Anda di halaman 1dari 55

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya

PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

BAB E

PENDEKATAN METODELOGI DAN PROGRAM


KERJA
1.

PENDEKATAN TEKNIS

a. Proses Pekerjaan Perancangan


PENTERJEMAHAN
INFORMASI
PERANCANGAN

PRA
PERANCANGAN
SKEMATIK DESIGN

PENGEMBANGAN
RANCANGAN

Penyusunan
Rencana
Pelaksanaan dan
Alokasi Tenaga.
Uraian Maksud
dan tujuan
perancangan.
Pengumpulan data
lapangan,
lingkungan dan
persyaratan
setempat.

Penyelidikan tanah
sederhana.
Pembuatan
rencana tapak,
Prarancangan.
Penyusunan ijin
pendahuluan
bangunan.
Penelitian dan
pengujian
anggaran
konstruksi fisik.

Gambar rencana
arsitektur.
Gambar rencana
struktur.
Penjelasanpenjelasan rencana.
Perhitungan struktur.
Rencana dan
perhitungan sistem
elektrikal.
Rencana dan
perhitungan sistem
mekanikal.
Rencana dan
perhitungan sistem
tata udara akustik.
Rencana dan
perhitungan sistem
tata udara/akustik.
Rencana dan
perhitungan sistem
plumbing.

PEMBUATAN
GAMBAR
KERJA

DOKUMEN
LELANG

Pembuatan
gambar detail.
Pembuatan
rencana kerja
dan syaratsyarat.
Pembuatan
rencana dan
volume biaya.

Gambar E.1 Proses Pekerjaan

b. Kriteria, Azas-Azas, Penterjemahan Informasi Dan Metoda Pendekatan Metodologi


Perencanaan teknik merupakan kelanjutan dari perkerjaan perencanaan tata letak dan pra
rancangan bangunan yang dilengkapi dengan masukan-masukan baru yang lebih detail dan
mencakup seluruh aspek bangunan. Dasar perencanaan menggunakan peraturan bangunan yang
berlaku setempat, minimal mengacu/merujuk pada SII dan peraturan-peraturan yang berlaku
secara nasional (PBN, PBI, PKKI, PUIL, dsb). Material dan teknologi yang akan digunakan dalam

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
pelaksanaan di lapangan mengutamakan menggunakan produksi dalam negeri khususnya
produksi setempat.
Tahap awal yang dilakukan dari studi untuk mendapatkan data dan mengolahnya lebih lanjut
dilakukan pada tahap ini. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini pada dasarnya
dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran berikut ini:
1. Tersepakatinya metoda, lingkup, dan rencana kerja.
2. Berkembangnya substansi pekerjaan dan gagasan/ide-ide yang mendukung pencapaian
tujuan dan sasaran pekerjaan.
3. Teridentifikasinya kebutuhan data dan alat analisisnya.
4. Terumuskannya rancangan survei dan format kompilasi data.

Metoda Pendekatan Metodologi


1) Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data berorientasi pada cara data dikumpulkan, yaitu data primer dan data
sekunder. Kerangka teknik pengumpulan data pada studi ini adalah sebagai berikut :
a). Survey sekunder :

Survey pustaka, yaitu pengumpulan data dan informasi yang relevan dari data-data pustaka
untuk memperoleh informasi tentang kebijaksanaan, rencana, permasalahan, serta tujuan
dan sasaran pembangunan, konsep pengembangan, metode pendekatan, teknik analisis,
standar serta kasus yang telah diteliti.

Survey data instansional, yaitu pengumpulan atau perekaman data dari instansi-instansi yang
terkait dengan Perencanaan Pembangunan Ruang Tunggu Lapter.

b). Survey primer :

Survey penelitian, yaitu survey sistematik suatu populasi untuk mengumpulkan data yang
berkait dengan kebijaksanaan yang tidak tersedia di sumber lain.

Survey lapangan, yaitu pemeriksaan keadaan lapangan yang selanjutnya dituangkan pada
laporan, statistik, atau peta.

c). Interview, yaitu untuk melengkapi ketiga survei tersebut apabila dirasakan sangat penting
guna memperoleh bahan/keterangan yang lebih rinci.
d) Observasi Lapangan, dilakukan dengan melibatkan beberapa observer guna melakukan
pengamatan serta wawancara secara intensif di lapangan. Dalam observasi tersebut disertai
dialog dengan Pengguna Prasarana Ruang Tunggu Bandara Nunukan mengenai masalahmasalah sehubungan dengan Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara
Nunukan

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

Data yang diperlukan :


- Data keadaan sekitar lingkungan.
- Data keadaan topografi lokasi.
- Data kondisi eksisting bangunan yang akan ditingkatkan

Teknik Pengolahan Data


Setelah seluruh kegiatan pengamatan langsung, wawancara, kuisioner dan pengumpulan data
sekunder selesai dilaksanakan oleh tim pelaksana, semua data dan informasi yang terkumpul
kemudian diseleksi, diadakan uji keabsahan data dan klarifikasi. Data yang tidak dapat
dipercaya dibuang, sedangkan data yang meragukan dan tidak jelas diadakan cek ulang ke
lapangan. Hasil pengolahan data tersebut akan digunakan sebagai acuan dari Penyusunan
Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara Nunukan.

2) Analisis Penilaian Kualitas Visual


Penilaian kualitas visual pada prinsipnya didasarkan pada hasil analisis kualitas ekspresif dan
analisis kualitas fungsional. Kualitas ekspresif berkaitan erat dengan penampilan elemenelemen fisik, sedangkan kualitas fungsional berkaitan dengan kepadatan kegiatan visualnya.
Kedua kualitas tersebut secara simultan mempengaruhi potensi dasar visual suatu
lingkungan.
Kondisi visual suatu lingkungan dikatakan baik apabila kualitas ekspresif dan kualitas
fungsional tampil secara serasi. Secara sederhana dapat dikatakan :
Visual yang baik adalah fungsi dari keserasian kualitas ekspresif dan kualitas fungsional, Atau

KV = f ( E, F )
Dimana :
KV = Kualitas Visual

E = Kualitas Ekspresif

F = Kualitas Fungsional

Hasil observasi visual pada suatu lingkungan dapat :


Memperkaya pengalaman pengamat; dan
Menjadi masukan untuk penghimpunan aspirasi pengamat, bila pengamatan dilakukan
oleh beberapa orang (kelompok).

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
Analisis atau penilaian visual dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode
kualitatif merupakan metode yang menguraikan kelebihan dan kelemahan visual suatu
lingkungan secara deskriftif, atau melalui grafis/foto. Metode kuantitatif merupakan alat
bantu dalam menilai lingkungan visual secara lebih formal dengan kriteria, tolok ukur, dan
metode penilaian yang lebih obyektif misalnya scoring, perbandingan berpasangan, atau
dengan rumus-rumus lainnya.
Pada umumnya, penilaian akhir visual dihasilkan secara kualitatif, misalnya dengan
membaginya dalam klasifikasi baik sekali, baik, sedang, kurang, dan buruk. Klasifikasi tersebut
dapat langsung dihasilkan dengan metode kualitatif, tetapi subyektifitasnya tinggi sekali.
Latar belakang dan kemampuan pengamat sangat mempengaruhi hasil penilaian.
Pada penilaian kuantitatif, meskipun umumnya hasil penilaian dikemukakan secara kualitatif
(baik sekali sampai dengan buruk sekali), tetapi dasar-dasar dan langkah-langkah penilaian
pengamat dapat diikuti dan dapat diuraikan secara rinci. Meskipun angka-angka perhitungan
yang digunakan berasal dari penilaian secara kualitatif, tetapi perbandingan antar kondisi
visual dapat dilakukan dengan lebih jelas dan obyektif. Metode ini juga berguna untuk
mengurangi subyektifitas penilaian pengamat, terutama jika penilaian dilakukan oleh
beberapa orang/pihak. Pada dasarnya, metode kuantitatif ini hanya merupakan alat bantu
saja yang hasilnya masih harus ditafsirkan secara kualitatif. Secara umum, proses sampai hasil
penilaian analisis visual ini dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Pilihan Aliran Dalam Metode Penilaian Lingkungan Visual


MASUKAN

Kualitatif

Kuantitatif

PROSES ANALISIS

HASIL KELUARAN

Kualitatif

Kualitatif

Kuantitatif

Kuantitatif

Kualitatif

Kualitatif

3) Analisis Aspek Hukum


Aspek Hukum mengkaji tentang legalitas. Ini berarti bahwa setiap pembangunan yang akan
dilaksanakan di wilayah tertentu harus memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
diwilayah tersebut.
Sumber data aspek hukum dapat diperoleh dari Pemerintah Daerah dan instansi terkait
ditingkat kota.

4) Aspek Dampak Lingkungan (AMDAL)


a. Lingkup Pekerjaan
1).

Mengkaji Dampak penting yang akan terjadi akibat interaksi antara komponen kegiatan
yang direncanakan dengan komponen lingkungan hidup yang perlu dikelola dan
dipantau agar dampak negatif dapat ditekan sekecil mungkin serta mengembangkan
dampak positif yang terjadi.

2).

Tinjauan dilakukan dengan Studi RPL dan RKL dimana hasil studi harus dapat
memberikan masukan terhadap desain dan pelaksanaan kegiatan proyek.

b. Dasar Hukum
Sebelum dilaksanakan pembuatan Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara
Nunukan perlu dilaksanakan pembuatan Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL), sebagai upaya
pengendalian lingkungan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Utara yang dalam hal
ini sebagai pihak yang berwenang dalam perencanaan di Kota.

Dasar peraturan tentang perlunya pengendalian lingkungan tertuang dalam Kepmen


Lingkungan hidup no.86 tahun 2002.
Oleh karenanya dibawah ini akan dibahas langkah-langkah yang akan dilaksanakan serta
dasar pemikiran dalam pembuatan Studi UKL & UPL mendatang.

c. Dampak Yang Akan Terjadi


Kegiatan

Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara Nunukan yang akan

dilaksanakan secara bertahap diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan.


Perkiraan dampak yang timbul terhadap komponen lingkungan dilakukan dengan
menggunakan cara matematika, pemodelan secara empiris, studi banding dengan kegiatan
sejenis, studi literature, pandangan dan atau pendapat pakar yang sesuai dengan bidangnya.
Berdasarkan uraian dampak yang diperkirakan akan timbul, maka ditentukan keputusan
mengenai perlu tidaknya pengelolaan lingkungan terhadap sesuatu kegiatan proyek agar

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
tidak menimbulkan dampak potensial terhadap lingkungan. Uraian secara terperinci
mengenai besaran dampak yang diperkirakan timbul dari masing-masing tahapan kegiatan
yaitu pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan paska operasi adalah sebagai berikut :
Dampak yang timbul pada masa prakonstruksi diperkirakan sebagai berikut :
1) Persepsi Masyarakat
Umumnya penduduk menginginkan kejelasan mengenai proyek dan mereka dapat
mengetahui sedini mungkin mengenai tata letak proyek, sehingga kebutuhan lahan dapat
diketahui. Berdasarkan pengamatan di lapangan umunya penduduk telah mengetahui
rencana proyek dan lahan yang akan digunakan. Pertimbangan lainnya bahwa spekulasi
harga tanah di daerah setempat mungkin akan melonjak. Karena pada tahap survey ini
akan menimbulkan berbagai persepsi masyarakat maka dampak negatif yang timbul perlu
dikelola.

2) Perubahan Fungsi Ruang


Berubahnya fungsi ruang, lahan dan tanah akibat adanya proyek akan diikuti perubahan
fungsi lahan sekitar proyek yang awalnya didominasi lahan terbuka atau sawah menjadi
fungsi lain seperti rumah/jalan hantar. Perubahan fungsi lahan tersebut khususnya akan
terjadi sepanjang jalan hantar yaitu akan bermunculan rumah tinggal karena jalan
tersebut akan membuka akses yang selama ini tidak ada sekitar proyek. Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka perubahan fungsi lahan akibat adanya pembebasan lahan
dianggap negatif dan perlu dikelola.
a). Tahap Konstruksi

Mobilisasi Tenaga Kerja


Timbulnya peluang usaha baru dalam hal tenaga kerja proyek dan munculnya
warung-warung yang akan meningkatkan pendapatan penduduk setempat.
Kemungkinan terjadinya kerawanan sosial antara penduduk setempat dengan
tenaga kerja pendatang. Dampak yang terjadi adalah dampak positif dan juga
negatif yang perlu dikelola.

Mobilitas Alat Berat dan Material Konstruksi

Sumber dampak terhadap penurunan kualitas udara adalah kegiatan mobilisasi


alat berat dan material konstruksi yang berasal dari kendaraan pengangkut pada
saat melewati jalan proyek yang berupa jalan tanah. Kegiatan mobilisasi alat
berat dan material konstruksi diperkirakan akan menimbulkan penurunan
kualitas udara akibat peningkatan kadar debu lokal, hal ini terjadi sebagai akibat

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
terhamburnya butiran tanah dan menyebur tertiup angin pada saat kendaraan
pengangkut alat berat dan material konstruksi melewati jalan tanah (jalan
proyek). Selain itu dampak yang terjadi adalah peningkatan kebisingan pada saat
kegiatan mobilisasi alat berat dan material konstruksi. Kebisingan berasal dari
suara mesin kendaraan pengangkut alat berat dan material konstruksi.

