keperluan perdagangan di dalam negeri maupun di luar negeri, tidak lagi memilih
mempergunakan pembayaran dengan uang.
Orang menginginkan segala sesuatunya bersifat praktis dan aman,
khususnya dalam lalu lintas pembayaran. Artinya orang tidak mutlak lagi
menggunakan alat pembayaran berupa uang, melainkan cukup dengan
menerbitkan surat berharga baik sebagai alat pembayaran kontan maupun sebagai
alat pembayaran kredit.
Praktis artinya dalam setiap transaksi, para pihak tidak perlu membawa
mata uang dalam jumlah yang besar sebagai alat pembayaran, melainkan cukup
dengan mengantongi surat berharga saja. Aman artinya tidak semua orang yang
tidak berhak dapat menggunakan surat berharga itu, karena pembayaran dengan
surat berharga memerlukan cara-cara tertentu. Sedangkan jika menggunakan mata
uang, apalagi dalam jumlah besar, banyak sekali kemungkinannya timbul bahaya
atau kerugian, misalnya pencurian dan lain-lain.
Dalam dunia perusahaan dan perdagangan, dikenal bermacam-macam
surat yang pada umumnya orang mengatakan itu sebagai surat berharga. Orang
mengatakan itu surat berharga berdasarkan kenyataan bahwa surat itu mempunyai
nilai uang atau dapat ditukar dengan sejumlah uang atau apa yang tersebut dalam
surat itu dapat dinilai atau ditukar dengan uang. Surat-surat itu berupa wesel,
aksep, cek, saham, obligasi, konosemen, ceel, karcis kereta api, surat penitipan
barang, dan lain-lain. 18
18
Pengertian orang tentang surat berharga seperti itu tersebut di atas ini
sebenarnya tidak tepat. Yang dimaksud dengan surat berharga dalam pengertian
hukum dagang tidaklah demikian. Supaya dapat dikatakan surat berharga menurut
pengertian hukum dagang, perlu dipenuhi syarat-syarat tertentu yang merupakan
ciri dari surat itu sebagai surat berharga. Tentang apakah yang dimaksud dengan
surat berharga itu, dalam KUHD sendiri tidak terdapat definisinya. Hanya dapat
disimpulkan dari ciri-ciri atau syarat-syarat yang ditetapkan dalam Pasal-Pasal
KUHD, bahwa surat itu dapat dikatakan surat berharga. 19
Ibid.
Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman. Op.cit . hal. 444.
21
Ibid.
20
22
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Wesel, Cek dan Aksep di Indonesia, Sumur. Bandung.
1992. Hal. 34.
23
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit. Hal. 5.
24
M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia jilid 7, Djambatan
Bandung. 1990. Hal. 6.
25
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis : Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra
Aditya Bakti, Bandung. 2008. Hal. 163.
26
27
untuk membayar. Padahal menurut Pasal 1977 ayat 2 KUHPdt seorang yang
kehilangan surat itu karena dicuri masih berhak menuntut kembali surat itu dari
si pencuri atau penemunya selama tenggang waktu 3 (tiga) tahun, kecuali
pemegang memperolehnya dari pasar umum (pelelangan di muka umum).
Karena ada beberapa keberatan, lalu teori ini ditinggalkan. 30
Ibid.
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit. hal 17.
Ibid.
