Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Pembakaran
Pembakaran adalah serangkaian reaksi-reaksi kimia eksotermal antara bahan
bakar dan oksidan berupa udara yang disertai dengan produksi energi berupa panas
dan konversi senyawa kimia. Pelepasan panas dapat mengakibatkan timbulnya
cahaya dalam bentuk api. Bahan bakar yang umum digunakan dalam pembakaran
adalah senyawa organik, khususnya hidrokarbon dalam fasa gas, cair atau padat.
Pembakaran yang sempurna dapat terjadi jika ada oksigen dalam prosesnya.
Oksigen (O2) merupakan salah satu elemen bumi paling umum yang jumlahnya
mencapai 20.9% dari udara. Bahan bakar padat atau cair harus diubah ke bentuk gas
sebelum dibakar. Biasanya diperlukan panas untuk mengubah cairan atau padatan
menjadi gas. Bahan bakar gas akan terbakar pada keadaan normal jika terdapat udara
yang cukup.
Hampir 79% udara (tanpa adanya oksigen) merupakan nitrogen, dan sisanya
merupakan elemen lainnya. Nitrogen dianggap sebagai pengencer yang menurunkan
suhu yang harus ada untuk mencapai oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran.
Nitrogen mengurangi efisiensi pembakaran dengan cara menyerap panas dari
pembakaran bahan bakar dan mengencerkan gas buang. Nitrogen juga mengurangi
transfer panas pada permukaan alat penukar panas, juga meningkatkan volume hasil
samping pembakaran, yang juga harus dialirkan melalui alat penukar panas sampai
ke cerobong.
Nitrogen ini juga dapat bergabung dengan oksigen (terutama pada suhu nyala
yang tinggi) untuk menghasilkan oksida nitrogen (NOx), yang merupakan pencemar
beracun. Karbon, hidrogen dan sulfur dalam bahan bakar bercampur dengan oksigen
di udara membentuk karbon dioksida, uap air dan sulfur dioksida, melepaskan panas
masing-masing 8.084 kkal, 28.922 kkal dan 2.224 kkal. Pada kondisi tertentu, karbon
juga dapat bergabung dengan oksigen membentuk karbon monoksida, dengan
melepaskan sejumlah kecil panas (2.430 kkal/kg karbon). Karbon terbakar yang
membentuk CO2 akan menghasilkan lebih banyak panas per satuan bahan bakar
daripada bila menghasilkan CO atau asap.

Terdapat bermacam-macam jenis pembakaran yang dapat dijelaskan pada


poin-poin berikut ini :
2.1.1 .Complete combustion
Pada pembakaran sempurna, reaktan akan terbakar dengan oksigen,
menghasilkan sejumlah produk yang terbatas. Ketika hidrokarbon yang
terbakar dengan oksigen,maka hanya akan dihasilkan gas karbon dioksida
dan uap air. Namun kadang kala akandihasilkan senyawa nitrogen dioksida
yang merupakan hasil teroksidasinya senyawa nitrogen di dalam udara.
Pembakaran sempurna hampir tidak mungkin tercapai pada kehidupan nyata.
2.1.2 Incomplete combustion
Pembakaran tidak sempurna umumnya terjadi ketika tidak tersedianya
oksigen dalamjumlah yang cukup untuk membakar bahan bakar sehingga
dihasilkannya karbondioksida dan air. Pembakaran yang tidak sempurna
menghasilkan zat-zat seperti karbondioksida, karbon monoksida, uap air dan
karbon. Pembakaran yang tidak sempurna sangat sering terjadi, walaupun
tidak diinginkan, karena karbon monoksida merupakan zat yang sangat
berbahaya bagi manusia. Kualitas pembakaran dapat ditingkatkan dengan
perancangan media pembakaran yang lebih baik dan optimisasi proses.
2.1.3 Smouldering combustion
Smouldering

merupakan

bentuk

pembakaran

yang

lambat,

bertemperatur rendah, dan tidak berapi, yang dipertahankan oleh panas ketika
oksigen menyerang permukaan dari bahan bakar pada fasa yang
terkondensasi. Pembakaran ini dapat dikategorikan sebagai pembakaran yang
tidak sempurna. Contoh pembakaran ini adalah inisiasi kebakaran yang
dikarenakan rokok, dan sisa kebakaran hutan yang masih menghasilkan hawa
panas.
2.1.4 Rapid combustion
Rapid combustion merupakan pembakaran yang melibatkan energi
dalam jumlah yangbanyak dan menghasilkan pula energi cahaya dalam
jumlah yang besar. Jika dihasilkan volume gas yang besar dalam pembakaran
ini dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang signifikan, sehingga
terjadi ledakan.

2.1.5 Turbulent combustion


Pembakaran yang menghasilkan api yang turbulen sangat banyak
digunakan untukaplikasi industri, misalnya mesin berbahan bakar bensin,
turbin gas, dll, karenaturbulensi membantu proses pencampuran antara bahan
bakar dan pengoksida.

2.2 Persamaan Reaksi Pembakaran


Persamaan reaksi pembakaran teoritis antara hidrokarbon dengan udara
adalah sebagai berikut:
CnHm + (n + m/4)(O2 + 3,76 N2) => nCO2 + m/2 H2O + 3,76 (n + m/4)N2
Persamaan diatas menyatakan perbandingan stokiometris dari udara-bahan
bakar yang tersedia cukup oksigen untuk mengubah seluruh bahan bakar menjadi
produk yang bereaksi sempurna AFR stoikometris tergantung komposisi kimia bahan
bakar
2.3 Air Fuel Ratio (AFR)
Air Fuel Ratio (AFR) merupakan perbandingan massa udara yang ada selama
proses pembakaran. Ketika semua bahan bakar bergabung dengan udara bebas,
campuran tersebut berdasarkan reaksi kimia setimbang dan perbandingan AFR ini
disebut dengan campuran stoikiometrik. Dalam proses pembakaran hal yang sering
diperhatikan adalah jumlah udara dan bahan bakar. Ratio massa udara dengan massa
bahan bakar tersebut biasa disebut dengan air fuel ratio (afr).
? ?

A/F ratio =?

(2.1)

Dimana : ma= massa udara


mf = massa bahan bakar
Relative Air/Fuel Ratio ini memberikan parameter informasi yang lebih guna
menetapkan komposisi campuran udara-bahan bakar yang baik. Jika:
> 1 : maka campuran itu miskin
<1 : maka campuran itu kaya
Lambda () dapat digunakan sebagai suatu alternatif untuk mewakili AFR.
Lambda () merupakan ukuran untuk mengetahui seberapa besar stoikiometri
tersebut berperan dalam campuran. Suatu campuran dikatakan campuran kaya bahan

bakar, bila lamda () >1, sedangkan campuran dikatakan kurus bahan bakar bila <
1. Sementara itu, campuran dikatakan ideal atau sesuai dengan stoikiometri bila 1
(Kenneth, 2005). Jika jumlah lamda sama dengan 1 maka dikatakan setimbang, jika
kurang dari 1 disebut campuran kental dan jika lebih besar dari 1 disebut campuran
miskin.
Hubungan langsung antara lambda () dan stoikiometrik dapat dihitung
melalui harga lambda () yang telah diketahui, perkalian lambda () hasil
pengukuran terhadap AFR stoikiometrik untuk bahan bakar yang dimaksud. Untuk
memperoleh harga lamda () dari nilai (F/A), dapat dihitung melalui pembagian F/A
terhadap AFR stoikiometri. Biasanya lamda untuk bahan bakar biomassa sekitar 1,4
1,6. Persamaan reaksi ini dapat ditulis dengan:
(2.2)

Jika oksigen yang dibutuhkan tercukupi, bahan bakar hidrokarbon dapat


dioksidasi secara sempurna. Karbon didalam bahan bakar kemudian berubah menjadi
karbon dioksida CO2 dan hydrogen berubah menjadi uap air H2O.
Jika jumlah udara yang diberikan kurang dari yang dibutuhkan secara
stoikiometri maka akan terjadi campuran kaya akan bahan bakar. Produk dari
campuran kaya akan bahan bakar adalah CO, CO2, H2O, dan HC (Hidrokarbon tidak
terbakar). Jika jumlah udara yang diberikan lebih besar dari kebutuhan maka akan
terjadi campuran miskin bahan bakar.

2.4 Kompor Pembakar Jenazah


Rancangan kompor pada dasarnya digolongkan menjadi 2 tipe, yaitu kompor
minyak sumbu (wick burner) dan kompor bertekanan (pressure burner). Secara
umum, kompor bertekanan menghasilkan power output dan efisiensi pembakaran
yang lebih tinggi, sehingga bahan bakar yang digunakan lebih kecil untuk setiap
satuan berat bahan yang dimasak (Wichert et al., dalam Yunita 2008).

Pada kompor pembakar jenazah menggunakan jenis kompor tekan dengan bahan
bakar minyak tanah. Prinsip kerja kompor pembakar jenazah adalah mengubah bahan
bakar dari fase cair menjadi fase gas dan membakarnya dengan nyala api sehingga
menyala dan menghasilkan energi panas.
Kompor pembakar jenazah memiliki beberapa bagian seperti:
1. Tangki bahan bakar
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan bakar
2. Selang bahan bakar
Berfungsi sebagai penyalur bahan bakar ke kompor

Gambar 2.1 Tangki bahan bakar dan selang bahan bakar


3. Kompor
Berfungsi sebagai tempat terjadinya pembakaran bahan bakar. Pada kompor
terdapat bagian yang disebut dengan pipa burner dan nosel. Pipa burner
berfungsi mengubah bahan bakar cair menjadi fase gas. Nosel berfungsi
sebagai tempat keluarrnya bahan bakar yang akan menghasilkan nyala api.

