Tugas Anak
Tugas Anak
Beranda
Gastrointestinal
Imunologi
Tentang Penulis
Browsing:
Home
Leave a comment
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertropi pyloric stenosis (HPS) merupakan gangguan gastrointestinal paling
sering pada bayi muda. Insidensinya 1-2 : 1000 kelahiran hidup. Kondisi ini umum
terjadi pada bayi umur 2-10 minggu kehidupan. Klinisi yang pertama kali
memperkenalkan HPS adalah Fabricious Hildanus di tahun 1627. Pada tahun 1877
Harald Hirschsprungs melaporkan dua kasus fatal pada kongres anak di jerman dan
memberikan pengertian yang modern tentang HPS. Pada HPS terjadi penebalan
muskulus sirkuler antropirolus dan menyebabkan konstriksi dan obstruksi di gastric
outlet. Obstruksi gastric outlet menyebabkan muntah proyektil dan non billous,
hilangnya asam hidroklorida dan berkembang menjadi hipokloremi, alkalosis
metabolik dan dehidrasi1 dan menyebabkan kematian pada lebih dari 50% pasien
yang terkena.
B. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar medis Hipertropi Pyloric Stenosis
2. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada Hipertropi Pyloric
Stenosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Anatomi Lambung
Lambung merupakan organ berbentuk kantong seperti huruf J, dengan
volume pada orang dewasa 1200-1500cc pada saat berdilatasi. Sedang
lambung bayi baru lahir mempunyai kapasitas 10-20cc, bayi usia 1 minggu
30-90cc, bayi usia 2-3 minggu 75-100cc, bayi usia 1 bulan 90-150cc, bayi usia
3 bulan 90-150cc, dan bayi usia 1 tahun 210-360cc. Pada bagian superior,
lambung berbatasan dengan bagian distal esofagus, sedangkan bagian inferior
berbatasan dengan duodenum. Lambung terletak pada daerah epigastrium dan
meluas ke hipokhondrium kiri. Kecembungan lambung yang meluas ke
gastroesofageal junction disebut kurvatura mayor.
Kelengkungan lambung bagian kanan disebut kurvatura minor, dengan ukuran
dari panjang kurvatura mayor. Seluruh organ lambung terdapat di dalam
rongga peritoneum dan ditutupi oleh omentum
tersebut, hanya sejumlah kecil isi lambung yg bisa masuk ke usus, selebihnya
akan dimuntahkan sehingga anak akan mengalami penurunan berat badan.
Gejala tersebut biasanya muncul pada usia 2-6 minggu.
3. Etiologi
Etiologi HPS sampai saat ini belum diketahui. HPS bisa merupakan kejadian
kongenital maupun didapat. Teori yang menjelaskan etiologi ini antara lain
hiperaktifitas lambung yang menyebabkan spasme, hipertropi muskulus dan
inervasi pilorus yang abnormal. Adanya predisposisi genetik disertai faktor
lingkungan merupakan penjelasan yang paling banyak diterima. Abnormalitas
kromosom yang dilaporkan antara lain adanya translokasi kromosom 8 dan 17
serta trisomi sebagian dari kromosom 9. Kontribusi genetik didukung oleh
suatu fakta 19% laki-laki dan 7% perempuan dengan ibu yang mengalami
stenosis pilorus. Stenosis pilorus terjadi hanya pada 5% laki-laki dan 2,5%
perempuan dengan ayah yang mempunyai penyakit serupa. Sedangkan
hubungan HPS dengan bayi kembar monozigot terlihat
pada 0,250,44 sedangkan kembar dizigot 0,05-0,1
4. Patofisiologi
Suatu hipertropi dan hyperplasia otot polos antrum lambung yang difus akan
menyempitkan lumen sehingga mudah tersumbat. Bagian antrum akan
memanjang, menebal menjadi 2 kali ukurn normal dan berkonsistensi seperti
tulang rawan. Penebalan otot tidak hanya terbatas pada suatu kumpulan
serabut otot sirkuler yang terpisah yaitu sfingter pylorus, tetapi meluas ke
bagian proksimal ke dalam antrum dan ke bagian distal berakhir pada
permulaan duodenum. Sebagai respons terhadap obstruksi lumen dn paristalik
yang kuat otot lambung akan menebal (hipertrofi) dan mengembang (dilatasi).
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi kinis HPS adalah obstruksi yang menyebabkan muntah proyektil
non bilous sesudah pemberian minuman formula atau ASI. Muntah yang terus
menerus menyebabkan terjadinya pengosongan lambung. Tampak peristaltik
lambung dan teraba masa di perut yang bentuk olive di kuadran kanan atas.
Frekuensi dan volume muntah sering kuat dan berkepanjangan, sehingga
produk muntah bisa berupa darah kebiruan karena gastritis. Pada suatu
penelitian, 66 % pasien disertai hematemesis karena esofagitis atau gastritis8.
Tergantung berapa lama gejala terjadi, sebagian pasien mengalami dehidrasi,
alkalosis hipokalemia, irritable, berat badanturun, dan pertumbuhan lambat.
Keadaan jaundice terjadi pada kira-kira 2% bayi dengan HPS sekunder2.
Tujuh persen berhubungan dengan malformasi. Tiga malformasi utama yaitu
malformasi intestinal, obsruksi uropati dan atresia esofagus. Selain itu anomali
lain yang berhubungan dengan stenosis pilorus antara lain hiatal hernia,
gangguan aktifitas hepatic glucovenyl transferase (sindrom Gilbert)
6. Komplikasi
Stenosis pilorus dapat menyebabkan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan
masalah berat badan . Muntah berulang-ulang dapat mengiritasi perut bayi
Anda. Beberapa bayi yang telah menderita pilorus stenosis berkembang
menjadi penyakit kuning sebuah perubahan warna kekuningan pada kulit dan
mata.
1. Ikterus : disebabkan oleh defisiensi transferase glukuronida hepatik.
Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna
putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal yang
fisiologis (normal), terdapat pada 25% -50% pada bayi yang lahir
cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis (tidak
normal) misalnya akibat berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya,
sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran empedu, dan lain-lain.
kekurangan air
1. Pengkajian
1. Lakukan pengajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenaai prilaku makan dan
pola muntah.
3. Observasi adanya manifestasi stenosis pilorik hipertropik: muntah
proyektil. Biasanya terjadi segera setelah makan tetapi dapat tidak
terjadi setelah beberapa jam. Dapat terjadi setelah makan atau muncul
secara intermiten.
4. Muntah non-empedu: mungkin bercak darah.
5. Bayi lapar, ingin sekali menyusu, sangat menginginkan pemberian
makanan kedua setelah episode muntah
6. Tidak ada bukti nyeri atau rasa tidak nyaman, kecuali rasa lapar yang
kronis
7. Penurunan berat badan
8. Tanda-tanda dehidrasi
9. Distensi abdomen atas
10. Teraba tumor berbentuk zaitun diepigastrium, tepat disebelah kanan
umbilikus
11. Gelombang peristaltik lambung dapat dilihat, bergerak dari kiri ke
kanan melewati epigastrium
12. Abdomen Inspeksi : kesimetrisan, karakteristik permukaan, adanya
lesi, kontur umbilikus. Palpasi : palpasi ke empat kuadran nyeri tekan
+/-, splenomegali +/-, hepatomegali +/-. Perkusi : untuk mengetahui
bunyi yang di hasilkan abdomen dengan cara di ketuk pada setiap
kuadran. Auskultasi : untuk mengetahui bising usus.
13. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya seri GI
atas, ultrasound, elektrolit serum
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah
2. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa
Intervensi /Rasional
1.
Pertahankan cairan
intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk meningkatkan hidrasi
dan mencegah dehidrasi
2.
Pantau dara
laboratorium
Rasional : untuk menentukan adanya
ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
1.
3.
Pantau masukan,
keluaran, dan berat jenis urine
Rasional : Untuk menentukan status
hidrasi
4.
Pantau Tanda-tanda
Vital dan berat badan harian
Rasional : Untuk mengkaji hidrasi
5.
2.
1.
Lakukan pemberian
makanan pasca operasi sesuai
ketentuan
2.
Mulai dengan
pemberian makan sedikit tapi sering
Rasional : untuk mencegah muntah
3.
4.
Lakukan kembali