Anda di halaman 1dari 39

Zakiyyatul Aflakha

2010.04.0.0043

Pembimbing: dr. Sapta Prihartono, Sp.B, Sp.BA

Nama
: An. MK
Umur
: 3 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Ds. Dukuh Tunggal
Kec.
Glagah,
Lamongan
Tanggal MRS
: 05 Januari 201
Tanggal pemeriksaan: 06 Januari
2016

Keluhan Utama : Buah zakar kanan tidak ada


Keluhan Tambahan
: Benjolan di perut kanan
bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan buah zakar
sebelah kanan tidak ada. Kantong buah zakar
sebelah kanan kempes sedangkan yang sebelah kiri
tidak kempes dan tampak ada isinya. Menurut ibu
pasien, keluhan ini sudah ada sejak pasien lahir
namun saat itu ibu pasien menganggap hal tersebut
adalah biasa. Apalagi selama ini pasien tidak ada
mengeluhkan sakit atau masalah yang berarti.

Terdapat benjolan di perut kanan bawah, benjolan


tersebut sudah ada sejak pasien berusia kurang dari satu
tahun. Awalnya benjolan tersebut berukuran sebesar biji
jagung kemudian benjolan tersebut makin membesar
saat usia pasien dua tahun. Benjolan tersebut terlihat
berukuran lebih besar saat pasien selesai bermain-main
atau beraktifitas. Nafsu makan pasien baik, pasien juga
aktif, BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara.
Pasien lahir 9 bulan secara normal di bidan. Pasien sudah
mendapatkan imunisasi lengkap. Pasien tidak pernah
opname. Tidak ada alergi obat dan makanan.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang pernah memiliki
keluhan serupa dengan pasien. Ibu pasien menggunakan
KB suntik selama 6 tahun.

Keadaan umum
Kesadaran/GCS : Compos mentis/ 4-5-6
KU
: Tampak sakit sedang
BB
: 12 kg
Status gizi
: Baik
Vital sign
Tensi
Suhu
Nadi
Frekuensi napas

:
:
:
:

100/70 mmHg
36,7C
100 x/menit reguler
21 x/menit

Status Generalis : dalam batas normal


Status Lokalis
: regio genitalia inspeksi :
sudah sirkumsisi,
palpasi :
testis dekstra

Pemeriksaan Penunjang
DL :

Leukosit : 8.100 / mm3


Eritrosit
: 4,41 x 106 /uL
Hb
: 11,6 g/dl
Hct : 32,7 %
Trombosit: 266.000/ mm3

Hepar : besar normal, sudut tajam, tepi rata,


intensitas echo parenkim normal-homogen,
diameter sistem vaskuler normal, fibrotik
periportal (-), nodul (-). Gall bladder : besar
normal, batu (-), dinding tidak menebal. Lien ,
pankreas : besar normal, nodul (-). Ginjal kanan
dan kiri : besar normal, batu (-), ektasis (-), echo
korteks normal, batas echo korteks dan medulla
normal. Buli : sulit dievaluasi, tidak terisi cairan.
Kesan : normal USG hepar, lien, gall bladder,
pankreas, ginjal kanan dan kiri.
Skrotum : testis kanan dan kiri : tidak tampak
gambaran testis di daerah skrotum kanan dan kiri.
Tampak gambaran skrotum kiri di pangkal penis
kiri. Inguinal kanan : tampak gambaran usus.
Kesan : undecensus testis kanan, testis kiri
di pangkal penis, hernia inguinal kanan.

Anak laki-laki usia 3 tahun, BB 12kg, keluhan


buah zakar sebelah kanan tidak ada. Keluhan ini
sudah ada sejak pasien lahir. pasien juga mengeluh
terdapat benjolan di perut kanan bawah, benjolan
tersebut sudah ada sejak pasien berusia kurang dari
satu tahun. Awalnya benjolan tersebut berukuran
sebesar biji jagung kemudian benjolan tersebut
makin membesar saat usia pasien dua tahun.
Benjolan tersebut terlihat berukuran lebih besar
saat pasien selesai bermain-main atau beraktifitas.
Saat ini benjolan tersebut juga menimbulkan
keluhan nyeri dan setiap benjolan tersebut tampak
lebih besar pasien akan menangis karena kesakitan

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
KU
: Tampak sakit sedang
BB
: 12 kg
Vital sign
Tensi
: 100/70 mmHg
Suhu
: 36,7C
Nadi
: 100 x/menit reguler
Frekuensi napas
: 21 x/menit

