BAB E
PENDEKATAN TEKNIS
PRA
PERANCANGAN
SKEMATIK DESIGN
PENGEMBANGAN
RANCANGAN
Penyusunan
Rencana
Pelaksanaan dan
Alokasi Tenaga.
Uraian Maksud
dan tujuan
perancangan.
Pengumpulan data
lapangan,
lingkungan dan
persyaratan
setempat.
Penyelidikan tanah
sederhana.
Pembuatan
rencana tapak,
Prarancangan.
Penyusunan ijin
pendahuluan
bangunan.
Penelitian dan
pengujian
anggaran
konstruksi fisik.
Gambar rencana
arsitektur.
Gambar rencana
struktur.
Penjelasanpenjelasan rencana.
Perhitungan struktur.
Rencana dan
perhitungan sistem
elektrikal.
Rencana dan
perhitungan sistem
mekanikal.
Rencana dan
perhitungan sistem
tata udara akustik.
Rencana dan
perhitungan sistem
tata udara/akustik.
Rencana dan
perhitungan sistem
plumbing.
PEMBUATAN
GAMBAR
KERJA
DOKUMEN
LELANG
Pembuatan
gambar detail.
Pembuatan
rencana kerja
dan syaratsyarat.
Pembuatan
rencana dan
volume biaya.
Survey pustaka, yaitu pengumpulan data dan informasi yang relevan dari data-data pustaka
untuk memperoleh informasi tentang kebijaksanaan, rencana, permasalahan, serta tujuan
dan sasaran pembangunan, konsep pengembangan, metode pendekatan, teknik analisis,
standar serta kasus yang telah diteliti.
Survey data instansional, yaitu pengumpulan atau perekaman data dari instansi-instansi yang
terkait dengan Perencanaan Pembangunan Ruang Tunggu Lapter.
Survey penelitian, yaitu survey sistematik suatu populasi untuk mengumpulkan data yang
berkait dengan kebijaksanaan yang tidak tersedia di sumber lain.
Survey lapangan, yaitu pemeriksaan keadaan lapangan yang selanjutnya dituangkan pada
laporan, statistik, atau peta.
c). Interview, yaitu untuk melengkapi ketiga survei tersebut apabila dirasakan sangat penting
guna memperoleh bahan/keterangan yang lebih rinci.
d) Observasi Lapangan, dilakukan dengan melibatkan beberapa observer guna melakukan
pengamatan serta wawancara secara intensif di lapangan. Dalam observasi tersebut disertai
dialog dengan Pengguna Prasarana Ruang Tunggu Bandara Nunukan mengenai masalahmasalah sehubungan dengan Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara
Nunukan
KV = f ( E, F )
Dimana :
KV = Kualitas Visual
E = Kualitas Ekspresif
F = Kualitas Fungsional
Kualitatif
Kuantitatif
PROSES ANALISIS
HASIL KELUARAN
Kualitatif
Kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kualitatif
Kualitatif
Mengkaji Dampak penting yang akan terjadi akibat interaksi antara komponen kegiatan
yang direncanakan dengan komponen lingkungan hidup yang perlu dikelola dan
dipantau agar dampak negatif dapat ditekan sekecil mungkin serta mengembangkan
dampak positif yang terjadi.
2).
Tinjauan dilakukan dengan Studi RPL dan RKL dimana hasil studi harus dapat
memberikan masukan terhadap desain dan pelaksanaan kegiatan proyek.
b. Dasar Hukum
Sebelum dilaksanakan pembuatan Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara
Nunukan perlu dilaksanakan pembuatan Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL), sebagai upaya
pengendalian lingkungan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Utara yang dalam hal
ini sebagai pihak yang berwenang dalam perencanaan di Kota.
Pekerjaan Sipil
Pelaksanaan pembangunan akan berdampak pada
-.
Kualitas Udara
Sumber dampak terhadap penurunan kualitas udara adalah pada saat
pembangunan jalan, bangunan dan prasarana lainnya. Pekerjaan tersebut
akan menimbulkan debu lokal sehingga akan menurunkan kualitas udara.
dan secara estetika kurang baik yang akan menyebabkan penurunan nilai
estetika lingkungan khususnya terhadap bangunan rumah sekitar jalan masuk
proyek.
Dampak tersebut walaupun terjadi selama pekerjaan sipil sekitar 12 bulan
atau lebih, tetapi akan menimbulkan ketidak puasan terhadap proyek
sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan konflik sosial antara masyarakat
setempat dan proyek.
-.
Kebisingan
Jenis kebisingan yang ditimbulkan oleh alat berat tergolong jenis impulsife
yang pemaparannya tidak terus-menerus, sehingga tidak menimbulkan
gangguan terhadap fungsi pendengaran tetapi terbatas kepada kenyamanan
istirahat penduduk dan menjauhnya fauna dari sekitar jalan proyek
khususnya jenis burung.
Dampak kebisingan akan terasa apabila pekerjaan sipil dilakukan pada malam
hari karena penduduk sedang beristirahat (tidur). Tolak ukur dampak adalah
baku mutu kebisingan untuk lingkungan pemukiman sebesar 55 dB dan ruang
terbuka
hijau
sebesar
50
dB
berdasarkan
KEPMENLH
No.
KEP/48/MENLH/11/1996.
