
tertulis yang menguraikan fungsi, tugas-tugas, tanggung jawab, wewenang, kondisi kerja,
dan aspek-aspek pekerjaan tertentu lainnya.
Job description (uraian jabatan) merupakan dokumen formal organisasi yang berisi
ringkasan informasi penting mengenai suatu jabatan untuk memudahkan dalam
membedakan jabatan yang satu dengan yang lain dalam suatu organisasi. Uraian jabatan
tersebut disusun dalam suatu format yang terstruktur sehingga informasi mudah
dipahami oleh setiap pihak yang berkaitan di dalam organisasi. Pada hakikatnya, uraian
jabatan merupakan bahan baku dasar dalam pengelolaan SDM di organisasi, dimana
suatu jabatan dijelaskan dan diberikan batasan.Uraian pekerjaan (job descriptions) dan
uraian jabatan diketahui serta disusun berdasarkan informasi yang telah dihasilkan oleh
analisis pekerjaan. Uraian pekerjaan atau jabatan harus ditetapkan secara jelas untuk
setiap jabatan, supaya pejabat tersebut mengetahui tugas dan tanggung jawab yang harus
dilakukannya. Uraian pekerjaan akan memberikan ketegasan dan standar tugas yang
harus dicapai oleh seorang pejabat yang memegang jabatan tersebut. Uraian pekerjaan ini
menjadi dasar untuk menetapkan spesifikasi pekerjaan dan evaluasi pekerjaan bagi
pejabat yang memegang jabatan itu. Uraian pekerjaan yang kurang jelas akan mengakibatkan seorang pejabat kurang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya. Uraian
pekerjaan adalah informasi tertulis yang menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi
pekerjaan, hubungan pekerjaan, dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan tertentu
dalam organisasi. Uraian pekerjaan harus jelas dan persepsinya mudah dipahami, serta
menguraikan hal-hal berikut.
1. Identifikasi pekerjaan atau jabatan, yakni memberikan nama jabatan, seperti rektor,
dekan, dosen, dan kabag administrasi.
2. Hubungan tugas dan tanggung jawab, yakni perincian tugas dan tanggung jawab
secara nyata diuraikan secara terpisah agar jelas diketahui. Rumusan hubungan
hendaknya menunjukkan hubungan antara pejabat dengan orang lain di dalam
maupun di luar organisasi.
3. Standar wewenang dan pekerjaan, yakni kewenangan dan prestasi yang harus
dicapai oleh setiap pejabat harus jelas.
4. Syarat kerja harus diuraikan dengan jelas, seperti alat-alat, mesin-mesin, dan bahan
baku yang akan dipergunakan untuk melakukan pekerjaan tersebut.
5. Ringkasan pekerjaan atau jabatan, hendaknya menguraikan bentuk umum pekerjaan
dengan hanya mencantumkan fungsi-fungsi dan aktivitas utamanya.
6. Penjelasan tentang jabatan di bawah dan di atasnya, yaitu harus dijelaskan jabatan
dari mana si petugas dipromosikan dan ke jabatan mana si petugas akan
dipromosikan.
Uraian pekerjaan harus diuraikan secara jelas agar pejabat yang akan menduduki
jabatan tersebut mengetahui tugas, tanggung jawab, dan standar prestasi yang
dicapinya. Uraian pekerjaan harus menjadi dasar untuk menetapkan spesifikasi
pekerjaan, supaya pengisian jabatan didasarkan apa, baru siapa sehingga manajemen
dapat dihindari.
b. Manfaat Deskripsi Pekerjaan
1.Membantu menghindari ketidakpastian dan memberikan pemahaman atau penjelasan
tentang apa yang harus dikerjakan
2.Mengeliminasi gap maupun tumpang tindih (overlaping) tanggung jawab
atau
tidak
memiliki
tenaga
ahli
dalam
Job
Evaluation.
dalam pemberian obat, mengganti balutan, monitor infuse dan sebagainya. Prioritas
utama yang dikerjakan adalah pemenuhan kebutuhan fisik sesuai dengan kebutuhan
pasien dan kurang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan pasien secara holistic,
sehingga dalam penerapannya kualitas asuhan keperawatan sering terabaikan, karena
pemberi asuhan yang terfragmentasi.