Ibid
pemegang di luar kehendak si penerbit atau secara tidak normal. Dengan kata
lain teori ternyata mengalami jalan buntu. 34
Namun demikian masih ada sarjana yang berusaha memecahkan
persoalan iu dengan mengemukakan teori lagi yang disebut teori perjanjian
dengan tambahan. Sarjana itu adalah Molengraaff dan Scheltema. Menurut
pendapat kedua sarjana ini, tanggung jawab penerbit terhadap pemegang
pemegang itu tetap didasarkan pada perjanjian antara penerbit dan pemegang
pertama. Jika surat berharga itu jatuh ke tangan pemegang berikutnya, penerbit
mempunyai kewajiban baru terhadap pemegang yang baru itu berdasarkan
pada hukum positif, yaitu Pasal-Pasal yang terdapat dalam KUHD dan
KUHPerdata 35
Jika sudah menunjuk kepada hukum positif, tidak perlu lagi mencari
teori untuk memecahkan suatu masalah, karena semua orang harus tunduk
kepada hukum positif atau undang-undang yang sudah ada. Wirjono
Prodjodikoro tidak menyetujui jalan pikiran kedua sarjana ini, malahan
dikatakan bahwa jalan keluar yang ditempuh oleh Molengraaff dan Scheltema
itu adalah usaha orang-orang berputus asa dalam mencari teori-teori lain. 36
Rieser. Menurut teori ini yang menjadi dasar hukum mengikatnya surat
berharga antara penerbit dan pemegang ialah perbuatan penunjukan surat itu
kepada debitur. Debitur yang pertama adalah penerbit, oleh siapa surat
berharga itu disuruh dipertunjukkan pada hari bayar. Sejak itulah timbul
perikatan, dan penerbit selaku debitur wajib membayarnya. Teori ini tidak
sesuai dengan fakta dan terlalu jauh bertentangan dengan ketentuan undangundang. 37
Dikatakan tidak sesuai dengan fakta , karena pembayaran itu adalah
pelaksanaan dari suatu perjanjian (perikatan), dengan demikian perikatannya
harus sudah ada terlebih dahulu sebelum pelaksanaannya. Bagaimana
pemegang memperoleh pembayaran kalau tidak ada dasar hukumnya yaitu
perikatan yang terjadi sebelumnya antara penerbit dan pemegang itu. Persoalan
yang timbul lagi, bagaimana seandainya penerbit menolak pembayaran
terhadap pemegang, dengan alasan belum ada perikatan? Kepada siapa
pemegang itu memperoleh pembayaran? Persoalan ini tidak dapat dipecahkan
oleh teori ini. 38
Dikatakan terlalu jauh bertentangan dengan ketentuan undang-undang,
karena undang-undang (KUHD) sendiri menentukan bahwa perikatan itu sudah
ada sebelum hari bayar dan sebelum penunjukan surat berharga itu. Hal ini
dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 142 KUHD yang menyatakan
Pemegang surat wesel bisa melaksanakan hak regresnya kepada para endosan,
37
38
kepada penerbit, dan kepada para debitur wesel lainnya pada hari bayarnya
apabila terjadi non pembayaran. Bahkan sebelum hari bayarnya:
1) Apabila akseptasi seluruhnya atau sebagian ditolak;
2) Dalam hal pailitnya tersangkut, baik tersangkut akseptan, maupun bukan
akseptan, dan mulai saat berlakunya penundaan pembayaran yang
diberikan kepadanya;
3) Dalam hal pailitnya penerbit surat wesel yang tidak bisa diperoleh
akseptasinya. 39
Dari kata-kata bahkan sebelum hari bayarnya dapat ditarik
kesimpulan bahwa perikatannya sudah ada terlebih dahulu, bukan pada saat
penunjukan. Demikian juga dari kata-kata akseptasi sebagian atau seluruhnya
ditolak dapat ditarik kesimpulan bahwa perikatannya sudah ada sebelum
penunjukan, bahkan pada saat penunjukan. Maksud akseptasi pada surat wesel
itu ialah untuk memastikan pelaksanaan perjanjian yaitu pembayaran pada hari
bayar, bukan untuk menemukan adanya perikatan.
Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan di atas, menurut Abdulkadir
Muhammad, teori perjanjian lebih banyak pengaruhnya dalam hukum surat-surat
berharga. Hal ini disebabkan karena perjanjian antara penerbit dan pemegang
pertama merupakan sumber hukum dari perikatan yang timbul pada surat
berharga. Terbitnya surat berharga tidak lain dari pemenuhan isi perjanjian,
karenanya penerbit dan pemegang surat berharga itu telah sepakat untuk
39
Ibid.
telah
disetujui
oleh
penerbitnya,
apabila
pemegang
pertama
43
44
240.
2) Jika tidak ada penetapan khusus, maka tempat yang ditulis di samping
nama tersangkut, dianggap sebagai tempat pembayaran dan tempat di
mana tersangkut berdomisili;
3) Surat wesel yang tidak menerangkan tempat diterbitkan, dianggap
ditandatangani di tempat yang tertulis di samping nama penerbit (lihat
Pasal 101 KUHD).
Adapun yang melatarbelakangi terbitnya surat wesel adalah perjanjian
yang terjadi antara penerbit dan penerima wesel, di mana perjanjian akan
menimbulkan hubungan hukum antara kedua belah pihak. Sebagai contoh, di
dalam perjanjian jual beli suatu barang antara A sebagai penjual dan B sebagai
pembeli telah disepakati bahwa B menerima barang yang dibeli dan A
menerima pembayaran sejumlah harga barang itu. Akan tetapi, pembayaran
tersebut tidak berupa uang seperti biasanya, melainkan dengan cara tersendiri,
yaitu menerbitkan surat wesel sejumlah harga pada waktu yang telah
ditentukan sebagaimana yang tercantum di dalam surat wesel itu.
