PENDAHULUAN
1.1 Landasan Teori
Proses Metal forming (proses pembentukan logam), merupakan
Proses pembentukan (forming) adalah proses mengubah bentuk logam
dengan suatu gaya pada arah tertentu tanpa menyisakan serpih.Proses
pembentukan tergantung pada sifat plasticity (plastisitas), yakni
kemampuan mengalir sebagai padatan tanpa merusak sifat-sifatnya.
Proses forming diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. Cold working adalah deformasi di bawah kondisi proses recovery
tidak aktif. Biasanya suhu kerja kurang dari 0.3 kali suhu leleh benda
kerja.
2. Hot working; deformasi dilakukan di bawah kondisi temperatur dan
laju strain (regangan) di mana rekristalisasi terjadi simulatan dengan
deformasi. Untuk mencapai ini, suhu deformasi biasanya di atas 0.6
kali titik cair material pada skala suhu absolut (Kelvin atau Rankine)
1) Cold Working.
Cold working adalah deformasi plastis logam di bawah suhu
rekristalisasi. Proses biasanya pada suhu kamar, tetapi penaikan suhu
ringan biasa digunakan untuk meningkatkan keuletan dan mengurangi
kekuatan.
A. Keunggulan cold working di baningkan dengan hot working antara
lain :
1. Tidak diperlukan panas
2. Permuakan akhir yang diperolehlebih bagus
3. Kontrol dimensi lebih bagus sehingga sedikit/tidak memerlukan
pemesinan lanjutan
4. Produk memiliki kemampuan reproduksi dan mampu tukar yang
lebih bagus
5. Sifat kekuatan, kelelahan dan keausan ditingkatkan melalui strain
hardening
6. Sifat terarah dapat diberikan
7. Problem kontaminasi diminimisasi
B. Kelemahan dari cold working sendiri antara lain :
1. Diperlukan gaya yang lebih besar untuk memulai dan
menyelesaikan proses cold work
2. Diperlukan perangkat yang lebih berat dan lebih kuat
3. Kurang keuletan
4. Permukaan logam harus bersih bebas sisik
5. Anneal antara mungkin diperlukan untuk mengkompen-sasi
hilang keuletan yang menyertai strain hardening
6. Pemberian sifat yang terarah mungkin merusak
7. Tegangan sisa yang tak diinginkan mungkin diproduksi
2) Hot Working
Hot working didefinisikan sebagi deformasi plastis logam di atas
suhu rekristaliasinya. Yang perlu diingat bahwa beda material beda suhu
rekristalisasinya. Misalnya tin / timah putih (Sn) pada suhu kamar, baja
0
pada suhu 2000 0F, tungsten pada suhu sampai 4000
F belum
mencapai daerah hot working.Kenaikan suhu berpengaruh terhadap
penurunan tegangan yield logam dan meningkatkan keuletannya.
Adapun keuntungan dan kerugian Hot Working antara lain :
A. Keuntungan Hot Working
1. Pada suhu hot working, rekristalisasi mengeliminasi efek dari
strain hardening (pengerasan regang) sehingga tidak ada
keniakan signifikan dalam kekuatan yield atau kekerasan atau
penurunan keuletan.
2. Kurva stress-strain sebenarnya mendatar di atas titik yield dan
deformasi dapat dipakai mengubah secara drastic bentuk
logam tanpa takut akan retak atau diperlukan gaya yang
sangat besar.
3. Mengurangi atau menghilangkan ketidakhomogenan kimiawi
4. Pori-pori dapat dilas atau direduksi ukurannya selama
deformasi
5. Struktur metalurgis dapat diubah untuk meningkatkan sifat
akhir
6. Pada baja pada suhu rekristalisasi deformasi terjadi pada
struktur Krista austenit FCC yang lemah dan ulet dari pada
ferrit BCC yang kuat dan stabil pada suhu rendah
B. Kerugian Hot Working.
1. Suhu tinggi dari hot working meningkatkan reaksi logam dengan
sekitarnya
2. Toleransi yang miskin karena pemendekan termal dan
kemungkinan pendinginan yang tidak uniform
3. Struktur metalurgis mungkin juga tidak uniform Karena ukuran
butir akhir tergantung pada reduksi, suhu pada akhir deformasi
dan faktor yang lain yang bervariasi sepanjang benda kerja
Metal Forming di bedakan menjadi 2 macam proses :
A. SHEET METAL PROSES
1. Metal Cutting
Setelah bentuk bentuk kasar dari suatu produk selesai dibuat
(terutama melalui proses pengecoran), maka langkah langkah yang
sering mengikutinya adalah proses pemotongan logam (metal cutting).
Dalam proses ini akan terjadi proses pemotongan atau lebih tepat
disebut dengan proses perautan logam dengan menggunakan
sebuah pahat potong (cutting tool). Tujuan pokok dari proses
pemotongan logam adalah untuk memperoleh bentuk bentuk
tertentu, toleransi, ataupun derajat kehalusan permukaan (surface
finished) dari benda kerja.
2
||
atau
Pproduk
Lproduk
||
Pplat
Pplat
| Lproduk
|| Pproduk
|
N II =
3. Blanking
Proses pemotongan sheet metal sepanjang gambaran/kurva
tertutup dalam satu step untuk memisahkan bagian dari sekeliling
bakalan.
a. Untuk lingkaran
Pplat
Pplat
N=
||
N II =
atau
Pproduk
Lproduk
Lproduk
Pproduk
||
||
|
4
4. Bending
Proses bending adalah proses pembengkokan atau pelengkungan
suatu material.Selama operasi bending, logam pada sisi dalam bidang
netral dimampatkan/ ditekan sementara itu logam pada sisi luar bidang
netrl mengalami regangan.
Hasil pembengkokan pelat yang baik dapat dihasilkan dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Periksa terlebih dahulu terutama dies, atau sepatu pembentuk,
sudut pembengkokan yang diinginkan.
2. Tandailah sisi bagian tepi pelat yang akan dibengkokkan.
3. Posisi tanda pembengkokan ini harus sejajar dengan dien
pembengkok.
4. Penjepitan pelat harus kuat
5. Atur sudut pembengkokan sesuai dengan sudut pembengkokan
yang dikehendaki
6. Sesuaikan dies landasan dengan bentuk pembengkokan yang
diinginkan.
7. Mulailah proses pembengkokan dengan memperhatikan sisisisi
yang akandibengkokan, hal ini untuk menjaga agar lebih dahulu
mengerjakan posisi
Untuk menghitung proses bending, diperlukan suatu rumus untuk
menganalisanya, diantaranya :
SB=
b
b
dimana :
R = sudut bengkok
A = sudut bending
t = tebal bakalan
Kba= faktor untuk mengetimimasi adanya strenght
Gambar 1.1.1 :OperationForging: Open die forging (a), closed die forging
(impression die forging(b), and flashless forging (c)
Dalam garis besar, forging di bedakan menjadi 2, yaitu :
1. Open die forging, adalah penempaan yang dilakukan dengan
meletakkan benda kerja diantara die yang berbentuk datar, atau flat
die atau yang berbentuk sederhana. Proses ini digunakan untuk
produk yang berukuran besar dengan produktivitas rendah.
Perhitungan regangan sebenarnya dapat di hitung dengan:
ho
=ln
dimana = regangan yang sebenarnya
hf
ho = tinggi benda kerja awal
hf = tinggi benda akhir setelah terjadi penekanan, atau
tinggi produk.
Sedangkan gaya tempa adalah :
F = Kf .Yf. A dimana F = gaya tempa ( N )
Kf = Faktor keamanan penempaan
Yf = Flow stress lb/in2(Mpa)
A = Luas bidang kontak antara benda kerja dengan die,
2
2
in ( mm )
Untuk open die factor, karena efek rasio D/h dan gesekan, maka forging
shaft factor untuk open die dapat dicari sebagai berikut :
0.4 D
Kf = 1 +
dimana: = koefisien gesek.
h
D = diameter atau panjang kontak dengan
permukaan die (mm)
h = tinggi benda kerja (mm)
F
= gaya tempa, lb (N)
Kf = factor keamanaan penempaan
Yf = flow stress lb/in2 (Mpa)
A = luas bidang kontak benda kerja termasuk flash dengan die,in 2
(mm2)
2. Pengerolan (Rolling)
Pengerolan adalah proses deformasi plastis dimana ketebalan bahan
dikurangidengan menekan bahan tersebut menggunakan dua rol yang
saling berhadapan..Proses pengerolan dibagi menjadi 2 jenis yaitu
pengerolan panas (hot rolling) dan pengerolan dingin (cold rolling).
Ring Roll
3. Extruding
Metode Extrusi idbagi menjadi 2, yaitu :
a. Extrusi secara langsung : digunakan untuk memproduksi
penampang berlubang dan semi berlubang.
b. Extrusi secara tidak langsung : biasa digunakan untuk
penampang padat dan berongga.
2L
Do )
yang relatif tipis antara 1/14 in (0,4 mm) dan 1/4 in (1mm). Bila
ketebalan bahan tersebut lebih dari 1/4 in disebut pelat.
Tiga katagori utama pengerjaan logam lembaran :
1. pemotongan (cutting),
2. pembengkokkan (bending),
3. penarikan (drawing).
Perkakas yang biasa digunakan dalam pengerjaan logam
lembaran ada 2 yaitu :
a. pons (punch), dan
b. cetakan (die).
Umumnya operasi logam lembaran dikerjakan dengan mesin kempa
(press), pada temperature dingin.
A. OPERASI PEMOTONGAN
1.
12
Bila jarak ruang (clearance) antara punch dan die benar, maka dua
garis retakan saling bertemu sehingga dihasilkan pemotongan yang baik.
14
Gambar 1.2.5 Akibat dari clearance : (a) clearance terlalu kecil, (b)
clearance terlalu besar
(a) Bila clearance terlalu kecil, maka garis keretakan cendrung untuk tidak
saling ketemu,
sehingga gaya yang dibutuhkan menjadi lebih besar;
(b) Bila clearance terlalu besar, logam akan terjepit antara tepi potong
punch dan die, sehingga
terbentuk burr yaitu sudut tajam pada tepi
potong lembaran.
Clearance yang benar tergantung pada jenis dan ketebalan logam
lembaran, yang dapat dinyatakan dengan rumus :c = at
dimana :c =jarak ( allowance ), danruang (clearance), in (mm),
t=ketebalan lembaran, in (mm)
a=kelonggaran (allowance)
Allowanceadalah rasio antara clearance dengan ketebalan lembaran yang
besarnya ditentukan sesuai dengan jenis logam seperti ditunjukkan dalam
tabel 1.2.1
Tabel 1.2.1Nilai allowance untuk tiga kelompok logam lembaran
Metal Group
Allowance
0.045
0.060
0.075
16
17
C. PUNCHINGTOOL
Press working, yaitu segala proses pengerjaan logam yang
mengunakan mesin-mesin press sebagai alat bantu utamanya, yaitu
sebagai penggerak atau pemberi gaya. Dalam press working kita
mengenal beberapa macam pengerjaan tergantung dari perlakuan gaya
gaya itu terhadap material yang dikerjakan. Misalnya dari material /
bahan sheet metal orang bisa memotong secara menggunting, menekuk
atau membengkokannya membentuknya menjadi benda berongga 3
dimensi dll. Jadi secara garis besar ada pengerjaan shearing, bending
dan forming / deep drawing.
A. Analisa Pemotongan
Pada setiap pemotongan benda kerja, akan selalu nampak adanya
kesamaan prinsip yang akan kita cermati bersama. Pada pengerjaan
pemotongan kawat, batangan baja, baja profil ataupun sheet metal, pasti
terdapat sepasang gaya yang dipergunakan untuk memotong itu. Dan
gaya itu akan bekerja secara bersama sama, berlawanan arah dengan
jarak yang relative kecil. Karena gayanya berlawanan arah dan berjarak
kecl, maka gaya tersebut kita sebut dengan gaya geser , dan pada
material yang dipotong akan terjadi sebuah area yang disebut dengan
daerah pergeseran. Kita amati gambar gambar dibawah ini yang
menggambarkan 2 macam keadaan dimana yang kita potong adalah
sebuah potongan besi yang tebal dan sebuah sheet metal yang relative
lebih tipis.
Pada material yang tebal daerah pergeserannya keliatan nyata dan
lebar, sebaliknya pada material yang tipis daerah pergeseranya juga
18
tipis.Sedangkan pada gambar yang ketiga kita lihat bahwa sisi potong
merupakan suatu bangunan garia yang tertutup.Maka daerah
pergeserannyapun merupakan profil yang tertutup.Untuk itu keadaan
yang demikian sering dinamakan dengan dieshearing sheet metal.Dan
prinsip inilah yang digunakan dalam perkakas punching tool. Pada
kenyataannya di lapangan, gaya gaya ini akan diberikan oleh sisi
potong yang tajam dari alat potong bagian atas dan bagian bahwa alat
potong yang lain. Sedangkan jarak antara dua gaya tersebut adalah
merupakan clearance yang harus ada.Pada gambar dibawah ini seperti
pada Gambar 1.2.13 ini proses sheet metal shearing atau pemotongan
lembaran pada logam. Dapat dijelaskan
19
Gambar 1.2.14 : Sisi dari punch dan die dan besarnya Clerence
Untuk pemilihan clearance yang tepat ini maka robekan yang dihasilkan
oleh punch akan bertemu dengan robekan yang dihasilkan oleh die
sehingga potongannya halus.
a. Pada waktu punch menekan benda kerja, sebelum material tersebut mencapai batas
lumernya jika beban penekanan dari punch dihilangkan maka material akan kembali
seperti semula.hal ini akibatkan oleh sifat elastis yang dimiliki material.
b. Apabila penekanan material diteruskan sampai material mencapai batas lumernya maka
material terasebut akan mulai retak. Keadaan ini dinamakan plastis deformation
c. Selanjutnya semakin dalam langkah penekananpunch maka pelat tersebut akan semakin
retak. Keretakan ini diakibatkan oleh sisi potong punch dan die yang tajam, yang
semakin lama semakin panjang sehingga dapat saling bertemu dan dengan demikian
terpotonglah pelat tersebut sesuai dengan bentuk kontur dari punch maupun die nya.
40 setelah di anneal
28 pengerjaan roll dingin
Baja 0,3 C
33 setelah di anneal
22 pengerjaan roll dingin
Baja silikon
30
Nickel
55
E. Burr adalah akibat dari patahan yang ditimbulkan oleh proses potong.
Keberadaan burr ini sering tidak kita inginkan atau dalam batas
tertentu besarnya tidak bisaditolerir.burr makin besar bila sisi punch
dan die tumpul.untuk material lunak membuat burr yang besar.untuk
mendapat potongan dengan burr yang kurang dari 0,22 mm
sangatlah sukar walau sisi potong sangat tajam.
22
23
material.initerjadi karena robekan dari sisi tajam punch dan die tidak saling bertemu dengan
sempurna hingga face tidak rata, karena itu ukuran yang dikehendaki berkurang.
produk.kedua prose situ menghasilkan produk ring washer. Piercing menghasilkan lubang
ukuran dalam, dan Blanking menghasilkan blank / ukuran luarnya.material yang keluar dari
di pada proses piercing disebut slug / rest piece karena merupakan sisa yang dibuang.
2. Spring Back
Setiap material bila diberikan gaya punya kecendeungan kembali ke posisi semula. Ini
disebut dengan spring back. Besar beda tergantung jenis material dan tebalnya. Pada proses
piercing dan blanking terjadi daya spring back.
3. Ukuran Punch dan Die
Bila menentuka punch dan die harus tahu dulu proses pengerjaannya, piercing/
blanking.d untuk piercing dan D untuk blanking. Untuk spring back ditulis f. untuk
proses piercing ukuran punch akan dipakai sebagai patokan dan ukuran die nya
menyesuaikan, setelah piercing punch lepas dari jepitan material maka diameter atau
lubang akan menyusut daripada puncnhnya. Maka punch perlu ditambah besar spring back.
Pada blanking sebalilknya die dipakai sebagai patokan untuk menjadikan ukuran yang
diharapkan maka ukuran die dibuat lebih kecil dari ukuran benda kerja.
4. Kurva Karakteristik Gaya
Selama proses pemotongan berlangsung besar gaya yang diperlukan tidak akan konstan.
Alat untuk mengukur besar gaya dalam suatu pemotongan yaitu electrical resistance strain
gauge yang dipasang vertical pada bagia yang berhubungan dengan punchnya. Untuk mendapat
effek clearance dalam bentuk kurva karakteristik maka beberapa punch dengan diameter yang
berbeda dipasngi gauge. Sedangkan diameter die tetap selama percobaan, dengan selalu
menjaga ketajaman daripada perkakasnya.hasilny adapat dilihat pada beberapa kurva di bawah
ini.
26
Kuningan
Lunak
Setengah Lunak
Lunak
Seperempat Lunak
0,8
0,8
1,2
0,5
3t
t
2t
2t
6t
2t
3t
2t
Baja
CRS-AK
Seperempat keras
Rim-DQ
HRS
302-2B
302-2B
0,9
0,8
0,6
1,5
0,6
0,9
2t
2t
2t
2t
2t
3t
2t
4t
2t
3t
5t
4t
2t
3t
Rata-rata
gaya = tekanan x luasan bidang potong : gaya = kekuatan geser x keliling potong x tebal
materi
2. Kekuatan Geser
Kekuatan geser suatu logam/metal adalah kemampuan logam itu untuk menahan gaya
dipotong dengan punch dan die. Dengan demikian besarnya kekuatan geser tersebut sama
dengan besarnya harga batas harga patah. Untuk menentukan harga batas harga suatu logam
dapat dilakukan dengan cara menarika suatu logam yang dibentuk secara khusus sampai
logam itu patah, sesuai ilustrasi dibawah ini. Disini kita haraga tegangan batas tarik yaitu
gayamaksimum di bagi dengan luas penampang dari bidang terkecil.Dari seluruh potongan
benda kerja. Pemotongan dengan die adalah suatu cara yang lebih effisien apabila dipilih
clearance yang terkecil dan sisi potong yang tajam. Gaya yang dibutuhkan akan lebih kecil
untuk setiap satuan luasan , karena sisi yang tajam akan mengkosentrasikan beban dan
tegangan yang besar akan terjadi sini. Gaya potong dapat diukur dengan cukupteliti dengan
menggunakan straingauge percobaan menunjukan bahwa dengan clearance dibawah 50%
dan sisi potong yang tajam maka kekuatan geser dari sheetmetal akan jauh dibawah
tegangan batas taiknya. Secara umum kekuatan geser ini berkisar antara 50% - 80% dari
tegangan batas tarik. Perhitungan gaya potong seperti diatas berlaku untuk sistem
pemotongan dengan squar face sedangkan untuk pemotongan dengan sistem shear besarnya
dapat diambilkan kira kira 0,67 nya.
3. Kerja pada sistem pemotongan squar faces.
Untuk pemotongan suatu pelat tentunya juga diperlukan suatu kerja yang besarnya
adalah merupakan hasil perkalian antara gaya dengan jarak yang ditempuh oleh gaya
tersbut. Kerja = gaya x jarak
Yang dimaksud dengan jarak dalam hal ini adalah besarnya lanhkah punch selama
bekerja. Yaitu pada waktu punch mulai menyentuh pelat sampai terpotong .yang dimaksud
jarak berati sama dengan besarnya panjang penetrasi.
Kerja = gaya x %penetrasi x tebal material
28
disimpulkan dengan gambar grafik berikut yaitu besarnya luasan dari masing masing
permasalahan.
sehingga gaya yang diperlukan menjadi lebih kecil. Dengan demikian dapat diketahui besar
panjang total pemotongan.
kekuatan tinggi
ukuran dimensi baik
permukaan akhir baik
biaya rendah.
30
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan Benda Kerja (Pembuatan Disc Brake atau Piringan
Cakram)
Piringan Cakram adalah Komponen terpenting dalam suatu system
rem pada kendaraan bermotor disc brake atau piringan cakram juga
berfungsi sebagai untuk memperlambat kendaraan dan untuk
menghentikan lajukendaraan tersebut.
Piringan cakram sangat berguna dalam komponen system rem.
Sehingga sangat teliti dan sangat presisi sekali apabila dalam
perancangan ataupun proses produksi komponen tersebut diproses
dengan sangat teliti oleh perusahaan yang membuat komponen piringan
cakram, banyak sekali jenis piringan cakram atau disc brake pada
kendaraan sepeda motor maupun kendaraan ringan atau mobil. Adapun
31
jenis-jenis piringan rem atatu disc brake dengan diameter yang bervariasi
dari diameter 20 cm, 25 cm. 30 cm. dan lain lain.
Kebanyakan kendaraan bermotor menggunakan piringan cakram
dengan diameter 20 mm, ataupun 25 cm. contonya kendaraan sepeda
motor yang menggunakan piringan cakram diameter 20 cm adalah
Yamaha Mio. Atau kendaraan yang menggunakan piringan cakram yang
menggunakan diameter 25 cm adala Supra Fit.
Contoh Piringan rem cakram yang sering digunakan atau yang telah
dijelaskan diatas adalah sebagai berikut :
untuk
32
: Pbb = 4m
Pbb= 400cm
Lbb= 6m
Lbb = 600cm
tpl= 5 mm
s= 100 Mpa
dprod=20 cm
Ditanyakan: a. N=Jumlah produk max yang dihasilkan
b. F=Berapa gaya yang diperlukan bila dalam satu proses dihasilkan
6produk
Penyelesaian:
a. N=
=
Pplat
Lplat
| Dproduk
|| Dproduk
|
cm 600 cm
|400
20 cm | | 20 cm |
= 20 x 30
= 60 produk
Jadi jumlah produk maksimal yang dihasilkan dengan bahan baku
pelat stainless steel tersebut adalah sebesar 60Produk
b. F= s x t x L
L= (2p + 2l)
33
= ( 2(400) + 2(600) )
= 800 + 1200
= 2000 cm
F= s x t x L
= 100 Mpa x 5 mm x 2000 cm
= 100 N/mm x5 mm x 20.000 mm
= 100.000 N
= 100 KN
Suatu piringan bulat dengan diameter dalam 8 mm diperoleh dari hasil
blanking stainless steel dengan tebal t= 5 mm, allowance = 2 mm dan
kekuatan geser = 100 Mpa
Tentukan :
(a) diameter punch dan die,
(b) gayablanking.2
Penyelesaian :
(a) Clearance, c = a.t = 2 mm x 5mm = 10 mm
Agar blank memiliki diameter 8 mm, maka :
Diameter die = Db = 8 mm
Diameter punch = Db 2c
= 8 2 (10) = 60 mm
(b) Panjang tepi potong L= Db = 3,14 (10) = 31,4 mm
Jadi gaya blanking :F= S.t.L
= 100 Mpa x 5 mm x 31,4 mm
= 100 N/mm x 5 mm x 31,4 mm
= 100 N x 5 x 31,4 = 15700 N
34
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/3746744/D059247451
Content e-learning/madeWijana/modulprosesproduksi.
ardian@uny.ac.id
http://www.crushing-screening.org/32729.html..
http://bit.ly/copy_win
http://en.wikipedia.org/wiki/Sheet_metal
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123346-R020818-Pengembangan
%20penggunaan-Literatur.pdf
35