Komunikasi diantara perawat sangat terbatas, sehingga tidak ada satu perawat yang
mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin kepala ruangan.
Hal ini sering menyebakan klien kurang puas dengan pelayanan asuhan keperawatan
yang diberikan, karena sering kali klien tidak mendapat jawaban yang tepat tentang halhal yang ditanyakan, dan kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan
perawat. Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mensupervisi.
Komunikasi antar staf sangat terbatas dalam membahas masalah pasien. Perawat
terkadang tidak mempunyai waktu untuk berdiskusi dengan pasien atau mengobservasi
reaksi obat yang diberikan maupun mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang
diberikan.
Pada model ini, kepala ruangan menentukan tugas setiap perawat dalam suatu ruangan
dan perawat akan melaporkan tugas-tugas yang dikerjakan kepada kepala ruangan.
Kepala ruangan bertanggung jawab dalam membuat laporan pasien. Dalam model
funsional ini, koordinasi antar perawat sangat kurang sehingga sering kali pasien harus
mengulang berbagai pertanyaan atau permintaan kepada semua petugas yang dating
kepadanya, dan kepala ruangan memikirkan setiap kebutuhan pasien secara
komprehensif. Informasi yang disampaikan bersifat verbal, yang sering kali terlupakan
karena tidak didokumentasikan dan tidak diketahui oleh staf lain yang memberikan
asuhan keperawatan. Dengan menggunakan model inin, kepal ruangan kurang
mempunyai sifat mempelajari cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan pasien atau
dalam mengevaluasi kondisi pasien dan hasil asuhan keperawatan, kecuali terjadi
perubahan yang sangat mencolok.
Orientasi model ini hanya pada penyelesaian tugas, bukan kualitas, sehingga
pendekatan secara holistic sukar dicapai. Model fungsional mungkin efisien dalam
menyelesaikan tugas-tugas bila jumlah staf sedikit, namun pasien selalu tidak mendapat
kepuasan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
Change
nurse
RN
Medication
nurse
RN
Treatment
nurse
Nursing
Asisstants
Bedside
care giver
Patien
terjadi
pertentangan
karena
masalah-masalah
pribadi,
semua
4. performing. Tahapan ini merupakan titik kulminasi ketika tim telah berhasil
membangun sistem yang memungkinkannya untuk dapat bekerja secara produktif
dan efisien. Pada tahap ini, keberhasilan tim dapat terlihat dari prestasi yang
ditunjukkan.
Setelah beberapa tahun menggunakan model fungsional, beberapa pimpinan
keperawatan (nursing leader) mulai mempertanyakan keefektifan model tersebut dalam
pemberian asuhan keperawatan profesional. Oleh karena adanyaberbagai jenis tenaga
dalam keperawatan diperlukan adanya suoervisi yang adekuat. Pada tahun 1950
dikembangkan Model Tim merupakan suatu model pelayanan asuhan keperawatan
Model Tim merupakan suatu model pembeian asuhan keperawatan keteika perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas,
1984).
Konsep model ini didasarkankepada falsafah bahwa sekelompok tenaga keperawatan
bekerja secara bersama-sama secara terkoordinasi dan kooperatif sehingga dapat
berfungsi secara menyeluruh dalam memberikan asuhan keperawatan kepada setiap
pasien. Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Selain itu,
setiap anggota tim merasakan keputusan karena diakui kontribusinya di dalam mencapai
tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi
setiap anggota tim saling komplementer menjadi satu kesatuan yang dapat menigkatkan
kemampuan kepemimpinan serta timbul rasa kebersamaan dalam setiap upaya
pemberian asuhan keperawatan, sehingga dapay menghasilkan sikap moral yang tinggi.
Head Nursing
Nursing Staf
Nursing Staf
Nursing Staf
Nursing Staf
Nursing Staf
Nursing Staf
(4-6 Patient)
(4-6 Patient)
(4-6 Patient)
dan mahasiswa adalah pemberi asuhan dirumah sakit dan lembaga ksehatan
umum.seiring pertumbuhan dirmah sakit selama tahun 1930-an sampai 1940.
