Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Danny Ariefyana Putra
Moch. Bachtiar
NASKAH PUBLIKASI
----------------------
PENGANTAR
dengan peralatan kerja yang tidak tepat dengan pemakainya sehingga tidak bisa
bekerja secara alamiah dan optimal. Bila hal ini berlangsung terus tanpa ada
penyesuaian maka dapat berakibat pada stress kerja. Tarwaka dkk (2004),
menyebutkan resiko yang dapat terjadi karena kelelahan kerja adalah stress akibat
kerja.
Peralatan kerja yang tidak tepat, ruang kerja yang tidak nyaman, suasana
kerja yang tidak kondusif, interaksi sosial yang tidak sehat di pekerjaan
merupakan sebagian aspek stimulus terjadinya stress kerja. Hampir semua orang
di dalam kehidupan mereka mengalami stress sehubungan dengan pekerjaan
mereka. Aspek stimulus stress di pekerjaan merupakan pembangkit stress yang
besar perannya terhadap kurang berfungsinya, cepat lelahnya, jatuh sakitnya,
terjadinya kecelakaan seseorang pekerja yang sedang bekerja. Pengelola
perusahaan sebaiknya mengetahui penerapan ilmu ergonomi. Ergonomi adalah
suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk menyerasikan alat, cara dan
lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan segala keterbatasan
manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal tanpa terpengaruh
buruk dari pekerjaannya (Tarwaka dkk, 2004).
Tenaga kerja dalam interaksinya di pekerjaan, dipengaruhi pula oleh
hasil interaksinya di tempat lain, di rumah, di perkumpulan organisasi sosial,
politik dan lain sebagainya. Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress
disebut stressors. Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors,
biasanya karyawan mengalami stress kerja karena kombinasi stressors (Handoko,
1992).
dalam
menyesuaikan
diri.
Mendelson
(Tarwaka
dkk,
2004)
dan kondisi seseorang. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa stress yang terlalu besar
dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan.
Setiap orang mempunyai perbedaan penyebab terjadinya stress baik
jenisnya, intensitasnya, maupun frekuensinya. Terjadinya stress pada seseorang
tergantung pula dengan sifat dan karakteristik/kepribadian seseorang. Setiap orang
juga mempunyai perbedaan dalam memulihkan kondisi dari situasi stress
(Handoko, 1992). Hal ini disebabkan karena setiap orang adalah khas dan unik
sebagai makhluk multi dimensi. Cartwright et al (1995) dalam Tarwaka dkk
(2004) memilah-memilah stress akibat kerja, yaitu:
a. Intrinsik pekerjaan.
Intrinsik pekerjaan mempunyai potensial menjadi stimulus terjadinya
stress dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental pekerja.
Keadaan tersebut meliputi; kurang nyaman dengan peralatan kerja yang
digunakan, susah beradaptasi dengan pekerjaan baru, bekerja dengan
resiko kerja yang tinggi, lingkungan kerja yang bising.
b. Hubungan kerja.
Kecurigaan antara pekerja, kurangnya komunikasi, ketidak nyamanan
dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-tanda adanya stress akibat
kerja.
c. Pengembangan karier.
Tidak mendapatkan promosi kerja, tidak dapat meningkatkan prestasi
kerja, cemas dengan mutasi kerja, tidak aman melakukan aktifitas kerja.
pemulihan kembali setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak.
Anoraga (2005), kelelahan merupakan ungkapan perasaan tidak enak secara
umum, suatu perasaan kurang menyenangkan, perasaan resah dan capai yang
menguras seluruh minat dan tenaga. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan
kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada
kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.
Kelelahan bagi setiap orang lebih bersifat subjektif karena terkait dengan
perasaan. Subjective Self Rating Test yang berasal dari Industrial Fatigue
Research Commettee (IFRC) Jepang (Tarwaka dkk, 2004) merupakan salah satu
kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif pada seseorang.
Berikut ini akan diuraikan gejala kelelahan kerja yang terdiri dari tiga aspek
(pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi, dan gambaran kelelahan fisik).
1. Aspek pelemahan kegiatan terdiri dari 10 indikator yaitu: perasaan berat
dikepala, lelah seluruh badan, berat dikaki, menguap, pikiran kacau,
mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak
stabil, dan ingin berbaring.