Pekerjaan Sipil
Pelaksanaan pembangunan akan berdampak pada
-.

Kualitas Udara
Sumber dampak terhadap penurunan kualitas udara adalah pada saat
pembangunan jalan, bangunan dan prasarana lainnya. Pekerjaan tersebut
akan menimbulkan debu lokal sehingga akan menurunkan kualitas udara.
dan secara estetika kurang baik yang akan menyebabkan penurunan nilai
estetika lingkungan khususnya terhadap bangunan rumah sekitar jalan masuk
proyek.
Dampak tersebut walaupun terjadi selama pekerjaan sipil sekitar 12 bulan
atau lebih, tetapi akan menimbulkan ketidak puasan terhadap proyek
sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan konflik sosial antara masyarakat
setempat dan proyek.

-.

Kebisingan
Jenis kebisingan yang ditimbulkan oleh alat berat tergolong jenis impulsife
yang pemaparannya tidak terus-menerus, sehingga tidak menimbulkan
gangguan terhadap fungsi pendengaran tetapi terbatas kepada kenyamanan
istirahat penduduk dan menjauhnya fauna dari sekitar jalan proyek
khususnya jenis burung.
Dampak kebisingan akan terasa apabila pekerjaan sipil dilakukan pada malam
hari karena penduduk sedang beristirahat (tidur). Tolak ukur dampak adalah
baku mutu kebisingan untuk lingkungan pemukiman sebesar 55 dB dan ruang
terbuka

hijau

sebesar

50

dB

berdasarkan

KEPMENLH

No.

KEP/48/MENLH/11/1996.
Gangguan kenyamanan akan berlangsung selama konstruksi yaitu 1 (satu)
tahun atau lebih, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan konflik antara
penduduk dan proyek. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dampak
terhadap peningkatan terhadap kebisingan perlu dikelola.
c. Kualitas Air

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
Kegiatan pembangunan kemungkinan akan menimbulkan dampak berupa
menurunnya kualitas air dikarenakan kemungkinan adanya sidementasi
akibat terbawanya material/tanah galian dan dikuatirkan akan terjadi
pelumpuran yang menyebabkan pendangkalan sungai. Dampak yang terjadi
perlu dikelola.
d. Kebersihan Material Sisa Operasional
b). Tahap Pasca Konstruksi / Operasi
Tahap Pasca Konstruksi adalah tahap operasional Penyusunan Teknis Perencanaan
Ruang Tunggu Bandara Nunukan dimana kegiatan pelayanan telah berjalan.
Dampak yang terjadi tahap operasional Pembangunan ini adalah sebagai berikut :

1) Kualitas Udara
Sirkulasi udara tidak normal akibat pembangunan bangunan yang cukup tinggi
terhadap lingkungan sekitar.
2) Kebisingan
Sumber kebisingan berasal dari generator meskipun pemakaiannya hanya
sebagai cadangan dalam waktu tertentu.
3) Kualitas Air
Sumber dampak terhadap penurunan kualitas air ditimbulkan dari limbah
kimia, limbah diterjen.
4) Limbah Padat
Limbah padat (sampah) berupa sampah berasal dari dapur, kantor dan
halaman.

5) Analisis Aspek Teknis


(Strengths) dan peluang (Opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Analisis SWOT membandingkan antara
faktor external peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan.
Kajian Aspek Teknis di dalam Studi Kelayakan lebih terfokus pada kondisi lahan, kondisi
topografi dan kondisi geologi, untuk memberikan gambaran umum mengenai kelayakan
lahan. Sedangkan aspek-aspek teknis lain yang mempengaruhi perancangan bangunan akan
dibahas didalam tahap selanjutnya yaitu Rencana Pengembangan Fisik.

Kriteria Umum

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan perencana seperti yang dimaksud harus
memperhatikan kriteria umum bangunan disesuaikan berdasarkan fungsi dan kompleksitas
bangunan, yaitu :
1.

Persyaratan Peruntukan dan Intensitas


a.

Menjamin bangunan yang didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan tata
bangunan yang ditetapkan di daerah yang bersangkutan.

2.

b.

Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya

c.

Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat dan lingkungan

Persyaratan arsitektur dan lingkungan


a.

Menjamin terwujudnya bangunan yang didirikan berdasarkan karakteristik


lingkungan, ketentuan wujud bangunan dengan lingkungan

b.

Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan keseimbangan


dan keserasian bangunan terhadap lingkungannya

c.

Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak


menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan

3.

Persyaratan Struktur Bangunan


a.

Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang


timbul akibat alam dan manusia

b.

Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka yang


disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan

c.

Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang


disebabkan oleh perilaku struktur

d.

Menjamin perlindungan property lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh
kegagalan struktur

4.

Persyaratan sarana jalan masuk dan keluar


a.

Menjamin terwujudnya bangunan yang mempunyai akses yang layak, aman dan
nyaman ke dalam bangunan dari fasilitas serta layanan didalamnya

b.

Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau luka saat
evakuasi pada keadaan darurat

c.

Menjamin tersedianya aksebilitas bagi penyandang cacat, khususnya untuk fasilitas


umum dan sosial

5.

Persyaratan transportasi dalam gedung

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
a.

Menjamin tersedianya transportasi yang layak, aman

dan nyaman didalam

bangunan gedung
b.

Menjamin tersedianya aksebilitas bagi penyandang cacat, khususnya untuk


bangunan fasilitas umum dan social

6.

Persyaratan Instalasi Listrik


Menjamin terpasang instalasi listrik secara cukup dan aman dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan dalam bangunan sesuai dengan fungsinya

7.

Persyaratan Sanitasi
a.

Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang


terselenggaranya kegiatan didalam bangunan sesuai dengan fungsinya

b.

Menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan kenyamanan bagi


penghuni bangunan dan lingkungan

c.
8.

Menjamin upaya beroperasi peralatan dan perlengkapan sanitasi secara baik

Persyaratan ventilasi dan pengkondisian udara


a.

Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alami maupun buatan
dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung sesuai
dengan fungsinya

b.
9.

Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara secara baik

Persyaratan Pencahayaan
a.

Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup baik alami maupun


buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung
sesuai dengan fungsinya

b. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan pencahayaan secara baik


10.

Persyaratan kebisingan dan getaran


a.

Meminimalkan gangguan suara dan getaran yang tidak diinginkan

b.

Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan yang menimbulkan
dampak negatif suara dan getaran perlu melakukan upaya pengendalian
pencemaran dan atau mencegah perusakan lingkungan

Daftar SNI tentang Pekerjaan Perencanaan Bangunan/Gedung


SNI 03-0675-1989 Spesifikasi Ukuran Kusen Pintu Kayu, Kusen Jendela Kayu, Daun Pintu Kayu
Untuk Bangunan Rumah dan Gedung Spesifikasi ini bertujuan untuk mewujudkan pembuatan,
pemasangan, dan pengawasan pelaksanaan yang optimal

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
SNI 03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung. Standar
ini menetapkan ketentuan, perencanaan umum struktur gedung, perencanaan struktur gedung
tak beraturan, kinerja struktur gedung, pengaruh gempa pada struktur bawal, pengaruh gempa
pada unsur sekunder, unsur arsitektur dan instalasi mesin listrik. Syarat-syarat perencana struktur
gedung tahan gempa yang ditetapkan dalam standar ini tidak berlaku untuk bangunan sebagai
berikut: 1)gedung dengan sistem struktur yang tidak umum atau yang masih memerlukan
pembuktian tentang kelayakannya; 2) gedung dengan sistem isolasi landasan (hase isolation)
untuk meredam pengaruhi gempa terhadap struktur atas; 3) Bangunan Teknik Sipil seperti
Jembatan, bangunan air, dinding, dan dermaga pelabuhan, anjungan lepas pantai dan bangunan
non gedung lainnya; 4).Rumah tinggal satu tingkat dan gedung-gedung non-teknis lainnya

SNI 03-1727-1989 Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung Tata cara ini
digunakan untuk memberikan beban yang diijinkan untuk rumah dan gedung, termasuk bebanbeban hidup untuk atap miring, gedung parkir bertingkat dan landasan helikopter pada atap
gedung tinggi dimana parameter-parameter pesawat helikopter yang dimuat praktis sudah
mencakup semua jenis pesawat yang biasa dioperasikan. Termasuk juga reduksi beban hidup
untuk perencanaan balok induk dan portal serta peninjauan gempa, yang pemakaiannya optional,
bukan keharusan, terlebih bila reduksi tersebut membahayakan konstruksi atau unsur konstruksi
yang ditinjau

SNI 03-1728-1989 Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung Tata cara ini digunakan
untuk memberikan landasan dalam membuat peraturan-peraturan mendirikan bangunan di
masing-masing daerah, dengan tujuan menyeragamkan bentuk dan isi dari peraturan-peraturan
bangunan yang akan dipergunakan di seluruh kota-kota di Indonesia

SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung Tata cara ini digunakan
untuk mengarahkan terciptanya pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan baja yang memenuhi
ketentuan minimum serta mendapatkan hasil pekerjaan struktur yang aman, nyaman dan
ekonom
SNI 03-1734-1989 Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang Untuk
Rumah dan Gedung Tata cara ini digunakan untuk mempersingkat waktu perencanaan berbagai
bentuk struktur yang umum dan menjamin syarat-syarat perencanaan tahan gempa untuk rumah
dan gedung yang berlaku

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
SNI 03-1735-2000 Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses Lingkungan Untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung. Tata cara ini digunakan
dalam merencanakan bangunan dan lingkungannya khususnya dalam hal pencegahan terhadap
bahaya kebakaran meliputi pengamanan dan penyelamatan terhadap jiwa, harta benda dan
kelangsungan fungsi bangunan

SNI 03-1736-2000 Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung Tata cara ini digunakan untuk perencanaan struktur
bangunan terhadap pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

SNI 03-1745-2000 Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Rumah dan Gedung. Tata cara ini digunakan sebagai panduan dalam pemasangan
sistem hidran untuk memberikan persyaratan minimum pada pemasangan sistem hidran dalam
upaya pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

SNI 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar untuk
Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Gedung Digunakan untuk pemasangan alat
bantu evakuasi dalam upaya penyelamatan manusia dan meningkatkan keamanan terhadap
bahaya kebakaran

SNI 03-1963-1990 Tata Cara Dasar Koordinasi Modular untuk Perancangan Bangunan Rumah dan
Gedung Tata cara ini digunakan sebagai pegangan dasar dalam merencana rumah dan gedung
menggunakan koordinasi modular. Tujuannya untuk mewujudkan rencana teknis bangunan
rumah dan gedung yang optimal

SNI 03-1964-1990 Metode Pengujian Berat Jenis Tanah Judul direvisi menjadi :Cara Uji Berat Jenis
Tanah Metode ini digunakan untuk mengetahui besarnya berat jenis (specific gravity ) tanah

SNI 03-1972-1990 Metode Pengujian Slump Beton Judul Di revisi menjadi : Cara Uji Slump Beton
Cara uji ini meliputi penentuan nilai slump beton, baik di laboratorium maupun di lapangan. Nilainilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan digunakan sebagai standar.

SNI 03-1973-1990 Metode Pengujian Berat Isi Beton Judul Di Revisi Menjadi : Cara Uji Berat Isi,
Volume Produksi Campuran dan Kadar Udara Beton Metode ini digunakan untuk menentukan

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
berat isi (unit weight) beton segar (fresh concrete) serta banyaknya semen per meter kubik
beton. Cara uji ini meliputi penentuan berat isi dari campuran beton segar dan beberapa formula
untuk menghitung volume produksi campuran, kadar semen, dan kadar udara dalam beton.
SNI 03-2396-2001 Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung
Standar ini menetapkan cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung
yang mencakup persyaratan minimal sistem pencahayaan alami siang hari dalam bangunan
gedung

SNI 03-2410-1994 Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat Emulsi Tata cara ini
dimaksudkan untuk memberikan petunjuk teknis dalam mengerjakan pengecatan dinding tembok
dengan cat emuisi agar diperoleh hasil yang baik, dan memuat tentang persyaratan bahan dan
alat, pelaksanaan pengecatan, dan cara penanggulangan bila terjadi kegagalan dalam pengecatan.