Status Generalis : dalam batas normal


Status Lokalis
: regio genitalia inspeksi : sudah
sirkumsisi,
palpasi : testis dekstra
Pemeriksaan USG : undecensus testis kanan,
testis kiri di
pangkal penis, hernia
inguinal kanan.
DIAGNOSA KERJA
Undesensus testis dekstra + HIL dekstra
PLANNING
Lab dan foto toraks dalam batas normal.
Konsul anestesi acc operasi.
Persiapan operasi :
D5 1/2 PZ 20 tpm
Puasa makanan padat 12 jam sebelum operasi

Operasi dilakukan pada tanggal 06 Januari 2016 pk. 11.00


WIB
Diagnosis pra bedah : Undecensus testis dextra + Hernia
Ingunalis Lateralis dextra
Diagnosis pasca bedah : Undecensus testis dextra + HIL
dextra
Posisi pasien : terlentang
Insisi : lipatan abdomen bawah kanan
Tindakan operasi : Dilakukan orchidopexy dextra +
herniotomy
dextra
Komplikasi/Perdarahan : Perdarahan 20cc
Instruksi pasien pasca operasi : IVFD D5 NS
1000cc/24jam

IV Cefixime 2x250mg

IV Antrain 3 x 1/4 ampul


Pemeriksaan PA : Tidak

S : Nyeri luka operasi


O : Vital sign
:
Kesadaran/GCS :CM /4-5-6
KU
: tampak sakit sedang
Suhu : 38,2C Nadi
: 102 x/menit RR : 22x
/menit
St. generalis : dbn
St. lokalis : Inspeksi
: tampak luka post
operasi tertutup
kassa di inguinal
kanan dan skrotum
kanan

A
: post operasi orchidopexy dextra +
herniotomy dextra
P
: IVFD D5 NS 1000cc/24jam
IV Cefixime 2x250mg
IV Antrain 3 x 1/4 amp
Besok pro KRS
Cefixime 2x1/2 cth
Parasetamol 3x1/2 cth

Undesensus Testis
Definisi

Suatu keadaan dimana setelah usia 1


tahun, satu atau kedua testis tidak
berada di dalam kantung skrotum,
tetapi masih berada di salah satu
tempat sepanjang jalur desensus
normal

Minggu ke-6
Migrasi primordial germ cells dari yolk sac genital
ridge
Minggu ke-7
adanya SRY testis
Minggu ke-8
Mullerian Inhibiting Factor involusi ipsilateral duktus
Mullerian
meningkatkan reseptor androgen
Minggu ke-10 dan 11 diferensiasi duktus Wolfian
menjadi
epididimis, vas deferens, dan vesika
seminalis

Fase transabdominal
testis turun dari urogenital ridge inguinal
Terjadi karena regresi ligamentum suspensorium
cranialis (testosteron) dan pemendekan
gubernakulum (MIF)

Fase inguinoscrotal
testis turun dari inguinal skrotum
Androgen merangsang nervus genitofemoralis
menghasilkan Calcitonin Generelated Peptide (CGRP)
yang menyebabkan kontraksi ritmis dari
gubernakulum

(1)Perbedaaan pertumbuhan relatif tubuh


terhadap funikulus spermatikus atau
gubernakulum,
(2) peningkatan tekanan abdomen,
(3) faktor hormonal: testosteron, MIS, dan
extrinsic estrogen
(4) Perkembangan epididimis,
(5) Perlekatan gubernakular
(6) Genito femoral nerve/calcitonin generelated peptide (CGRP),
(7) Sekunder : pasca-operasi inguinal yang
menyebabkan jaringan ikat

Undesensus testis terjadi pada 4,3% bayi


laki-laki namun setelah usia satu tahun
angka insiden turun menjadi 0,96% karena
kebanyakan testis akan desensus pada 6
sampai 12 bulan atau satu tahun.
Undesensus testis terjadi pada 3% bayi lakilaki yang lahir aterm. Insidennya meningkat
bayi yang lahir premature yaitu sekitar 3345%.
Pada bayi dengan berat badan lahir <1500
gram insiden undesensus testis mencapai
60-70%.

Anamnesa
Keluhan utama : skrotum yang kosong
dan
benjolan di inguinal
Riwayat operasi daerah inguinal
Riwayat prenatal: terapi hormonal
pada ibu,
kehamilan
kembar,prematur
Riwayat keluarga: UDT, hipospadia,
infertilitas,
intersex

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : regio skrotum terlihat hipoplasia
kulit
skrotum dan
pembengkakan inguinalis
Palpasi : testis tidak teraba di kantung
skrotum
Pencitraan radiografi
USG sensitivitas 45% dan spesifitas 78%
MRI deteksi kecurigaan risiko keganasan
testis
CT-scan

Pada non-palpable bilateral perlu :


Tes LH
Tes FSH
Level testosterone sebelum dan
sesudah stimulasi dengan human
chorionic gonadotropin (hCG)

Testis ektopik

Testis retraktil
Anorchia
Monorchia

Infertilitas
Hernia inguinal
Torsio testis
Keganasan
Efek psikologis

Tujuan terapi menurunkan resiko


terjadinya infertilitas dan keganasan
dengan segera melakukan reposisi testis
kedalam
skrotum
baik
dengan
menggunakan terapi hormonal ataupun
dengan cara pembedahan
Terapi hormonal
hormon hCG atau gonadotropin releasing
hormon (GnRH) meningkatkan produksi
testosterone

Pembedahan (orchidopexy)
Indikasi : Pencegahan torsio testis

Memperbaiki hernia terkait


Meningkatkan kesuburan
Pemeriksaan untuk tumor, dan
Kosmetik

Insisi transversal dibuat pada


skin crease dari
regio abdomino inguinal

Dibuat insisi pada


aponeurosis obliqus
eksternus diatas
Canalis inguinalis
dengan
menggunakan scalpel

Spermatic cord diidentifikasi


didalam canalis inguinalis
dan dibebaskan dengan
diseksi secara tumpul dari
aponeurosis
obliqus
eksternus.
Spermatic cord dan testis
dibebaskan dari jaringan
sekitarnya
dengan
menggunakan forcep, testis
berada di sebelah medial
dari gubernaculum

Kantong hernia, vas deferens, dan pembuluh darah


harus diidentifikasi sebelum dimulai pembebasan
struktur tersebut. Kantung hernia dipisahkan dari
vas deferens dan pembuluh darah dengan deseksi
secara tumpul

Setelah kantung hernia


dibebaskan dari struktur
sekitarnya, dijahit dan
diikat dengan
menggunakan benang
vicryl 3.0
Dilakukan pemeriksaan panjang dari
spermatic cord, dan jika testis tidak
dapat mencapai scrotum maka
diseksi dilanjutkan ke retroperitoneal.
Dengan traksi secara gentle dari
spermatic cord akan dapat
mengidentifikasi fibrous bands lateral
pada sekitar pembuluh darah di
ruang retroperitoneal

Setelah panjang spermatic cord


cukup adekuat membawa testis
sampai ke dasar dari skrotum,
dilakukan insisi kecil horisontal pada
kulit skrotum

Dilakukan diseksi
tumpul pada daerah
subdartos, yang
sebelumnya dibuka
dengan menggunakan
gunting

Dengan
menggunakan
klem
arteri
yang
dimasukkan melalui insisi
pada
skrotum
dan
dengan perantara klem
arteri yang lain melalui
insisi dari inguinal

Gubernaculum testis dan


testis di tarik ke bawah ke
dalam skrotum sampai
keluar melewati luka di
skrotum.

Ruangan di subdartos harus cukup


adekuat untuk ditempati testis dan
epididimis

Jika lubang pada fascia terlalu


luas, bisa direduksi dengan 1
atau 2 jahitan menggunakan
vicryl 4.0.
Jahitan dengan vicryl 5.0
digunakan untuk fiksasi tunica
vaginalis pada skrotum. Insisi
pada skrotum ditutup dengan
jahitan subkutikuler vicryl 5.0

Kerusakan vas deferens


Atrofi testis sekunder
Perdarahan pada luka post orkidopeksi
Infeksi
Lymphedema dan kongesti pembuluh darah

Penderita bisa KRS malam hari setelah orchidopexy


(one day care) atau hari pertama post operative
Posisi dari testis dilakukan pemeriksaan pada saat
2 minggu dan diulangi saat 6 bulan post operative.
Aktivitas penuh dan olahraga bisa dimulai 3-4
minggu post operative.
Analisa semen dilakukan saat anak itu tumbuh
dewasa. Dari pemeriksaan ditemukan angka yang
bervariasi dari 0-50% dengan jumlha sperma
normal (20.000 atau lebih sperma/cm3)

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai