Anda di halaman 1dari 10

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metabolisme Bilirubin


Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang
merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses
reaksi oksidasi-reduksi.1 Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme,
dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari
penghancuran eritrosit yang imatur dan protein heme lainnya seperti
mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase.3,4,11,14,16,25 Metabolisme
bilirubin meliputi pembentukan bilirubin, transportasi bilirubin, asupan
bilirubin, konjugasi bilirubin, dan ekskresi bilirubin.1,9
Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme
dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar
terdapat dalam sel hati, dan organ lain.3,4,9 Biliverdin yang larut dalam air
kemudian akan direduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase. 3,9
Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada pH normal
bersifat tidak larut. 9,18
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial,
selanjutnya

dilepaskan

ke

sirkulasi

yang

akan

berikatan

dengan

albumin.3,11,16 Bilirubin yang terikat dengan albumin serum ini tidak larut
dalam air dan kemudian akan ditransportasikan ke sel hepar. Bilirubin yang
terikat pada albumin bersifat nontoksik.1

Universitas Sumatera Utara

Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma


hepatosit, albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel. 9 Kemudian
bilirubin, ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin
(protein Y), mungkin juga dengan protein ikatan sitotoksik lainnya. 4,9
Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak terkonjugasi
akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis.9

Gambar 2.1.Metabolisme bilirubin pada neonatus

28

Universitas Sumatera Utara

Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin


konjugasi yang larut dalam air di retikulum endoplasma dengan bantuan
enzim uridine diphosphate glucoronosyl transferase (UDPG-T). Bilirubin ini
kemudian diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu.1,4,9,25 Sedangkan satu
molekul bilirubin yang tak terkonjugasi akan kembali ke retikulum
endoplasmik untuk rekonjugasi berikutnya.3,9,18
Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan diekskresikan ke
dalam

kandung

empedu,

kemudian

memasuki

saluran

cerna

dan

diekskresikan melalui feces.1,9,25 Setelah berada dalam usus halus, bilirubin


yang terkonjugasi tidak langsung dapat diresorbsi, kecuali dikonversikan
kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta-glukoronidase
yang terdapat dalam usus. Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan
kembali ke hati untuk dikonjugasi disebut sirkulasi enterohepatik.1,3

2.2. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia bisa disebabkan proses fisiologis atau patologis atau
kombinasi keduanya. Risiko hiperbilirubinemia meningkat pada bayi yang
mendapat ASI, bayi kurang bulan, dan bayi yang mendekati cukup bulan.
Neonatal hiperbilirubinemia terjadi karena peningkatan produksi atau
penurunan clearance bilirubin dan lebih sering terjadi pada bayi imatur.1
Hiperbilirubinemia yang signifikan dalam 36 jam pertama biasanya
disebabkan

karena

peningkatan

produksi

bilirubin

(terutama

karena

hemolisis), karena pada periode ini hepatic clearance jarang memproduksi

Universitas Sumatera Utara

bilirubin

lebih dari 10 mg/dL. Peningkatan penghancuran hemoglobin 1%

akan meningkatkan kadar bilirubin 4 kali lipat.1


Pada hiperbilirubinemia fisiologis bayi baru lahir, terjadi peningkatan
bilirubin tidak terkonjugasi >2 mg/dl pada minggu pertama kehidupan. Kadar
bilirubin tidak terkonjugasi itu biasanya meningkat menjadi 6 sampai 8 mg/dl
pada umur 3 hari dan akan mengalami penurunan. Pada bayi kurang bulan,
kadar bilirubin tidak terkonjugasi akan meningkat menjadi 10 sampai 12 mg/dl
pada umur 5 hari.9
Dikatakan hiperbilirubinemia patologis apabila terjadi saat 24 jam
setelah bayi lahir, peningkatan kadar bilirubin serum >0,5 mg/dl setiap jam,
ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau 14 hari pada bayi
kurang bulan, dan adanya penyakit lain yang mendasari (muntah, letargi,
penurunan berat badan yang berlebihan, apnu, asupan kurang).9

2.3 Pengaruh Sinar Fototerapi Terhadap Bilirubin


Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama sekali diperhatikan dan
dilaporkan oleh seorang perawat di salah satu rumah sakit di Inggris. Perawat
Ward melihat bahwa bayi bayi yang mendapat sinar matahari di bangsalnya
ternyata ikterusnya lebih cepat menghilang dibandingkan bayi bayi lainnya.
Cremer (1958) yang mendapatkan laporan tersebut mulai melakukan
penyelidikan mengenai pengaruh sinar terhadap hiperbilirubinemia ini. Dari
penelitiannya terbukti bahwa disamping pengaruh sinar matahari, sinar lampu

