Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Di Indonesia penamaan tanaman sawi sangat beragam, seperti orang
jawa/madura menyebutnya sawi, orang sunda menyebutnya sasawi. Menurut data
BPS Sulawesi Tenggara (2004), periode 1993/1994 produksi tanaman sawi mencapai
1,57 kuintal per hektar dengan luas panen 27 ha. Sedangkan pada periode 2002/2003
produksi sawi mencapai 18,313 kuintal per hektar dengan luas panen 523 ha.
Produksi tersebut masih dibawah produksi nasional yaitu 800-900 kuintal/ha.
Tanaman sawi sebagai salah satu tanaman dari famili Crucifera, banyak
kendala yang dihadapi petani pada waktu membudidayakannya antara lain serangan
hama. Salah satu hama yang sering kali menyerang tanaman dari famili Crucifera ini
adalah Plutella xylostella atau disebut ngengat punggung berlian. Hama ini bersifat
kosmopolit, larva Plutella xylostella (ulat daun) menyerang tanaman yang masih
muda di persemaian sampai tanaman dewasa (Kalshoven, dalam Nasril & Hasnah
2009).
Plutella xylostella (ulat daun) biasanya menyerang tanaman petsai pada saat
berumur 2-6 minggu. Mula-mula larva akan merusak daun dengan cara menggigit
mengunyah kemudian memakan permukaan bawah daun. Bagian daun akan
berwarna putih transparan, pada kerusakan berat hanya tertinggal tulang daun.
Serangan berat organisme pengganggu pada tanaman menyebabkan daun
rusak atau habis termakan sehingga dapat menurunkan produksi sampai mematikan

tanaman. Hama Plutella xylostella (ulat daun) paling banyak menyerang tanaman
sayur-sayuran dan menyebabkan kerusakan sekitar 12,5 %.
Untuk menekan populasi hama ini berbagai cara pengendalian telah ditempuh
baik secara kultur teknis, mekanis, biologis maupun dengan insektisida sintetik
(Pracaya, 2005). Perlindungan tanaman mempunyai peranan penting dalam
penetapan produksi pangan. Dengan teknik perlindungan tanaman tang efektif,
efisien dan tepat maka populasi hama dan penyakit dapat dikendalikan sehingga tidak
mengakibatkan kerugian bagi petani dan menjamin potensi hasil yang optimal.
Penggunaan pestisida nabati merupakan salah satu cara dalam menggantikan peran
pestisida kimia (Hastuti dewi dkk, 2014).
Oleh karena itu, insektisida nabati merupakan alternatif untuk menggantikan
insektisida sintetik, karena insektisida nabati tidak mengakibatkan efek negatif bagi
manusia, ternak maupun lingkungan. Secara umum insektisida nabati diartikan
sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang mudah
dibuat. Jenis insektisida ini bersifat mudah mudah terurai dialam sehingga tidak
mencemari lingkungan karena residu mudah hilang (Dinas Pertanian dan Kehutanan,
2002).
Tanaman sirsak (Annona muricata) mengandung zat toksik
bagi serangga hama. Serangga yang menjadi hama di lapangan
maupun pada bahan simpan mengalami kelainan tingkah laku
akibat bahan efektif yang terkandung pada daun sirsak. Disamping
itu dapat juga menyebabkan pertumbuhan serangga terhambat,
mengurangi produksi telur dan sebagai repellen (penolak). Daun

sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida


nabati

daun

sirsak

ditambahkan

daun

mengendalikan
ditambahkan

efektif

mengendalikan

tembakau

dan

belalang

dan

hama
jeringau

dan

bawang

hama

sirsak
ulat.

trips.

akan

efektif

Sedangkan

putih

Jika

akan

jika

efektif

mengendalikan hama wereng coklat.


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas,
diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh kepekatan
ekstrak daun sirsak terhadap penekanan serangan hama ulat daun
(Plutella xylostella) pada tanaman sawi dalam bentuk skripsi yang
berjudul Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata)
terhadap Mortalitas Ulat Daun (Plutella xylostella) pada
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)

1.2. Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah

Bagaimana

pengaruh

ekstrak

daun

sirsak

(Annona

muricata) terhadap mortalitas ulat daun (Plutella xylostella) pada


tanaman sawi (Brassica juncea L.)?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan

rumusan

masalah

penelitian,

maka

yang

menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh

ekstrak daun sirsak (Annona muricata) terhadap mortalitas ulat


daun (Plutella xylostella) pada tanaman sawi (Brassica juncea L.).