NI 03-2453-2002 Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan
Pekarangan Standar ini menetapkan cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan
pekarangan termasuk persyaratan umum dan teknis mengenai batas muka air tanah (mat), nilai
permeabilitas tanah, jarak terhadap bangunan, perhitungan dan penentuan sumur resapan air
hujan. Air hujan sdslsh sir hujan yang ditampung dan diresapkan pada sumur resapan dari bidang
tadah

SNI 03-2461-2002 Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan Struktur Standar ini
dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi produsen / perencana dan pelaksanaan
pekerjaan beton dalam menilai mutu agregat ringan yang memenuhi persyaratan. Spesifikasi ini
mencakup ketentuan mengenai agregat ringan yang digunakan dalam pembuatan beton
struktural dengan pertimbangan utamanya adalah ringannya bobot dan tingginya kekuatan, yang
meliputi persyuaratan mengenai komposisi kimia, sifat fisis serta penggantian pasir alam. Nilai
dinyatakan dalam satuan metrik yang digunakan sebagai standar

SNI 03-2834-2000 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal Tata cara ini
digunakan untuk merencanakan proporsi campuran beton tanpa menggunakan bahan tambahan
dan bertujuan untuk mendapatkan proporsi campuran yang dapat menghasilkan mutu beton
sesuai dengan rencana

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
SNI 03-2853-1992 Tata Cara Pelaksanaan Lapis Pondasi Jalan dengan Batu Pecah Tata cara ini
digunakan untuk menda-patkan lapis pondasi jalan menggunakan batu pecah yang memenuhi
syarat sebagai lapis pondasi

SNI 03-2916-1992 Spesifikasi Sumur Gali Untuk Sumber Air Bersih Spesifikasi ini bertujuan
memberikan persyaratan teknis sumur gali sebagai sumber air baku untuk air bersih yang
terlindung dari pencemaran

SNI 03-3399-1994 Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu di Laboratorium Metode ini digunakan
untuk menentukan nilai kuat tarik sejajar serat dan tegak lurus serat kayu.

SNI 03-3400-1994 Metode Pengujian Kuat Geser Kayu di Laboratorium Metode ini digunakan
untuk menentukan nilai kuat geser sejajar serat kayu

SNI 03-3430-1994 Tata Cara Perencanaan Dinding Struktur Pasangan Blok Beton Berongga
Bertulang Untuk Bangunan Rumah dan Gedung Tata cara ini digunakan dalam perencanaan dan
pelaksanaan bangunan yang menggunakan struktur pasangan blok beton berongga bertulang

SNI 03-2397-1991 Tata cara ini memuat tentang persyaratan teknis untuk perencanaan rumah
sederhana di daerah rawan angin, guna memberikan jaminan bagi penghuninya, mencakup
perancangan konstruksi dan cara meningkatkan ketahanan struktur rumah terhadap angin.

Perancangan Teknis dilakukan secara lengkap dan mendetail :

1. PERANCANGAN ARSITEKTUR
Pekerjaan perancangan Arsitektur ini dimaksudkan untuk pedoman dalam penyusunan pokokpokok dan sistematika perancangan keseluruhan. Dan proses studi perancangan ini juga
diharapkan dapat menghasilkan data dasar fungsional kebutuhan ruang-ruang dan bangunan
harus memenuhi:

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
a. Kriteria Umum

Bangunan harus mencerminkan filosofi kenyamanan dalam berkunjung.

Ketahanan bangunan menerima beban manusia, peralatan maupun kekuatan alam.

Ketahanan bahan bangunan terhadap kelesuhan dan keausan, karena penggunaannya


terhadap bangunan, sifat bahan dan cuaca.

Keselamatan penghuni pada saat terjadinya bencana karena ulah manusia, alam, atau
pencemaran yang mengancam kesehatan.

Bangunan harus memberi manfaat, hemat energi dalam pengoperasiannya.

Bangunan dapat menampung kegiatan secara efisien sesuai dengan fungsinya.

b. Kriteria Khusus

Bangunan

diupayakan

dapat

memanfaatkan

semaksimal

mungkin

potensi

alami

(pencahayaan alami, pada kondisi tertentu dapat diupayakan pengkondisian udara alami).

Pengelompokan fungsi dalam bangunan dilakukan sesuai dengan sifat dan hierarkhi serta
masih kesatuan yang utuh.

Jaringan sirkulasi manusia atau barang harus disusun seefisien mungkin dan tidak
mengganggu fungsi bangunan.

Mendukung kemungkinan pengembangan prasarana dan sarana yang harmonis dan


terintegrasi baik secara fisik maupun fungsional.

Segi arsitektur harus memperhitungkan faktor iklim, geografis, ciri khas dan ciri khas
Indonesia yang serasi dengan lingkungan sekitarnya tanpa mengorbankan fungsinya.

c. Azas-azas

Desain bangunan hendaknya fungsional efesien, menarik, aman dan direncanakan bentuk
yang harmonis dengan lingkungannya.

Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan pada kemewahan material, tetapi pada
kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan teknik sosial bangunan.

Desain bangunan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga pembangunannya dapat


dilaksanakan dalam waktu yang singkat dan dapat dimanfaatkan secepatnya.

Bangunan yang direncanakan hendaknya turut meningkatkan kualitas dan berdampak positif
terhadap lingkungan sekitarnya.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

Dasar-Dasar Perencanaan
1.

Perencanaan Arsitektur mempunyai 2 tujuan pokok, yaitu:


Menciptakan ruangan-ruangan dimana dapat diselenggarakan secara sebaik-baiknya
semua kegiatan yang direncanakan.
Menciptakan lingkungan fisik dan non fisik yang diinginkan.

2.

Terciptanya ruangan-ruangan yang tepat guna bagi kegiatan operasional fungsi ini.

3.

Lingkungan fisik yang tercipta haruslah :


Menggambarkan

penampilan

bangunan

sebagai

sarana

pelayanan

umumnya/masarakat.
Adaptif dengan lingkungan sekitar.
Selaras dengan sosial budaya setempat.
4.

Lingkungan non fisik yang ingin diciptakan yakni suasana lingkungan bekerja dan pelayanan
yang harmonis.

Pedoman Perencanaan
1. Kriteria umum yang meliputi :
Persyaratan fungsional.
Persyaratan teknis teknologi.
Keselarasan terhadap lingkungan fisik dan sosial budaya setempat.
2. Kriteria khusus meliputi :
Penampilan sebagai sarana pelayanan yang tidak lepas dari lingkungan setempat.
Pencerminan dari bangunan yang berada di daerah tropis.
Pemanfaatan potensial alami semaksimal mungkin.
Pengelompokan fungsi yang jelas.
Jaringan sirkulasi baik manusia maupun kendaraan yang efisien.
Penggunaan bahan-bahan produksi dalam negeri.
3. Ketentuan-ketentuan lain yang umumnya berlaku untuk pembangunan gedung seperti
standard, pedoman, dan peraturan-peraturan.
Ketentuan tentang fasilitas.
Ketentuan ruang dan jenis ruang.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
Ketentuan tentang pengaturan ruang sesuai organisasi.
Keserasian terhadap lingkungan.
Sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Strategi/Pendekatan Perencanaan
Pendekatan Filosofi
Bentuk Bangunan :
Bentuk bangunan Ruang Tunggu Bandara Nunukan yang dirancang mengikuti konsep/ filosofi
yang telah diciptakan yaitu perpaduan dari tradisional Kalimantan Utara dan Minimalis dengan
tetap memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Menyelaraskan terhadap bentuk dan arsitektur lingkungan yang ada di wilayah Provinsi
Kalimantan Utara yang telah dipakai pada perencanaan bangunan lainnya yang terdapat di
Provinsi Kalimantan Utara, dengan tetap merencanakan sesuai dengan standar umum bentuk
bangunan Ruang Tunggu Bnadara Nunukan yang telah ada serta dengan paduan unsur-unsur
lain agar mendukung terciptanya karakteristik bangunan gedung tersebut secara khas.

Mempertimbangkan kepentingan fungsi dari bangunan gedung tersebut yaitu sebagai sarana
pelayanan Sosial masyarakat Kalimantan Utara . Hal ini diterapkan dalam mencipta bentuk
dan pengolahan imajinasi agar berkesan melayani dan memberikan kenyamanan.

Mempertimbangkan karakter dan identitas bangunan dari Ruang Tunggu Bandara Nunukan
sebagai bangunan yang bersahabat.

Mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan yang nyaman dan serasi terhadap
kawasannya maupun lingkungan diluarnya. Hal ini di tuangkan dalam pengolahan lahan
terbuka dan lansekap pada kawasan, yaitu degan mengalokasikan dan merencanakan
landsekap dan lahan terbuka yang seimbang terhadap bangunan-bangunan disekitarnya.

Bentuk masa, fasade, ornamen, detail, material dan warna yang diterapkan pada Penyusunan
Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara Nunukan menyesuaikan terhadap konsep yang
telah dipilih atau diciptakan dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan lainnya seperti
tersebut diatas.

Menyesuaikan terhadap kondisi wilayah perencanaan, dirancang dengan mempertimbangkan


kestabilan struktur terhadap beban-beban yang bekerja, baik beban tetap maupun beban
sementara termasuk gejala-gejala alam yang terjadi seperti angin, gempa dan lain-lain.

Hal-hal lain mengenai tinggi/tingkat dan segala sesuatunya disesuaikan dengan ketentuanketentuan dalam rencana tata ruang, dan atau rencana tata bangunan dan lingkungan yang
ditetapkan untuk daerah lokasi perencanaan pembangunan.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

Pendekatan Lingkungan
Kondisi exsisting lahan serta lingkungan sekitarnya merupakan titik tolak dalam melakukan
pemantapan rencana tapak.
Hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
Kondisi fisik dan biotik lahan dan lingkungan sekitar.
Kondisi sosial ekonomi lingkungan.
Kondisi iklim setempat.

Pendekatan Simbolisme
Selaku sarana pelayanan, bangunan ini seyogyanya harus menunjukan keberadaannya. Faktorfaktor yang harus diperhatikan untuk mencapai ini, yaitu :
1. Skala pandang
Skala ini merupakan ukuran visual antar fasilitas, proporsi dan keseimbangan terhadap
komposisi massa.
2. Patokan pandang :
Adanya unsur tertentu yang dapat ditonjolkan sehingga menimbulkan citra khas yang dapat
mewakili seluruh kawasan lingkungan. Identitas ini dicapai dengan menerapkan unsur-unsur
Arsitektur setempat yang merupakan hasil modifikasi bentuk dari beberapa komponen,
misalnya:
Bentuk masa bangunan.
Bentuk atap.
Bentuk dan letak tangga.
Sistem struktur.
Ornamen bangunan.
Bentuk dan jarak kolom.

Analisis Program Kebutuhan Ruang


Analisis program kebutuhan ruang merupakan analisis yang menilai kebutuhan ruang serta
fasilitas yang dibutuhkan bagi aktivitas yang diusulkan dalam suatu pengembangan lahan.
Dalam hubungannya dengan penataan Ruang Tunggu Bandara Nunukan, maka yang diperlukan
adalah memperhatikan standar kebutuhan ruang yang dibutuhkan, jumlah orang yang dapat
ditampung, serta standar fasilitas atau sarana pendukung (meja, kursi, tangga, parkir, dll). Hal ini

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
pada dasarnya untuk menghasilkan suatu desain yang aman, nyaman, sekaligus memenuhi
persyaratan fungsional dan estetika.

Persyaratan Ruang
Yang dimaksud dengan persyaratan ruang disini adalah segala hal yang dapat melengkapi serta
meningkatkan mutu fungsi ruang yaitu: penghawaan, penerangan, pengendalian kebisingan,
penetrasi matahari, dan kenyamanan audial/visual.
Pada prinsipnya adalah cukup penerangan, cukup ventiliasi dan tidak lembab serta tidak silau,
maka
dipertimbangkan persyaratan sebagai berikut :
Memanfaatkan cahaya alami secara optimal dan juga menggunakan pencahayaan
buatan.
Setiap ruang harus mendapatkan ventilasi alami kecuali ruang-ruang tertentu yang
perlu pengkondisian buatan terhadap tata udara.
Hubungan antar ruang terutama didasarkan pada fungsi serta arus kegiatan yang timbul
sesuai dengan organisasi ruang dari masing-masing fasilitas.
Untuk menjaga kelembaban udara dalam ruangan perlu pengaturan temperatur antara
lain membuat jendela/bukaan yang cukup.

Rencana Ruang Tepat Guna

Dasar-dasar rancangan tetap guna adalah jumlah, luas dan susunan ruangan-ruangan
harus sesuai dengan kebutuhan yang diperhitungkan dengan jumlah penghuni dan pola
kegiatan.

Jumlah luas ruangan diambil sesuai dengan petunjuk yang tercantum didalam TOR. Pada
waktunya, guna mendapatkan penataan ruangan yang sesungguhnya diperlukan
penelaahan yang seksama mengenai hal ini.

