Anda di halaman 1dari 6

Kamera-kamera DSLR terbaru makin oke

untuk merekam video


by E RW IN M U LYA D I on JAN U A RY 1 8, 2 01 4
Fitur rekam video di kamera DSLR menurut saya merupakan fitur yang sangat
menarik. Bisa dibilang saat kita membeli kamera DSLR untuk fotografi, maka
bonusnya adalah kamera tersebut bisa juga dipakai untuk merekam video.
Dengan begitu tidak perlu bawa handycam atau alat rekam video khusus, kita
bisa buat video yang kualitasnya berani diadu. Walau sifatnya mungkin sekedar
bonus, fitur video di kamera DSLR tidak bisa dibilang asal ada dan hasil
videonya bukan asal jadi melainkan dalam beberapa hal bisa mengalahkan
camcorder khusus. Maka itu saat ini mulai banyak orang yang memanfaatkan
kamera DSLR untuk membuat klip video baik pribadi maupun komersil, seperti
dokumenter, musik, hingga film pendek.
Mengapa banyak orang yang memilih kamera DSLR sebagai sarana untuk
membuat video? Bukan cuma karena praktis, tapi karena alasan teknis yang
memang menjadi keunggulan kamera DSLR. Sebutlah misalnya ukuran sensor
DSLR yang jauh lebih besar dari kamera rekam video, menjanjikan kualitas
video yang oke, ruang tajam (DoF) yang tipis laksana film bioskop, dan gambar
yang rendah noise walau dipakai di tempat kurang cahaya. Belum lagi
dukungan lensa yang beragam untuk segala kebutuhan skenario video seperti
lensa lebar, lensa fix dan lensa tele.

Tapi fitur video di kamera DSLR bukanlah fitur utama,


karena bagaimanapun kamera DSLR ditujukan untuk memotret. Maka itu
desain bodinya tidak dirancang untuk stabil saat merekam video. Tanpa
bantuan aksesori penstabil seperti rig atau shoulder rig, maka video yang
direkam bakal terlihat bergoyang-goyang. Belum lagi desain dalamnya kamera
DSLR tidak diantisipasi untuk merekam video sehingga banyak kompromi
(issue) seperti sensor yang panas kalau merekam lama, dan juga soal auto
fokus yang masih belum bisa setara dengan kamera khusus rekam video. Hal
ini karena mekanisme di dalam DSLR yang mengandung cermin dan titik fokus,
yang mengharuskan cermin terangkat saat sedang live-view dan rekam video,
sehingga titik fokus yang ada tidak lagi berfungsi. Untuk auto fokus akhirnya
memakai deteksi kontras yang lebih lambat.
1

Kabar baiknya adalah, semakin hari teknologi kamera DSLR semakin matang,
khususnya dalam hal fitur video. Hal ini karena produsen mengantisipasi
permintaan yang tinggi akan DSLR videografi. Kita akan lihat kamera-kamera
DSLR generasi baru yang semakin oke untuk merekam video, bahkan kamera
tingkat dasar seharga 6 jutaan sekalipun.
DSLR Canon
Merk Canon sudah dikenal lama sebagai produsen peralatan video dan
broadcast, maka dalam hal kamera DSLR juga banyak dikenal oke untuk
merekam klip video. Masalah yang mereka hadapi adalah, lensa Canon yang
sudah ada tidak dirancang untuk merekam video sehingga autofokusnya yang
cepat justru tidak cocok diaplikasikan di video. Maka itu Canon membuat lensa
generasi baru yang lebih oke untuk video, diberi kode nama STM (Stepper
motor) yang cirinya auto fokusnya halus, putaran fokusnya tidak terlalu cepat
dan suara motornya tidak akan ikut terekam. Saat ini memang baru ada lensa
EF-S 18-55mm STM, EF 40mm STM dan EF-S 18-135mm STM, tapi lensa Canon
lain yang non STM pilihannya sangat banyak. Sebagai catatan, lensa Canon
yang bukan STM tetap bisa dipakai untuk merekam video.

Semua kamera DSLR Canon terbaru sudah bisa merekam video full HD
19201080 progressive dengan pilihan 24 fps atau 25fps (untuk PAL) dan 30
fps (untuk NTSC) dengan format encoding MPEG-4 AVC H.264. Pada pilihan HD
1280720 tersedia frame rate 50 fps/60 fps yang cocok untuk slow motion.

