Oleh :
Muhammad Darussalam Teguh
12/331585/PN/12696
Program Studi Ilmu Tanah
Dosen Pembimbing : Dr. Agr. Cahyo Wulandari, SP., MP
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini di Indonesia lahan pertanian tanaman pangan mengalami
penyempitan akibat konversi lahan menjadi lahan non pertanian seperti
pemukiman, industri, transportasi, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat
menjadi dasar pentingnya ekstensifikasi pertanian dengan pemanfaatan
lahan marginal seperti lahan pasir pantai.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang berjumlah sekitar 17.508 pulau,
mempunyai wilayah pantai cukup luas dengan aneka manfaat bagi kehidupan
manusia maupun bagi penyangga antara ekosistem darat dan laut. Bentuk
lahan wilayah pantai terdiri atas wilayah pantai berlumpur, wilayah pantai
berpasir.
Mengingat masalah tersebut, salah satu alternatif yang dapat dilakukan
adalah perluasan areal pertanian ke arah lahan marjinal. Lahan marjinal
merupakan lahan yang bermasalah dan mempunyai faktor pembatas
tinggi untuk tanaman. Salah satu lahan marjinal yang memiliki potensi
tinggi untuk dikembangkan di Indonesia adalah lahan pantai, sebab
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beribu-ribu pulau
sehingga memiliki pantai yang sangat luas. Indonesia memiliki panjang
garis pantai mencapai 106.000 km dengan potensi luas lahan 1.060.000
ha, secara umum termasuk lahan marginal. Berjuta-juta hektar lahan
marginal tersebut tersebar di beberapa pulau, prospeknya baik untuk
pengembangan pertanian namun sekarang ini belum dikelola dengan
baik. Lahan pantai memiliki beberapa kendala apabila akan digunakan
sebagai lahan pertanian antara lain lahannya yang berupa pasir, kesuburan
tanahnya yang rendah, intensitas cahaya matahari yang tinggi dan
kecepatan angin yang tinggi.
Usaha di bidang budidaya pertanian pada awalnya/umumnya dilaksanakan
pada lahan yang tidak mempunyai karakteristik keterbatasan prasyarat
budidaya pertanian atau lahan yang sesuai dengan kebutuhan lahan usaha
tani. Nampaknya makin hari lahan yang tersedia bagi usaha tani makin
terbatas sebagai lahan yang sesuai harapan bertani. Mengingat luasnya lahan
kawasan pantai di Indonesia, perlu ada pemikiran yang jitu dalam
memanfaatkan lahan kawasan pantai bagi usaha budidaya pertanian. Kawasan
pesisir menjadikan alternatif bagi usaha budidaya pertanian dengan segala
konsekuensi agar keterbatasannya dapat teratasi dengan input teknologi.
Lahan pantai memiliki berberapa kendala apabila akan digunakan sebagai
lahan pertanian antara lain lahannya yang berupa pasir, kesuburan tanahnya
yang rendah, intensitas cahaya matahari yang tinggi dan kecepatan angin
yang tinggi. Untuk itu dibutuhkan suatu teknologi (manipulasi) lahan agar
lahan pantai dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Dalam jangka
panjang, pengembangan lahan pertanian di lahan marjinal untuk lahan
pertanian diharapkan dapat memecahkan masalah ketahanan pangan.
B. Tujuan
1. Mengetahui proses terbentuknya endapan pasir di pesisir Selatan Jawa,
khusus Pantai Bugel, Kulonprogo.
2. Mengetahui kondisi lahan pasir Pantai Bugel.
3. Mengetahui manipulasi lahan agar dapat dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian.
II. PEMBAHASAN
ketika sungai mencapai hilir yaitu Samudra Hindia. Proses yang menyebabkan
endapan pasir besi di Kulon Progo tersebar di sepanjang pantai tentunya adalah
akibat gelombang dari Samudra Hindia yang kuat. Gelombang menghempaskan
partikel-partikel endapan ke pantai kemudian air membawa partikel-partikel
ringan kembali sehingga terpisah dari partikel berat. Mineral-mineral yang
mengandung Fe seperti magnetit, hematit, ilmenit, biotit, olivin, hornblend, dan
piroksen termasuk partikel berat sehingga mineral-mineral tersebut akan
terendapkan di pantai membentuk pasir besi dengan mineral lain seperti
corundum, kuarsa, dan vanadium.
2007). Hasil analisis sifat fisika dan kimia tanah pasir pantai Bugel, Kulon
Progo, D.I. Yogyakarta tercantum pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis sifat fisika dan kimia tanah pasir pantai Bugel, Kulon
Progo, D.I. Yogyakarta
No
Sifat-sifat tanah
Nilai besaran/harkat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
> 95
9.
<3
<3
Pasir
Analisis tanah pasir pantai menunjukkan bahwa tanah ini didominasi oleh
fraksi pasir (> 95%), sedang fraksi debu dan lempung masing-masing di bawah
3%. Bahan organik tanah pasir sangat rendah (<1%) dan sebagai konsekuensinya
tanah ini mempunyai sifat menyangga ion (unsur hara) dan kemampuan
menyekap air juga rendah (KPK 4,0 - 5,0 cmol/kg). Kandungan N-total 0,050,08%, P total 100 - 150 ppm, Ca-tersedia 0,2 - 0,6 cmol/kg, K-tersedia 0,09 0,2 cmol/kg, Mg-tersedia 0,2-0,6 cmol/kg, dan DHL sangat rendah yakni 0,07
- 0,22. Di samping itu, tanah pasir memiliki sifat fisik sebagai berikut:
tekstur pasir, struktur butiran sampai kersai, drainasi baik, konsistensi lepas lepas, permeabilitas sangat cepat (150 cm/jam), berat volume 1,58 mg/m3,
kapasitas lapangan 2,3 - 4,10%, titik layu permanen 0,75 - 1,05%, lengas tersedia
1,55 - 3,05%, pori makro 20,32% dan pori mikro 2,04% (Yudono et al.,
2002 cit. Kastono 2007).
Tanah pasir pantai merupakan tanah muda (baru) yang dalam klasifikasi
USDA termasuk ordo Entisol pantai, tepatnya subordo Psamment dan grup
Udipsamment (Soil Survey, 1998). Udipsamment pada umumnya belum
aliran air dalam tanah 250 kali lebih tinggi dibanding tanah lempung. Hal itu
dapat diatasi dengan memberi lapisan kedap air seperti bentonit dan vertisol atau
tanah lempung.
Dalam Yuwono (2009) dijelaskan bahwa lahan pasir pantai merupakan lahan
marjinal dengan ciri-ciri antara lain tekstur berupa pasiran, struktur lepas-lepas,
kandungan hara rendah, kemampuan menukar kation rendah, daya menyimpan air
rendah, suhu tanah di siang hari sangat tinggi, kecepatan angin, dan laju evaporasi
sangat tinggi. Kemudian upaya untuk perbaikan sifat-sifat tanah dan lingkungan
mikro sangat diperlukan, antara lain misalnya dengan penyiraman yang teratur,
penggunaan mulsa penutup tanah, penggunaan pemecah angin (wind breaker),
penggunaan bahan pembenah tanah, penggunaan lapisan kedap, dan pemberian
pupuk (baik organik maupun anorganik). Adanya penambahan lempung, pupuk
kandang, juga jerami membuat air yang disiramkan menjadikan tanah pasir yang
awalnya sangat porus menjadi lebih mampu menahan air.
Dalam pembudidayaan tanaman di lahan pasir pantai perlu diusahakan
agar kondisi lingkungan tetap terjaga, meskipun kondisi fisik lahan pasir
tersebut diharapkan kualitasnya meningkat. Pupuk organik per satuan berat
biasamya memiliki kandungan hara yang lebih rendah dibandingkan pupuk
anorganik. Oleh karena itu, perakitan varietas unggul spesifik lahan pasir pantai
yang efisien hara berbasis pupuk organik merupakan langkah yang sangat tepat.
Peluang pemanfaatan teknologi di lahan kawasan pesisir diantaranya
berupa teknologi perbaikan sifat fisik, kimiawi dan organisme tanah agar interaksi
tanah air tanaman dapat terwujud dengan baik. Wujud teknologi lain adalah
interaksi antara tanaman dan atmosfir, karena di lahan kawasan pantai yang perlu
mendapatkan perhatian adalah tersedianya cukup energi matahari dan energi angin
(Gunadi, 2002).
Menurut Shiddieq, dkk., (2007), beberapa usaha agar budidaya sayuran
dapat dilaksanakan di lahan marjinal pasiran pantai Kulon Progo, petani harus
dapat mengatasi permasalahan yang ada di lahan pasir pantai yaitu dengan cara,
1) Membuat pematah angin dengan menanam cemara udang, glireside, atau
membuat pagar dari daun kelapa, bertujuan untuk mengurangi kecepatan angin
dan kadar garam serta memperbaiki iklim mikro yang mempunyai arti penting
Bentuk cekung bertujuan agar air hujan atau penyiraman masuk ke dalam
tanah. Penggunaan mulsa ini sangat penting dilahan pantai karena dapat
menghemat lengas tanah sehngga kebutuhan lengas untuk tanaman
terutama pada musim kemarau diharapkan dapat tercukupi. Dari hasil
penelitian pemberian mulsa glerecidea dan jerami padi sebanyak 20-30
ton dapat meningkatkan hasil pada tanaman jagung di lahan pantai, selain
itu pemberian mulsa berupa pangkasan tanaman ternyata juga lebih efektif
sebagai mulsa dibandingkan dengan pemberian pupuk hijau (Putri, 2011).
2. Pemberian bahan organik
Bahan organik yang dapat diberikan di lahan pasir pantai dapat berupa
pupuk kandang (sapi, kambing/domba dan unggas), kompos, pupuk hijau,
dan blotong. Pemberian bahan organik dapat dilakukan dengan cara
mencampur bahan organik ke dalam tanah atau pemberian bahan organik
di permukaan tanah di sekitar tanaman. Bahan organik dapat diberikan
ke lahan dalam kondisi sudah matang atau mentah.
dari proses klarifikasi nira tebu. Blotong mempunyai potensi yang besar
sebagai pupuk organik karena disamping berfungsi sebagai sumber hara
yang cukup lengkap, juga dapat membantu memperbaiki sifat-sifat tanah.
Blotong juga dapat membantu meningkatkan aktivitas mikrobia tanah,
terutama pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik rendah.
Penambahan blotong ke dalam tanah akan meningkatkan jumlah C
organik dalam tanah (Triwahyuningsih, 1997).
Blotong atau dikenal dengan sebutan filter press mud secara
umum mempunyai bentuk berupa serpihan serat-serat tebu yang mempunyai
komposisi humus, N-total, C/N, PIO3, KIO, CaO, dan MgO3 cukup baik
untuk dijadikan bahan pupuk organik. Blotong dapat memperbaiki fisik
tanah, khususnya meningkatkan kapasitas menahan air, menurunkan laju
pencucian hara dan memperbaiki drainase tanah (Santoso et al.,2003 cit.
Kurniawan 2009).
3. Penggunaan bahan-bahan halus
semen. Lapisan kedap dibuat dengan cara menggali tanah terlebih dahulu
kemudian lapisan dihamparkan, selanjutnya diatas lapisan kedap diberi tanah.