Material
1. Kriteria pemilihan bahan bangunan yang dikembangkan untuk mendukung konsep massa
bangunan (bentuk) dan tentunya konsep interior adalah :
Bahan yang mudah dalam perawatan.
Mudah didapat dan mudah diperbaiki.
Sesuai kebutuhan, fungsi dan efisien.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
Diutamakan bahan produksi dalam negeri atau produksi lokal.
Berkualitas baik.
Memenuhi standar-standar dan ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk bahan
bangunan.
2. Pemilihan material yang digunakan antara lain :

a. Lantai :
Marmer lokal/homogenous tile, diperuntukan pada hall.
Karpet, diperuntukan pada Mushola.
Keramik, diperuntukkan pada ruang tunggu, selasar/koridor
Rabat beton/paving block/paving grass, diperuntukkan pada ruang luar (parkir).
Aspal, diperuntukkan pada jalur sirkulasi untuk kendaraan.
Pearlstone atau bahan lainnya untuk ornamen lantai pada taman.

b. Pasangan dinding, kombinasi antara beton bertulang, dinding batu bata, dinding/bataco.
c. Lapisan Dinding :
Marmer lokal, ruang-ruang khusus
Plester difinish wallpaper pada Gedung Serba Guna (GSG).
Plester difinish cat, pada ruang interior lainnya.
Kaca tempered pada ruang-ruang yang membutuhkan cahaya/udara alami.
Bagian bawah dinding luar dilapis dengan menggunakan batu alam keras sehingga
mencerminkan kekokohan.

d. Plafond :
Desain khusus, untuk hall dari bahan gypsum flat.
GRC Board 5 mm, untuk KM / WC dan ruang penunjang lainnya.

e. Seluruh kusen jendela/pintu menggunakan alumunium dengan warna silver dengan


menggunakan kaca tempered. Non tempered dan laminated yang berwarna. Sedangkan
untuk kusen interior menggunakan bahan alumunium dengan warna silver.

Tahap Perumusan Strategi dan Konsep


Tahapan ini merupakan pemikiran terhadap strategi dan konsep pemecahan masalah yang ingin
diaplikasikan ke dalam tapak, yang mengacu kepada gagasan-gagasan pemecahan fungsional dan
operasional. Kumpulan konsep yang bersifat programatik ini divisualisasikan ke dalam bentuk
rencana skematik dengan peta dasar dari bangunan dan tapak yang dirancang. Penjabaran dari
tahapan ini adalah sebagai berikut:

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
1. Strategi Penataan Bangunan dan Ruang Luar. Di sini diaplikasikan pertimbangan arsitektural
seperti tema komponen pembentuk ruang, bentuk/gaya/style, fungsi ruang kesan ruang, nilai
ruang, komposisi, skala, warna, bahan material, sistem konstruksi, estetika, tekstur, dan
lainnya.
2. Konsep Penataan Fisik Bangunan dan Ruang Luar, terdiri dari:

Konsep Zonasi, Konsep

Penataan Bangunan, Konsep Sirkulasi, Konsep Pengembangan Infrastruktur, dan Konsep


Penataan Ruang Terbuka Hijau/Taman. Pembahasan selengkapnya pada bagian perencanaan
ruang luar berikutnya.

2. PERANCANGAN STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


Perencanaan/perhitungan struktur dan konstruksi disesuaikan dengan lingkup yang dikerjakan
oleh bidang Teknik Sipil, terutama mengenai struktur dan konstruksi karena pembebanan berat
dan kekuatan terhadap gempa.
Lingkup pekerjaannya harus memenuhi hal-hal :
a.

Kriteria Dasar Perencanaan Struktur :


1) Struktur bangunan (termasuk pondasi) harus memenuhi

persyaratan : kekuatan

(strenght), kekakuan (stiffness), kestabilan (stability), dan ekonomis (optimum design).


2) Perhitungan harus berdasarkan peraturan-peraturan teknis yang berlaku di Indonesia,
diantaranya :
a) FBI-1971
b) Peraturan Muatan Indonesia (PMI.1970).
c) Peraturan Perencanaan Tahan gempa Indonesia untuk Gedung 1983.
d) Konsep Peraturan Perencanaan Baja Indonesia.
e) Peraturan lainnya tentang Bahan Bangunan Struktur yang dikeluarkan. Oleh
DTPI/Departemen Pekerjaan Umum.
3) Perhitungan konstruksi pondasi harus berdasarkan beban-beban luar (menara angin,
gempa dan lain-lain yang terkait) dan laporan dan hasil penyelidikan tanah yang
bersangkutan.
4) Pembebanan :
a) Beban Vertikal

Beban hidup

Beban lantai ruang

b) Beban Horisontal :

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

b.

Beban Angin

Beban Gempa

Beban Konstruksi

Konstruksi Pondasi

Kriteria Perencanaan Struktur, harus memenuhi pertimbangan-petimbangan utama, yaitu :


1) Penggunaan bahan-bahan konstruksi secara ekonomis.
2) Kesederhanaan demi mudahnya pelaksanaan.
3) Keberuntungan unsur-unsur struktur untuk kemungkinan pelaksanaan yang cepat dan
tepat.
4) Bangunan berlantai majemuk cukup digunakan sistem portal terbuka (open frame
system) tanpa shear wall.
5) Untuk bangunan bertingkat unsur-unsur struktural, perlu dimanfaatkan seoptimal
mungkin dan sejauh mungkin mereduksi ketebalan/ketinggian suatu rancangan struktural
guna mendapatkan ruang yang semaksimal mungkin.
6) Siar dilatasi harus ditempatkan diantara dua bangunan yang berbeda ketinggian, untuk
mendapatkan kejelasan prilaku dinamik akibat gempa bumi.
7) Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku.
8) Analisis dengan komputer harus disertai dengan penjelasan mengenai prinsip cara kerja
program, data masukan serta penjelasan mengenai data keluaran.
9) Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis teoritis.
10) Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang menstimulasikan
keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan kekakuan unsurunsurnya.

c. Sistem Struktur
1) Sistem struktur bangunan ini dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
Struktur bagian atas (dari lantai sampai atap).
Struktur bagian bawah (pondasi).
a) Sistem struktur bagian atas :
Struktur lantai-lantai tingkat dipilih plat beton yang dicor monolit dengan balok-balok
anak dan balok-balok portal yang dipikul oleh kolom-kolom beton bertulang. Jika
dikehendaki atau berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, dapat digunakan
pelat balok-balok bertulang.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
Struktur pendukung atap dipilih dari balok baja sayap lebar (monobeam), dengan
pertimbangan sistem ini akan mampu memberikan dukungan penuh kepada arsitek
untuk mengembangkan desain langit-langit (plafond). Struktur dari balok monobeam ini
juga menjamin pelaksanaan yang lebih sederhana dan lebih cepat, jika dibandingkan
dengan struktur rangka batang yang biasa. Untuk kecepatan pelaksanaan dan kekuatan
serta kekakuan yang terjamin, gording-gording menggunakan profil tipis bentuk C yang
di pabrik dibentuk dalam keadaan dingin (cold formed steel), diperkuat dengan batangbatang tarik (trekstang) pada sumbu-sumbu lemahnya.
Struktur tangga dipilih dari beton bertulang untuk menjamin kenyamanan pemakai
tangga (tangga bebas dari getaran).

b) Sistem Struktur Bagian Bawah.


Untuk menjamin pondasi yang stabil dan aman dari penurunan (settlement) dan
mengikat gedung ini terdiri dari satu atau dua lantai, maka untuk pondasi kolom-kolom
dipilih sistem pondasi sampai mencapai lapisan tanah keras. Untuk kedalaman tanah
keras lebih dari 10 m atau muka air tanah dangkal, dipilih pondasi tiang pancang mini
dengan penampang segitiga. Bagian pertemuan dengan kaki-kaki kolom ditutup dengan
poer beton bertulang dan disatukan dengan balok-balok kopel beton bertulang.
Untuk pondasi tembok-tembok di lantar dasar, digunakan pondasi lajur dari pasangan
batu kali.
Sistem pondasi dapat ditentukan dengan lebih ekonomis dan efesien, apabila sudah
diperoleh hasil penyelidikan atas kondisi dan sifat-sifat tanah dimana bangunan ini akan
didirikan (tapak proyek).
Persyaratan Umum Pondasi
I.)

Kedalaman, cukup unuk menjamin tidak ada desakan dari tanah (tidak
bergeser) (min 60 cm) bebas dari perubahan musim/ gangguan alam (min 1
m) aau dibawah level scouring dan tanah organik

II.)

Sistem pondasi aman terhadap gesaear, guling, kapasitas dukung tanah/


settlement dan longsor massa pada daerah berbukit (banyak parameter
yang tidak diketahui).

III.)

Pondasi aman terhadap bahan-bahan reaktif (awet), tidak boleh retak dan
tidak boleh melentur berlebihan

IV.)

Pondasi ekonomis baik dalam tinjauan struktur maupun pelaksanaan

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
V.)

Pondasi ramah lingkungan (tidak menarik bangunan sekitar akibat


settlement)

VI.)

Pondasi fleksibel terhadap kondisi sekitar (perencana harus meninjau


kondisi lapangan sebelum mendesain pondasi)

2) Desain Struktur dan Konstruksi


Desain (perancangan dan perhitungan) struktur dan konstruksi dilaksanakan sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia, khususnya untuk menjamin agar struktur
bangunan ini memenuhi persyaratan sebagai bangunan tahan gempa.
Kriteria-kriteria desain struktur yang digunakan, adalah :
Kekuatan, untuk menjamin kekuatan struktur dalam memikul berbagai macam
kombinasi pembebanan yang mungkin bekerja pada struktur tersebut.
Kekuatan, untuk menjamin kenyamanan pemakai gedung.
Stabil, terhadap berbagai macam kombinasi pembebanan yang mungkin terjadi pada
struktur tersebut.
Teknis pelaksanaan pembangunannya sederhana dan cepat.
Ekonomis.
Desain struktur dilaksanakan sesuai dengan :
Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.53.1987, UDC
: 624.042).
Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.53.1987,
UDC : 699.841).
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (NI-2).
Pedoman Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung (SKBI-1.3.53.1987, UDC :
693.814).
Standard Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK BNI T 15
1991 03).

3. PERENCANAAN SISTEM UTILITAS


Perencanaan dan perancangan Sistem Utilitas merupakan perancangan jaringan teknis
mekanikal/sanitasi, perhitungan terhadap kapasitas, memilih material/bahan, tata laksana
pemasangan di lapangan sehingga mudah dilaksanakan, sesuai dengan spesifikasi bahannya, dan
efesien terhadap konsep dan sistem yang dipilih.
a.

Kriteria perancangan Sistem Utilitas :

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
1) Hendaknya semua rancangan menggunakan peralatan yang mutahir untuk kemudahan
baik pemasangan, pemeliharaan maupun perawatannya.
2) Rancangan pipa-pipa, kabel-kabel, dan ducts hendaknya memperhatikan kemudahan
untuk pemeliharaan, perawatan dan kemudahan untuk perbaikan/penggantian
peralatan-peralatan utilitasnya tanpa harus mengadakan pembobolan/pengrusakan
terhadap bagian bangunan.
3) Semua sistem elektrikal mempunyai outlet dengan tegangan 220/380 V, baik untuk
sistem Penghawaan Udara (AC) atau ventilasi, maupun jaringan telepon. Sistem
pengadaan air bersih, tekanan udara ruang hendaknya dirancang sesuai dengan kegunaan
dan ketentuan yang berlaku.
4) Penanganan khusus dibuat tata letak sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran,
baik jalur daruratnya maupun sistem perlindungan terhadap api.

b.

Standard peraturan yang digunakan :

PPI

: Pedoman Perpipaan Indonesia

NPC (AS)

: National Plumbing Codes

SII

: Standard Industri Indonesia

BS

: British Standard

FOC (AS)

: Fire Office Committe

NFPA (AS)

: National Fire Protection Associates

NEC (AS)

: National Electrik Codes

AWWA

: American Water Work Associates

PUIL

: Peraturan Umum Instalasi Listrik

PUBB

: Peraturan Umum Bahan Bangunan

PBI

: Peraturan Beton Bertulang

ANSI

: American National of Standard Institute

ASTM

: American Standard of Testing Material

JIS

: Japan International Standard

ASME

: American Society of Mechanical Engineers

UL

: Under Water Licences

FM

: Factory Manual

SMACNA

: Sheet Metal & Air Conditioning National Associates

ASHRAE

:American Society of heating, Ventilating and Air Conditioning Engineers

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

c.

Perancangan Sistem Utilitas, meliputi :


1) Perancangan Sumber Energi :
Semua sistem pengadaan dan jaringan hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengamatan energi dan mengurangi hilangnya energi yang dipergunakan
dengan sia-sia baik dengan cara perlindungan (insulation) maupun penggunaan peralatan
untuk menggunakan rancangan, peralatan dan perangkat/perlengkapan yang mutakhir.
Sumber energi yang digunakan adalah sumber utama dan PLN serta sumber energi
cadangan (Genset) yang peletakannya dipusatkan di Bangunan Utilitas dilengkapi Gardu
Pengatur Aliran Listrik, sehingga tetap ada aliran listrik walaupun salah satu sumber tidak
dapat mengalirkan arus listrik.
Sumber Energi ini digunakan untuk :

Sistem pengolahan data elektronik (PDE) dan perangkat komputernya.

Sistem pencahayaan ruang kantor terutama yang tidak mendapatkan cahaya


langsung dari luar bangunan.

