Anda di halaman 1dari 8

Jenis Bahaya dan Kecelakaan dalam

Laboratorium
Jenis-jenis bahaya yang sering menimbulkan kecelakaan dalam laboratorium kimia
adalah :
Keracunan
Keracunan sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia beracun atau
toksik, seperti ammonia, karbon monoksida, benzene, kloroform, dan
sebagainya. Keracunan dapat berakibat fatal ataupun gangguan kesehatan.
Yang terakhir adalah yang lebih seringterjadi baik yang dapat diketahui dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh jangka panjang seperti
pada penyakit hati, kanker, dan asbestois, adalah akibat akumulasi
penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah kecil tetapi terus-menerus.
IritasiIritasi sebagai akibat kontak bahan kimia korosif seperti asam sulfat,
asamklorida, natrium hidroksida, gas klor, dan sebagainya. Iritasi dapat
berupa luka atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan dan mata.
Kebakaran dan Luka Bakar
Kebakaran dan luka baker sebagai akibat kurang hati-hati dalam menangani
pelarut-pelarut organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alcohol,
dan sebagainya.Hal yang sama dapat diakibatkan oleh peledakan bahanbahan reaktif seperti peroksida dan perklorat.
Luka Kulit
Luka kulit sebagai akibat bekerja dengan gelas atau kaca. Luka sering terjadi
padatangan atau mata karena pecahan kaca.

Bahaya lainnya yang terjadi di


laboratorium
Seperti sengatan listrik, keterpaan pada radiasi sinar tertentu dan pencemaran
lingkungan. Jadi jelas bahwa laboratorium kimia mengandung banyak potensi
bahaya, tetapi potensi bahaya apapun sebenarnya dapat dikendalikan sehingga
tidak menimbulkan kerugian. Suatu contoh, bahan bakar bensin dan gas cair
mempunyai potensi bahaya kebakaran yang amat besar. Tetapi dengan penanganan
dan pengendalian yang baik,transportasi jutaan ton setiap hari adalah hal biasa.
Demikian pula dalam produksi dan penggunaan pestisida yang mempunyai potensi
racun, hanya menimbulkan malapetaka apabila salah penanganan atau karena
kecerobohan.
Sumber sumber Bahaya dalam Laboratorium
Secara garis besar, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yakni :
1.
Bahan-bahan kimia yang berbahaya yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara
penanganan, dan cara penyimpanannya.Contohnya: bahan kimia beracun, mudah
terbakar, eksplosif, dan sebagainya.
2.
Teknik percobaan yang meliputi pencampuran bahan distilasi, ekstraksi, reaksi
kimia, dansebagainya.
3.
Sarana laboratorium yakni gas, listrik, air, dan sebagainya.
Ketiga sumber tersebut diatas saling berkaitan, tetapi praktis potensi bahaya
terletak pada keunikan sifat bahan kimia yang digunakan. Masing-masing sumber
beserta keterkaitannya perlu dipahami lebih detail agar dapat memperkirakan
setiap kemungkinan bahaya yang mungkin terjadi sehingga mampu mencegah atau
menghindarinya.Selain itu, perlu pula dipahami tentang alat pelindung diri serta
cara penanggulangannya bila terjadi kecelakaan.
Penanganan Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat kerja yang berpotensi timbul kecelakaan. Meski
kecelakaan kecil dan ringan, tetaplah merupakan kecelakaan yang bisa jadi
menimbulkan efek yang lebih besar.
Sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan bisa dari bahan kimia,
bahan biologis, radiasi, aliran listrik, dan lainnya. Semua itu bisa membuat efek
yang tidak diinginkan seperti keracunan, iritasi, ledakan hingga kebakaran.
Berikut ini merupakan tips cara penanganan awal sebagai pertolongan pertama
(P3K) pada kecelakaan di Laboratorium kimia :
Luka bakar akibat zat kimia
Terkena larutan asam
1. kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus

2. dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya


3. Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3
4. kemudian cuci lagi dengan air
5. Keringkan dan olesi dengan salep levertran.
Terkena logam natrium atau kalium
1. Logam yang nempel segera diambil
2. Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit
3. Netralkan dengan larutan 1% asam asetat
4. Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas
steril atau kapas yang telah dibasahi asam pikrat.
Terkena bromin
1. Segera dicuci dengan larutan amonia encer
2. Luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3.
Terkena phospor
1. Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya
2. Kemudian cuci dengan larutan 3% CuSO 4.
3.
Luka bakar akibat benda panas
1. Diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran
2. Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa
nyeri agak berkurang.
Luka pada mata
Terkena percikan larutan asam

Jika terkena percikan asam encer,


Mata dapat dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus
Dicuci dengan larutan 1% Na2C3

Terkena percikan larutan basa

Dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus

Dicuci dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata


Keracunan
Keracunan zat melalui pernafasan
Akibat zat kimia karena menghirup Cl2, HCl, SO2, NO2, formaldehid, ammonia.
Menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut, kemudian pindahkan korban
ke tempat yang berudara segar.
Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan dengan cara
menekan bagian dada atau pemberian pernafasan buatan dari mulut ke mulut
korban
Jika terjadi kecelakaan laboratorium, sebaiknya segera menghubungi Badan
Layanan/personel seperti :
Biological Safety Officer
Pejabat laboratorium
Engineering/Water/Gas/Electrical
Satpam

SOP PEMANTAPAN MUTU INTERNAL


Pengertian:
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar
diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan untuk mengendalikan mutu analisisnya setiap hari.
Tujuan:

1)Memantapkan

dan

menyempurnakan

metode

pemeriksaan

dengan

mempertimbangkan aspek analitik dan klinis ;


2) Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga tidak terjadi mengeluarkan hasil yang
salah dan perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera ;
3) Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan
spesimen, pengiriman spesimen, penyimpanan serta pengolahan spesimen sampai
dengan pencatatan dan pelaporan hasil telah dilakukan dengan benar ;
4) Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya :
5) Membantu perbaikan pelayanan pasien melalui peningkatan PMI.
Kebijakan:

Referensi:

Prosedur
1. Tahap pra-analitik
1. Formulir permintaan pemeriksaan
Formulir permintaan pasien sudah diisi lengkap formulir pasien yang isi nama
dengan umur, tetapi alamat pasien bisa dilihat dari jenis formulir yang dibawa.
2. Persiapan Pasien
Persiapan pasien untuk disampling sudah baik, persiapan pasiennya untuk
pemeriksaan gula darah puasa pasien diminta untuk puasa selama 8-12 jam,
untuk pengambilan 2 JPP, pasien diperbolehkan untuk makan dan minum dan
kembali ke lab 2 jam kemudian.
3. Pengambilan dan Penerimaan Sampel
a. Pengambilan Sampel, pengambilan sampel di ruang sampling berkisar dari
pukul 08.00-12.00, tidak dilakukan pengambilan sampel ke ruangan

b. Penerimaan Sampel, Penerimaan sampel selama 24 jam, Pasien rawat inap.