2. Aspek pelemahan motivasi terdiri dari 10 indikator yaitu: susah berpikir,
lelah untuk bicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian,
mudah lupa, kepercayaan diri berkurang, merasa cemas, sulit mengontrol
sikap, dan tidak tekun dalam pekerjaan.
3. Aspek gambaran kelelahan fisik yang terdiri dari 10 indikator yaitu: sakit
dikepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak,
merasa pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota badan, dan
merasa kurang sehat.
Anoraga (2005), kelelahan merupakan ungkapan perasaan tidak enak
secara umum, suatu perasaan kurang menyenangkan, perasaan resah dan capai
yang menguras seluruh minat dan tenaga. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan
kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada
kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.
Stress akibat kerja dapat terjadi kapan saja dalam lingkungan organisasi
kerja dan dapat menimpa siapa saja dengan berbagai resiko dari stress yang paling
sederhana seperti kejenuhan dan kepenatan sampai yang akut misalnya terjadi
gangguan kesehatan baik secara fisik maupun mental.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah para karyawan yang bekerja sebagai
driver/operator di PT. KPI (Kuala Pelabuhan Indonesia) di Kawulawaga, Timika,
Papua dengan kriteria yaitu berusia antara 20-55 tahun,warga negara Indonesia..
Pengambilan sampel dengan sistem random yang besarnya 20 % dari populasi.
Kerja. Skala persepsi kelelahan kerja ini mengadopsi alat test berupa Subjective
Self Rating Test (dalam Tarwaka dkk, 2004) berdasarkan 3 indikator: pelemahan
kegiatan, pelemahan motivasi, dan gambaran kelelahan fisik. Skala Stress Kerja
mengacu pada indikator stress kerja dari Cartwright et.al. (Tarwaka dkk, 2004)
yaitu: intrisik pekerjaan, hubungan kerja, pengembangan karier, struktur
organisasi/ suasana kerja, dan di luar pekerjaan
HASIL PENELITIAN
1. Dskripsi Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan peneliti untuk penelitian ini adalah
karyawan PT. KPI (Kuala Pelabuhan Indonesia), departemen Road and Transport
Division, dengan section di dalamnya (Bus Highland, Bus Lowland, Levee
Construction, Construction and Road maintenance Highland, Construction and
Total
Karyawan
100
41
95
59
Pengambilan
data
20
10
12
12
58
16
74
29
456
20
7
97
s
Min
Skala 1
18
72
45
9
41
Skala 2
30
120
75
15
38
Catatan: = Rerata; s = Standar deviasi
Variabel
Mak
53
74
Empirik
47
56
s
2
6
Tabel 3
Rumus Norma Kategorisasi
No.
Kategori Rumus
Norma
1.
Sangat Rendah
X < ( - 1,8s )
2.
Rendah
( - 1,8s ) = X = ( - 0,6s )
3.
Sedang
( - 0,6s ) < X = ( + 0,6s )
4.
Tinggi
( + 0,6s ) < X = ( + 1,8s )
5.
Sangat Tinggi
X > ( + 1,8s )
Catatan: X = skor, = mean hipotetik, dan s = standar deviasi hipotetik.
Untuk skala persepsi kelelahan kerja, kategorisasinya sebagai berikut :
Tabel 4
Deskripsi Kategori Subyek Penelitian (variabel Persepsi Kelelahan Kerja)
Kategori
Norma
n
Prosentase
Sangat Tinggi
X > 61,2
Tinggi
50,4 < X = 61,2
14
14,4 %
Sedang
39,6 < X = 50,4
83
85,6 %
Rendah
28,8 = X = 39,6
Sangat Rendah
X < 28,8
-
Hasil pengolahan yang ditunjukan dalam tabel di atas terlihat bahwa dari
keseluruhan jumlah subyek yaitu 97 orang, rata-rata berada pada tingkat Sedang
yaitu 85,6%, tinggi 14,4%. Sedangkan untuk kategori Sangat Tinggi, Rendah dan
Sangat Rendah tidak ditemukan.
Untuk skala stress kerja, kategorisasinya sebagai berikut :
Tabel 9
Deskripsi Kategori Subyek Penelitian (variabel Stress Kerja)
Kategori
Norma
N
Sangat Tinggi
X > 102
Tinggi
84 < X = 102
Sedang
66< X = 84
10
Rendah
48 = X = 66
84
Sangat Rendah
X < 48
3
Prosentase
10,3 %
86,6 %
3,1 %
Hasil pengolahan yang ditunjukan dalam tabel di atas terlihat bahwa dari
keseluruhan jumlah subyek yaitu 97 orang, rata-rata berada pada tingkat Rendah
yaitu 86,6,1%, Sedang 10,3%, Sangat Rendah 3,1%. Sedangkan untuk kategori
Sangat Tinggi dan Tinggi tidak ditemukan.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas ini menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test,
dimana terlihat taraf signifikansinya lebih dari 0,05 atau p>0,05. Pada variabel
persepsi kelelahan kerja signifikansinya 0,232 sedangkan variabel stress kerja
signifikansinya 0,169, karena p>0,05 maka distribusi tes normal.
4. Uji Linieritas
Uji Linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
Persepsi Kelelahan Kerja dengan Stress Kerja. Data dikatakan memiliki
hubungan yang linier jika nilai p<0,01. Data yang diperoleh menunjukkan F =
29.831; p = 0.000 sehingga korelasi antara Persepsi Kelelahan Kerja dengan
Stress Kerja linier.
5. Uji Hipotesis
Correlations
persepsi
kelelahan
kerja
persepsi kelelahan
kerja
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
stress kerja
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
1
.
stress kerja
-.884(**)
.000
97
-.884(**)
97
1
.000
97
.
97
N
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian ini dapat diartikan bahwa para karyawan memiliki
semangat kerja yang tinggi dan memiliki persepsi yang positif mengenai kelelahan
kerja sehingga secara otomatis mengalami sedikit/rendah tentang pelemahan
kegiatan. Dapat diartikan bahwa karyawan jarang mengalami kelelahan seluruh
badan, kaki tidak merasa berat, jarang mengalami gerakan yang canggung dan
kaku, dan tidak ingin berbaring sewaktu bekerja (IFRC dalam Tarwaka dkk.,
2004).
Persepsi
merupakan
proses
pengorganisasian,
penginterpretasian
pelemahan umum yang menurut teori kimia tentang terjadinya kelelahan akibat
kreatif yang merangsang seseorang. Seorang yang bekerja pada tingkat optimal
menunjukkan antisiasme, semangat yang tinggi, kejelasan dalam berfikir dan
pertimbangan atau perhitungan yang cermat. Sementara itu Handoko (1992)
mempertegas bahwa bila tidak ada stress kerja maka tantangan-tantangan kerja
juga tidak ada sehingga prestasi kerja cenderung menurun. Tetapi bila stress kerja
terlalu besar maka prestasi kerja juga akan menurun karena stress kerja dapat
mengganggu pelaksanaan pekerjaan yang dihadapinya.
Kelemahan dalam penelitian adalah alat ukur pada skala stress kerja
kurang mengungkapkan stress kerja. Jadi untuk peneliti selanjutnya diharapkan
mampu untuk mengembangkan alat ukur stress kerja lebih lanjut agar dapat lebih
mengungkapkan stress kerja pada karyawan, dan dapat mengungkap variabel lain
yang dapat mempengaruhi stress kerja.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara persepsi kelelahan kerja dengan stress kerja
pada karyawan PT. KPI (Kuala Pelabuhan Indonesia) Timika, Papua. Semakin
tinggi/positif persepsi kelelahan kerja maka semakin rendah tingkat stress kerja
karyawan.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Persada.
Chusnani, A. M. 1996. Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Kelelahan
Psikis pada Karyawati bagian Produksi PT. Widarta Karya Agung
Gresik.Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Dawson, D. tt. Shift Management: The Role of Fatigue in Human Error. 14th
Annual Human Factors in Aviation Maintenace Symposium. Australia:
Centre for Applied Behavioural Research, The Univesity of South
Australia, Adelaide.
Davidoff, L. L. 1991. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Welle, D. 2006. Kematian Karena Bekerja Berlebihan. http://www2.dw.
Wold.de/Indonesia/wissenchaft-Technik/1.54790.1.html.
Hadi, S. 2001. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset.
Handoko, T.Hani. 1992. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Edisi
2. Yogyakarta: BPFE.
Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Sarwono, S. W. 1976. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Identitas Penulis
Nama
Alamat
Telp
: 08176968007/(0274)7871914