Lift elevator (khusus empat lantai keatas).

Sistem deteksi dan tanda bahaya kebakaran maupun untuk pengendali kebakaran.

Sistem listrik melayani jenis beban sebagai berikut :

Sistem pencahayaan dan tenaga (stop kontak), penerangan halaman dan bangunan
penunjang.

Sistem deteksi dan tanda bahaya kebakaran maupun pengendali kebakaran.


Sistem hydrant (pemadam kebakaran).
Sistem telepon dan sound system.
Sistem (pompa) air bersih.
Faktor kerja listrik diperbaiki dengan memasang kapasitas pada setiap Lampu penerangan
utama dan unit gedung olahraga kapasitor perbaikan faktor kerja otomatis.

2) Mekanikal/Elektrikal

Merencanakan pola penerangan buatan.

Merencanakan sistem tenaga listrik (PLN, Diesel) dari sumber sampai distribusi dan
pengamanannya.

Merencanakan pengamanan bangunan terhadap petir.

Merencanakan pola penempatan peralatan fasilitas bangunan.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

Memilih dan merencanakan sistem pengadaan dan peredam suara pembangkit


tenaga listrik cadangan.

Merencanakan sistem dan penempatan peralatan fire alarm dan pemadam


kebakaran.

3) Sistem Komunikasi

Perencanaan sistem komunikasi antar ruangan dan keluar gedung.

Menghitung kebutuhan/dimensi sentral telepon/PABX/Key telepon dan jaringannya.

Merencanakan pola penempatan peralatan/perangkat telekomunikasi.

4) Building Automation System (BAS)


Untuk pemantauan operasi fungsi-fungsi yang berkaitan dengan Mekanikal & Elektrikal
termasuk Lift, Plumbing, guna didapat effisiensi dan efektivitas biaya dalam maintenance
operating gedung dikemudian hari.

5) Penyehatan/Sanitasi

Merencanakan kebutuhan air bersih, sumber air bersih, pola distribusi, reservoir,
menara air dan sebagainya.

Merencanakan pengamanan dan pembuangan air kotor/sampah.

d. Sistem Utilitas
1) Sistem Pengkondisian Udara
Sistem pengkondisian udara dimaksudkan untuk mengkondisikan udara khususnya di dalam
ruangan, agar memberikan kenyamanan bagi penghuni. Kenyamanan ruangan tersebut antara
lain dipengaruhi oleh temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan sirkulasi. Pada bangunan
seperti ini sistem yang digunakan adalah sistem sentral.
Sistem pendinginan terdiri dari dua macam sistem yaitu yang menggunakan air atau udara.
Sistem tersebut dirujuk dari literatur sebagai berikut :
a. Air to Air System
Pendinginan dilakukan dengan memanfaatkan udara luar dan gas freon.
Macam-macam sistem adalah window, split, multi split, sentral dengan AHU air cooled,
air cooled package.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

b. Water to Water System


Pendinginan dilakukan dengan memanfaatkan air dan gas freon. Sistem yang digunakan
adalah sentral dengan chiller dan AHU, serta packaged water cooled system.

Menurut literatur lain pendinginan ruang ada dua macam :


a. Sistem Langsung (Direct Cooling)
Dalam sistem ini udara didinginkan langsung oleh refrigerant dengan menggunakan
mesin-mesin paket seperti window unit atau package air conditioner dengan atau tanpa
tabung udara dingin (ducting).
b. Sistem Tidak Langsung (Indirect Cooling)
Dalam sistem ini udara tidak langsung didinginkan oleh refrigerant, tetapi menggunakan
media air es / chilled water dengan temperatur sekitar 5 C, yang diproduksi dalam chilled
melalui refrigerant.
Uraian kesimpulan : Maka sistem pendinginannya ada dua yaitu dengan menggunakan air dan
chiller, udara atau FAI.

2) Sistem Distribusi Air Bersih


Sistem penyediaan air bersih merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
pembangunan bangunan vertikal. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem haruslah
dilakukan secara bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan
bangunan vertikal tersebut.
Tujuan terpenting dari sistem penyediaan air adalah menyediakan air bersih. Penyediaan air
bersih dengan kualitas yang tetap baik merupakan prioritas utama. Banyak negara telah
menetapkan standar kualitas untuk tujuan ini.
Sistem pendistribusian yang lazim digunakan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Up feed system
Dalam sistem ini pendistribusiannya dilakukan dengan bantuan pompa pendorong di
mana air dari reservoar bawah dipompa ke atas dan disalurkan melalui pipa-pipa
pendistribusian.
Penempatan peralatan dengan sistem pendistribusian up feed system adalah:

Reservoar bawah diletakkan pada bagian terendah muka tanah atau di bawah muka
tanah.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
Persyaratan tangki bawah :
a) Tangki air harus dapat menampung kebutuhan air bersih untuk kebutuhan seluruh
bangunan.
b) Dinding tangki bawah harus terbuat dari bahan kedap air.
c) Dilengkapi dengan pipa pelepas udara.

Pompa
Pompa ditempatkan dalam sebuah bangunan yang berdekatan dengan tangki bawah,
hal ini memungkinkan sistem operasiaonal yang disyaratkan.

Pipa distribusi
Pipa yang didistribusikan secara vertikal ditempatkan pada shaft berupa ruangan
yang menghubungkan antara satu lantai dan lantai berikutnya. Sedangkan untuk pipa
yang didistribusikan secara horizontal ditempatkan di bawah lantai kerja.

d) Persyaratan pipa :

Pemipaan dibuat sependek mungkin untuk menghindari kemungkinan bocor.

Pipa tidak langsung dimasukkan ke dalam dinding tapi dimasukkan ke dalam pipa
yang diameternya lebih besar. Hal ini dimaksudkan agar pipa tersebut dapat bergerak
pada saat pemuaian dan penyusutan, sehingga tidak merusak dinding atau pipa itu
sendiri

Awet dalam pemakaian dan mampu menerima tekanan khususnya dalam pipa itu
sendiri.

Down feed system


Dalam sistem ini, air ditampung dalam reservoar bawah kemudian dipompakan ke
reservoar atas yang dipasang di bagian paling atas bangunan, lalu didistribusikan ke
seluruh ruang basah pada bangunan dengan pompa atau gravitasi tanpa menggunakan
pompa pendorong.
Penempatan peralatan untuk bangunan yang menggunakan sistem pendistribusian
dengan down feed system:

Reservoar atas, diletakkan pada lantai top floor untuk menampung semua air
sebelum didistribusikan.

Pompa. Untuk sistem ini dilengkapi juga dengan pipa booster yang diletakkan pada
lantai atas dekat dengan tangki atas untuk memudahkan pendistribusian air ke lantailantai di bawahnya.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

3) Sistem Penangkal Petir


Untuk melindungi bangunan atau bagian bangunan yang tinggi dipergunakan penangkal petir
dengan daerah perlindungan yang cukup dan tepat. Sistem yang dipergunakan adalah sistem
Faraday (yang terdiri dari batang rod penangkal petir, penghantar penyalur dan penahan).
Ada beberapa sistem pertahanan, yaitu pentanah petir, pentanah sistem listrik dan pentanah
perangkap elektronik yang terpisah. Tahanan petanah masing-masing disesuaikan untuk masingmasing sistem (penangkal petir 6 ohm, sistem listrik 6 ohm, dan perangkat sistem komputer 3
ohm atau disesuaikan).

4) Sistem Alarm dan Pemadam Kebakaran


Sistem alarm adalah unit pendeteksi adanya asap dan panas yang timbul karena adanya
kebakaran. Detector tersebut ditempatkan pada langit-langit ruangan terdapat pada setiap ruang
sesuai dengan fungsi ruang dan dengan daerah jangkauan tertentu. Fire alarm ini dikendalikan
oleh panel alarm otomatic. Pengendalian kebakaran dilakukan dengan mempergunakan sirene,
bell, lampu signal yang dapat direset dan sistem manual stasiun (break glass).
Pemadam kebakaran untuk bangunan ini mempergunakan fire hidrant dan pemadam api ringan.
Penempatan sedemikian sehingga mudah dioperasikan. Hidrant selain terdapat didalam
bangunan juga terdapat diluar bangunan/halaman dan siap disambungkan dengan sistem hidrant
kota (bila ada) dan unit mobil pemadam kebakaran. Hidrant dilayani oleh pompa pemadam
kebakaran yang dikontrol otomatic dan siap dipergunakan.
Untuk melindungi bangunan dan terutama arsip dari bahaya kebakaran, direncanakan jaringan
pipa pemadam kebakaran. Dipilih jenis pemadam kebakaran bukan air karena area yang
dilindungi adalah ruangan arsip. Dipilih penggunaan pemadam kebakaran jenis busa seperti
FM200. Zat pemadam kebakaran dikeluarkan dari nozzle yang dipasang di plafond.

PEMBERLAKUAN SNI KEBAKARAN PADA PERATURAN BANGUNAN


Peraturan perundang-undangan yang mengatur aspek keselamatan bangunan mengakomodasi
berlakunya standar-standar/SNI proteksi kebakaran. Setiap ketentuan atau persyaratan proteksi

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
kebakaran yang disebut dalam peraturan tersebut, perinciannya mengacu ke SNI proteksi
kebakaran. Peraturan-peraturan tersebut adalah:
1. UU no 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG)
2. PP nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG
3. Kepmeneg PU No. 10/KPTS/2002 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap kebakaran
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
4. Kepmeneg PU No. 11/KPTS/2002 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan
Kebakaran di Perkotaan

Undang-Undang no 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG) merupakan peraturan


payung yang memberikan landasan bagi peraturan atau ketentuan pada tingkat dibawahnya.
UUBG terdiri atas 10 bab yakni mencakup ketentuan umum, prinsip, tujuan dan ruang lingkup,
fungsi bangunan, persyaratan bangunan, proses pembangunan, peran masyarakat, pembinaan
teknis, sanksi, ketentuan peralihan dan penutup.

Bagian penting dalam UUBG adalah pada Bab IV yang mengatur mengenai persyaratan bangunan.
Terdapat 2 (dua) hal utama pada persyaratan bangunan yakni persyaratan administrasi
(perizinan, status lahan, kepemilikan bangunan) dan persyaratan teknis (persyaratan intensitas
bangunan dan persyaratan kehandalan).

Sedang pada persyaratan kehandalan diatur mengenai persyaratan keselamatan, kesehatan,


kenyamanan dan persyaratan aksesibilitas. Proteksi kebakaran termasuk dalam aspek
keselamatan disamping gempa dan bahaya petir.

UUBG selanjutnya diuraikan secara lebih rinci menjadi 120 Pasal dan 9 Bab dalam PP no 36 Tahun
2005 tentang Peraturan pelaksanaan UU nomor 28 Tahun 2002 Bangunan Gedung Selanjutnya
UUBG serta peraturan pelaksanaannya mengamanatkan bahwa suatu bangunan gedung harus
memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) sebagai prasyarat mendirikan bangunan gedung, dan
untuk dapat dimanfaatkan harus terlebih dahulu memiliki sertifikat laik fungsi (SLF).

Setingkat di bawah UU dan PP terdapat Kepmen PU no 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis


Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan, serta Kepmen PU No.
11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan.
Kedua Kepmen tersebut disusun sebagai acuan bagi Daerah untuk menyusun Peraturan Daerah

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
atau PERDA masing masing mengenai penanganan bahaya kebakaran di wilayahnya. Pemenuhan
peraturan dan standar teknis proteksi kebakaran secara konsisten diperlukan dalam rangka
keselamatan bangunan & industri terhadap bahaya kebakaran yang setiap saat bisa terjadi.
Banyak kejadian kebakaran yang berakibat fatal oleh karena tidak memenuhi ketentuan proteksi
kebakaran. Penerapan standar-standar/SNI proteksi kebakaran diwujudkan salah satunya lewat
sistem pengendalian proses membangunan bangunan gedung sebagaimana diperlihatkan pada
Gambar E.2 di bawah ini.