Universitas Sumatera Utara

tertentu juga mempunyai pengaruh dalam menurunkan kadar bilirubin pada


bayi bayi prematur lainnya.6
Sinar fototerapi akan mengubah bilirubin yang ada di dalam kapilerkapiler superfisial dan ruang-ruang usus menjadi isomer yang larut dalam air
yang dapat diekstraksikan tanpa metabolisme lebih lanjut oleh hati. 6,8,19
Maisels, seorang peneliti bilirubin, menyatakan bahwa fototerapi merupakan
obat perkutan.3 Bila fototerapi menyinari kulit, akan memberikan foton-foton
diskrit energi, sama halnya seperti molekul-molekul obat, sinar akan diserap
oleh bilirubin dengan cara yang sama dengan molekul obat yang terikat pada
reseptor.3,13
Molekul-molekul bilirubin pada kulit yang terpapar sinar akan
mengalami reaksi fotokimia yang relatif cepat menjadi isomer konfigurasi,
dimana sinar akan merubah bentuk molekul bilirubin dan bukan mengubah
struktur bilirubin. Bentuk bilirubin 4Z, 15Z akan berubah menjadi bentuk
4Z,15E yaitu bentuk isomer nontoksik yang bisa diekskresikan. 2,3,6,7,13,26
Isomer bilirubin ini mempunyai bentuk yang berbeda dari isomer asli, lebih
polar dan bisa diekskresikan dari hati ke dalam empedu tanpa mengalami
konjugasi atau membutuhkan pengangkutan khusus untuk ekskresinya.
Bentuk isomer ini mengandung 20% dari jumlah bilirubin serum.18 Eliminasi
melalui urin dan saluran cerna sama-sama penting dalam mengurangi
muatan bilirubin.2,3,7,23 Reaksi fototerapi menghasilkan suatu fotooksidasi
melalui proses yang cepat.6,18

Fototerapi juga menghasilkan lumirubin,

dimana lumirubin ini mengandung 2% sampai 6% dari total bilirubin serum. 18

Universitas Sumatera Utara

Lumirubin diekskresikan melalui empedu dan urin. 2,3,7,23,27,28

Lumirubin

bersifat larut dalam air.29

Gambar 2.2. Mekanisme fototerapi. 30

Penelitian Sarici mendapatkan 10,5% neonatus cukup bulan dan


25,5% neonatus kurang bulan menderita hiperbilirubinemia yang signifikan
dan membutuhkan fototerapi.31 Fototerapi diindikasikan pada kadar bilirubin
yang meningkat sesuai dengan umur pada neonatus cukup bulan atau
berdasarkan berat badan pada neonatus kurang bulan, sesuai dengan
rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP)1

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1. Rekomendasi AAP penanganan hiperbilirubinemia pada neonatus


sehat dan cukup bulan.1
Total serum bilirubin (mg/dl)
Usia

Pertimbangan
Fototerapi

24 jam
25-48
49-72
> 72

12
15
17

Fototerapi

Transfusi tukar
jika fototerapi
Intensif gagal

15
18
20

20
25
25

Transfusi tukar
dan intensif
fototerapi
25
30
30

Tabel 2.2 Rekomendasi AAP untuk penanganan hiperbilirubinemia pada


neonatus prematur (sehat dan sakit).1
Total serum bilirubin (mg/dl)
Neonatus sehat
Neonatus sakit
Berat badan
< 1500 gr
1500-2000 gr
2000-2500 gr
> 2500 gr

Fototerapi
5-8
8-12
12-15
Tabel 1

Transfusi tukar
13-16
16-18
18-20
Tabel 1

Fototerapi
4-7
7-10
10-12
13-15

Transfusi tukar
10-14
14-16
16-18
17-2

Kontraindikasi fototerapi adalah pada kondisi dimana terjadi peningkatan


kadar bilirubin direk yang disebabkan oleh penyakit hati atau obstructive
jaundice.32

Universitas Sumatera Utara

2.4. Sinar Fototerapi


Sinar yang digunakan pada fototerapi adalah suatu sinar tampak yang
merupakan

suatu

gelombang

elektromagnetik.

Sifat

gelombang

elektromagnetik bervariasi menurut frekuensi dan panjang gelombang, yang


menghasilkan spektrum elektromagnetik. Spektrum dari sinar tampak ini
terdiri dari sinar merah, oranye, kuning, hijau, biru, dan ungu. Masing masing
dari sinar memiliki panjang gelombang yang berbeda beda.33,34
Panjang gelombang sinar yang paling efektif untuk menurunkan kadar
bilirubin adalah sinar biru dengan panjang gelombang 425-475 nm.19,20,35
Sinar biru lebih baik dalam menurunkan kadar bilirubin dibandingkan dengan
sinar biru-hijau, sinar putih, dan sinar hijau.35
Intensitas sinar adalah jumlah foton yang diberikan per sentimeter
kuadrat permukaan tubuh yang terpapar. Intensitas yang diberikan
menentukan efektifitas fototerapi, semakin tinggi intensitas sinar maka
semakin cepat penurunan kadar bilirubin serum. 13,23 Intensitas sinar, yang
ditentukan sebagai W/cm2/nm.13,19
Intensitas sinar yang diberikan menentukan efektivitas dari fototerapi.
Intensitas sinar diukur dengan menggunakan suatu alat

yaitu radiometer

fototerapi.28,36 Intensitas sinar 30 W/cm2/nm cukup signifikan dalam


menurunkan kadar bilirubin untuk intensif fototerapi.27 Intensitas sinar yang
diharapkan adalah 10 40

W/cm2/nm. Intensitas sinar maksimal untuk

fototerapi standard adalah 30 50 W/cm2/nm. Semakin tinggi intensitas


sinar, maka akan lebih besar pula efikasinya.19

Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor yang berpengaruh pada penentuan intensitas sinar ini


adalah jenis sinar, panjang gelombang sinar yang digunakan, jarak sinar ke
neonatus dan luas permukaan tubuh neonatus yang disinari serta
penggunaan media pemantulan sinar.3,7,17,18,19,23

2.5 Jarak Sinar Fototerapi


Intensitas sinar berbanding terbalik dengan jarak antara sinar dan permukaan
tubuh. Cara mudah untuk meningkatkan intensitas sinar adalah menggeser
sinar lebih dekat pada bayi.13
Rekomendasi AAP menganjurkan fototerapi dengan jarak 10 cm
kecuali dengan menggunakan sinar halogen.26

Sinar halogen dapat

menyebabkan luka bakar bila diletakkan terlalu dekat dengan bayi.19 Bayi
cukup bulan tidak akan kepanasan dengan sinar fototerapi berjarak 10 cm
dari bayi. Luas permukaan terbesar dari tubuh bayi yaitu badan bayi, harus
diposisikan di pusat sinar, tempat di mana intensitas sinar paling tinggi.27

2.6 Penurunan Kadar Bilirubin dengan Fototerapi


Penurunan kadar bilirubin ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain
spektrum sinar yang dihasilkan, besar intensitas sinar, luasnya permukaan
tubuh yang terpapar, penyebab dari ikterus dan kadar serum bilirubin pada
saat fototerapi dimulai. Pada saat kadar bilirubin yang tinggi (lebih dari 30
mg/dL [513 mol/L]) dengan menggunakan fototerapi ganda, kadar bilirubin

Universitas Sumatera Utara

akan mengalami penurunan

sekitar 10 mg/dL (171 mol/L) dapat terjadi

dalam beberapa jam.37,38


Garg AK dkk menyatakan fototerapi ganda lebih cepat menurunkan
kadar bilirubin dibandingkan dengan menggunakan fototerapi tunggal, selain
mudah dilakukan dan lebih efektif.36 Dengan menggunakan sinar biru jarak
yang terbaik untuk menurunkan kadar bilirubin adalah jarak 10 cm dengan
penurunan kadar bilirubin sekitar 58% dibandingkan dengan jarak 30 cm
dengan penurunan kadar bilirubin sekitar 45% dan 50 cm dengan penurunan
kadar bilirubin sekitar 13%.20.27

2.7. Kerangka Konseptual

USIA GESTASI
ASI
DEHIDRASI
KELAINAN KONGENITAL
KELAINAN HEMATOLOGI

-JENIS SINAR
-PANJANG
-GELOMBANG LEBIH
KECIL

NEONATUS
HIPERBILIRUBINEMIA
INDIREK

- LUAS PERMUKAAN
TUBUH LEBIH BESAR

INTENSITAS
SINAR LEBIH
BESAR
PENURUNAN
KADAR
BILIRUBIN

-MEDIA PEMANTULAN
SINAR

JARAK
FOTOTERAPI
LEBIH DEKAT
KE
NEONATIUS

: yang diamati dalam penelitian

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai