LANDASAN TEORI
2.1 Pembakaran
Pembakaran adalah serangkaian reaksi-reaksi kimia eksotermal antara bahan
bakar dan oksidan berupa udara yang disertai dengan produksi energi berupa panas
dan konversi senyawa kimia. Pelepasan panas dapat mengakibatkan timbulnya
cahaya dalam bentuk api. Bahan bakar yang umum digunakan dalam pembakaran
adalah senyawa organik, khususnya hidrokarbon dalam fasa gas, cair atau padat.
Pembakaran yang sempurna dapat terjadi jika ada oksigen dalam prosesnya.
Oksigen (O2) merupakan salah satu elemen bumi paling umum yang jumlahnya
mencapai 20.9% dari udara. Bahan bakar padat atau cair harus diubah ke bentuk gas
sebelum dibakar. Biasanya diperlukan panas untuk mengubah cairan atau padatan
menjadi gas. Bahan bakar gas akan terbakar pada keadaan normal jika terdapat udara
yang cukup.
Hampir 79% udara (tanpa adanya oksigen) merupakan nitrogen, dan sisanya
merupakan elemen lainnya. Nitrogen dianggap sebagai pengencer yang menurunkan
suhu yang harus ada untuk mencapai oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran.
Nitrogen mengurangi efisiensi pembakaran dengan cara menyerap panas dari
pembakaran bahan bakar dan mengencerkan gas buang. Nitrogen juga mengurangi
transfer panas pada permukaan alat penukar panas, juga meningkatkan volume hasil
samping pembakaran, yang juga harus dialirkan melalui alat penukar panas sampai
ke cerobong.
Nitrogen ini juga dapat bergabung dengan oksigen (terutama pada suhu nyala
yang tinggi) untuk menghasilkan oksida nitrogen (NOx), yang merupakan pencemar
beracun. Karbon, hidrogen dan sulfur dalam bahan bakar bercampur dengan oksigen
di udara membentuk karbon dioksida, uap air dan sulfur dioksida, melepaskan panas
masing-masing 8.084 kkal, 28.922 kkal dan 2.224 kkal. Pada kondisi tertentu, karbon
juga dapat bergabung dengan oksigen membentuk karbon monoksida, dengan
melepaskan sejumlah kecil panas (2.430 kkal/kg karbon). Karbon terbakar yang
membentuk CO2 akan menghasilkan lebih banyak panas per satuan bahan bakar
daripada bila menghasilkan CO atau asap.
merupakan
bentuk
pembakaran
yang
lambat,
bertemperatur rendah, dan tidak berapi, yang dipertahankan oleh panas ketika
oksigen menyerang permukaan dari bahan bakar pada fasa yang
terkondensasi. Pembakaran ini dapat dikategorikan sebagai pembakaran yang
tidak sempurna. Contoh pembakaran ini adalah inisiasi kebakaran yang
dikarenakan rokok, dan sisa kebakaran hutan yang masih menghasilkan hawa
panas.
2.1.4 Rapid combustion
Rapid combustion merupakan pembakaran yang melibatkan energi
dalam jumlah yangbanyak dan menghasilkan pula energi cahaya dalam
jumlah yang besar. Jika dihasilkan volume gas yang besar dalam pembakaran
ini dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang signifikan, sehingga
terjadi ledakan.
A/F ratio =?
(2.1)
bakar, bila lamda () >1, sedangkan campuran dikatakan kurus bahan bakar bila <
1. Sementara itu, campuran dikatakan ideal atau sesuai dengan stoikiometri bila 1
(Kenneth, 2005). Jika jumlah lamda sama dengan 1 maka dikatakan setimbang, jika
kurang dari 1 disebut campuran kental dan jika lebih besar dari 1 disebut campuran
miskin.
Hubungan langsung antara lambda () dan stoikiometrik dapat dihitung
melalui harga lambda () yang telah diketahui, perkalian lambda () hasil
pengukuran terhadap AFR stoikiometrik untuk bahan bakar yang dimaksud. Untuk
memperoleh harga lamda () dari nilai (F/A), dapat dihitung melalui pembagian F/A
terhadap AFR stoikiometri. Biasanya lamda untuk bahan bakar biomassa sekitar 1,4
1,6. Persamaan reaksi ini dapat ditulis dengan:
(2.2)
Pada kompor pembakar jenazah menggunakan jenis kompor tekan dengan bahan
bakar minyak tanah. Prinsip kerja kompor pembakar jenazah adalah mengubah bahan
bakar dari fase cair menjadi fase gas dan membakarnya dengan nyala api sehingga
menyala dan menghasilkan energi panas.
Kompor pembakar jenazah memiliki beberapa bagian seperti:
1. Tangki bahan bakar
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan bakar
2. Selang bahan bakar
Berfungsi sebagai penyalur bahan bakar ke kompor
4. Kompresor
berfungsi memampatkan tekanan angin pada tangki bahan bakar sehingga
bahan bakar dapat mengalir menuju kompor
Plasma
adalah
bentuk
gas
yang
mana
sebagian
dari
partikel
diionisasi.Seperti halnya gas, plasma tidak memiliki bentuk yang tetap maupun
volume yang tetap, kecuali jika dikurung dalam suatu wadah yang tetap.
Segitiga api mengilustrasikan hubungan antara tiga elemen dasar yang
diperlukan untuk membangkitkan api. Tiga eleman dasar yang dibutuhkan untuk
membangkitkan api adalah senyawa oksigen, bahan bakar yang dapat terbakar dan
mengandung energi, serta sumber api atau sumber panas. Jika salah satu dari ketiga
eleman dasar tersebut telah habis, maka api akan padam, atau reaksi pembakaran
tidak dapat dilanjutkan dengan baik. Ketiga elemen dasar yang dapat mebangkitkan
api tersebut digambarkan di dalam sebuah segitiga, yang sangat umum dikenal
sebagai segitiga api. Berikut ini akan disajikan gambar segitiga api.
pembakaran, misalnya dari korek api, kilat ketika hujan, percikan listrik, dan sumbersumber api lainnya. Panas yang didapatkan dari luar sistem tersebut akan mulai
memutuskan ikatan kimia di dalam bahan bakar, yang pada umumnya merupakan
senyawa organik. Pemutusan awal ikatan kimia di dalam bahan bakar merupakan
reaksi yang eksoterm atau menghasilkan energi panas. Energi panas yang dihasilkan
dari pemutusan awal tersebut akan digunakan sebagai energi untuk pemanasan ikatan
kimia berikunya di dalam bahan bakar. Api menyala ketika panas yang dihasilkan
dari pemutusan ikatan kimia di dalam bahan bakar dapat digunakan seterusnya untuk
memutuskan ikatan-ikatan kimia lain di dalam bahan bakar. Oleh karena itu, sumber
panas hanya merupakan inisiator terbenuknya api. Setelah proses penyalaan api,
sumber panas tidak lagi dibutuhkan, melainkan api dari reaksi pembakaran akan
menghasilkan panas yang dapat digunakan oleh manusia untuk menunjang prosesproses yang akan dilakukan.
Bahan bakar pada umumnya berupa senyawa organic .Senyawa organik
merupakan senyawa yang mengandung unsur-unsur berupa karbon (C), hidrogen (H)
dan oksigen (O). Reaksi oksidasi terhadap senyawa organik pada umumnya
merupakan reaksi pemutusan rantai ikatan pada senyawa organik. Pemutusan ikatan
pada rantai senyawa organik pada umumnya menghasilkan panas. Pada proses
pembakaran, oksigen yang berperan sebagai oksidator akan bergabung, mengikat
unsur-unsur C dan H yang putus akibat energi panas dari proses pembakaran. Api
akan padam jika salah satu dari ketiga elemen dasar tidak lagi tersedia. Prinsip
segitiga api ini banyak digunakan sebagai prinsip dasar untuk menyalakan atau
memadamkan api.
udara (fully pre-mixed) menghasilkan pembakaran dan nyala api yang jauh lebih baik
dan tanpa soot (jelaga, karbon halus sisa pembakaran tidak sempurna).
Diffusion flame adalah nyala api yang dihasilkan oleh diffusion combustion,
yaitu reaksi bahan bakar dan oksigen yang tanpa pencampuran awal yang baik. Pada
spray combustion, ini bisa disebabkan oleh butiran-butiran droplet bahan bakar hasil
semburan/semprotan/injeksi yang terlalu besar, menghasilkan pembakaran yang
terjadi pada sisi luar butiran bahan bakar menuju ke dalam yang berlangsung secara
lambat. Pre-mixed flame adalah nyala api yang dihasilkan oleh reaksi bahan bakar
dan oksigen yang telah mengalami pencampuran awal yang baik. Sebuah nyala api
umumnya merupakan campuran antara diffusion dan pre-mixed flame karena ada
bagian tertentu nyala api dimana udara dan bahan bakar tercampur dengan baik dan
pada bagian lain tercampur secara tidak memadai.
Studi baik berupa analisis teoritis maupun eksperimental mengenai kompor
pembakaran jenazah untuk Ngaben belum ditemukan, sehingga penelitian ini dimulai
dari prinsip-prinsip dasar dalam pembakaran, yang nantinya akan diaplikasikan
dalam konteks kompor pembakaran jenazah.
sistem
pembakaran.
Tahapan
atomisasi
bahan
bakar
cair
direpresentasikan dalam Gambar 2.7, dimana semakin tinggi tekanan injeksi maka
butiran droplet yang dihasilkan semakin halus dan dalam konteks pembakaran akan
menghasilkan pembakaran yang lebih baik karena droplet bahan bakar bisa
bercampur dengan baik dengan udara sebelum terbakar.
p = tekanan fluida
= densitas fluida
v = kecepatan fluida
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi
g = percepatan gravitasi bumi
.(2.4)
Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya besaran
kerapatan massa (densitas)
nsitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida
termampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan Bernoulli untuk aliran
termampatkan adalah sebagai berikut:
..(2.5)
di mana:
= energi potensial gravitasi per satuan massa; jika gravitasi konstan
maka
= entalpi fluida per satuan massa
Catatan:
, di mana
2.7.2
Tegangan permukaan
Tegangan permukaan cenderung untuk menstabilkan cairan, mencegah cairan
2.7.3
Viskositas
Viskositas fluida memiliki pengaruh yang sama pada ukuran butiran droplet
2.8 Densitas
Densitas menyebabkan cairan mempertahankan akselerasi. Densitas serupa
dengan sifat-sifat baik tegangan permukaan dan viskositas, lebih tinggi cenderung
menghasilkan ukuran tetesan yang rata-rata lebih besar.
Pada proses pembuatan butiran cairan di dalam fase gas, dalam hal ini
densitas gas jauh lebih kecil dari densitas cairan. Sehingga mekanisme formasi
butiran jauh berbeda untuk perbedaan densitas yang rendah, terutama pada kecepatan
tinggi. Pengabutan banyak digunakan untuk keperluan-keperluan pengabutan bahan
bakar, pembuatan produk berbentuk granular (bongkahan), operasi perpindahan
massa, dan pelapisan permukaan (pengecatan, dan lain-lain).
Mekanisme atomisasi dilihat dari fluida kerja dapat dibagi atas atomisasi
hidrolik dan pneumatik.
a.
Atomisasi hidrolik
Pada atomisasi hidrolik, atomisasi terjadi karena tekanan cairan atau gaya
gravitasi pada cairan yang keluar pada mulut nosel dan pecah pada waktu jet
berbentuk lembaran.
b. Atomisasi pneumatik
Pada atomisasi pneumatik, atomisasi terjadi sebagai akibat saling aksi
antara cairan dengan udara yang berkecepatan tinggi. Gaya gesek antara
cairan dengan udara menyebabkan terdisintegrasinya cairan menjadi butiran.
Jika ditinjau proses pencampuran dengan udara dengan cairan, nosel
pneumatik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis pencampuran dalam
dan pencampuran luar.
2.9 BURNER DENGAN BAHAN BAKAR CAIR
Didalam pembakaran dari bahan bakar cair, diperlukan suatu proses
penguapan atau proses atomisasi bahan bakar. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan
percampuran yang baik dengan udara pembakaran. Minyak bakar distilat bisa
terbakar dengan api yang biru jika secara sempurna bahan bakar ini diuapkan dan
tercampur merata (homogenous) dengan udara sebelum terbakar. Burner yang
digunakan untuk membakar bahan bakar dalam bentuk uap atau bentuk atom-atom
Vaporizing Burner
Burner jenis ini menggunakan panas dari api untuk menguapkan bahan
bakar secara terns menerus. Prinsip penguapan ini dipakai pada kompor lidah api
(blow torch) terlihat pada gambar 2.9, kompor tipe pot, lampu minyak tanah dan
Iain-lain.
Cara kerja kompor lidah api tersebut adalah dengan memanaskan minyak
bakar yang dialirkan ke koil pipa pemanas. Panas didapat dari radiasi lidah api
yang diselubungi oleh koil. Uap bahan bakar yang terbentuk kemudian
disemprotkan oleh nozzle dengan tekanan yang sama dengan tekanan minyak
cair.
Setelah keluar dari nozzle, uap bahan bakar akan bercampur dengan udara
dan terbakar membentuk lidah api (torch).
Lidah api akan berwarna kuning, dan apabila suhu uapbahan bakar terlalu
tinggi maka akan terbentuk nyala api biru yang mempunyai sifat tidak stabil.
Fluida
0,071
4,5-6,7 dm3/s
0,284
1,1-1,4 dm3/s
Uap
0,851
0,85-3,5 kg
Mekanis
0,0227
Rotary-Cup burner
0,0355
Suatu peralatan yang berbentuk vane atau sekat (baffle) biasanya dipasang
untuk memperoleh percampuran yang lebih baik antara bahan bakar dan udara.Untuk
menghindari adanya lidah api yang menumbuk pada dinding tungku maupun maupun
komponen lainnya perlu diperhatikan juga mengenai peralatan pemasukan udara,
bentuk semprotan dan Iain-lain. Apabila terdapat lidah api yang menumbuk, maka
akan menyebabkan adanya jelaga atau deposite karbon keras dan atau gerusan pada
dinding tungku bakar. Untuk membuat nyala api stabil , kecuali untuk tungku bakar
kecil, semprotan bahan bakar minyak dan udara biasanya dimasukkan kedalam
tungku bakar dengan melalui suatu penyala (ignition tile). Volume ruang bakar/
tungku bakar harus disesuaikan untuk menyediakan waktu bagi kesempurnaan
pembakaran. Kecepatan pembebasan panas dari peralatan pembakaran ini tergantung
pada sifat bahan bakar,konsentrasi udara lebih (excess air concentration), udara
bahan bakar dan tingkat asap yang diijinkan.
Dari cara atomisasinya maka atomizing oil burner dapat dibedakan menjadi 4
jenis.
a. Steam air atomizing burner
b. Mechanical/oil pressure atomizing burner
Minyak Solar
Solar adalah hasil dari pemanasan minyak bumi antara 250-340C, dan
merupakan bahan bakar mesin diesel. Solar tidak dapat menguap pada suhu tersebut
dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.
Umumnya, solar mengandung belerang dengan kadar yang cukup tinggi. Kualitas
minyak solar dinyatakan dengan bilangan setana. Angka setana adalah tolak ukur
kemudahan menyala atau terbakarnya suatu bahan bakar di dalam mesin diesel. Saat
ini,