Perawat
penanggung
jawab
Staf
keperawatan
Staf
keperawatan
Pasien/klien
Pasien/klien
Pasien/klien
Kerugian terbesar pemberian asuhan pasien total adalah perawat tidak cukup terlatih
atau di persiapkan untuk memberikan asuhan total kepada pasien. dalam sejarah awal
kepewaratan, hanya terdapat RN, saat ini terdapat berbagai asuhan keperawatan, banyak
di anataranya yang tidak memiliki lisensi dan pendidikan terbatas, melayani pasien.
selama masa kekeurangan tenaga keperawatan, banyak rumah sakit yang menugaskan
petugas perawatan kesehatan yang bukan RN untuk memeberikan sebagian besar asuhan
keperawatan tersebut.karena RN yang di tugaskan bersama mungkin mempunyai beban
pasien yang berat, kesempatan yang ada untuk melakukan pegawasan yang kecil.hal ini
yang berpotensi menimbulkan asuhan yang tidak aman.
J. MANAJEMEN KASUS
Model manajemen kasus merupakan generasi kedua dari model primary nursing.
Dalam model ini, asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan pandangan bahwa untuk
penyelesaian kasus keperawatan secara tuntas berdasarkan berbagai sumber daya yang
ada. Tujuan dari manajemen kasus adalah menetapkan pencapaian tujuan asuhan
keperawatan yang diharapkan sesuai dengan standar, memfasilitasi ketergantungan pasien
sesingkat mungkin, memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan keperawatan melalui
kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, pengembangan profesionalisme dan kepuasan
kerja, memfasilitasi alih ilmu pengetahuan.
Kerangka kerja dari model manajemen kasus adalah bahwa pasien masuk melalui
agency kesehatan, dan manajer mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam
prencanaan sampai dengan evaluasi pada episode tertentu tanpa membedakan pasien itu
berasal dari unit mana. Manajemen kasus menggunakan dua cara, yaitu case management
plan (CMP), yang merupakan perencanaan bersama dari masing-masing profesi
kesehatan, dan critical path diagram (CPD). CPD merupakan penjabaran dari CMP dan
mempunyai target waktu. Manajer mengevaluasi perkembangan pasien setiap hari, yang
mengacu pada tujuan asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. Bentuk spesifik dari
manajemen kasus ini bergantung pada karakteristik tatanan asuhan keperawatan.
Model kasus merupakan model pemberian asuhan yang pertama digunakan. Sampai
perang dunia kedua, model tersebut merupakan model pemberian asuhan keperawatan
yang paling banyak digunakan. Pada model ini, satu perawat akan memberikan asuhan
keperawatan kepada seorang pasien secara total dalam satu periode dinas atau sif. Jumlah
pasien yang dirawat oleh satu perawat sangat bergantung pada kemampuan perawat dan
kompleksnya masalah dan pemenuhan kebutuhan pasien. Dalam model kasus, perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan yang mencakup seluruh aspek keperawatan
yang dibutuhkan pasien.
Pada model ini, perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien
secara menyeluruh, sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap pasien
dengan baik, seingga pasien merasa puas dan merasakan lebih aman karena mengetahui
perawat yang bertanggung jawab atas dirinya. Dengan model ini, seluruh tenaga
keperawatan dituntut mempunyai kuakitas profesional dan membutuhkan jumlah tenaga
keperawatan yang banyak. Model ini sangat sesuai digunakan di ruangan rawat khusus
seperti rauang perawatan intensif, misalnya ruang ICCU, ICU, HCU, hemodialisis, dll.
primer, tugas tim keperawatan ini harus bersedia juga selama tugas gilir (shift) soremalam dan pada hari-hari libur, namun bertanggung jawab terbersar di pegang oleh
perawat profesional. Perawat profesional bertanggung jawab untuk membimbing dan
mendidik
perawat
non-profesional
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan.
Konsekuensinya, peran perawat profesional dalam model modular ini lebih sulit
dibanding perawat primer.
Model modular merupakan gabungan dari model tim dan primary model. Untuk
metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil, dan memilki kemampuan
kepemimpinan. Pada model ini, idealnya diterapkan 2-3 perawat untuk 8-12 orang klien..
Perawat C
Patien
t (813)
Perawat A
Perawat B
mempunyai 4-6 pasien dan bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan, namun
mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dnegan
lembaga sosial masyarakat, membuat jadwal perjanjia klinik, mengadakan kunjungan
rumah, dan lain-lain. Dengan diberikannya kewenangan tersebut, primary nurse dituntut
mempunyai akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan. Primary
nurse berperan sebagai advokat pasien terhadap birokrasi rumah sakit. Kepuasan yang
dirasakan pasien dalam model primer adalah bahwa pasien merasa dimanusiawikan
karena pasien terpenuhi kebutuhannya secara individual dengan asuhan keperawatan yang
bermutu dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap pengobatan dukungan proteksi,
informasi, dan advokasi.
Kepuasan yang dirasakan oleh primary nurse adalah tercapainya hasil berupa
kemampuan yang tinggi terletask pada kemampuan supervisi. Staf medis juag merasakan
kepuasannya dengan model primer ini, karena senantiasa informasi tentang kondisi pasien
selalu mutakhir dan laporan pasien komprehensif, sedangkan pada model fungsional dan
tim informasi, diperoleh dari beberapa perawat.
Untuk pihak rumah sakit, keuntungan yang dapat diperoleh adalah rumah sakit tidak
perlu mempekerjakan terlalu banyak tenaga yang ada harus berkualitas tinggi. Dalam
menetapkan individu untuk menjadi primary nurse, diperlukan kehati-hatian karena
beberapa kriteria berikut, diantaranya dalam menetapkan kemampuan asertif, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,
akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu.
Di negara maju, pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai primary nurse adalah
seorang clinical specialist yang mempunyai kualifikasi master. Berdasarkan hasil
penelitian, model primer dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan bila
dibandingkan dengan model tim. Hal ini dikarenakan perawat mampu bertanggung jawab
dan bertanggung gugat, sehingga perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan
dilaksanakan oleh seorang PN saja. Jumlah pasien yang menjadi jangkauan observasi
setiap perawat hanya 4-6 pasien. Hal ini memungkinkan PN mampu memberikan
pelayanan yang optimal, bila dibandingkan dengan 10-20 orang pada setiap tim. Perawat
primer bertanggung jawab 24 jam, sehingga PN mampu mengobservasi kemajuan dari
setia pasein. Rencana pulang pasien dapat diberikan lebih awal. Rencana keperawatan dan
rencana medik dapat berjalan paralel.
Associate
nurse
(evenings
)
Associate
nurse
(nights)
Associate
nurse
(Days)
Primary
nurse
Physichia
n
Patients /
client
Hospital
resources
Change
Nurse
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengorganisasian pada dasarnya merupakan proses pengalokasian sumber daya yang
dimiliki oelh organisasi berdasarkan suatu desain organisasi tertentu. Desain organisasi
menggambarkan suatu struktur organisasi tertentu. Terdapat empat pilar utama dalam
melakukan proses pengorganisasian yaitu pembagian kerja, penentuan relasi antarbagian
dalam organisasi, serta penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktivitas
antarbagian dalam organisasi atau koordinasi.
Terdapat lima pendekatan dalam melakukan departementalisasi dalam desain
organisasi. Kelima pendekatan tersebut adalah dalam mendesain organisasi, khususnya
dalam proses departementalisasi, beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh
organisasi yaitu pendekatan berdasarkan fungsional, berdasarkan jenis pelayanan,
berdasarkan pelanggan, berdasarkan tempat, dan berdasarkan matriks. Prinsip-prinsip
pengorganisasian dalam manajemen keperawatan yaitu pembagian kerja, pendelegasian
kerja, pendelegasian tugas, koordinasi, manajemen waktu.
B. SARAN
Mengingat pentingnya pengorganisasian dan model metode asuhan keperawatan
dalam manajemen keperawatan maka suatu kewajiban dari tim keperawatan maupun
mahasiswa untuk memiliki pemahaman yang lengkap dan mendalam. Demikianlah
makalah yang telah kami selesaikan. Semoga bermanfaat. Kritik dan saran senantiasa
kami harapkan untuk bisa lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Marquis, Bessie L. 2010. Kepemimpinan Dan Keperawatan Teori dan Aplikasi Edisi 4.
Jakarta : EGC.
Simmamora, Roymond H. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta : EGC.
Swansburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk
Perawat Klinis. Jakarta : EGC