Dampak positif adanya penambahan bahan-bahan tersebut adalah (a)
struktur tanah pasir dapat berubah membentuk agregat tanah yang mampu
meningkatkan daya simpan lengas dan hara yang dibutuhkan tanaman, serta
meningkatkan aktivitas populasi mikrobia tanah yang menguntungkan
tanaman, (b) menekan laju evapotranspirasi dan memperbaiki porositas tanah,
(c) meningkatkan produksi tanaman dan pendapatan petani terutama dengan
adanya penghematan biaya tenaga kerja dan bahan bakar untuk penyiraman
(Kastono, 2007).
5. Penggunaan Pemecah Angin
dan
lumpur
sosial para warganya, jangan sampai cara-cara budidaya yang ada bertentangan
dengan adat istiadat warga sekitarnya (Putri, 2011).
E. Hasil Budidaya Tanaman Hortikultura di Pantai Bugel
Menanam tanaman hortikultura di lahan pasir pantai banyak
dipraktekkan di pantai selatan Yogyakarta, sekitar pantai Bugel. Komoditas
pertanian yang telah dikembangkan di kawasan pasir pantai selatan antara
lain bawang merah, cabai, sawi, bayam, kol, buah naga, semangka, melon,
dan pepaya. Hasil penelitian menunjukkan adanya pendapatan yang
menguntungkan dari beberapa komoditas lokal misalnya padi, kacang tanah,
jagung, ubikayu, juga sawi hijau. Produktivitas bawang merah di lahan pantai
Bugel mencapai 13,96 ton/ha/musim tanam, sedangkan di lahan sawah mencapai
20,27 ton/ha/musim tanam. Sehingga usaha budidaya sayuran di lahan pasir
pantai berdampak pada perubahan status sosial ekonomi masyarakat lebih baik.
Gumuk pasir berasal dari vulkanik merapi yang dalam proses alamiah
menjadi pasir, terbawa arus sungai sampai ke laut, menepi karena mengikuti
arus ombak, kemudian dengan bantuan angin pasir-pasir hitam itu menyebar
di daratan dan pada akhirnya memenuhi seluruh pantai di wilayah Kabupaten
Bantul dan Kulon Progo. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun.
Salah satu fungsi gumuk pasir adalah memperlambat/melenyapkan laju
air bah karena air tersebut terserap oleh pasir bila terjadi air laut pasang atau
tsunami. Gumuk pasir memiliki fungsi ekologis yang penting, misalnya untuk
mencegah intrusi atau peresapan air laut ke lapisan air tanah. Hal itu sudah
terbukti ketika pada bulan Juli tahun 2006 terjadi gempa dan tsunami dari
Pangandaran, tsunami tersebut sampai ke kawasan pantai Parangtritis, akan
tetapi air tsunami tidak sampai desa karena adanya gumuk pasir tersebut.
III.
KESIMPULAN
1. Lahan pasir pantai merupakan lahan yang mempunyai tanah bertekstur pasir,
struktur berbutir tunggal, daya simpan lengasnya rendah, status kesuburannya
rendah, evaporasi tinggi, dan tiupan angin laut kencang.
2. Proses yang menyebabkan endapan pasir besi di Kulon Progo tersebar di
sepanjang pantai berasal dari endapan vulkanik gunung Merapi yang terbawa
aliran sungai dan terhempas oleh gelombang dari Samudra Hindia yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Dampak Negatif Penggunaan Pupuk Kimia Pabrik.
<http://pengaruh-pupuk.blogspot.com/2013/03/dampak-negatifpenggunaan-pupuk-kimia.html> Diakses pada 23 Juni 2015.
Darmawidjaya, Isa. 1992. Klasifikasi Tanah. Balai Penelitian Teh dan Kina.
Dariah A. 2007. Bahan Pembenah Tanah : Prospek dan Kendala
Pemanfaatannya . Sinar Tani edisi 16 Mei 2007, Jakarta.
Gunadi, Sunarto. 2002. Teknologi Pemanfaatan Lahan Marjinal. Jurnal
Tekonologi Lingkungan 3 : 232-236.