TITIK TITIK KONTROL DALAM PROSES MEMBANGUN

Gambar E.2 Pemenuhan Persyaratan Dalam Setiap Proses Membangun


(Pola Baru)

PERANGKAT PENDUKUNG PENERAPAN SNI PROTEKSI KEBAKARAN


Perangkat pendukung lainnya yang diperlukan dalam rangka peningkatan penerapan SNI proteksi
kebakaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan model STPI (Science Technology and
Policy Implementation) sebagaimana diperlihatkan pada Gambar berikut ini yang mencakup
unsur kebijakan, unsur peraturan dan per-undang-undangan, unsur kelembagaan atau institusi,
aspek mekanisme operasional dan pranata.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
Selanjutnya berdasarkan hierarki elemen STPI tersebut, maka hal-hal berikut perlu
dipertimbangkan dalam rangka peningkatan penerapan SNI.
1. Kebijakan baik di tingkat Pusat maupun Derah yang memberlakukan standarstandar dan
pedoman teknis sebagai salah satu unsur dalam pembinaan tertib pembangunan dan
keselamatan bangunan.
2. Pemantapan peraturan atau norma baik di tingkat pusat dalam bentuk Code maupun di
tingkat daerah (Perda) menyangkut aspek pencegahan dan penanggulangan kebakaran
sebagai dasar peraturan kegiatan proses membangun yang aman kebakaran yang pada
rincian persyaratannya mengacu kepada standar-standar / SNI yang berlaku.
3. Peningkatan kinerja dan kewenangan instansi terkait dalam penanganan keselamatan
bangunan terhadap kebakaran meliputi tingkat layanan, kualifikasi SDM, peralatan dan
sarana yang terstandardisasi termasuk pemahaman dan penerapan standar-standar / SNI dan
pedoman teknis bangunan gedung.
4. Pengukuhan mekanisme operasional pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang
mengkoordinasikan berbagai instansi terkait baik dalam bentuk SOP atau PROTAP dan
dilaksanakan secara konsisten.
5. Termasuk dalam unsur mekanisme operasional, adalah pemantapan prosedur penaksiran
kesesuaian dengan standar (conformity assessment procedures) di sektor bangunan &
konstruksi meliputi akreditasi fasilitas uji, sertifikasi dan labelisasi.
6. Terkait dengan pranata, diperlukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman substansi
standar-standar melalui kegiatan sosialisasi, penyusunan pedoman teknis, pemberian insentif
dan dis-insentif serta tidak kalah pentingnya adalah melalui jalur pendidikan baik formal
maupun non-formal.

Gambar E.3 Model STPI

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

5) Sistem Komunikasi Telepon


Sistem telepon/komunikasi antar ruang
Untuk keperluan komunikasi keluar bangunan dipergunakan saluran telepon Telkom yang
disambungkan pada PABX. Untuk pamakaian langsung disediakan saluran langsung Telkom. Selain
itu juga disediakan komunikasi dengan Faximile Telkom.

6) Sistem Sound System/Tata Suara


Guna pelayanan pengumuman dan penggilan kendaran dipergunakan sound system. Speaker
diletakan pada langit-langit/plafond ruang dan diluar ruangan (pelayanan car calling). Kuat suara
maupun jumlah speaker seminimum mungkin dan disesuaikan dengan pola plafond ruang.

7) Sistem Pembuangan Air Kotor Dan Air Hujan


a. Pembuangan air kotor dari toilet dan janitor di tiap lantai bangunan disalurkan
dengan pipa yang berada di lubang Shaft selanjutnya dialirkan ke septik tank dan
peresapan.
b. Pembuangan air hujan dari plat dan beton disalurkan melalui talang horisontal dan
vertikal kesaluran disekeliling bangunan,selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan
yang terdekat di luar bangunan. Selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan yang
terdekat di luar bangunan. Selanjutnya bersama sama dengan air hujan/air halaman
yang disalurkan melalui saluran saluran terbuka didalam lahan, dibuang keluar lahan
ke saluran drainage kota. Mengingat sekeliling tapak telah tersedia saluran
pembuangan kota, maka untuk efisiensinya saluran pembuangan dibuat menyebar
kesekeliling bangunan.

4. PERENCANAAN TATA RUANG DALAM (INTERIOR)


Konsultan perencana/perancang harus sudah berpikir pemecahan interior (tata ruang dalam)
yang intergrated dengan perancangan bangunan secara keseluruhan terperinci yang meliputi

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
antara lain : Layout Gedung hall (Front Office) dan Back Office, berikut perlengkapan kantor dan
marka grafisnya.
a. Kriteria perencanan tata ruang dalam adalah :

Perencanaan hendaknya didasarkan pada anthropometrik dan ergonomik (ruang


gerak dan sirkulasinya) studi gerak dalam konteks manusia Asia/Indonesia.

Perencanaan hendaknya dititik beratkan pada pemenuhan efisiensi dan efektivitas


serta kenyamanan Pengguna Jasa Transportasi.

Perencanaan hendaknya memperhatikan fungsi ruang, struktur organisasi serta


operasional Ruang Tunggu yang dirancang serta sirkulasi orang dan barang yang
disesuaikan dengan pemakaian perabot yang ada.

Perencanaan hendaknya tidak merubah struktur dan konstruksi, mekanikal, elektrikal


dan ruang dasar bentukan hasil perencanaan secara arsitektural.

Pembuatan semua elemen interior menggunakan teknologi yang dapat ditangani


dengan berpola pada produksi massal (mass production).

Spesifikasi teknis untuk bahan hendaknya juga memperhatikan hirarki Pengguna Jasa
transportasi.

b. Lingkup Pekerjaan Tata Ruang Dalam adalah :

Perhitungan konstruksi (jika ada).

Perhitungan utilitas (kuat cahaya, distribusi tenaga listrik dan sebagainya).

Pengolahan tata ruang.

Perencanaan perabot kerja dan perabot perlengkapan dalam hubungan dengan tata
ruangannya.

Perencanaan (usulan, bentuk, macam dan posisi) rambu-rambu petunjuk dan


elemen estetik khusus.

Pembuatan perspektif berwarna dari ruang-ruang yang mewakili (representatif).

Penampilan ruang dalam dari gedung Ruang Tunggu Bandara Nunukan haruslah terlihat ramah,
mengundang serta representatif. Hal ini dapat dihasilkan dengan memperhatikan:

Lay out ruangan yang lapang dan ramah, namun aman ke / dari Luar

Penggunaan elemen-elemen interior yang bermutu dan tahan lama.

Luasan ruang yang mencukupi

Penggunaan koordinasi warna yang sporty.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

Pembagian ruangan yang sesuai dengan kebutuhan.

5. PERENCANAAN TATA RUANG LUAR (EXTERIOR)


Analisis Tapak Eksternal
Merupakan penilaian terhadap informasi elemen-elemen di luar atau di sekeliling tapak yang
pada berdiri pada konteks wilayah yang lebih luas dan mempunyai hubungan maupun pengaruh
erat terhadap kondisi tapak. Berikut adalah uraian mengenai elemen-elemen tapak eksternal.
A.

Hukum dan Kebijakan, menganalisis hirarki, fungsi dan peran yang diemban oleh suatu
wilayah sehingga memperjelas hukum dan kebijakan yang berlaku dalam suatu wilayah,
dalam hal ini adalah kebijakan dan undang-undang yang pernah dikeluarkan oleh
pemerintah daerah yang berkaitan dengan sektor Perhubungan.

B.

Lokasi
a.

Lokasi tapak dalam konteks regional dan wilayah sekitarnya.

b.

Lokasi tapak dalam konteks lingkungan, mencakup kedudukan dan fungsi-fungsi


pelayanan suatu kawasan dalam konteks Kabupaten.

C.

Zoning (pemintakatan) dan proyeksi pengembangan masa depan


Zoning atau pemintakatan merupakan alat yang digunakan untuk menentukan peruntukan
lahan, ukuran, jenis dan struktur yang akan dibangun pada sebuah lahan, seperti
persyaratan ketinggian bangunan, garis sempadan bangunan, serta kepadatan bangunan.
Keberadaan analisis proyeksi terhadap pengembangan di masa yang akan datang berarti
dapat memperkirakan kebutuhan pembangunan, prasarana dan sarana apa saja yang akan
dibangun serta kebutuhan akan wilayah dikembangkan ataupun dilindungi.

D.

Lingkungan
a.

Elemen alam dan binaan penting

Kehidupan dan kegiatan sosial budaya di sekitar tapak


Termasuk ke dalam kegiatan sosial budaya adalah tradisi, adat istiadat atau
kebudayaan lokal dengan produk berupa berupa kerajinan, tari-tarian ataupun
nyanyian.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
Usia atau kondisi elemen desain, bangunan, dan fungsi-fungsi lain yang ada di
sekitar tapak.
b.

E.

Klasifikasi penting/khusus

Pola sirkulasi di sekitar tapak


Sistem sirkulasi sangat erat hubungannya dengan pola penempatan aktivitas dan
penggunaan tapak

sehingga merupakan pergerakan dari satu ruang ke ruang lain.

Kenyamanan berkendaraan ataupun berjalan kaki dapat berkurang akibat sirkulasi yang
kurang baik misalnya ketidakjelasan sirkulasi serta ketiadaan hirarki sirkulasi. Pola sirkulasi
terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
a.

Lalu lintas dan transportasi/sirkulasi kendaraan di sekitar tapak


Analisis meliputi:

Keberadaan moda transportasi yang menuju atau melewati tapak ataupun


sebaliknya, berhubungan dengan kemudahan pencapaian ke dalam suatu
kawasan.

Lebar koridor jalan dengan memperhitungkan jumlah jalur dan lajur

Hirarki jalan, terbagi ke dalam beberapa kelas/tipe jalan merupakan hal penting
dalam variasi sirkulasi di suatu wilayah yang didasari oleh besarnya kapasitas
jalan dalam menampung volume kendaraan maupun pedestrian.

Hirarki jalur kendaraan, terbagi kedalam dua bagian, yaitu jalur distribusi (jalur
untuk gerak perpindahan lokasi atau jalan utama) dan jalur akses (jalur yang
menghubungkan jalan utama dengan pintu masuk kawasan)

b.

Sirkulasi pejalan kaki


Berupa jalur pedestrian harus dirancang untuk memungkinkan para pejalan kaki
bergerak dengan aman dan nyaman. Hal yang perlu diperhatikan adalah permukaan
trotoar yang stabil dan kuat dengan tekstur relatif rata akan tetapi tidak licin dengan
pemakaian ramp untuk mempermudah aksesibilitas kaum difable. Hal penting lain
adalah elemen penerangan yang disesuaikan dengan intensitas pemakaian, lebar
trotoar yang memungkinkan lalu lintas dua arah serta keberadaan penutup jaringan
drainase sehingga dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pejalan kaki.

c.

Kelengkapan sarana dan prasarana penunjang, seperti terminal, tempat parkir, halte,
maupun rambu-rambu lalu lintas.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

F.

Pola dan proses alam


a.

Iklim
Pertimbangan gejala iklim dalam skala besar maupun kecil sangat penting seperti
perubahan arah angin, suhu, curah hujan, serta sudut/pola bayangan matahari.

b.

Topografi
Bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi merupakan sumber daya
visual dan estetika yang sangat mempengaruhi lokasi dari berbagai tata guna tanah,
serta fungsi rekreasi, interpretatif, dan sebagainya. Beberapa hal yang termasuk ke
dalam topografi adalah: ketinggian permukaan, orientasi topografi dan kelerengan.

c.

Pola drainase permukaan


Drainase atau saluran pembuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam analisis tapak, dimana genangan air yang tidak terencana dapat merusak
konstruksi perkerasan, mengakibatkan tanaman menjadi rusak bahkan menjadi mati
serta mengakibatkan efek visual yang kurang baik selain juga mengurangi
kenyamanan dalam berjalan kaki.

d.

Vegetasi
Jenis dan pola vegetasi merupakan sumber daya rekreasi, visual dan ekologi yang
penting. Jenis vegetasi setempat berkaitan dengan tanah, mikroiklim, hidrologi dan
topografi. Vegetasi juga berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan dengan
pembatas fisik, pengendali iklim, pencegah erosi, habitat satwa, nilai estetis dan
kontrol pandangan (visual control).

G.

Sistem jaringan
a.

Jaringan utilitas, termasuk diantaranya jaringan drainase, air bersih, air limbah

b.

Jaringan komunikasi

c.

Jaringan penerangan atau jaringan listrik

Analisis tapak eksternal dilakukan dengan menggabungkan data sekunder (Master Plan Bandara
Nunukan, data RUTRK, RDTR dan RTRW) dan data primer (pengamatan lapangan, wawancara).

Analisis Tapak Internal

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
Analisis tapak internal menilai karakteristik fisik alami, buatan manusia (man-made) maupun
karakteristik hukum dan sosial budaya. Penjabaran analisis tapak internal dijabarkan sebagai
berikut:
A.

B.

Hukum
a.

Tata wilayah dan garis sempadan

b.

Status kepemilikan dan yurisdiksi

c.

Luas yang boleh dibangun

d.

Luas penutupan tapak dan batas ketinggian bangunan

Kondisi tapak
a.

Alami

Kontur & kelandaian

Keistimewaan lahan utama

Angin

Pola drainase permukaan

Penutup permukaan dan kondisinya

Jenis tanah
Pemahaman terhadap pembentukan dan jenis tanah sangat penting dalam
penentuan kesesuaian tapak dalam mendirikan bangunan dan struktur lainnya,
memberikan informasi terhadap penanaman vegetasi dan lokasi habitat satwa
liar.

Vegetasi

Hidrologi
Jenis dan kualitas air pada suatu tapak merupakan sumber daya visual dan
rekreasi yang penting. Akan tetapi yang lebih penting adalah pertimbangan
sistem hidrologis atau tata air yang saling berkaitan. Kemampuan tata air harus
diperhatikan apabila sistem tersebut akan dimanfaatkan.

b.