Ada 5 (lima) macam bentuk surat wesel yang diatur oleh undangundang:
1) Wesel atas Pengganti Penerbit
Bentuk surat wesel atas pengganti penerbit (aan eigen order, to
own order) dimungkinkan oleh Pasal 102 ayat 1 KUHD yang
menyatakan penerbit dapat menerbitkan surat wesel yang berbunyi atas
pengganti penerbit. Maksudnya penerbit menunjuk kepada dirinya
sendiri sebagai pemegang pertama. Kekhususan bentuk surat wesel
45
4) Wesel Incasso
Wesel incasso (incasso wissel, collection draft) adalah bentuk
surat wesel yang diterbitkan dengan tujuan untuk memberi kuasa
kepada pemegang pertama menagih sejumlah uang, tidak untuk
46
47
5) Wesel Berdomisili
Menurut ketentuan Pasal 100 ayat 5 KUHD surat wesel harus
memuat nama tempat di mana tersangkut harus melakukan pembayaran.
Umumnya pembayaran itu dilakukan di tempat kediaman tersangkut.
Tetapi ketentuan ini tidak selalu demikian. Menurut ketentuan Pasal 103
KUHD ada surat wesel yang harus dibayar di tempat tinggal orang
ketiga, baik di tempat tinggal tersangkut, maupun di tempat lain. Surat
wesel ini disebut surat wesel berdomisili.
49
b. Surat Sanggup
Surat sanggup, juga disebut promesse atas pengganti, mempunyai sifat
yang sama seperti sifat dari surat wesel, ditinjau dari sudut isi perikatannya,
yaitu termasuk surat tagihan hutang (schuldvorderingspapier), akan tetapi
tergolong kepada kriteria janji untuk
Sedangkan
wesel
tergolong
kriteria
membayar (betalingsbelofte).
perintah
untuk
membayar
(betalingsopdracht).
Dalam surat sanggup tidak ada tersangkut, karena penandatangan
sebagai penerbit mengikatkan diri untuk membayar kepada penerima atau
pemegangnya, jadi berposisi seperti akseptan pada surat wesel. Karena itu
kedudukan penandatangan berbeda kedudukan dengan kedudukan penerbit
surat wesel. Jika penerbit surat wesel adalah debitur wajib regres, maka
penandatangan surat sanggup bukanlah debitur wajib regres, melainkan debitur
yang wajib membayar sama seperti akseptan pada surat wesel.
Dalam undang-undang tidak terdapat perumusan atau definisi surat
sanggup. Tetapi dalam Pasal 174 KUHD dimuat syarat-syarat formal sepucuk
surat sanggup. Dan syarat-syarat formal tersebut dapat dirumuskan pengertian
atau definisi surat sanggup itu sebagai surat yang memuat kata surat sanggup
50
atau promesse aan order, yang ditandatangani pada tanggal dan tempat
tertentu, dengan mana penandatangan menyanggupi syarat untuk membayar
sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya pada tanggal dan
tempat tertentu.
c. Surat Cek
Cek berasal dari istilah cheque (bahasa Perancis). Definisi tentang cek
sebenarnya tidak dirumuskan dalam perundang-undangan dan yang ada
hanyalah peraturan tentang syarat-syarat formal sepucuk surat cek, yang
terdapat dalam Pasal 178 KUHD. Atas dasar ini maka dapat disimpulkan
definisi surat cek. Surat cek adalah surat yang memuat kata cek yang
diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu, di mana penerbit memerintahkan
tanpa syarat kepada bankir untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada
pemegang atau pembawa di tempat tertentu.
Menurut hukum surat berharga yang diatur dalam KUHD surat cek
berbeda dengan surat wesel, walaupun kedua-duanya dapat dibayar dan atas
penglihatan. Oleh karena itu kedua macam surat berharga ini pengaturannya
berbeda dalam KUHD walaupun ada juga persamaannya antara lain sebagai
berikut: 51
1) Fungsi ekonomis dalam lalu lintas pembayaran. Surat wesel
menitikberatkan fungsi ekonomis sebagai alat pembayaran kredit, yaitu
untuk memperoleh uang kredit. Adapun surat cek menitikberatkan
fungsi ekonomis sebagai alat pembayaran tunai, hal ini dapat
disimpulkan dari ketentuan Pasal 205 ayat 1 KUHD. Setiap cek harus
dibayar pada waktu yang diperlihatkan;
51
52
53
54
55
bank cabang ini lalu hasil tagihan itu ditransfer kepada bank
penerima. 56
d. Bilyet Giro
Bilyet Giro atau lebih dikenal dengan nama giro merupakan surat
perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah
tersebut, untuk memindahbukuan sejumlah uang dari rekening yang
bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya atau nomor
rekening pada bank yang sama atau bank lainnya. Sama seperti halnya
dengan cek , bilyet giro juga dapat ditarik dari bank lain yang bukan
56
57
58
menerima uang hanya orang yang diberi kuasa (order) dari yang semua
berhak menerima pembayaran sejumlah uang. 59
Secara sederhana surat promess atas atas pembawa atau unjuk
(promesse an toonder) itu berisikan kesanggupan penandatangan untuk
melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu pada saat diperlihatkan
kepada pemegang/tertunjuk. Sebagaimana hal surat sanggup, dalam
penerbitan promess hanya melibatkan dua pihak saja, yaitu pihak
penandatangan sebagai penerbit dan pihak pemegang/tertunjuk.
f. Saham
Saham adalah surat tanda bukti pemilikan suatu perseroan terbatas
sebagai suatu investasi modal yang akan memberikan hak atas dividen
perusahaan yang bersangkutan. 60
Implikasi dari kepemilikan atas saham mencerminkan kepemilikan
atas suatu perusahaan. Berbeda dengan obligasi, saham tidak memiliki jatuh
tempo dan tidak memberikan pendapatan tetap.
Nilai suatu saham dapat dipandang dalam 4 (empat) konsep yang
memberikan makna berbeda-beda, yaitu: 61
1) Nilai nominal (state value), yaitu nilai per lembar saham yang berkaitan
dengan kepentingan akuntansi dan hukum. Nilai nominal tidak mengukur
nilai riil suatu saham, tetapi hanya digunakan untuk menentukan
besarnya modal disetor penuh dalam neraca, yakni nilai nominal saham
dikalikan jumlah saham yang dikeluarkan perusahaan;
59
2) Nilai buku per lembar saham (book value pershare), yaitu total ekuitas
dibagi jumlah saham beredar. Nilai buku ini menunjukkan nilai aktiva
bersih per lembar saham yang dimiliki oleh pemegangnya;
3) Nilai pasar (market value), nilai suatu saham yang ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham di bursa saham;
4) Nilai fundamental, tujuan perhitungan nilai saham fundamental adalah
untuk menentukan harga wajar suatu saham agar harga saham tersebut
mencerminkan nilai saham yang sebenarnya (riil value), sehingga tidak
terlalu mahal (overpriced). Perhitungan nilai fundamental suatu saham
adalah mencari nilai sekarang (present value) dari semua aliran kas di
masa mendatang baik yang berasal dari deviden maupun capital
gain/capital loss.
Ada dua sumber pendapatan saham, yaitu capital gain dan
deviden. Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham
apabila harga jual saham melebihi harga belinya. Sebaliknya capital loss, yaitu
kerugian akibat harga beli saham lebih tinggi dibanding harga saham ketika
dijual. 62
Deviden merupakan bagian keuntungan perusahaan yang menjadi
hak pemegang saham. Deviden adalah laba bersih perusahaan setelah dipotong
pajak (net income after tax / NIAT) atau laba ditahan (retained earning) yang
akan digunakan oleh perusahaan untuk mendanai berbagai aktifitas perusahaan
seperti ekspansi penelitian maupun inovasi perusahaan. 63
Jenis saham berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham
dibedakan atas:
1) Saham Biasa (Common Stock)
Saham Biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada
posisi paling akhir dalam hal pembagian deviden, dan hak atas kekayaan
perusahaan apabila perusahaan tersebut mengalami likuidasi. Saham
jenis ini yang paling banyak dikenal di masyarakat di mana nilai
nominalnya ditentukan oleh Emiten. 64
62
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia, Sinar Grafika.
Jakarta, 2009. Hal 18
63
Ibid.
64
Ibid.Hal. 20.
3) Saham Istimewa
Saham Istimewa adalah saham yang memberikan hak lebih
kepada pemiliknya dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Hak
lebih itu terutama dalam proses penunjukan direksi perusahaan. Di
Indonesia saham jenis ini dikenal dengan nama saham dwiwarna.
Pemiliknya adalah Pemerintah RI dan jumlahnya hanya satu. 66
g. Obligasi (Bonds)
Obligasi (bonds) adalah surat hutang jangka menengah dan jangka
panjang yang dapat dialihkan. Obligasi berisi janji dari pihak penerbit
obligasi untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan
melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak
pembeli obligasi. Jadi, transaksi obligasi dapat berakibat hukum terjadinya
utang piutang. Perusahaan penerbit obligasi disebut pihak yang memiliki
utang (berutang/debitor), sedangkan pembeli obligasi disebut pihak yang
memiliki piutang (berpiutang/kreditor).67
65
M. Irsan Nasaruddin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Predana
Media. Jakarta. 2004. Hal. 192.
66
Ibid. Hal. 193-194.
67
Iswi Hariyani dan Ir. R. Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, Visi
Media. Jakarta. 2010. Hal. 205.
h. Sertifikat Dana
Sertifikat dana adalah sertifikat yang diterbitkan oleh PT.
Danareksa berdasarkan dukungan dana yang dihimpunnya denga cara
membeli banyak saham dari beberapa perusahaan go public yang bonafit.
Pemegang sertifikat dana mendapat dividen dari PT. Danareksa pada
umumnya dua kali setahun. Sertifikat dana diterbitkan atas unjuk, sehingga
dapat dialihkan/dijual dengan mudah. 68
i. Sertifikat Saham
Sertifikat saham adalah sertifikat yang diterbitkan oleh PT
Danareksa selaku pengelola dan pengumpul dana dari masyarakat yang
membuktikan bahwa pemegangnya memiliki sebagian, satu atau beberapa
lembar saham dari perseroan terbatas tertentu. Pemegangnya mendapat
dividen dari PT Danareksa sesuai dengan dividen perseroan terbatas yang
menerbitkan sahamnya. Sertifikat saham diterbitkan atas unjuk, sehingga
dapat diperjualbelikan dengan mudah. 69
68
69
j. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito disebut juga sertifikat bank karena diterbitkan
oleh bank. Sertifikat deposito adalah surat bukti penerimaan atas sejumlah
uang yang diserahkan kepada bank umum untuk suatu jangka waktu dengan
mendapat bunga sebagai imbalannya. Sertifikat deposito diterbitkan atas
tunjuk, sehingga dapat dialihkan/diperjualbelikan dengan mudah. Di dalam
sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum
tertentu.70
70
ini dapat dipergunakan untuk perluasan usaha penerbitnya atau pun untuk tujuan
lain dari penerbitnya.
Dalam kamus hukum Sudarsono, obligasi mempunyai dua pengertian,
yaitu: 71
a. Surat pinjaman dengan bunga tertentu dari pemerintah yang dapat
diperdagangkan atau diperjualbelikan, atau
b. Surat utang berjangka (waktu) lebih dari satu tahun dan memiliki suku
bunga tertentu, di mana surat tersebut dikeluarkan oleh perusahaan untuk
menarik dana dari masyarakat guna menutup pembiayaan perusahaan.
Dari beberapa literatur dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
obligasi adalah pernyataan berutang kepada pemegang dan menyanggupi untuk
membayar/mengembalikan jumlah pokok dengan bunga tertentu sebagaimana
yang disebutkan dalam surat utang itu. Bukti pengakuan utang tersebut dapat
dikeluarkan oleh pemerintah/negara atau oleh perusahaan. Jadi, apabila orang
membeli obligasi, berarti orang tersebut telah memberi pinjaman uang untuk
jangka waktu tertentu dengan bunga tertentu dan pinjaman tersebut akan dibayar
lunas sesuai jangka waktu yang tercantum dalam obligasi.
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak
terdapat definisi obligasi secara eksplisit, tetapi terdapat kata obligasi pada
Pasal 1 butir 5, Penjelasan Pasal 21 ayat (3), Pasal 24 ayat (1), dan Penjelasan
Pasal 25 ayat (1), di mana intinya bahwa obligasi termasuk salah satu jenis efek.
Ketentuan yang lebih jelas terdapat pada Pasal 51 ayat (4), di mana dikatakan
bahwa obligasi sebagai contoh efek yang bersifat utang jangka panjang. Obligasi
adalah bukti utang dari Emiten yang mengandung janji pembayaran bunga atau
janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh
tempo, sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi. (Pasal 1 butir 34
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013.1990 sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991). 72
71
Gunawan Widjaja, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali
Amanat dalam Pasar Modal, Prenada Media. Jakarta. 2006. Hal. 47.
72
Ibid. Hal 48. Diambil dari Jurnal Hukum Bisnis Vol. 3 dengan judul Aspek Hukum
Commercial Paper dan Obligasi hal. 60 oleh Indra Safitri.
2. Karakteristik Obligasi
Obligasi merupakan salah satu instrumen yang diterbitkan oleh suatu
pihak tertentu dan diperjualbelikan di bursa Efek. Di Indonesia, terdapat dua
macam bursa Efek yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya
(BES). Berdasarkan pembagian segmentasi perdagangan dengan BEJ, BES lebih
banyak memperdagangkan obligasi, saham juga diperdagangkan namun tidak
banyak. 73
Obligasi dapat dikatakan sebagai salah satu instrumen pasar modal yang
memberikan pendapatan tetap (fixed income securities) bagi pemegangnya.
Sebagai sekuritas pendapatan tetap obligasi memberikan penghasilan secara rutin.
Obligasi memiliki karakteristik sebagaimana karakteristik sekuritas pendapatan
tetap lainnya yaitu: 74
a.
b.
c.
d.
dalam jumlah tertentu secara periodik selama obligasi belum jatuh tempo, dan
juga melakukan pembayaran kembali nilai prinsipal obligasi tersebut pada saat
jatuh tempo yang telah ditentukan.
Adapun karakteristik umum yang tercantum pada sebuah obligasi yaitu
meliputi : 75
a. Nilai Penerbitan Obligasi ( jumlah pinjaman dana)
73
Jenis kupon bisa berbentuk fixed rate dan variable rate untuk alternatif
pilihan bagi investor.
e. Jaminan
Obligasi yang memberikan jaminan berbentuk aset perusahaan
akan mempunyai daya tarik bagi calon pembeli obligasi tersebut. Di dalam
penerbitan obligasi kewajiban penyediaan jaminan tidak harus mutlak.
Apabila yang memberikan jaminan berbentuk aset perusahaan ataupun
tagihan piutang perusahaan dapat menjadi alternatif yang menarik investor.
Dari karakteristik-karakteristik yang telah diuraikan sebelumnya maka
dapat dibagi menjadi berbagai macam obligasi. Dari cara pengalihan terdapat 2
(dua) jenis obligasi, yaitu Obligasi Atas Unjuk (bearer bond) dan Obligasi Atas
Nama (registered bond). Ciri-ciri penting dari Obligasi Atas Unjuk meliputi: 76
a. Nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat obligasi;
b. Setiap sertifikat obligasi disertai dengan kupon bunga yang dilepaskan
setiap pembayaran bunga dilakukan;
c. Sangat mudah untuk dialihkan;
d. Kertas sertifikat obligasi dibuat dari bahan berkualitas tinggi seperti bahan
pembuat uang;
76
e. Bunga dan pokok obligasi hanya dibayarkan kepada orang yang dapat
menunjukkan kupon bunga dan sertifikat obligasi.
Sedangkan untuk Obligasi Atas Nama untuk pokok pinjaman, nama
pemilik tercantum dalam sertifikat obligasi beserta kupon bunga dan untuk pokok
bunga nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat obligasi. Nama dan alamat
pemilik dicatat di perusahaan Emiten untuk memudahkan dalam pengiriman
bunga. Kemudian Obligasi Atas Nama untuk pokok dan bunga, nama pemilik
tercantum dalam sertifikat obligasi, tetapi tidak ada kupon bunga, karena bunga
langsung disampaikan kepada pemilik yang namanya tercantum dalam daftar
perusahaan Emiten. 77 Adapun jenis-jenis obligasi itu dapat dibagi dalam beberapa
jenis yaitu: 78
a. Obligasi Berdasarkan Jaminan
Ditinjau dari segi jaminan yang diberikan, terdapat beberapa jenis
obligasi, yaitu Obligasi dengan Jaminan (secured bond/debentures) dan
Obligasi tanpa Jaminan. Obligasi dengan Jaminan adalah obligasi yang
diberi agunan (collateral) untuk pelunasan pokok pinjaman beserta
bunganya yang berupa harta kekayaan perusahaan, bisa berupa tanah,
gedung dan lain-lain, sedangkan Obligasi tanpa Jaminan adalah obligasi
yang tidak didukung dengan agunan. Selain obligasi-obligasi itu, ada
obligasi yang diterbitkan dengan jaminan hak tanggungan dan agunan aset
(Mortage and other asset backed). Obligasi jenis ini banyak terdapat di
Amerika Serikat, Jerman, Meksiko dan Inggris. Tanah dengan hak
77
78
79
bagi badan usaha yang ingin melakukan penawaran obligasi kepada masyarakat
di Indonesia.
Pengaturan obligasi juga dimuat pada dalam Pasal 1 angkat 10 UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mengatakan surat
berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit,
atau derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit dalam
bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan uang. Dengan adanya
aturan ini maka setiap bank dapat menerbitkan obligasi.
Pengaturan mengenai obligasi dapat juga dilihat dalam berbagai jenis
Keputusan Ketua BAPEPAM-LK. Pengaturan-pengaturan mengenai obligasi itu
antara lain terdapat pada Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Nomor: Kep: -412/BL/2009 tentang Ketentuan Umum dan
Kontrak Perwaliamanatan Efek Bersifat Utang. Dalam peraturan ini dapat
ditemukan fungsi, tugas, serta tanggung jawab Wali Amanat dalam hal melakukan
penerbitan obligasi. Pengaturan lainnya dapat ditemukan pada Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-05/PM/2004
tentang Penawaran Umum oleh Pemegang Saham. Peraturan inilah yang
digunakan Emiten dalam rangka melakukan penawaran umum obligasi kepada
masyarakat.
1. Emiten
Emiten merupakan pihak yang menjadi penerbit atau yang
mengeluarkan obligasi untuk dijual kepada masyarakat. Dalam UndangUndang Pasar Modal pengertian Emiten adalah pihak yang melakukan
penawaran umum. Kata pihak sendiri dalam Undang-Undang Pasar
Modal didefinisikan sebagai orang perseorangan, perusahaan, usaha
bersama, asosiasi atau kelompok yang terorganisasi. 80
Dari kedua definisi di atas, kita dapat melihat bahwa pengertian
Emiten dalam undang-undang dikaitkan dengan penerbitan obligasi adalah
sangat luas. Karena, dari definisi tersebut Emiten obligasi berarti dapat
berupa perseorangan, usaha bersama, perusahaan, asosiasi, atau kelompok
yang terorganisasi.
Pendefinisian dalam undang-undang tersebut di atas adalah dalam
arti luas, karena undang-undang tersebut dimaksudkan tidak hanya
mengatur dan berlaku untuk obligasi saja, tetapi juga untuk mengatur dan
berlaku bagi semua pihak yang terlibat dalam kancah pasar modal. Dengan
demikian, yang dapat bertindak sebagai Emiten obligasi adalah tidak
semua yang disebutkan dalam pengertian pihak dalam definisi undangundang di atas.
Hal ini akan lebih jelas dengan melihat ketentuan lain dalam aturan
pasar modal mengenai pengertian Emiten. Ketentuan tersebut adalah
Keputusan Menkeu No. 1548. Dalam Pasal 1 butir 13 pada Keputusan
80
81
82
2. Wali Amanat
Dalam penerbitan obligasi dikenal lembaga Wali Amanat (trustee).
Lembaga ini merupakan lembaga khusus yang harus ada dalam setiap
penerbitan efek yang bersifat hutang seperti obligasi. Wali Amanat
merupakan pihak
yang
obligasi dalam
kepada masyarakat. Selain itu dalam rangka penjaminan emisi ini, penjamin
emisi efek dapat pula menjamin kepada Emiten bahwa apabila obligasi yang
ditawarkan tidak terjual habis, maka penjamin emisi menjamin akan
membelinya sendiri obligasi yang tidak habis terjual tersebut.
Penjamin emisi efek merupakan salah satu jenis dari perusahaan
efek. Dalam Pasal 1 angka 21 Undang-Undang Pasar Modal memberi
definisi perusahaan efek sebagai pihak yang melakukan kegiatan usaha
sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan atau manajer
investasi. Kemudian ditegaskan dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang
Pasar Modal bahwa yang dapat melakukan kegiatan usaha sebagai
perusahaan efek adalah perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari
BAPEPAM-LK. Selanjutnya Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Pasar
Modal menentukan bahwa yang dapat melakukan kegiatan sebagai Wakil
Penjamin Emisi efek hanya orang perseorangan yang telah memperoleh izin
dari BAPEPAM-LK. Dari kedua ketentuan ini kita mengetahui bahwa
Penjamin Emisi Efek merupaka perseroan terbatas yang memiliki izin
sebagai suatu perusahaan efek di mana untuk melakukan kegiatannya
perusahaan efek tersebut memiliki wakil penjamin emisi efek.
Dalam praktek penerbitan obligasi biasanya penjaminan emisi
dilakukan oleh lebih dari satu penjamin emisi. Dalam hal ini salah satu dari
penjamin emisi ini akan bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi
(managing underwriter). Penjamin pelaksana emisi (managing underwriter)
merupakan penjamin emisi yang bertanggung jawab atau menyelenggarakan
4. Penanggung
Dalam kerangka Undang-Undang Pasar Modal penanggung diatur
secara khusus seperti lembaga penunjang yang lain. Hal ini disebabkan
keberadaan penanggung dalam suatu emisi obligasi adalah bersifat fakultatif
(tidak diharuskan ada). Namun demikian dalam Pasal 1 angka 36 Keputusan
Menteri Keuangan No. 1548 yang dimaksud penanggung adalah pihak yang
menanggung pembayaran kembali jumlah pokok dan/atau bunga emisi
obligasi, atau sekuritas dalam hal Emiten cidera janji. 84
Pada prinsipnya setiap orang atau lembaga dapat menjadi
penanggung dalam penerbitan obligasi. Namun demikian, pada umumnya
masyarakat hanya menerima penanggung yang kredibilitasnya memuaskan.
Dalam praktek penanggung umumnya dilakukan oleh bank. 85
Penanggung dalam penerbitan obligasi dapat lebih dari satu
penanggung. Penanggungan yang demikian merupakan suatu sindikasi.
Dalam hal ini setiap penanggung bertanggung jawab baik secara sendirisendiri maupun bersama-sama (tanggung renteng). 86
83
5. Notaris
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris memberikan pengertian notaris adalah pejabat
umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenang lainnya
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Notaris yang bermaksud melakukan kegiatan sebagai profesi
penunjang pasar modal diwajibkan terlebih dahulu terdaftar di BAPEPAMLK. Perlunya notaris dalam proses emisi obligasi adalah dalam rangka
pembuatan perjanjian-perjanjian yang berkaitan dengan emisi obligasi,
seperti misalnya perjanjian perwaliamanatan, perjanjian penjaminan emisi,
perjanjian penanggungan dan sebagainya yang diwajibkan oleh UndangUndang Pasar Modal. 87
6. Konsultan Hukum
Konsultan hukum ialah ahli hukum yang membantu dalam aspek
hukum Emiten yang akan melakukan emisi obligasi. Tugas konsultan
hukum dalam ruang lingkup pasar modal sebenarnya sangat luas. Namun
pada prakteknya, tugas konsultas hukum dalam proses emisi hanya
memberikan pendapat hukum (legal opinion) kepada pihak lain sehubungan
dengan suatu emisi obligasi. 88
Konsultan hukum dalam hal ini diperlukan dalam rangka
melaksanakan asas keterbukaan. Konsultan hukum berfungsi meneliti dan
87
88
89
7. Akuntan
Akuntan yang dimaksudkan di sini ialah akuntan yang telah
memperoleh izin dari Menteri dan terdaftar di BAPEPAM-LK. Akuntan
dalam emisi obligasi bertugas antara lain melakukan pemeriksaan secara
umum atas laporan keuangan Emiten dan memberikan pendapat apakah
posisi keuangan (neraca) dan hasil usaha (perhitungan laba rugi) serta
perubahan posisi keuangan perusahaan (laporan perubahan posisi keuangan)
telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia yang
diterapkan secara konsisten. Laporan akuntan merupakan salah satu sarana
penilaian bagi masyarakat perihal kondisi keuangan Emiten. 90
8. Penilai
Penilai yang dimaksud di sini ialah suatu pihak yang memberikan
penilaian atas aset perusahaan yang melakukan penawaran umum. Penilai di
89
90
91
Ibid.
Levi Lana. Op.Cit Hal. 60.
93
Nasarudin. Op.cit. Hal. 129.
92
94