Gambar 2.2 Kompor Pembakar Jenazah

4. Kompresor
berfungsi memampatkan tekanan angin pada tangki bahan bakar sehingga
bahan bakar dapat mengalir menuju kompor

2.5 Nyala Api (Flame)


Api sering disebut sebagai zat keempat, karena tidak dapat dikategorikan ke
dalam kelompok zat padat, zat cair maupun zat gas. Api disebut memiliki bentuk
plasma.

Plasma

adalah

bentuk

gas

yang

mana

sebagian

dari

partikel

diionisasi.Seperti halnya gas, plasma tidak memiliki bentuk yang tetap maupun
volume yang tetap, kecuali jika dikurung dalam suatu wadah yang tetap.
Segitiga api mengilustrasikan hubungan antara tiga elemen dasar yang
diperlukan untuk membangkitkan api. Tiga eleman dasar yang dibutuhkan untuk
membangkitkan api adalah senyawa oksigen, bahan bakar yang dapat terbakar dan
mengandung energi, serta sumber api atau sumber panas. Jika salah satu dari ketiga
eleman dasar tersebut telah habis, maka api akan padam, atau reaksi pembakaran
tidak dapat dilanjutkan dengan baik. Ketiga elemen dasar yang dapat mebangkitkan
api tersebut digambarkan di dalam sebuah segitiga, yang sangat umum dikenal
sebagai segitiga api. Berikut ini akan disajikan gambar segitiga api.

Gambar 2.3 Segitiga Api


Pada gambar 2.3 di atas heat yang dimaksud merupakan panas dalam jumlah
yang cukup untuk penyalaan. Panas tersebut dapat bersumber dari api atau sumber
panas, yang pada awalnya disediakan atau didapatkan dari sumber di luar sistem

pembakaran, misalnya dari korek api, kilat ketika hujan, percikan listrik, dan sumbersumber api lainnya. Panas yang didapatkan dari luar sistem tersebut akan mulai
memutuskan ikatan kimia di dalam bahan bakar, yang pada umumnya merupakan
senyawa organik. Pemutusan awal ikatan kimia di dalam bahan bakar merupakan
reaksi yang eksoterm atau menghasilkan energi panas. Energi panas yang dihasilkan
dari pemutusan awal tersebut akan digunakan sebagai energi untuk pemanasan ikatan
kimia berikunya di dalam bahan bakar. Api menyala ketika panas yang dihasilkan
dari pemutusan ikatan kimia di dalam bahan bakar dapat digunakan seterusnya untuk
memutuskan ikatan-ikatan kimia lain di dalam bahan bakar. Oleh karena itu, sumber
panas hanya merupakan inisiator terbenuknya api. Setelah proses penyalaan api,
sumber panas tidak lagi dibutuhkan, melainkan api dari reaksi pembakaran akan
menghasilkan panas yang dapat digunakan oleh manusia untuk menunjang prosesproses yang akan dilakukan.
Bahan bakar pada umumnya berupa senyawa organic .Senyawa organik
merupakan senyawa yang mengandung unsur-unsur berupa karbon (C), hidrogen (H)
dan oksigen (O). Reaksi oksidasi terhadap senyawa organik pada umumnya
merupakan reaksi pemutusan rantai ikatan pada senyawa organik. Pemutusan ikatan
pada rantai senyawa organik pada umumnya menghasilkan panas. Pada proses
pembakaran, oksigen yang berperan sebagai oksidator akan bergabung, mengikat
unsur-unsur C dan H yang putus akibat energi panas dari proses pembakaran. Api
akan padam jika salah satu dari ketiga elemen dasar tidak lagi tersedia. Prinsip
segitiga api ini banyak digunakan sebagai prinsip dasar untuk menyalakan atau
memadamkan api.

2.6 TIPE NYALA API


Pada gambar 2.4 menunjukkan tipe nyala api yang berbeda dari sebuah
combustor atau burner. Perbedaan tersebut disebabkan oleh semprotan bahan bakar
dan suplai oksigen atau udara yang berbeda. Pada gambar 2.4 no 1 paling kiri kondisi
campuran kaya bahan bakar tanpa proses pencampuran awal udara-bahan bakar yang
memadai, menghasilkan yellow sooty diffusion flame. Secara bertahap ke arah kanan
proses penyemprotan bahan bakar dan pencampuran udara-bahan bakar lebih baik,
menghasilkan campuran miskin bahan bakar yang sudah tercampur sempurna dengan

udara (fully pre-mixed) menghasilkan pembakaran dan nyala api yang jauh lebih baik
dan tanpa soot (jelaga, karbon halus sisa pembakaran tidak sempurna).