C.

Bahaya bencana, seperti bahaya longsor, banjir, gempa bumi, dan sebagainya.

Buatan

Sirkulasi

Kendaraan

Utilitas

Penerangan

Potensi & batasan tapak

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

D.

a.

View dari dan ke luar tapak

b.

Tempat daya tarik di dalam tapak

c.

Pemandangan melalui tapak

d.

Kebisingan

e.

Pencemaran udara dan air

Kegiatan sosial budaya

Pekerjaan perencanaan dan perancangan ruang luar/pertamanan secara integrated mengacu


pada ruang dalam/luar, pola fungsional dan gaya arsitektur yang telah terbentuk.
Teori mengenai lahan hijau kota menurut Haryoto Kunto :
Pada masa inilah dikenal terminology-terminologi ruang terbuka hijau atau taman antara lain:
Plein, Park, Plantsoen, Stadtsuin, dan juga Boulevard. Dari sekian terminologi di atas, dapat
bahwa ruang terbuka hijau dengan istilah Park-lah yang benar-benar direncanakan sebagai suatu
wadah kegiatan publik dan mempunyai konsep-konsep tersendiri.
Berikut ini adalah teori mengenai lahan hijau kota menurut Haryoto Kunto, dimana secara
sederhana, seringkali orang awam menganggap semua bentuk lahan hijau adalah taman.
Sebenarnya terdapat beberapa tipe dan bentuk lahan hijau, seperti park, plein, platsoen,
stadstuin, dan boulevard (bahasa Belanda).

Berikut ini klasifikasi lahan hijau tersebut :


a. Park
Park adalah sebidang tanah yang dipagari sekelilingnya, yang ditata secara teratur dan
artistik, ditanami pohon lindung, tanaman hias, rumput dan berbagai jenis tanaman bunga. Selain
itu dilengkapi pula jaringan jalan, bangku tempat duduk dan lampu penerangan yang bernilai seni.
Kadang kala Park / taman dilengkapi kolam, tempat berteduh yang disebut Gazebo dan kandang
binatang / unggas serta saluran air yang teratur.
b. Plein
Plein adalah lapangan, lahan datar atau pelataran yang tidak terlalu luas. Biasanya
ditumbuhi rumput, terletak di sekitar bangunan atau gedung dan tanpa jaringan jalan di
dalamnya. Terkadang terdapat satu atau dua pohon lindung.
Lahan hijau ini sering dimanfaatkan untuk kegiatan rekreasi, seperti: kegiatan pramuka,
olahraga, bermain, dan sebagainya.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
c. Plantsoen
PLantsoen adalah lahan dalam kota yang digunakan sebagai kebun bibit, tempat
memelihara dan membudidayakan berbagai jenis tanaman keras. Lahan hijau ini berfungsi
sebagai taman terbuka yang bisa dikunjungi warga kota.
Jaringan jalan setapak yang terdapat di dalam lahan itu, membuka kesempatan bagi
masyarakat kota untuk berjalan di dalamnya. Bentuk lahan plantsoen umumnya memanjang dan
pada kedua sisinya ditanam pohon besar.
Bentuk lahan plantsoen umumnya memanjang, terkadang menyusuri sungai dan di kedua
sisinya ditanami pohon-pohon besar. Dengan demikian plantsoen dalam kota berfungsi sebagai
jalur hijau dan untuk melestarikan lahan sekitar aliran sungai dari kemungkinan erosi dan
pembangunan rumah liar.
d. Stadstuin
Stadstuin adalah kebun bibit milik pemerintah setempat. Tempat persemaian berbagai
macam pohon lindung, jenis tanaman keras, tanaman hias, bunga-bungaan, dan lahan tempat
membudidayakan berbagai jenis rumput.
Stadstuin berbeda dengan plantsoen karena sebagian besar lahannya digunakan untuk
pembibitan tanaman, terutama kebun bunga yang tertutup bagi kalangan umum.
e. Boulevard
Boulevard adalah jalur hijau yang memanjang, menyusuri jalan raya yang lebar. Sederetan
pohon lindung sejenis terdapat pada kedua sisi jalan. Sedangkan di bagian tengah jalan terdapat
taman bunga yang memanjang, membatasi dua jalur terpisah.
Boulevard umumnya terdapat dalam wilayah kota yang baru dibangun, ditandai dengan
trotoar yang lebar dan dilengkapi lampu jalan. Di kota-kota besar Eropa, sepanjang boulevard
sering terdapat toko, caf, hotel, perkantoran dan lalu lintas yang ramai. Namun di Indonesia
pada sepanjang boulevard umumnya terdapat bangunan rumah besar dengan pekarangan luas.

Kriteria perencanaan tata ruang luar adalah :


a. Perencanaan tata ruang luar ini lebih dititik beratkan pada pemenuhan efesiensi, efektivitas
dan kenyamanan kerja, serta peningkatan gairah kerja pemakaiannya (estetika lahan dan
bangunan).
b. Perencanaan tata ruang luar ini didasarkan pada Anthropo-metrik dan Ergonomik manusia
Asia/Indonesia.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
c. Seluruh pekerjaan sebanyak mungkin menggunakan bahan-bahan produksi Indonesia
(produksi dalam negeri) menggunakan produksi setempat, dengan tahap mengutamakan
mutu.
d. Pemilihan jenis penghijauan harus memenuhi persyaratan-persyaratan :
1) Memenuhi tujuan perencanaan dan perancangan ( fungsi dan estetikanya).
2)

Mudah untuk menumbuhkan dan pemeliharaannya, serta sesuai dengan iklim setempat.

3)

Menggunakan bibit tanaman yang sudah cukup besar secara fisik, sehingga tidak mudah
mati bila mendapat gangguan-gangguan fisik yang ringan.

4)

Kemudahan untuk mendapatkannya.

e. Perencanaan dan perancangan tata ruang ini selengkapnya akan meliputi pekerjaan-pekejaan
:
1) Perancangan perkerasan (sirkulasi kendaraan beserta tempat parkirnya, plaza, tempat
upacara, sirkulasi pejalan kaki, dan lain sebagainya).
2) Perancangan dan penataan penghijauan (tanaman pelindung, penghias, pengarah, dan
lain sebagainya).
3) Perancangan perabot taman (tiang bendera, lampu taman, dan lain sebagainya) beserta
marka grafisnya.

Untuk menampilkan citra kokoh namun tetap bersahabat pada bangunan ini adalah :
Bentuk bangunan yang simetris (stabil).
Modul bangunan, berupa grid bujur sangkar yang mempunyai kestabilan yang sempurna..
Serasi dengan lingkungan
Mewakili daerah setempat
Terlihat nyaman dan menyenangkan
Selain menampilkan bentuk yang kokoh, bangunan kantor ini dituntut untuk selalu dekat dengan
masyarakat, atau kata lain adalah bersahabat. Nada bersahabat tersebut ditampilkan pada:
Skala bangunan menggunakan skala intim.
Ruang penerima/kanopi untuk Drop Off yang relatif lebar sehingga para pengunjung
khususnya masyarakat sekitar merasa dimuliakan sebagai tamu.
Pembatas antara lahan dengan site sekitar bangunan dibuat transparan, dan pagar
merupakan elemen pemanis taman depan yang berfungsi tidak hanya sekedar pembatas
site.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
Kewibawaan bangunan, ditampilkan pada peninggian peil lantai, pemakaian pondasi yang
kokoh, pemakaian grid bangunan yang teratur, modul yang jelas dan penggunaan bahan
material yang eksklusif.

6 TAHAPAN PERENCANAAN DETAIL


Tahapan ini merupakan tahapan keputusan final dari pemecahan masalah desain yang nantinya
menjadi dasar bagi rancangan detail selanjutnya. Yang terpenting pada tahap ini adalah
memberikan visualisasi rancangan secara jelas, teratur dan sistematis serta profesional dalam
menggunakan teknik-teknik visualisasi gambar. Tahapan produksi ini dapat dibagi dua, yaitu:
1). Gambar planning in design yang terdiri dari: rencana dasar (lay out plan), rencana lansekap
(landscape plan), rencana pola tata hijau (planting plan), rencana elevasi (elevation plan), rencana
tampak (section plan), rencana utilitas (landscape utiliy plan), rencana muka tanah (topography
plan), rencana pembuangan (drainage plan), rencana pemeliharaan (maintanance plan),
perspektif tanpak burung (perspective bird eyes view).
2) Gambar detailed design, yang terdiri dari: rancangan rinci, rancangan tata hijau, potongan dan
tampak, rancangan rinci bagian tapak, rancangan rinci perkerasan, rancangan rinci tata tanaman,
rancangan rinci penanaman, rancangan konstruksi, perspektif bagian rancangan tapak.

Sasaran kunci yang harus dicapai pada tahap ini adalah:


1. Terumuskannya bentuk rancangan detail bangunan dan ruang luar.
2. Tersusunnya dokumen spesifikasi yang memuat perancangan detail bangunan
3. Terumuskannya rencana anggaran biaya.

1. PROGRAM KERJA
Secara rinci, pekerjaan Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara Nunukan terdiri
dari kegiatan-kegiatan berikut :

Pekerjaan Persiapan dan survey

Pekerjaan Pra-Rencana

Pekerjaan Rencana Pengembangan

Diskusi

Rincian masing kegiatan diatas dijelaskan berikut ini.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

Pekerjaan Persiapan Dan Survey terdiri atas: Persiapan Instrumen Survey, Pengayaan
Subststansi, Inventarisasi Kebutuhan Studi dan Perancangan Rencana Form dan Kompilasi Data
seperti dalam penjelasan berikut :
1.

Persiapan Instrumen Survey, merupakan kegiatan untuk memobilisasi tim dan menyamakan
persepsi tentang keluaran dan lingkup pekerjaan, metodologi, dan jadwal pekerjaan.
Kegiatan ini dilakukan dalam durasi waktu 1 (satu) minggu.

2.

Pengayaan substansi, dilakukan melalui kajian terhadap komponen-komponen dalam sistem


social masyarakat, kajian terhadap teori Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu
Bandara Nunukan, kajian terhadap metoda dan alat analisis kelayakan, serta kajian studistudi terdahulu. Dengan metoda melakukan survey primer dan survey sekunder. Dalam
kegiatan ini pun dilakukan pekerjaan pemetaan atau pengukuran pada lokasi studi yang akan
meliputi kegiatan sebagai berikut :

Persiapan

Pengukuran kerangka horizontal

Pengukuran kerangka vertical

Pengukuran situasi

Penyusunan Laporan Hasil ground survey dan pengukuran.

Pengayaan substansi dilakukan dalam waktu 2 (dua) minggu, paralel dengan kegiatan
persiapan.
3.

Inventarisasi kebutuhan studi, mencakup kebutuhan data dan informasi serta kebutuhan
alat analisis data. Sedangkan teknik yang digunakan Dalam Pengumpulan Data Adalah :
Teknik Observasi : Dalam Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara
Nunukan ini, dapat dikumpulkan dengan cara mengadakan tinjauan langsung ke
wilayah perencanaan. Dengan teknik ini, diharapkan dapat terhimpun data yang
kongkrit dan aktual.
Wawancara dan Diskusi dengan stakholder/pelaku yang terkait dengan pengembangan
wilayah Bangunan Ruang Tunggu Bandara Nunukan untuk mendapatkan masukan
mengenai permasalahan dan persoalan yang terjadi dan harapan yang diinginkan oleh
pelaku pembangunan di Kawasan Rencana Ruang Tunggu Bandara Nunukan untuk
masa yang akan datang.
Studi Literatur : mengumpulkan data dari berbagai buku laporan atau hasil studi yang
telah dilakukan yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas. Hal ini
diharapkan agar Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara Nunukan

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
yang akan disusun dapat terintegrasi dengan kebijaksanaan dan program
pengembangan yang telah dilakukan oleh Pihak Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara.
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 2 (dua) minggu parallel dengan kegiatan proses
persiapan dan Pengayaan Substansi.
4.

Perancangan Rencana dan Form Kompilasi Data, disesuaikan dengan kebutuhan data,
ketersediaan sumber daya, dan kebutuhan analisis.Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 3
(tiga) minggu, paralel dengan kegiatan inventarisasi kebutuhan studi.
Kegiatan 1 sampai 4 akan dilaporkan dalam bentuk laporan pendahuluan
dan dibahas oleh tim pengarah untuk mendapatkan masukan terhadap
keluaran, lingkup, dan metodologi kegiatan.

Pekerjaan Pra-Rencana dilanjutkan setelah persiapan dan survey, kegiatannya antara lain
pengumpulan data, kompilasi data dan konsep perencanaan skematik, program ruang dan
perkiraan biaya serta persyaratan bangunan dan lingkungan

5.

Pengumpulan Data., dilakukan untuk lebih mendetailkan data yang disesuaikan dengan
kebutuhan data dengan survei langsung ke instansi-instansi terkait untuk mendapatkan data
sekunder maupun survei dengan menyebarkan kuesioner dan pengamatan langsung di
lapangan. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dalam waktu 2 (dua) minggu.