1.4. Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian ini diharapkan temuan-temuan yang
nantinya mempunyai manfaat yang berguna:
1. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan terutama
pendidikan biologi dalam mengamati aspek pertumbuhan
tanaman

pangan

dan

berbagai

serangan

hama

yang

umumnya dihadapi.
2. Diharapkan dapat membangkitkan perhatian pihak-pihak
terkait terutama penyuluh pertanian dalam kaitannya dengan
penggunaan ekstrak daun sirsak sebagai pestisida alami.
3. Menjadi

bahan

masukan

bagi

akademisi

yang

akan

melakukan penelitian lanjutan terkait pengaruh ekstrak daun


sirsak sebagai pestisida alami untuk menghambat serangan
berbagai penyakit pada tanaman pangan.

1.5. Hipotesis Penelitian


Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah pemberian
ekstrak daun sirsak (Annona muricata) dapat menekan mortalitas
ulat daun (Plutella xylostella) pada tanaman sawi (Brassica juncea
L..).

1.6. Organisasi Penulisan Penelitian


Penulisan laporan penelitian ini terbagi dalam lima bab yang terdiri dari:
Bab I

Merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan


masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, definisi
istilah, dan organisasi laporan penelitian.

Bab II

Menguraikan tentang tinjauan kepustakaan yaitu tinjauan tentang tanaman


sirsak, ulat daun, tanaman sawi, dan tinjauan terkait ekstrak daun sirsak
sebagai pestisida nabati.

Bab III Membahas tentang metode penelitian yang menyangkut pendekatan dan
jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, prosedur
penelitian dan teknik pengolahan data.
Bab IV Sebagai hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Tanaman Sirsak (Annona muricata)


Sirsak memiliki pohon dengan tinggi dapat mencapai 8 meter. Batangnya
berbentuk bulat dan bercabang, berdaun tunggal, bulat telur atau lanset, ujung
runcing, tepi rata, panjang daun antara 6-18 cm, lebar daun 2-6 cm dan berwarna
hijau kekuningan. Bunga tunggal terletak pada batang dan ranting, ukuran kelopak
kecil dan berwarna kuning keputihan atau kuning muda. Buah majemuk, bulat telur
dengan panjang 15-35 cm, diameter 10-15 cm dan berwarna hijau. Biji bulat telur,
keras dan berwarna hitam. Akar tunggang, perbanyakan dengan biji. Tanaman sirsak
dapat tumbuh hampir di semua tempat sampai ketinggian sekitar 900 meter di bawah
permukaan laut (Kardinan, 2001).
Daun dan biji sirsak sering digunakan sebagai ramuan insektisida nabati, daun
dan bijinya harus dihaluskan terlebih dahulu lalu dicampur dengan pelarut. Buah
yang mentah, biji, daun, dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Selain
itu, bijinya mengandung minyak antara 42-45%. Daun dan bijinya dapat berperan
sebagai insektisida, larvasida, repellent (penolak serangga) dan antifeedant
(penghambat makan) dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut.
Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan
hama-hama lainnya (Kardinan, 2001).

2.1.1. Klasifikasi Tanaman Sirsak


Kingdom : Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae


Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Polycarpiceae

Familia

: Annonaceae

Genus

: Annona

Spesies

: Annona muricata L. (Sunarjono, 2005).

2.1.2. Morfologi Tanaman Sirsak


Morfologi dari daun sirsak adalah berbentuk bulat dan panjang, dengan
bentuk daun menyirip dengan ujung daun meruncing, permukaan daun mengkilap,
serta berwarna hijau muda sampai hijau tua. Terdapat banyak putik di dalam
satu bunga sehingga diberi nama bunga berpistil majemuk. Sebagian bunga terdapat
dalam lingkaran, dan sebagian lagi membentuk spiral atau terpencar, tersusun secara
hemisiklis. Mahkota bunga yang berjumlah 6 sepalum yang terdiri dari dua
lingkaran, bentuknya hampir segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning keputihputiham, dan setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya. Bunga umumnya
keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon bentuknya sempurna
(hermaprodit) (Sunarjono, 2005).
2.1.3. Kandungan Kimia
Daun sirsak mengandung alkaloid, tanin, dan beberapa kandungan kimia
lainnya termasuk Annonaceous acetogenins. Acetogenins merupakan senyawa
yang memiliki potensi sitotoksik. Senyawa sitotoksik adalah senyawa yang dapat
bersifat toksik untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker
(Mardiana, 2011). Acetogenins merupakan inhibitor kuat dari kompleks I

mitokondria atau NADH dehidrogenase. Zat ini akan mengakibatkan penurunan


produksi ATP yang akan menyebabkan kematian sel kanker, lalu kemudian memicu
terjadinya

aktivasi

jalur

apoptosis

serta mengaktifkan p53 yang dapat

menghentikan siklus sel untuk mencegah terjadinya proliferasi tak terkendali


(Retnani, 2011).
2.1.4. Manfaat Tanaman Sirsak
Daun sirsak dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif untuk pengobatan
kanker, yakni dengan mengkonsumsi air rebusan daun sirsak. Selain untuk
pengobatan kanker, tanaman sirsak juga dimanfaatkan untuk pengobatan demam,
diare, anti kejang, anti jamur, anti parasit, anti mikroba, sakit pinggang, asam urat,
gatal-gatal, bisul, flu, dan lain lain (Mardiana, 2011).

2.2. Ulat Daun (Plutella xylostella)


2.2.1. Klasifikasi Ulat Daun (Plutella xylostella )
Kindom : Animalia
Division : Arthropoda
Class

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Plutellidae

Genus

: Plutella

Spesies : Plutella xylostella


2.2.2. Morfologi Ulat Daun (Plutella xylostella )

Ulat daun (Plutella xylostella) mempunyai nama lain yaitu


Plutella maculipennis, atau disebut juga ulat tritip, tanaman
inangnya, antara lain kubis, lobak, sawi, kohlrabi, kubis bunga,
kubis kale, kubis tunas dan tanaman lain yang termasuk keluarga
Cruciferae.
Dalam perkembangannya ulat daun mengalami metamorfosis
sempurna (holometabola) dalam 4 kali perubahan bentuk, yaitu
telur, ulat (larva), kepompong (pupa), dan ngengat (imago) seperti
dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut ini.

Gambar 2.4. Siklus Hidup Plutella xylostella


Sumber: Anonymous, 2015

10

Plutella xylostella biasanya menyerang tanaman petsai pada


saat berumur 2-6 minggu. Ciri khas dari Plutella xylostella bila
merasa ada bahaya akan menjatuhkan diri dengan mengeluarkan
benang untuk menyelamatkan diri. Ulat bersembunyi di balik daun,
sambil makan, biasanya yang dimakan hanya daging daun tetapi
kulit ari bagian permukaan daun sebelah atas tidak hingga daun
keliahatan bercak-cak putih. Karena itulah maka hama ini juga
disebut hama putih (hama bodas). Apabila kulit ari yang terserang
menjadi kering, maka akan sobek dan kelihatan berlubang-lubang.
Apabila serangan menghebat yang tertinggal hanyalah tulangtulang daun, sehingga bentuk daun seperti wayang kulit. Sebab itu,
ada yang menyebut hama ini sebagai hama wayang (Pracaya,
2011).

2.3. Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)


2.3.1. Klasifikasi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
Tanaman sawi (Brassica juncea L.) termasuk sayuran daun
dari

keluarga

Tanaman

cruciferae

yang

mempunyai

ekonomis

tinggi.

sawi berasal dari Tiongkok (China) dan Asia Timur. Di

daerah China tanaman ini dibudidayakan sejak 2500 tahun yang


lalu, dan menyebar ke daerah Filipina dan Taiwan. Masuknya
tanaman sawi ke Indonesia diperkirakan pada abad XI bersama
dengan

lintas

perdagangan

jenis

sayuran

subtropis

lainya

11

(Rukmana, dalam Bahrun dkk, 2013). Klasifikasi tanaman sawi


dapat dilihat sebagai berikut.
Kindom

: Plantae

Division

: Spermatophyta

Class

: Dicotyledonae

Ordo

: Rhoeadales

Famili

: Cruciferae

Genus

: Brassica

Spesies

: Brassica juncea L.

Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yaitu: sawi putih atau sawi
jabung, sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih (B. Juncea L.)
memiliki batang pendek, tegap dan daun lebar berwarna hijau tua,
tangkai daun panjang dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi
hijau, memiliki ciri-ciri batang pendek, daun berwarna hijau keputihputihan, serta rasanya agak pahit, sedangkan sawi huma memiliki
ciri batang kecil-panjang dan langsing, daun panjang-sempit
berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daun panjang dan
bersayap (Rukmana, dalam Fahrudin fuat, 2009).
Tanaman sawi (Brassica

juncea

L.) termasuk

golongan

sayuran daun yang banyak diusahakan oleh petani karena cukup


disukai oleh konsumen mulai strata sosial yang rendah sampai
pada tataran masyarakat atas. Tanaman sawi banyak mengandung
vitamin A, C dan sedikit vitamin B. Sawi kaya akan vitamin A, B, C,
E, dan K yang dibutuhkan oleh tubuh. Disamping itu sawi juga

12

memiliki komponen kimia penghambat kanker (Galuh Iritani, dalam


Gustia Helfi, 2013).
Tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang digemari oleh
semua golongan masyarakat. Permintaan terhadap tanaman sawi
selalu meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk
dan kesadaran kebutuhan gizi. Di lain pihak, hasil sawi belum
mencukupi kebutuhan dan permintaan masyarakat karena areal
pertanaman semakin sempit dan produktivitas tanaman sawi masih
relatif rendah (Bahrun dkk, 2013).
2.3.2. Morfologi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)
Tanaman sawi hijau berakar tunggang dengan cabang-cabang
akar yang bentuknya bulat panjang menyebar ke semua arah di
sekitar permukaan tanah, perakarannya sangat dangkal pada
kedalaman sekitar 5 cm. Perakaran tanaman sawi hijau dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur,
subur, tanah mudah menyerap air, dan kedalaman tanah cukup
dalam (Cahyono, dalam Fransisca Sylvia, 2009).
Batang sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hamper
tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan
penopang daun (Rukmana, dalam Fransisca Sylvia, 2009).
Tanaman sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak
berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserat

13

(roset) hingga sukar membentuk krop (Sunarjono dalam Fransisca


Sylvia, 2009). Daunnya tipis dan berwarna hijau, tangkai daunnya
panjang, langsing dan berwarna putih kehijauan (Rukmana, 2007).
Tanaman sawi umumnya mudah berbunga secara alami, baik
didaratan tinggi maupun didaratan rendah. Struktur bunga sawi
tersusun dalam tangkai bunga

(inflorescentia) yang tumbuh

memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga


terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota
bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu
buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2002). Sehingga bunga
tanaman sawi merupakan bunga sempurna dengan tipe recemosa
yaitu bunga mekar di mulai dari bawah ke atas.
Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya
memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji
(Rukmana, dalam Fransisca Sylvia, 2009). Biji sawi hijau berbentuk
bulat, berukuran kecil, permukaannya licin dan mengkilap, agak
keras, dan berwarna coklat kehitaman (Cahyono, dalam Fransisca
Sylvia, 2009).
2.4. Daun Sirsak Sebagai Pestisida Alami
Bahan alam yang paling menjanjikan prospeknya untuk
dikembangkan sebagai pestisida ada pada tanaman-tanaman famili
Meliaceae

(misalnya

mimba),

Annonaceae

(misalnya

sirsak),

Rutaceae, Asteraceae, Labiateae dan Canellaceae. Salah satu

14

bahan dasar pestisida alami, yang dapat dimanfaatkan untuk


mengendalikan

hama

tanaman

adalah

daun

sirsak,

yang

mengandung senyawa annonain dan resin. Daun sirsak dapat kita


ramu sendiri menjadi pestisida yang dapat membunuh beberapa
hama. Untuk membunuh hama yang lebih banyak, daun sirsak
dapat di campur dengan berbagai jenis tumbuhan lainnya.
Tanaman sirsak (Annona muricata) mengandung zat toksik
bagi serangga hama. Serangga yang menjadi hama di lapangan
maupun pada bahan simpan mengalami kelainan tingkah laku
akibat bahan efektif yang terkandung pada daun sirsak. Disamping
itu dapat juga menyebabkan pertumbuhan serangga terhambat,
mengurangi produksi telur dan sebagai repellen (penolak). Daun
sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida
nabati

daun

sirsak

ditambahkan

daun

mengendalikan
ditambahkan

efektif

hama
jeringau

mengendalikan

tembakau

dan

belalang

dan

dan

bawang

mengendalikan hama wereng coklat.

hama

sirsak
ulat.
putih

trips.

akan

efektif

Sedangkan
akan

Jika

jika

efektif

15

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis

penelitian ini merupakan penelitian eksperimental

dengan menggunakan pendekatan Rancangan Acak Lengkap (RAL)


yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 kali ulangan untuk setiap
perlakuan

dengan

konsentrasi

ekstrak

daun

sirsak

(Annona

muricata) yang berbeda terhadap ulat daun (Plutella xylostella)


yang menyerang tanaman sawi (Brassica juncea L..).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian direncanakan akan dilaksanakan di Laboratorium
Biologi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh selama 1 (satu)
minggu pada bulan Mei 2016.

3.3. Objek Penelitian


Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini
adalah ulat daun (Plutella xylostella) yang menyerang tanaman
sawi (Brassica juncea L..). Ulat daun yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 160 ekor dengan jumlah ulat yang
digunakan untuk setiap perlakuan adalah sebanyak 8 ekor.

3.4. Bahan dan Alat yang Digunakan

16

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun


sirsak dan ulat daun (Plutella xylostella) yang menyerang tanaman
sawi (Brassica juncea L..) dan air sebagai pengencer. Adapun alat
14 ini adalah alat tulis, gunting,
yang digunakan dalam penelitian
buku, blender, saringan, kain kasa, kertas saring, jerigen, pisau,
gelas ukur, timbangan, handsprayer dan cawan petri. Untuk lebih
jelasnya, kebutuhan untuk masing-masing bahan dan alat yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1. Bahan yang Digunakan
No.
1.
2.
3.

Bahan
Daun Sirsak
Ulat Daun
Air

Fungsi
Sebagai bahan ekstraksi pestisida nabati
Sebagai objek penelitian
Sebagai pembersih, pelarut, dan pengencer

Tabel 3.2. Alat yang Digunakan


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Alat
Alat Tulis
Gunting
Buku
Blender
Saringan
Kain Kasa
Kertas Saring
Jerigen
Pisau
Gelas Ukur
Timbangan
Handsprayer
Cawan Petri
Camera

3.5. Rancangan Penelitian

Fungsi
Sebagai alat untuk mencatat
Sebagai alat untuk menggunting kain kasa
Sebagai tempat untuk mencatat
Sebagai penghancur dalam pembuatan ekstrak
Sebagai alat untuk penyaring pertama
Sebagai alat untuk menutup kurungan ulat
Sebagai alat untuk penyaring kedua
Sebagai wadah larutan ekstraksi dan air
Sebagai alat pemotong
Sebagai alat untuk mengukur larutan ekstraksi
Sebagai alat untuk pengukur berat
Sebagai alat penyemprot
Sebagai wadah tempat menyimpan ulat
Sebagai alat dokumentasi

17

Rancangan penelitian ini menggunakan objek penelitian yang


berupa 5 perlakuan dan 4 pengulangan untuk ulat daun (Plutella
xylostella)

sebagai

sampel

yang

menyerang

tanaman

sawi

(Brassica juncea L..). Adapun perlakuan yang diterapkan untuk


masing-masing perlakuan terhadap ulat daun (Plutella xylostella)
yang menyerang tanaman sawi (Brassica juncea L..) yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Po = Plot Kontrol (tanpa menggunakan ekstrak daun sirsak)


P1 = 100 gr daun sirsak dalam 1 liter air
P2 = 200 gr daun sirsak dalam 1 liter air
P3 = 300 gr daun sirsak dalam 1 liter air
P4 = 400 gr daun sirsak dalam 1 liter air
Pengamatan

dan

penyemprotan

ekstrak

daun

sirsak

dilaksanakan setiap hari selama 4 hari pengulangan dengan


menggunakan handsprayer pada setiap perlakuan ulat daun
(Plutella xylostella) yang menjadi objek penelitian.

3.6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian


Daun sirsak diambil dari lapangan dan ditimbang sebanyak
100 gr, 200 gr, 300 gr, dan 400 gr sesuai dengan perlakuan
kemudian dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan air
bersih, dimasukkan ke dalam blender dengan menggunakan air 40
cc. Hasil ekstrak daun sirsak disaring dengan menggunakan corong
yang dilapisi dengan kain kasa. Ekstrak yang telah disaring diambil
dan tambahkan air sampai ukuran 1 liter.

18

Adapun

langkah-langkah

atau

prosedur

pelaksanaan

penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.


Langkah-langkah dan Prosedur Penelitian
Daun sirsak dipisahkan dari tangkainya.
Daun dicuci dan dibersihkan dari kotoran menggunakan air.
Daun sirsak dicampur air dan diblender sampai mencapai 1 liter.
Ekstrak daun sirsak disaring menggunakan saringan kasar.
Ekstrak daun sirsak disaring menggunakan kain kasa/kertas saring.
Ekstrak daun sirsak diencerkan dengan air untuk memperoleh
konsentrasi yang diinginkan untuk setiap perlakuan: 100 gr/lt, 200 gr/lt,
300 gr/lt, dan 400 gr/lt
Kemudian objek penelitian yang berupa ulat daun (Plutella xylostella)
yang menyerang tanaman sawi (Brassica juncea L..) dengan
menggunakan larutan ekstraksi daun sirsak.
Gambar 3.1. Langkah-langkah dan Prosedur Penelitian

3.7. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi pencatatan mortalitas atau kematian ulat daun (Plutella
xylostella) yang menyerang tanaman sawi (Brassica juncea L..).
Untuk mengetahui persentase mortalitas ulat daun (Plutella xylostella)
dihitung dengan menggunakan rumus yaitu:

19

P =

a
x 100%
b

Keterangan:
P = Persentase mortalitas ulat daun
a = Banyaknya ulat yang mati
b = Jumlah ulat yang diamati.
3.8. Teknik Pengolahan Data
Data

mentah

hasil

pencatatan

yang

telah

terkumpul

ditabulasikan dalam bentuk tabel untuk selanjutnya dianalisis


dengan menggunakan pendekatan Analisis Varian (Anova). Untuk
menganalisis data digunakan bantuan software komputer Microsoft
Excel Office Packaging.
Kriteria

pembuktian

hipotesis

yang

menyatakan

bahwa

pemberian ekstrak daun sirsak (Azedirachta indica) dapat menekan


mortalitas ulat daun (Plutella xylostella) pada tanaman sawi
(Brassica juncea L..) dimana jika p-value > 0,05 atau Fhitung < Ftabel maka
hipotesis ditolak, dan jika p-value < 0,05 atau Fhitung > Ftabel maka hipotesis diterima.
Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sirsak dalam menekan serangan
mortalitas ulat daun (Plutella xylostella) pada tanaman sawi maka
digunakan taraf signifikansi sebesar 5% ( = 0,05).

20

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2004. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius.


Anonymous. 2015. Plutella xylostella. (online) https://haperidah.wordpress.
com/2013/05/25/ plutella-xylostella/ diakses tanggal 10 Maret 2016)
____________. 2015. Plutella xylostella. (online) http://fapertaundanaoptpare.blogspot.com/2012/12/plutella-xylostella.html/ diakses tanggal 10 Maret 2016)
BPPT. 2007. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan. htpp//www.iptek.net.id/
ind/teknologi-pangan/index.php id=244. (online) diakses 22 Maret 2016.
Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2002. Pestisida Nabati. Jakarta.
Grainge & Ahmed. 2007. Handbook of Plants with Pest-Control Properties. New
York: John Wiley & Sons.
Heyne, K. 2007. Tumbuhan Berguna Indonesia. Terj. Badan Litbang Kehutanan. Cet.
I. Jakarta: Departemen Kehutanan.
Indrianingsih. 2007. UPT Balai Pengembangan Proses Teknologi Kimia.
htpp//www.lipi.go.id/www.cgi,publikasi&11546709720061055341. (online)
diakses 22 Maret 2016.
Kardinan, Agus. 2002. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasinya. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Narula, dkk., 2007. Resep-resep Obat dari India. Jakarta: Periplus.
Nasar, 2007. Sirsak (Azadirachtan Indica). htpp//digilib.si.itb.ac.id/go.php id=
jiptumm-gdi-horitage-2002-dianindrat-482 & width=150. (online) diakses 22
Maret 2016.
Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
____________. 2011. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

21

Rahayu, & Berlian. 2009. Sawi. Jakarta: Penebar Swadaya.


Rukmana, R, 2005. Sawi Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Yogyakarta:
Kanisius.
Sastrodiharjo. 2003. Proseding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka
Pemanfaatan Pestisida Nabati,19 Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Setiawan. 2003. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Hama Penting pada Tanaman
Cabai Merah. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hortikultura Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Stress, R.B. 2002. Diagnosis of Plant Disease. The University of Arizona Press.
USA.
Suhardi. 2008. Jurnal Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura. Jakarta.
Veloso. 2007. Sekilas Tentang Penyakit Trotol. http://petaniUHdesa.wordpress.com/
2007/02/05/sekilas-tentang-penyakit-trotol. (online) diakses 22 Maret 2016.

Anda mungkin juga menyukai