Kastono, D., D. Shiddeq., Tohari., Endang dan Saparso. 2007. Pengaruh
Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah Edisi Kedua. Balai Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Strijke, D. (2005) Marginal lands in Europe-causes of decline. Basic and Applied
Ecology 6 : 99 - 106.
Triwahyuningsih, N. 1997. Pengaruh pemberian pupuk organik blotong terhadap
pertumbuhan akar dan hasil jagung (Zea mays, L) pada tanah pasir
pantai. Agr UMY 5 (3) : 1-5.
Wijaya, Surya. 2015. Gumuk Pasir, Apakah Nilai Manfaat Lebih Baik Dari Nilai
Aset?. <http://secangkircoklatkopi.blogspot.com/2015/04/gumuk-pasirapakah-nilai-manfaat-lebih.html> Diakses pada 23 Juni 2015.
Yuwono, N.W. 2009. Membangun Kesuburan Tanah di Lahan Marginal. Jurnal
Ilmu Tanah dan Lingkungan 9 (2) : 137-141.
LAMPIRAN
PERTANYAAN
1. Hani Farah Adiba
Dalam penggunaan bahan pembenah dengan memanfaatkan skim lateks.
Bagaimana pemberian skim lateks pada lahan pasir pantai?
Jawab.
Skim lateks merupakan lembaran karet yang sangat tipis dimanfaatkan pada
lahan pasir pantai yang berfungsi untuk menahan air atau sebagai lapisan
kedap, sehingga air tidak cepat masuk kedalam tanah akibat infiltrasi yang
cepat, mengingat lahan pasir pantai yang bersifat porus. Pemberian skim lateks
dapat dilakukan dengan menggali lahan pasir pantai hingga kedalaman 45 cm,
kemudian skim lateks yang berupa lembaran tadi di masukan pada lahan yang
telah digali, kemudian ditutup kembali dengan pasir.
2. Fajar Dwi Cahyoko
Dalam manipulasi lahan pasir pantai untuk lahan pertanian, digunakan bahan
organik. Bagaimana pengaplikasian bahan organik di lahan pasir pantai Bugel?
Jawab.
Bahan organik yang diberikan pada lahan pasir pantai dapat berupa pupuk
kandang, kompos, serta endapan lumpur sungai atau waduk. Kebutuhan bahan
organik pada lahan pasiran lebih banyak dari lahan konvensional. Pemberian
bahan organik dilahan pasir pantai yaitu sekitar 15 20 ton/Ha. Penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sebanyak 20 ton/Ha dapat
menekan penggunaan NPK menjadi 200 kg/ ha.
3. Jonathan De Santo
Dalam penggunaan bahan pembenah, memanfaatkan lempung serta bentonit.
Berapa kombinasi lempung dan bentonit yang diberikan ke lahan pasir pantai?
Jawab.
Lempung merupakan bahan pembenah yang sangat penting dalam
pemanfaatan lahan pasir pantai sebagai lahan pertanian. Lempung yang
diberikan merupakan lempung tipe 2:1 yang berupa montmorillonit seperti
pada tanah vertisol. Pemberian bentonit pada lahan pasir pantai dapat
dilakukan dengan mencampur bentonit tersebut dengan pasir dengan
perbandingan Bentonit : pasir sebesar 15% : 85%, yang dibenamkan pada tanah
dengan tebal sekitar 2 cm.
4. Hendri Yuda Winanto
Mekanisme residu pupuk anorganik terutama pupuk N pada lahan pasir pantai?
Jawab.
Residu pupuk kimia anorganik di dalam tanah ini mengakibatkan terhambatnya
proses dekomposisi secara alami oleh mikrobia di dalam tanah. Hal ini
dikarenakan sifat bahan kimia anorganik yang lebih sukar terurai daripada sisa
bahan organik. Pupuk anorganik mengalami leaching atau pelindian yang
sangat besar di lahan pasir pantai, sehingga akan menyebaban pencemaran
pada air di lahan pasir pantai, dan membuat mikrobia akan mati akibat dari