Gangguan kenyamanan akan berlangsung selama konstruksi yaitu 1 (satu)
tahun atau lebih, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan konflik antara
penduduk dan proyek. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dampak
terhadap peningkatan terhadap kebisingan perlu dikelola.
c. Kualitas Air
1) Kualitas Udara
Sirkulasi udara tidak normal akibat pembangunan bangunan yang cukup tinggi
terhadap lingkungan sekitar.
2) Kebisingan
Sumber kebisingan berasal dari generator meskipun pemakaiannya hanya
sebagai cadangan dalam waktu tertentu.
3) Kualitas Air
Sumber dampak terhadap penurunan kualitas air ditimbulkan dari limbah
kimia, limbah diterjen.
4) Limbah Padat
Limbah padat (sampah) berupa sampah berasal dari dapur, kantor dan
halaman.
Kriteria Umum
Menjamin bangunan yang didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan tata
bangunan yang ditetapkan di daerah yang bersangkutan.
2.
b.
c.
b.
c.
3.
b.
c.
d.
Menjamin perlindungan property lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh
kegagalan struktur
4.
Menjamin terwujudnya bangunan yang mempunyai akses yang layak, aman dan
nyaman ke dalam bangunan dari fasilitas serta layanan didalamnya
b.
Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau luka saat
evakuasi pada keadaan darurat
c.
5.
bangunan gedung
b.
6.
7.
Persyaratan Sanitasi
a.
b.
c.
8.
Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alami maupun buatan
dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai
dengan fungsinya
b.
9.
Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara secara baik
Persyaratan Pencahayaan
a.
b.
Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan yang menimbulkan
dampak negatif suara dan getaran perlu melakukan upaya pengendalian
pencemaran dan atau mencegah perusakan lingkungan
SNI 03-1727-1989 Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung Tata cara ini
digunakan untuk memberikan beban yang diijinkan untuk rumah dan gedung, termasuk bebanbeban hidup untuk atap miring, gedung parkir bertingkat dan landasan helikopter pada atap
gedung tinggi dimana parameter-parameter pesawat helikopter yang dimuat praktis sudah
mencakup semua jenis pesawat yang biasa dioperasikan. Termasuk juga reduksi beban hidup
untuk perencanaan balok induk dan portal serta peninjauan gempa, yang pemakaiannya optional,
bukan keharusan, terlebih bila reduksi tersebut membahayakan konstruksi atau unsur konstruksi
yang ditinjau
SNI 03-1728-1989 Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung Tata cara ini digunakan
untuk memberikan landasan dalam membuat peraturan-peraturan mendirikan bangunan di
masing-masing daerah, dengan tujuan menyeragamkan bentuk dan isi dari peraturan-peraturan
bangunan yang akan dipergunakan di seluruh kota-kota di Indonesia
SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung Tata cara ini digunakan
untuk mengarahkan terciptanya pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan baja yang memenuhi
ketentuan minimum serta mendapatkan hasil pekerjaan struktur yang aman, nyaman dan
ekonom
SNI 03-1734-1989 Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang Untuk
Rumah dan Gedung Tata cara ini digunakan untuk mempersingkat waktu perencanaan berbagai
bentuk struktur yang umum dan menjamin syarat-syarat perencanaan tahan gempa untuk rumah
dan gedung yang berlaku
SNI 03-1736-2000 Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung Tata cara ini digunakan untuk perencanaan struktur
bangunan terhadap pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung
SNI 03-1745-2000 Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Rumah dan Gedung. Tata cara ini digunakan sebagai panduan dalam pemasangan
sistem hidran untuk memberikan persyaratan minimum pada pemasangan sistem hidran dalam
upaya pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung
SNI 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar untuk
Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Gedung Digunakan untuk pemasangan alat
bantu evakuasi dalam upaya penyelamatan manusia dan meningkatkan keamanan terhadap
bahaya kebakaran
SNI 03-1963-1990 Tata Cara Dasar Koordinasi Modular untuk Perancangan Bangunan Rumah dan
Gedung Tata cara ini digunakan sebagai pegangan dasar dalam merencana rumah dan gedung
menggunakan koordinasi modular. Tujuannya untuk mewujudkan rencana teknis bangunan
rumah dan gedung yang optimal
SNI 03-1964-1990 Metode Pengujian Berat Jenis Tanah Judul direvisi menjadi :Cara Uji Berat Jenis
Tanah Metode ini digunakan untuk mengetahui besarnya berat jenis (specific gravity ) tanah
SNI 03-1972-1990 Metode Pengujian Slump Beton Judul Di revisi menjadi : Cara Uji Slump Beton
Cara uji ini meliputi penentuan nilai slump beton, baik di laboratorium maupun di lapangan. Nilainilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan digunakan sebagai standar.
SNI 03-1973-1990 Metode Pengujian Berat Isi Beton Judul Di Revisi Menjadi : Cara Uji Berat Isi,
Volume Produksi Campuran dan Kadar Udara Beton Metode ini digunakan untuk menentukan
SNI 03-2410-1994 Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat Emulsi Tata cara ini
dimaksudkan untuk memberikan petunjuk teknis dalam mengerjakan pengecatan dinding tembok
dengan cat emuisi agar diperoleh hasil yang baik, dan memuat tentang persyaratan bahan dan
alat, pelaksanaan pengecatan, dan cara penanggulangan bila terjadi kegagalan dalam pengecatan.