Jika pada sampel yang diterima ada gumpalan atau lisis, sampel tersebut tidak
diperiksa dan petugas laboratorium meminta sampel baru.
4. Penanganan Spesimen
a. Sampel Darah
Sampel darah sudah diberlakukan dengan baik, untuk pemeriksaan darah
lengkap digunakan tabung dengan tutup ungu untuk menampung sampel darah,
pemeriksaan kimia klinik digunakan tabung tutup merah dan untuk pemeriksaan
glukosa darah digunakan tabung tutup abu-abu.
b. Sampel Urin
Penangan sampel diberlakukan cukup baik, pemeriksaan urine
c. Sampel Dahak
Pengolahan sampel dahak sudah baik, pembuatan preparat BTA sudah
disesuaikan dengan teknik pembuatan preparat yang baik.
5. Kondisi Penyimpanan Sampel
Kondisi penyimpanan sampel sudah dilakukan dengan baik. Penyimpanan
dilakukan pada suhu 6-80C. Kebanyakan Sampel yang datang langsung diperiksa,
jarang ada sampel yang disimpan kecuali untuk pemeriksaan tertentu.
6. Penanganan specimen untuk pemeriksaan khusus
Penanganan specimen sudah baik, untuk pemeriksaan khusus seperti
pemeriksaan kimia klinik digunakan tabung tutup merah untuk menampung
specimen darah. Untuk pemeriksaan darah lengkap digunakan tabung tutup ungu
dengan EDTA agar darah tidak menggumpal.
7. Kondisi pengiriman sampel sudah baik
8. Persiapan Sampel untuk analisa
a. Kondisi sampel sudah memenuhi syarat
b. Volume Sampel
c. Identitas Sampel
2. Tahap Analitik
a. Persiapan Reagen/ media
1. Reagen/ media sudah memenuhi syarat, masa kadaluarsanya tidak terlampaui.
2. Cara pelarutan reagen sudah benar, sudah sesuai dengan petunjuk yang
tertera pada reagen.
3. Cara pengenceran sudah benar, sesuai dengan petunjuk yang tercantum pada
alat.
4. Pelarut akuades sudah memenuhi syarat.
b. Pipetasi reagen dan sampel
1. Peralatan
Semua peralatan sudah bersih dan diautoklaf khususnya untuk tabung reaksi,
beaker gelas.
2. Pipet
Pipet yang digunakan cukup baik, tidak ada yang rusak. Tetapi pipet-pipet yang
digunakan tidak dikalibrasi, karena keterbatasan dana.
3. Pipetasi
Pipetasi yang dilakukan sudah benar
4. Prosedur
Prosedur pemeriksaan di laboratorium sudah cukup baik. Hampir semua

pemeriksaan dilakukan sesuai dengan prosedur, kecuali pada pemeriksaan widal.


Tidak dilakukan pengenceran, dan hanya menggunakan 5 antisera. hanya dilihat
aglutinasinya, semakin kuat aglutinasi yang terjadi semakin tinggi titernya.
c. Inkubasi
Inkubasi yang dilakukan sudah baik. Suhu dan waktu inkubasi sudah memenuhi
syarat. Suhu inkubasi dilakukan pada suhu 370C.
d. Pemeriksaan
Alat-alat pemeriksaan berfungsi dengan baik. Kalibari alat sudah dilakukan,
sebelum digunakan alat-alat pemeriksaan harus dilakukan control. Hasil
pemeriksaan dengan alat sudah baik.
3. Tahap Pasca Analitik
a. Pemeriksaan hasil
Pemeriksaan hasil pada penghitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian
sudah benar.
b. Pelaporan Hasil
1. Form hasil bersih
Form hasil langsung dari cetakan hasil pemeriksaan pada alat
2. Tulisan
Tulisan sudah jelas, karena diketik.
3. Kecendrungan hasil pemeriksaan (hasil abnormal)
Hasil abnormal pada pemeriksaan laboratorium terjadi karena sampel darah
pasien memang bermasalah dan pasien menderita penyakit tertentu
Terkait

SOP PELAYANAN DI LUAR JAM KERJA


PENGERTIAN:
Pelayanan diluar jam kerja adalah pelayanan laboratorium untuk memenuhi
kebutuhan pasien diluar jam kerja
TUJUAN:
Tercapainya pelayanan laboratorium dengan mutu cakupan dan efesiensi yang
optimal melalui pelayanan laboratorium diluar jam kerja.
KEBIJAKAN:

REFERNSI:

PROSEDUR:
1. Dokter menulis dan memberikan jenis pelayanan laboratosium yang
dilakukan oleh petugas laboratorium.
2. Petugas laboratorium mengambil sampel pasien yang akan diperiksa.
3. Petugas laboratorium melakukan pemeriksaan sampel sesuai instruksi dokter
yang telah diberikan sesuai jenis pelayanan laboratorium apa yang akan
dilakukan
4. Hasil pemeriksaan laboratorium diberikan kepada dokteruntuk ditindak
lanjuti.

TERKAIT:
Poli KIA, rawat inap, rawat jalan

Anda mungkin juga menyukai