Untuk merekam suara, sudah tersedia microphone di bodi, dan juga ada
colokan mic eksternal serta pengaturan tingkat audio, termasuk wind filter
dan attenuator untuk meredam suara derau angin.
Kamera Canon modern sudah dilengkapi dengan prosesor Digic 5+ yang lebih
baru, maka video yang dihasilkan lebih minim moire dan tidak mudah
mengalami rolling shutter (kecuali EOS 700D masih memakai Digic 5).
Beberapa catatan saya untuk beberapa produk DSLR Canon generasi baru :
EOS 700D : value DSLR
Kamera EOS 700D ada di segmen menengah bawah, namun sudah punya fitur
video yang mantap. Sejak era EOS 650D, Canon memberikan juga fitur Video
Snapshot yang akan mengambil klip singkat (8 detik atau kurang) yang bisa
2

digabung otomatis oleh kamera. Untuk urusan rekam video ada jalan pintas
dengan menggeser tuas On-Off ke arah atas, sedikit berbeda dengan kamera
EOS lama yang harus memutar roda mode dial ini ke simbol movie.

Kamera EOS 700D dengan prosesor Digic 5 menjadi kamera yang


menyenangkan untuk merekam video karena sudah mengadopsi sistem layar
sentuh, juga punya deteksi fasa untuk auto fokusnya (apalagi bila dipadukan
dengan lensa STM). Memilih titik fokus bisa dilakukan dengan hanya
menyentuh area di layar. Merubah shutter, bukaan dan ISO semua bisa
dilakukan saat merekam video, asal mode dial berada di posisi M (Manual). EOS
700D sudah punya stereo mic built-in dan juga colokan mic eksternal.
EOS 70D : fokus cepat berkat dual pixel AF
Canon EOS 70D berada di segmen menengah atas, tentunya punya fitur video
yang lebih mantap. EOS 70D juga punya dual pixel AF yang bisa bantu auto
fokus saat rekam video jadi lebih cepat, khususnya untuk fokus kontinu.
Kecanggihan kamera 70D dalam urusan video adalah adanya pilihan memakai
kompresi IPB untuk kebutuhan biasa, atau All-I untuk editing.

Sekeping kartu 16GB bisa menyimpan 64 menit video bila memakai kompresi
IPB, namun hanya bisa menyimpan 22 menit video bila memakai All-I. Kamera
ini juga sudah bisa menyisipkan time code untuk kemudahan sinkronisasi saat
editing.
Frame rate 60 fps bisa dicapai untuk resolusi 1280720, sedangkan pada
1920180 tersedia 24fps, 25fps dan 30fps. Sayangnya belum ada colokan
untuk headphone di EOS 70D.
EOS 5D mk III : Full frame fitur lengkap

Inilah kamera andalan Canon untuk segmen


foto maupun video, dengan sensor full frame dan fitur lengkap, EOS 5D mark III
melanjutkan sukses 5D mark II yang jadi kamera pertama yang bisa merekam
full HD saat itu. Kamera ini ditenagai prosesor Digic 5+, bisa merekam dengan
kompresi IPB dan All-I, ada fitur SMTPEtimecode embedding, juga menyediakan
port headphone untuk monitoring audio. Dengan firmware baru v.1.2.1 maka
5D mark III bisa mengeluarkan video uncompressed, YCbCr 4:2:2 melalui port
HDMI untuk stream video digital tanpa kompresi. Berguna bila kita ingin
hubungkan kamera ini ke sistem lain seperti recorder atau encoder terpisah.
Dengan bodinya yang sudah tahan cuaca, maka merekam video outdoor dalam
segala kondisi tidak jadi masalah memakai EOS 5D mark III ini.
DSLR Nikon
Nikon dikenal kuat dalam sejarah fotografi, namun tidak punya banyak
pengalaman di bidang videografi. Uniknya, Nikon justru jadi pelopor kamera
DSLR yang bisa rekam video, saat meluncurkan Nikon D90 di tahun 2008. Sejak
saat itu hingga kini, Nikon terus konsisten menyempurnakan kamera DSLR
mereka untuk kebutuhan rekam video. Tidak seperti Canon yang membuat
lensa STM generasi baru khusus untuk merekam video, untuk merekam video
Nikon mempersilahkan penggunanya untuk memakai lensa-lensa Nikon yang
sudah ada. Di kamera generasi terbarunya, Nikon menyediakan berbagai
pilihan kualitas video mulai dari full HD 1080p dengan 24, 25 dan 30 fps serta
HD 720p dengan 50/60 fps dengan codec AVC MPEG-4 sehingga secara teknis
sudah setara dengan kamera DSLR dari Canon.
Pada dasarnya kamera DSLR Nikon juga bisa diatur manual eksposur untuk
merekam video, hanya pengaturannya agak sedikit lebih rumit dari Canon
khususnya pengaturan bukaan lensanya. Beberapa catatan saya untuk
beberapa produk DSLR Nikon generasi baru :
D5300 : pemula lengkap
Nikon D5300 termasuk kamera andalan Nikon untuk bersaing dengan Canon
sebagai kamera yang oke untuk foto dan video. Ciri Nikon D5300 (dan Nikon
sebelumnya seperti D5200, D5100 dan D5000) adalah punya layar LCD yang
bisa dilipat supaya lebih fleksibel saat merekam video dengan angle sulit.
Kamera ini sudah oke untuk merekam video karena bisa merekam video
dengan resolusi full HD, banyak pilihan frame rate dan sudah bisa auto fokus
kontinu dengan memilih mode AF-F. Dengan dukungan prosesor Expeed 4
maka D5300 sanggup memberi frame rate 60 fps progresif pada resolusi full
HD 19201080 (kamera lain umumnya hanya bisa 60 fps pada resolusi
1280720).
4

Mic di kamera Nikon D5300 sudah stereo, lalu untuk hasil audio yang lebih
profesional tersedia juga colokan mic eksternal dan yang paling asyik adalah,
kamera ini bisa memberikan uncompressed video out melalui port HDMI,
berguna untuk ditampilkan ke monitor LCD atau direkam oleh eksternal
recorder. Suatu fitur yang biasanya diberikan hanya di kamera DSLR kelas atas,
justru bisa ditemukan di D5300 yang harganya di kisaran 8 jutaan.
Kamera Nikon lainnya : D7100 (DX) dan D610 (FX)
Kamera Nikon lainnya yang kelasnya diatas D5300 adalah Nikon D7100 dan
Nikon D610, yang pada dasarnya sama baiknya untuk merekam video. Hanya
saja karena keduanya masih memakai prosesor Expeed 3 maka mereka tidak
bisa memberi frame rate 60fps pada resolusi 1080p. Nikon D7100 sendiri
dalam urusan video menyempurnakan seri D7000 dengan
menambahkan stereo mic, sedangkan D610 yang hadir sebagai minor update
dari D600 tampaknya tidak memberi perubahan di fitur videonya. Justru dalam
hal microphone di D610 masih sama seperti D600 memakai mic mono (terletak
di atas logo D610) yang agak mengherankan mengingat harga kamera D610
yang mencapai 20 jutaan.

Keunggulaan D610 sebagai kamera full frame (FX) adalah ukuran sensornya
yang besar, dan Nikon menyediakan mode video FX dan DX di kamera D610,
sehingga pengguna bisa memilih bidang gambar yang diinginkan. Bila memilih
mode video DX di kamera D610 maka gambarnya akan menjadi lebih tele (crop
1,5x) yang cukup berguna dalam banyak kondisi.

Seperti yang dijumpai di D5300, fitur uncompressed video out lewat port HDMI
juga bisa ditemui di kamera D7100 dan D610. Khusus untuk D610 terdapat
juga colokan untuk headphone yang membantu monitoring audio yang sedang
direkam.
Kesimpulan
Kamera DSLR perlahan tapi pasti semakin menyempurnakan fitur videonya,
dan ini terlihat dari produk terbaru yang lebih oke untuk merekam video. Dari
semua pilihan yang ada, saya menyukai Canon EOS 70D yang bila dipadukan
dengan lensa STM, akan menjadi kamera yang maksimal dalam urusan auto
fokus. Terobosan dual pixel AF memang bisa jadi solusi untuk mengatasi
lambatnya auto fokus di kamera DSLR, apalagi dengan dukungan layar sentuh
yang memudahkan untuk kita memilih titik fokus yang kita inginkan. Selain itu
70D bisa memberi pilihan kompresi All-I yang hasil videonya lebih bagus,
namun lebih cepat membuat kartu memori penuh.
Di kubu Nikon saya terkesan dengan D5300 yang didukung oleh prosesor
terbaru, membuatnya bisa merekam video 1080p 60fps untuk slow motion
yang mulus. Bahkan sampai tulisan ini ditulis, tidak satupun kamera DSLR
Canon yang bisa mencapai 1080p 60 fps. Belum lagi dengan harga yang
dibawah 10 juta, D5300 memberikan kemampuan untuk clean uncompressed
video via kabel HDMI. Sayangnya Nikon tidak (belum?) memiliki kamera yang
bisa deteksi fasa saat merekam video (seperti Canon 700D dan 70D), dan
belum menyediakan fitur layar sentuh. Tapi bila anda merekam video dengan
manual fokus, hal ini tidak jadi sebuah masalah. Jadi masing-masing masih
punya plus minus sendiri, tergantung kita memilihnya.

Anda mungkin juga menyukai