NI 03-2453-2002 Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan
Pekarangan Standar ini menetapkan cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan
pekarangan termasuk persyaratan umum dan teknis mengenai batas muka air tanah (mat), nilai
permeabilitas tanah, jarak terhadap bangunan, perhitungan dan penentuan sumur resapan air
hujan. Air hujan sdslsh sir hujan yang ditampung dan diresapkan pada sumur resapan dari bidang
tadah
SNI 03-2461-2002 Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan Struktur Standar ini
dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi produsen / perencana dan pelaksanaan
pekerjaan beton dalam menilai mutu agregat ringan yang memenuhi persyaratan. Spesifikasi ini
mencakup ketentuan mengenai agregat ringan yang digunakan dalam pembuatan beton
struktural dengan pertimbangan utamanya adalah ringannya bobot dan tingginya kekuatan, yang
meliputi persyuaratan mengenai komposisi kimia, sifat fisis serta penggantian pasir alam. Nilai
dinyatakan dalam satuan metrik yang digunakan sebagai standar
SNI 03-2834-2000 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal Tata cara ini
digunakan untuk merencanakan proporsi campuran beton tanpa menggunakan bahan tambahan
dan bertujuan untuk mendapatkan proporsi campuran yang dapat menghasilkan mutu beton
sesuai dengan rencana
SNI 03-2916-1992 Spesifikasi Sumur Gali Untuk Sumber Air Bersih Spesifikasi ini bertujuan
memberikan persyaratan teknis sumur gali sebagai sumber air baku untuk air bersih yang
terlindung dari pencemaran
SNI 03-3399-1994 Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu di Laboratorium Metode ini digunakan
untuk menentukan nilai kuat tarik sejajar serat dan tegak lurus serat kayu.
SNI 03-3400-1994 Metode Pengujian Kuat Geser Kayu di Laboratorium Metode ini digunakan
untuk menentukan nilai kuat geser sejajar serat kayu
SNI 03-3430-1994 Tata Cara Perencanaan Dinding Struktur Pasangan Blok Beton Berongga
Bertulang Untuk Bangunan Rumah dan Gedung Tata cara ini digunakan dalam perencanaan dan
pelaksanaan bangunan yang menggunakan struktur pasangan blok beton berongga bertulang
SNI 03-2397-1991 Tata cara ini memuat tentang persyaratan teknis untuk perencanaan rumah
sederhana di daerah rawan angin, guna memberikan jaminan bagi penghuninya, mencakup
perancangan konstruksi dan cara meningkatkan ketahanan struktur rumah terhadap angin.
1. PERANCANGAN ARSITEKTUR
Pekerjaan perancangan Arsitektur ini dimaksudkan untuk pedoman dalam penyusunan pokokpokok dan sistematika perancangan keseluruhan. Dan proses studi perancangan ini juga
diharapkan dapat menghasilkan data dasar fungsional kebutuhan ruang-ruang dan bangunan
harus memenuhi:
Keselamatan penghuni pada saat terjadinya bencana karena ulah manusia, alam, atau
pencemaran yang mengancam kesehatan.
b. Kriteria Khusus
Bangunan
diupayakan
dapat
memanfaatkan
semaksimal
mungkin
potensi
alami
(pencahayaan alami, pada kondisi tertentu dapat diupayakan pengkondisian udara alami).
Pengelompokan fungsi dalam bangunan dilakukan sesuai dengan sifat dan hierarkhi serta
masih kesatuan yang utuh.
Jaringan sirkulasi manusia atau barang harus disusun seefisien mungkin dan tidak
mengganggu fungsi bangunan.
Segi arsitektur harus memperhitungkan faktor iklim, geografis, ciri khas dan ciri khas
Indonesia yang serasi dengan lingkungan sekitarnya tanpa mengorbankan fungsinya.
c. Azas-azas
Desain bangunan hendaknya fungsional efesien, menarik, aman dan direncanakan bentuk
yang harmonis dengan lingkungannya.
Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan pada kemewahan material, tetapi pada
kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan teknik sosial bangunan.
Bangunan yang direncanakan hendaknya turut meningkatkan kualitas dan berdampak positif
terhadap lingkungan sekitarnya.
Dasar-Dasar Perencanaan
1.
2.
Terciptanya ruangan-ruangan yang tepat guna bagi kegiatan operasional fungsi ini.
3.
penampilan
bangunan
sebagai
sarana
pelayanan
umumnya/masarakat.
Adaptif dengan lingkungan sekitar.
Selaras dengan sosial budaya setempat.
4.
Lingkungan non fisik yang ingin diciptakan yakni suasana lingkungan bekerja dan pelayanan
yang harmonis.
Pedoman Perencanaan
1. Kriteria umum yang meliputi :
Persyaratan fungsional.
Persyaratan teknis teknologi.
Keselarasan terhadap lingkungan fisik dan sosial budaya setempat.
2. Kriteria khusus meliputi :
Penampilan sebagai sarana pelayanan yang tidak lepas dari lingkungan setempat.
Pencerminan dari bangunan yang berada di daerah tropis.
Pemanfaatan potensial alami semaksimal mungkin.
Pengelompokan fungsi yang jelas.
Jaringan sirkulasi baik manusia maupun kendaraan yang efisien.
Penggunaan bahan-bahan produksi dalam negeri.
3. Ketentuan-ketentuan lain yang umumnya berlaku untuk pembangunan gedung seperti
standard, pedoman, dan peraturan-peraturan.
Ketentuan tentang fasilitas.
Ketentuan ruang dan jenis ruang.
Menyelaraskan terhadap bentuk dan arsitektur lingkungan yang ada di wilayah Provinsi
Kalimantan Utara yang telah dipakai pada perencanaan bangunan lainnya yang terdapat di
Provinsi Kalimantan Utara, dengan tetap merencanakan sesuai dengan standar umum bentuk
bangunan Ruang Tunggu Bnadara Nunukan yang telah ada serta dengan paduan unsur-unsur
lain agar mendukung terciptanya karakteristik bangunan gedung tersebut secara khas.
Mempertimbangkan kepentingan fungsi dari bangunan gedung tersebut yaitu sebagai sarana
pelayanan Sosial masyarakat Kalimantan Utara . Hal ini diterapkan dalam mencipta bentuk
dan pengolahan imajinasi agar berkesan melayani dan memberikan kenyamanan.
Mempertimbangkan karakter dan identitas bangunan dari Ruang Tunggu Bandara Nunukan
sebagai bangunan yang bersahabat.
Mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan yang nyaman dan serasi terhadap
kawasannya maupun lingkungan diluarnya. Hal ini di tuangkan dalam pengolahan lahan
terbuka dan lansekap pada kawasan, yaitu degan mengalokasikan dan merencanakan
landsekap dan lahan terbuka yang seimbang terhadap bangunan-bangunan disekitarnya.
Bentuk masa, fasade, ornamen, detail, material dan warna yang diterapkan pada Penyusunan
Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara Nunukan menyesuaikan terhadap konsep yang
telah dipilih atau diciptakan dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan lainnya seperti
tersebut diatas.
Hal-hal lain mengenai tinggi/tingkat dan segala sesuatunya disesuaikan dengan ketentuanketentuan dalam rencana tata ruang, dan atau rencana tata bangunan dan lingkungan yang
ditetapkan untuk daerah lokasi perencanaan pembangunan.
Pendekatan Lingkungan
Kondisi exsisting lahan serta lingkungan sekitarnya merupakan titik tolak dalam melakukan
pemantapan rencana tapak.
Hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
Kondisi fisik dan biotik lahan dan lingkungan sekitar.
Kondisi sosial ekonomi lingkungan.
Kondisi iklim setempat.
Pendekatan Simbolisme
Selaku sarana pelayanan, bangunan ini seyogyanya harus menunjukan keberadaannya. Faktorfaktor yang harus diperhatikan untuk mencapai ini, yaitu :
1. Skala pandang
Skala ini merupakan ukuran visual antar fasilitas, proporsi dan keseimbangan terhadap
komposisi massa.
2. Patokan pandang :
Adanya unsur tertentu yang dapat ditonjolkan sehingga menimbulkan citra khas yang dapat
mewakili seluruh kawasan lingkungan. Identitas ini dicapai dengan menerapkan unsur-unsur
Arsitektur setempat yang merupakan hasil modifikasi bentuk dari beberapa komponen,
misalnya:
Bentuk masa bangunan.
Bentuk atap.
Bentuk dan letak tangga.
Sistem struktur.
Ornamen bangunan.
Bentuk dan jarak kolom.
Persyaratan Ruang
Yang dimaksud dengan persyaratan ruang disini adalah segala hal yang dapat melengkapi serta
meningkatkan mutu fungsi ruang yaitu: penghawaan, penerangan, pengendalian kebisingan,
penetrasi matahari, dan kenyamanan audial/visual.
Pada prinsipnya adalah cukup penerangan, cukup ventiliasi dan tidak lembab serta tidak silau,
maka
dipertimbangkan persyaratan sebagai berikut :
Memanfaatkan cahaya alami secara optimal dan juga menggunakan pencahayaan
buatan.
Setiap ruang harus mendapatkan ventilasi alami kecuali ruang-ruang tertentu yang
perlu pengkondisian buatan terhadap tata udara.
Hubungan antar ruang terutama didasarkan pada fungsi serta arus kegiatan yang timbul
sesuai dengan organisasi ruang dari masing-masing fasilitas.
Untuk menjaga kelembaban udara dalam ruangan perlu pengaturan temperatur antara
lain membuat jendela/bukaan yang cukup.
Dasar-dasar rancangan tetap guna adalah jumlah, luas dan susunan ruangan-ruangan
harus sesuai dengan kebutuhan yang diperhitungkan dengan jumlah penghuni dan pola
kegiatan.
Jumlah luas ruangan diambil sesuai dengan petunjuk yang tercantum didalam TOR. Pada
waktunya, guna mendapatkan penataan ruangan yang sesungguhnya diperlukan
penelaahan yang seksama mengenai hal ini.
Material
1. Kriteria pemilihan bahan bangunan yang dikembangkan untuk mendukung konsep massa
bangunan (bentuk) dan tentunya konsep interior adalah :
Bahan yang mudah dalam perawatan.
Mudah didapat dan mudah diperbaiki.
Sesuai kebutuhan, fungsi dan efisien.
a. Lantai :
Marmer lokal/homogenous tile, diperuntukan pada hall.
Karpet, diperuntukan pada Mushola.
Keramik, diperuntukkan pada ruang tunggu, selasar/koridor
Rabat beton/paving block/paving grass, diperuntukkan pada ruang luar (parkir).
Aspal, diperuntukkan pada jalur sirkulasi untuk kendaraan.
Pearlstone atau bahan lainnya untuk ornamen lantai pada taman.
b. Pasangan dinding, kombinasi antara beton bertulang, dinding batu bata, dinding/bataco.
c. Lapisan Dinding :
Marmer lokal, ruang-ruang khusus
Plester difinish wallpaper pada Gedung Serba Guna (GSG).
Plester difinish cat, pada ruang interior lainnya.
Kaca tempered pada ruang-ruang yang membutuhkan cahaya/udara alami.
Bagian bawah dinding luar dilapis dengan menggunakan batu alam keras sehingga
mencerminkan kekokohan.
d. Plafond :
Desain khusus, untuk hall dari bahan gypsum flat.
GRC Board 5 mm, untuk KM / WC dan ruang penunjang lainnya.
persyaratan : kekuatan
Beban hidup
b) Beban Horisontal :
b.
Beban Angin
Beban Gempa
Beban Konstruksi
Konstruksi Pondasi
c. Sistem Struktur
1) Sistem struktur bangunan ini dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
Struktur bagian atas (dari lantai sampai atap).
Struktur bagian bawah (pondasi).
a) Sistem struktur bagian atas :
Struktur lantai-lantai tingkat dipilih plat beton yang dicor monolit dengan balok-balok
anak dan balok-balok portal yang dipikul oleh kolom-kolom beton bertulang. Jika
dikehendaki atau berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, dapat digunakan
pelat balok-balok bertulang.
Kedalaman, cukup unuk menjamin tidak ada desakan dari tanah (tidak
bergeser) (min 60 cm) bebas dari perubahan musim/ gangguan alam (min 1
m) aau dibawah level scouring dan tanah organik
II.)
III.)
Pondasi aman terhadap bahan-bahan reaktif (awet), tidak boleh retak dan
tidak boleh melentur berlebihan
IV.)
VI.)
b.
PPI
NPC (AS)
SII
BS
: British Standard
FOC (AS)
NFPA (AS)
NEC (AS)
AWWA
PUIL
PUBB
PBI
ANSI
ASTM
JIS
ASME
UL
FM
: Factory Manual
SMACNA
ASHRAE
c.
Sistem deteksi dan tanda bahaya kebakaran maupun untuk pengendali kebakaran.
Sistem pencahayaan dan tenaga (stop kontak), penerangan halaman dan bangunan
penunjang.
2) Mekanikal/Elektrikal
Merencanakan sistem tenaga listrik (PLN, Diesel) dari sumber sampai distribusi dan
pengamanannya.
3) Sistem Komunikasi
5) Penyehatan/Sanitasi
Merencanakan kebutuhan air bersih, sumber air bersih, pola distribusi, reservoir,
menara air dan sebagainya.
d. Sistem Utilitas
1) Sistem Pengkondisian Udara
Sistem pengkondisian udara dimaksudkan untuk mengkondisikan udara khususnya di dalam
ruangan, agar memberikan kenyamanan bagi penghuni. Kenyamanan ruangan tersebut antara
lain dipengaruhi oleh temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan sirkulasi. Pada bangunan
seperti ini sistem yang digunakan adalah sistem sentral.
Sistem pendinginan terdiri dari dua macam sistem yaitu yang menggunakan air atau udara.
Sistem tersebut dirujuk dari literatur sebagai berikut :
a. Air to Air System
Pendinginan dilakukan dengan memanfaatkan udara luar dan gas freon.
Macam-macam sistem adalah window, split, multi split, sentral dengan AHU air cooled,
air cooled package.
Reservoar bawah diletakkan pada bagian terendah muka tanah atau di bawah muka
tanah.
Pompa
Pompa ditempatkan dalam sebuah bangunan yang berdekatan dengan tangki bawah,
hal ini memungkinkan sistem operasiaonal yang disyaratkan.
Pipa distribusi
Pipa yang didistribusikan secara vertikal ditempatkan pada shaft berupa ruangan
yang menghubungkan antara satu lantai dan lantai berikutnya. Sedangkan untuk pipa
yang didistribusikan secara horizontal ditempatkan di bawah lantai kerja.
d) Persyaratan pipa :
Pipa tidak langsung dimasukkan ke dalam dinding tapi dimasukkan ke dalam pipa
yang diameternya lebih besar. Hal ini dimaksudkan agar pipa tersebut dapat bergerak
pada saat pemuaian dan penyusutan, sehingga tidak merusak dinding atau pipa itu
sendiri
Awet dalam pemakaian dan mampu menerima tekanan khususnya dalam pipa itu
sendiri.
Reservoar atas, diletakkan pada lantai top floor untuk menampung semua air
sebelum didistribusikan.
Pompa. Untuk sistem ini dilengkapi juga dengan pipa booster yang diletakkan pada
lantai atas dekat dengan tangki atas untuk memudahkan pendistribusian air ke lantailantai di bawahnya.
Bagian penting dalam UUBG adalah pada Bab IV yang mengatur mengenai persyaratan bangunan.
Terdapat 2 (dua) hal utama pada persyaratan bangunan yakni persyaratan administrasi
(perizinan, status lahan, kepemilikan bangunan) dan persyaratan teknis (persyaratan intensitas
bangunan dan persyaratan kehandalan).
UUBG selanjutnya diuraikan secara lebih rinci menjadi 120 Pasal dan 9 Bab dalam PP no 36 Tahun
2005 tentang Peraturan pelaksanaan UU nomor 28 Tahun 2002 Bangunan Gedung Selanjutnya
UUBG serta peraturan pelaksanaannya mengamanatkan bahwa suatu bangunan gedung harus
memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) sebagai prasyarat mendirikan bangunan gedung, dan
untuk dapat dimanfaatkan harus terlebih dahulu memiliki sertifikat laik fungsi (SLF).
Spesifikasi teknis untuk bahan hendaknya juga memperhatikan hirarki Pengguna Jasa
transportasi.
Perencanaan perabot kerja dan perabot perlengkapan dalam hubungan dengan tata
ruangannya.
Penampilan ruang dalam dari gedung Ruang Tunggu Bandara Nunukan haruslah terlihat ramah,
mengundang serta representatif. Hal ini dapat dihasilkan dengan memperhatikan:
Lay out ruangan yang lapang dan ramah, namun aman ke / dari Luar
Hukum dan Kebijakan, menganalisis hirarki, fungsi dan peran yang diemban oleh suatu
wilayah sehingga memperjelas hukum dan kebijakan yang berlaku dalam suatu wilayah,
dalam hal ini adalah kebijakan dan undang-undang yang pernah dikeluarkan oleh
pemerintah daerah yang berkaitan dengan sektor Perhubungan.
B.
Lokasi
a.
b.
C.
D.
Lingkungan
a.
E.
Klasifikasi penting/khusus
Kenyamanan berkendaraan ataupun berjalan kaki dapat berkurang akibat sirkulasi yang
kurang baik misalnya ketidakjelasan sirkulasi serta ketiadaan hirarki sirkulasi. Pola sirkulasi
terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
a.
Hirarki jalan, terbagi ke dalam beberapa kelas/tipe jalan merupakan hal penting
dalam variasi sirkulasi di suatu wilayah yang didasari oleh besarnya kapasitas
jalan dalam menampung volume kendaraan maupun pedestrian.
Hirarki jalur kendaraan, terbagi kedalam dua bagian, yaitu jalur distribusi (jalur
untuk gerak perpindahan lokasi atau jalan utama) dan jalur akses (jalur yang
menghubungkan jalan utama dengan pintu masuk kawasan)
b.
c.
Kelengkapan sarana dan prasarana penunjang, seperti terminal, tempat parkir, halte,
maupun rambu-rambu lalu lintas.
F.
Iklim
Pertimbangan gejala iklim dalam skala besar maupun kecil sangat penting seperti
perubahan arah angin, suhu, curah hujan, serta sudut/pola bayangan matahari.
b.
Topografi
Bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi merupakan sumber daya
visual dan estetika yang sangat mempengaruhi lokasi dari berbagai tata guna tanah,
serta fungsi rekreasi, interpretatif, dan sebagainya. Beberapa hal yang termasuk ke
dalam topografi adalah: ketinggian permukaan, orientasi topografi dan kelerengan.
c.
d.
Vegetasi
Jenis dan pola vegetasi merupakan sumber daya rekreasi, visual dan ekologi yang
penting. Jenis vegetasi setempat berkaitan dengan tanah, mikroiklim, hidrologi dan
topografi. Vegetasi juga berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan dengan
pembatas fisik, pengendali iklim, pencegah erosi, habitat satwa, nilai estetis dan
kontrol pandangan (visual control).
G.
Sistem jaringan
a.
Jaringan utilitas, termasuk diantaranya jaringan drainase, air bersih, air limbah
b.
Jaringan komunikasi
c.
Analisis tapak eksternal dilakukan dengan menggabungkan data sekunder (Master Plan Bandara
Nunukan, data RUTRK, RDTR dan RTRW) dan data primer (pengamatan lapangan, wawancara).
B.
Hukum
a.
b.
c.
d.
Kondisi tapak
a.
Alami
Angin
Jenis tanah
Pemahaman terhadap pembentukan dan jenis tanah sangat penting dalam
penentuan kesesuaian tapak dalam mendirikan bangunan dan struktur lainnya,
memberikan informasi terhadap penanaman vegetasi dan lokasi habitat satwa
liar.
Vegetasi
Hidrologi
Jenis dan kualitas air pada suatu tapak merupakan sumber daya visual dan
rekreasi yang penting. Akan tetapi yang lebih penting adalah pertimbangan
sistem hidrologis atau tata air yang saling berkaitan. Kemampuan tata air harus
diperhatikan apabila sistem tersebut akan dimanfaatkan.
b.
C.
Bahaya bencana, seperti bahaya longsor, banjir, gempa bumi, dan sebagainya.
Buatan
Sirkulasi
Kendaraan
Utilitas
Penerangan
D.
a.
b.
c.
d.
Kebisingan
e.
Mudah untuk menumbuhkan dan pemeliharaannya, serta sesuai dengan iklim setempat.
3)
Menggunakan bibit tanaman yang sudah cukup besar secara fisik, sehingga tidak mudah
mati bila mendapat gangguan-gangguan fisik yang ringan.
4)
e. Perencanaan dan perancangan tata ruang ini selengkapnya akan meliputi pekerjaan-pekejaan
:
1) Perancangan perkerasan (sirkulasi kendaraan beserta tempat parkirnya, plaza, tempat
upacara, sirkulasi pejalan kaki, dan lain sebagainya).
2) Perancangan dan penataan penghijauan (tanaman pelindung, penghias, pengarah, dan
lain sebagainya).
3) Perancangan perabot taman (tiang bendera, lampu taman, dan lain sebagainya) beserta
marka grafisnya.
Untuk menampilkan citra kokoh namun tetap bersahabat pada bangunan ini adalah :
Bentuk bangunan yang simetris (stabil).
Modul bangunan, berupa grid bujur sangkar yang mempunyai kestabilan yang sempurna..
Serasi dengan lingkungan
Mewakili daerah setempat
Terlihat nyaman dan menyenangkan
Selain menampilkan bentuk yang kokoh, bangunan kantor ini dituntut untuk selalu dekat dengan
masyarakat, atau kata lain adalah bersahabat. Nada bersahabat tersebut ditampilkan pada:
Skala bangunan menggunakan skala intim.
Ruang penerima/kanopi untuk Drop Off yang relatif lebar sehingga para pengunjung
khususnya masyarakat sekitar merasa dimuliakan sebagai tamu.
Pembatas antara lahan dengan site sekitar bangunan dibuat transparan, dan pagar
merupakan elemen pemanis taman depan yang berfungsi tidak hanya sekedar pembatas
site.
1. PROGRAM KERJA
Secara rinci, pekerjaan Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara Nunukan terdiri
dari kegiatan-kegiatan berikut :
Pekerjaan Pra-Rencana
Diskusi
Pekerjaan Persiapan Dan Survey terdiri atas: Persiapan Instrumen Survey, Pengayaan
Subststansi, Inventarisasi Kebutuhan Studi dan Perancangan Rencana Form dan Kompilasi Data
seperti dalam penjelasan berikut :
1.
Persiapan Instrumen Survey, merupakan kegiatan untuk memobilisasi tim dan menyamakan
persepsi tentang keluaran dan lingkup pekerjaan, metodologi, dan jadwal pekerjaan.
Kegiatan ini dilakukan dalam durasi waktu 1 (satu) minggu.
2.
Persiapan
Pengukuran situasi
Pengayaan substansi dilakukan dalam waktu 2 (dua) minggu, paralel dengan kegiatan
persiapan.
3.
Inventarisasi kebutuhan studi, mencakup kebutuhan data dan informasi serta kebutuhan
alat analisis data. Sedangkan teknik yang digunakan Dalam Pengumpulan Data Adalah :
Teknik Observasi : Dalam Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara
Nunukan ini, dapat dikumpulkan dengan cara mengadakan tinjauan langsung ke
wilayah perencanaan. Dengan teknik ini, diharapkan dapat terhimpun data yang
kongkrit dan aktual.
Wawancara dan Diskusi dengan stakholder/pelaku yang terkait dengan pengembangan
wilayah Bangunan Ruang Tunggu Bandara Nunukan untuk mendapatkan masukan
mengenai permasalahan dan persoalan yang terjadi dan harapan yang diinginkan oleh
pelaku pembangunan di Kawasan Rencana Ruang Tunggu Bandara Nunukan untuk
masa yang akan datang.
Studi Literatur : mengumpulkan data dari berbagai buku laporan atau hasil studi yang
telah dilakukan yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas. Hal ini
diharapkan agar Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara Nunukan
Perancangan Rencana dan Form Kompilasi Data, disesuaikan dengan kebutuhan data,
ketersediaan sumber daya, dan kebutuhan analisis.Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 3
(tiga) minggu, paralel dengan kegiatan inventarisasi kebutuhan studi.
Kegiatan 1 sampai 4 akan dilaporkan dalam bentuk laporan pendahuluan
dan dibahas oleh tim pengarah untuk mendapatkan masukan terhadap
keluaran, lingkup, dan metodologi kegiatan.
Pekerjaan Pra-Rencana dilanjutkan setelah persiapan dan survey, kegiatannya antara lain
pengumpulan data, kompilasi data dan konsep perencanaan skematik, program ruang dan
perkiraan biaya serta persyaratan bangunan dan lingkungan
5.
Pengumpulan Data., dilakukan untuk lebih mendetailkan data yang disesuaikan dengan
kebutuhan data dengan survei langsung ke instansi-instansi terkait untuk mendapatkan data
sekunder maupun survei dengan menyebarkan kuesioner dan pengamatan langsung di
lapangan. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dalam waktu 2 (dua) minggu.
6.
Kompilasi Data dan Konsep Perencanaan Skematik. Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk
menyiapkan data agar dapat dianalisis sesuai dengan kebutuhan studi. Kegiatan kompilasi
data dialokasikan selama 2 (dua) minggu parallel dengan kegiatan Pengumpulan Data.
7.
Program Ruang dan Perkiraan Biaya, menghasilkan rencana pengembangan dari konsep
skematik yang menghasilkan perencanaan yang lebih terukur dengan mengikui standard dan
kebutuhan ruang, serta berisikan draft rencana perkiraan point-point dalam perkiraan biaya
pembangunan.. Kegiatan identifikasi kawasan ini dilakukan dalam waktu 3 (tiga) minggu.
8.
Kegiatan 5 sampai 8 akan dilaporkan dalam bentuk laporan antara dan dibahas oleh tim
pengarah untuk mendapatkan masukan terhadap profil, posisi, dan permasalahan
pengembangan Ruang Tunggu Bandara Nunukan
9. Penyusunan Konsep Rencana Arsitektur dan Visualisasinya Kegiatan yang dilakukan parallel
dengan rencana demi mengefisienkan waktu yang tersedia namun tetap memiliki batas
minimal penilaian yang efisien dan terintegrasi dengan konsep sebelumnya. Kegiatan ini
merupakan puncak dari perencanaan yang mendetail sehingga menghasilkan konsep yang
sudah terukur dan terencana dan sudah dapat terlihat bentuk dari konsep yang diusung sejak
awal.
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 11 (sebelas) minggu.
10. Penyusunan Konsep Rencana Struktur dan Perhitungannya Kegiatan yang sudah terintegrasi
antara model sketsa rencana dengan rencana struktur yang mungkin untuk direncanakan
beserta hasil perhitungan sehingga rencana struktur sudah dapat terlihat dimensi struktur
yang sudah disesuaikan dengan standar minimal yang diijinkan. Kegiatan ini paralel dengan
kegiatan arsitektur.
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 9 (sembilan) minggu.
11. Penyusunan Konsep Rencana Utilitas Bangunan dan Kawasan serta Perhitungannya
Kegiatan perencanaan dan pengembangan konsep utilitas baik untuk bangunan dan kawasan
serta perhitungannya sehingga perencanaan utilitas pun telah dapat direncanakan berikut
dimensi dan peralatan utilitas yang direncanakan. Kegiatan ini parallel terhadap pekerjaan
amdal, arsitektur dan struktur.
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 6 (enam) minggu.
Diskusi
1.
Lengkapnya, rencana kerja, yang mencakup tahapan, kegiatan, pelaporan, sasaran, metoda, dan
alokasi tenaga ahli dapat dilihat pada Tabel E 1
i. Pemberi Tugas
Dalam pekerjaan ini, pemberi tugas memiliki wewenang sebagai:
Penyusun kerangka acuan kerja dan spesifikasi teknis yang jelas sesuai dengan pekerjaan.
Pemberi informasi yang diperlukan oleh Tim Konsultan.
Mitra konsultan dalam melakukan konsultasi, perundingan maupun negosiasi yang bersifat
administratif maupun teknis.
Pemberi saran, usulan dan kritik terhadap hasil rancangan yang dihasilkan tim konsultan
apabila kurang sesuai dengan permasalahan yang ada.
ii. Konsultan
Tanggung jawab konsultan dalam pekerjaan Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu
Bandara Nunukan adalah:
Wajib mengikuti kebijakan/peraturan, ketentuan-ketentuan maupun petunjuk yang telah
ditetapkan.
Wajib berkonsultasi kepada pemberi tugas atau tim teknis yang ditunjuk.
Wajib menciptakan dan membina hubungan yang baik dengan instansi maupun organisasi
yang berkaitan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
Tim Penyusun dalam pelaksanaan Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara
Nunukan terdiri dari:
A Tenaga Ahli
1. Team Leader
Ketua Tim disyaratkan seorang Magister Teknik Sipil/ Arsitektur, Strata Dua (S1) lulusan Unversitas
Negeri atau perguruang tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam pelaksanaan
pekerjaan di bidang Pekerjaan Arsitektural sub bidang Arsitek Bangunan Gedung sekurangkurangnya 5 (Lima) tahun. Sebagai ketua tim, tugas utamanya dalah memimpin dan mengkoordinir
seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan selama 90 (sembilan puluh) hari
kalender penuh sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
2. Ahli Arsitektur
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah 1 (Satu) orang Sarjana Arsitektur Strata satu (S1) lulusan
Unversitas Negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan di bidang Pekerjaan Arsitektural sub bidang Arsitek Bangunan Gedung
sekurang-kurangnya 8 (Delapan) tahun.
3. Ahli Mekanikal Elektrikal
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah 1 (Satu) orang Sarjana Teknik Elektro Strata satu (S1) lulusan
Unversitas Negeri atau perguruang tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan di bidang Pekerjaan Elektronikal sub Bidang Elektronik sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun.
4. Ahli Interior
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah 1 (satu) orang Sarjana Teknik Arsitektur Strata satu (S1) lulusan
Unversitas Negeri atau perguruang tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan di bidang Pekerjaan Desain Interior sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
5. Ahli Cost Estimator
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah 1 (satu) orang Sarjana Sipil Strata satu (S1) lulusan Unversitas
Negeri atau perguruang tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam pelaksanaan
pekerjaan di bidang Pekerjaan Sipil sub bidang Struktur Bangunan sekurang-kurangnya 5 (lima)
tahun.
6. Asisten Ahli Mekanikal Elektrikal
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah 1 (satu) orang Sarjana Elektro/ Mesin Strata satu (S1) lulusan
Unversitas Negeri atau perguruang tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan di bidang Pekerjaan Mekanikal Elektrikal sekurang-kurangnya 3 (Tiga) tahun.
7. Asisten Ahli Interior
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah 1 (satu) orang Sarjana Arsitek Strata satu (S1) lulusan Unversitas
Negeri atau perguruang tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam pelaksanaan
pekerjaan di bidang Pekerjaan Desain Interior Bangunan sekurang-kurangnya 3 (Tiga) tahun.
Berjumlah 1 (Satu) orang berpendidikan Mimimal STM Bangunan, dengan pengalaman minimal 5
tahun dan mempunyai pengalaman dalam bidangnya.
C. Tenaga Pendukung
1. Administrasi
Berjumlah 1 (Satu) orang berpendidikan Minimal Strata Satu (S1) dibidang Ekonomi dan
mempunyai pengalaman dalam bidang Administrasi.