6.

Kompilasi Data dan Konsep Perencanaan Skematik. Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk
menyiapkan data agar dapat dianalisis sesuai dengan kebutuhan studi. Kegiatan kompilasi
data dialokasikan selama 2 (dua) minggu parallel dengan kegiatan Pengumpulan Data.

7.

Program Ruang dan Perkiraan Biaya, menghasilkan rencana pengembangan dari konsep
skematik yang menghasilkan perencanaan yang lebih terukur dengan mengikui standard dan
kebutuhan ruang, serta berisikan draft rencana perkiraan point-point dalam perkiraan biaya
pembangunan.. Kegiatan identifikasi kawasan ini dilakukan dalam waktu 3 (tiga) minggu.

8.

Persyaratan Bangunan dan Lingkungan, menghasilkan rencana pengembangan dari desain


yang telah terintegrasi dengan persyaratan bangunan dan lingkungan lokasi perencanaan
pekerjaan.
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 3 (tiga) minggu.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

Kegiatan 5 sampai 8 akan dilaporkan dalam bentuk laporan antara dan dibahas oleh tim
pengarah untuk mendapatkan masukan terhadap profil, posisi, dan permasalahan
pengembangan Ruang Tunggu Bandara Nunukan

Penyusunan Rencana Pengembangan, merupakan kegiatan pendetailan setiap sub bidang


pekerjaan dalam pekerjaan rencana teknis.

9. Penyusunan Konsep Rencana Arsitektur dan Visualisasinya Kegiatan yang dilakukan parallel
dengan rencana demi mengefisienkan waktu yang tersedia namun tetap memiliki batas
minimal penilaian yang efisien dan terintegrasi dengan konsep sebelumnya. Kegiatan ini
merupakan puncak dari perencanaan yang mendetail sehingga menghasilkan konsep yang
sudah terukur dan terencana dan sudah dapat terlihat bentuk dari konsep yang diusung sejak
awal.
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 11 (sebelas) minggu.

10. Penyusunan Konsep Rencana Struktur dan Perhitungannya Kegiatan yang sudah terintegrasi
antara model sketsa rencana dengan rencana struktur yang mungkin untuk direncanakan
beserta hasil perhitungan sehingga rencana struktur sudah dapat terlihat dimensi struktur
yang sudah disesuaikan dengan standar minimal yang diijinkan. Kegiatan ini paralel dengan
kegiatan arsitektur.
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 9 (sembilan) minggu.

11. Penyusunan Konsep Rencana Utilitas Bangunan dan Kawasan serta Perhitungannya
Kegiatan perencanaan dan pengembangan konsep utilitas baik untuk bangunan dan kawasan
serta perhitungannya sehingga perencanaan utilitas pun telah dapat direncanakan berikut
dimensi dan peralatan utilitas yang direncanakan. Kegiatan ini parallel terhadap pekerjaan
amdal, arsitektur dan struktur.
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 6 (enam) minggu.

12. Perancangan Detail Bangunan dan Lingkungan yang mencakup:

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
1) Gambar rencana pengembangan yang terdiri dari: rencana dasar (lay out plan), rencana
lansekap (landscape plan), rencana pola tata hijau (planting plan), rencana elevasi
(elevation plan), rencana tampak (section plan), rencana utilitas (landscape utiliy plan),
rencana muka tanah (topography plan), rencana pembuangan (drainage plan), rencana
pemeliharaan (maintanance plan), perspektif tanpak burung (perspective bird eyes view).
2) Gambar detail bangunan dan lansekap, yang terdiri dari: detail dari rencana per bangunan
dikarenakan rencana ini dibuat dalam konsep multi massa, rancangan tata hijau,
potongan dan tampak bangunan dan site/tapak, rancangan rinci detail tapak, rancangan
rinci perkerasan, rancangan rinci tata tanaman, rancangan konstruksi, perspektif bagian
rancangan tapak.
3) Dokumen Pelelangan dan Pelaksanaan seperti dokumen RKS (Rencana Kerja dan Syaratsyarat), BQ (Bill of Quantity), RAB (Rencana Anggaran Biaya
Kegiatan ini akan dilakukan dalam waktu 9 (sembilan) minggu.
Kegiatan 9 sampai 12 akan dilaporkan dalam bentuk laporan akhir dan
dibahas oleh tim pengarah untuk mendapatkan masukan terhadap
penyempurnaan pekerjaan Perencanaan Bangunan.

Diskusi
1.

Kegiatan Diskusi yang mencakup:


Kegiatan diskusi dilakukan untuk membahas draft akhir setiap laporan, baik laporan
pendahuluan, interim dan laporan akhir. Sebelum dan sesudah dilakukan diskusi, konsultan
diharuskan melakukan asistensi hasil pekerjaan dengan pihak pelaksana kegiatan yang
membahas antara lain perbaikan dan penyempurnaan hasil pekerjaan tersebut. Kegiatan ini
dilaksanakan melalui :
Diskusi dengan Tim Teknis dilaksanakan untuk menyepakati rencana kerja dan program
yang telah disusun oleh Konsultan baik itu untuk laporan pendahuluan, laporan akhir,
dan diskusi serta laporan-laporan yang terkait dengan kegiatan.
Ekspos Laporan Pendahuluan dilaksanakan untuk penyempurnaan terhadap program
kerja serta tindak lanjut dari rencana kerja penyusunan Teknis Perencanaan Ruang
Tunggu Bandara Nunukan.
Dialog dengan stakeholder dalam rangka menjaring aspirasi dan informasi serta
kesepakatan mengenai tujuan dan arah pengembangan Bandara Nunukan, sektor yang
akan dikembangkan, serta struktur dan pola pemanfaatan ruang yang dapat mewadahi
pengembangan kawasan.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA
Dialog sosialisasi sebagai upaya mencapai kesepakatan konsep rencana program dan
kegiatan yang dituangkan dalam konsep (draft) akhir Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang
Tunggu Bandara Nunukan dengan melibatkan unsur-unsur dari legislatif, eksekutif.

Lengkapnya, rencana kerja, yang mencakup tahapan, kegiatan, pelaporan, sasaran, metoda, dan
alokasi tenaga ahli dapat dilihat pada Tabel E 1

Rencana Kerja berikut ini.

Tabel E-1 Rencana Kerja

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

2. ORGANISASI DAN PERSONIL


Struktur Oganisasi Pelaksanaan Pekerjaan

Struktur Organisasi Konsultan


Organisasi Konsultan terdiri seorang Ketua Tim (team leader), beberapa Tenaga Ahli dan Asisten
serta beberapa Tenaga Pendukung (dalam hal ini 9 Orang. Terlihat pada tabel berikut. Masingmasing tanggung jawabnya tercantum sebagai berikut:
Ketua Tim Konsultan (team leader) bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap
pengerjaan materi pekerjaan ini. Selain bertanggung jawab secara eksternal ke Pejabat
Pembuat Komitmen, Ketua Tim Konsultan harus merespon pada masukan-masukan dari Tim
Teknis yang mewakili Pemberi Pekerjaan. Terhadap Tim Konsultan, Ketua Tim bertanggung
jawab mengkoordinasikan seluruh sumber daya yang tersedia untuk tercapainya tujuan dan
sasaran pekerjaan.
Tenaga Ahli secara keorganisasian bertanggung jawab kepada Ketua Tim dan merupakan
bagian dari sub-bidang penelitian, yang dirinci berdasarkan keilmuan yang digunakan dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya masingmasing.
Tenaga Pendukung bertugas memberikan dukungan pada Ketua Tim Konsultan dan Tenaga
Ahli, termasuk dalam melaksanakan survei dan pekerjaan studio dalam lingkup pekerjaan.

Penyusunan organisasi pelaksana pekerjaan Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu


Bandara Nunukan menyangkut hubungan antara pemberi kerja dengan pelaksana pekerjaan
(konsultan) yang terdiri dari tenaga-tenaga ahli dari berbagai bidang dan tenaga pendukungnya.
Pembagian tugas dan tanggung jawab dalam susunan organisasi tersebut adalah sebagai berikut:

i. Pemberi Tugas
Dalam pekerjaan ini, pemberi tugas memiliki wewenang sebagai:
Penyusun kerangka acuan kerja dan spesifikasi teknis yang jelas sesuai dengan pekerjaan.
Pemberi informasi yang diperlukan oleh Tim Konsultan.
Mitra konsultan dalam melakukan konsultasi, perundingan maupun negosiasi yang bersifat
administratif maupun teknis.
Pemberi saran, usulan dan kritik terhadap hasil rancangan yang dihasilkan tim konsultan
apabila kurang sesuai dengan permasalahan yang ada.
ii. Konsultan

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

Tanggung jawab konsultan dalam pekerjaan Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu
Bandara Nunukan adalah:
Wajib mengikuti kebijakan/peraturan, ketentuan-ketentuan maupun petunjuk yang telah
ditetapkan.
Wajib berkonsultasi kepada pemberi tugas atau tim teknis yang ditunjuk.
Wajib menciptakan dan membina hubungan yang baik dengan instansi maupun organisasi
yang berkaitan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

iii. Tim Penyusun


Merupakan tim bertugas dalam pengerjaan Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu
Bandara Nunukan dan terdiri dari Team Leader, Tenaga Ahli, dan Tenaga Pendukung yang
masing-masing memiliki tanggung jawab sebagai berikut:
Team Leader, bertanggung jawab secara keseluruhan kepada pemimpin pelaksana dan juga
bertugas dalam mengkoordinasikan seluruh pekerjaan di dalam tim penyusun.
Tenaga Ahli merupakan personil yang memiliki keahlian di bidangnya yang bertugas dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan bidang keilmuan dan
tugasnya masing-masing.
Tenaga Pendukung bertugas melaksanakan tugas survei lapangan dan studio dalam lingkup
pekerjaan ini.

Tim Penyusun dalam pelaksanaan Penyusunan Teknis Perencanaan Ruang Tunggu Bandara
Nunukan terdiri dari:

A Tenaga Ahli
1. Team Leader
Ketua Tim disyaratkan seorang Magister Teknik Sipil/ Arsitektur, Strata Dua (S1) lulusan Unversitas
Negeri atau perguruang tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam pelaksanaan
pekerjaan di bidang Pekerjaan Arsitektural sub bidang Arsitek Bangunan Gedung sekurangkurangnya 5 (Lima) tahun. Sebagai ketua tim, tugas utamanya dalah memimpin dan mengkoordinir
seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan selama 90 (sembilan puluh) hari
kalender penuh sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
2. Ahli Arsitektur

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

Tenaga ahli yang disyaratkan adalah 1 (Satu) orang Sarjana Arsitektur Strata satu (S1) lulusan
Unversitas Negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan di bidang Pekerjaan Arsitektural sub bidang Arsitek Bangunan Gedung
sekurang-kurangnya 8 (Delapan) tahun.
3. Ahli Mekanikal Elektrikal
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah 1 (Satu) orang Sarjana Teknik Elektro Strata satu (S1) lulusan
Unversitas Negeri atau perguruang tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan di bidang Pekerjaan Elektronikal sub Bidang Elektronik sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun.
4. Ahli Interior
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah 1 (satu) orang Sarjana Teknik Arsitektur Strata satu (S1) lulusan
Unversitas Negeri atau perguruang tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan di bidang Pekerjaan Desain Interior sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
5. Ahli Cost Estimator
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah 1 (satu) orang Sarjana Sipil Strata satu (S1) lulusan Unversitas
Negeri atau perguruang tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam pelaksanaan
pekerjaan di bidang Pekerjaan Sipil sub bidang Struktur Bangunan sekurang-kurangnya 5 (lima)
tahun.
6. Asisten Ahli Mekanikal Elektrikal
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah 1 (satu) orang Sarjana Elektro/ Mesin Strata satu (S1) lulusan
Unversitas Negeri atau perguruang tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan di bidang Pekerjaan Mekanikal Elektrikal sekurang-kurangnya 3 (Tiga) tahun.
7. Asisten Ahli Interior
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah 1 (satu) orang Sarjana Arsitek Strata satu (S1) lulusan Unversitas
Negeri atau perguruang tinggi swasta yang telah disamakan, berpengalaman dalam pelaksanaan
pekerjaan di bidang Pekerjaan Desain Interior Bangunan sekurang-kurangnya 3 (Tiga) tahun.

B. Sub Tenaga Ahli


1. Draftman

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

Berjumlah 1 (Satu) orang berpendidikan Mimimal STM Bangunan, dengan pengalaman minimal 5
tahun dan mempunyai pengalaman dalam bidangnya.

C. Tenaga Pendukung
1. Administrasi
Berjumlah 1 (Satu) orang berpendidikan Minimal Strata Satu (S1) dibidang Ekonomi dan
mempunyai pengalaman dalam bidang Administrasi.

Dokumen Usulan Teknis Dan Biaya


PENYUSUNAN TEKNIS PERENCANAAN RUANG TUNGGU BANDARA

Anda mungkin juga menyukai