Gambar 2.4 Nyala Api dari Burner

Diffusion flame adalah nyala api yang dihasilkan oleh diffusion combustion,
yaitu reaksi bahan bakar dan oksigen yang tanpa pencampuran awal yang baik. Pada
spray combustion, ini bisa disebabkan oleh butiran-butiran droplet bahan bakar hasil
semburan/semprotan/injeksi yang terlalu besar, menghasilkan pembakaran yang
terjadi pada sisi luar butiran bahan bakar menuju ke dalam yang berlangsung secara
lambat. Pre-mixed flame adalah nyala api yang dihasilkan oleh reaksi bahan bakar
dan oksigen yang telah mengalami pencampuran awal yang baik. Sebuah nyala api
umumnya merupakan campuran antara diffusion dan pre-mixed flame karena ada
bagian tertentu nyala api dimana udara dan bahan bakar tercampur dengan baik dan
pada bagian lain tercampur secara tidak memadai.
Studi baik berupa analisis teoritis maupun eksperimental mengenai kompor
pembakaran jenazah untuk Ngaben belum ditemukan, sehingga penelitian ini dimulai
dari prinsip-prinsip dasar dalam pembakaran, yang nantinya akan diaplikasikan
dalam konteks kompor pembakaran jenazah.

Gambar 2.5 Nyala Api Pada Kompor Pembakar Jenazah Sebelum


Modifikasi
Studi awal dengan pengamatan pada kompor pembakaran jenazah seperti
dalam Gambar 2.5 mengindikasikan bahwa nyala apinya didominasi oleh diffusion
flame dan fakta bahwa kompor pembakaran jenazah umumnya menggunakan bahan
bakar solar, hal ini semakin memperkuat indikasi tersebut karena bahan bakar solar
membutuhkan tekanan injeksi (penyemprotan) yang tinggi untuk menghasilkan
karakteristik semprotan bahan bakar yang menghasilkan ukuran droplet yang halus
agar menghasilkan pembakaran yang efisien.
Karakteristik geometri semprotan (spray) bahan bakar ditunjukkan dalam
Gambar 2.6. Karakteristik ini penting untuk dipahami agar sesuai dengan tujuan
penggunaan

sistem

pembakaran.

Tahapan

atomisasi

bahan

bakar

cair

direpresentasikan dalam Gambar 2.7, dimana semakin tinggi tekanan injeksi maka
butiran droplet yang dihasilkan semakin halus dan dalam konteks pembakaran akan
menghasilkan pembakaran yang lebih baik karena droplet bahan bakar bisa
bercampur dengan baik dengan udara sebelum terbakar.

Gambar 2.6 Karakteristik semprotan


(Sumber : Arthur H. Lefebvre, 1989 Atomization and Sprays)

Gambar 2.7 Tahapan Atomisasi bahan bakar cair


(Sumber : Arthur H. Lefebvre, 1989 Atomization and Sprays)

2.7 ATOMISASI (PENGABUTAN) CAIRAN


Proses pembuatan butiran cairan di dalam fase gas disebut dengan atomisasi.
Tujuan atomisasi adalah meningkatkan luas permukaan cairan dengan cara
memecahkan butiran cairan menjadi banyak butiran kecil. Proses atomisasi dimulai
dengan mendorong cairan melalui sebuah nosel. Energi potensial cairan (diukur
sebagai tekanan cairan untuk nosel hidrolik atau tekanan udara dan cairan untuk

nosel pneumatik) dengan bantuan geometri nosel menyebabkan cairan diubah


menjadi bongkahan-bongkahan kecil. Bongkahan ini selanjutnya pecah menjadi
pecahan yang sangat kecil yang biasanya disebut dengan butir (drop), butiran
(droplet), atau partikel cairan.
Setiap semburan (spray) menghasilkan suatu rentang besar butir, rentang ini
dinyatakan sebagai distribusi besar butir (drop size distribution). Distribusi besar
butiran ini tergantung pada jenis nosel dan sangat bervariasi untuk setiap jenisnya.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi besar butir adalah sifat-sifat fisik cairan, dan
kondisi operasi.

2.7.1 Hukum Bernoulli


Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan
menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya
merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa
jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan
jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama.
?

p + gh +? v2= konstan ..(2.3)


dimana:

p = tekanan fluida

= densitas fluida
v = kecepatan fluida
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi
g = percepatan gravitasi bumi

Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi-asumsi


sebagai berikut:

Aliran bersifat tunak (steady state)

Tidak terdapat gesekan (inviscid)

Dalam bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai berikut:

.(2.4)

Aliran Termampatkan
Aliran termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya besaran
kerapatan massa (densitas)
nsitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida
termampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan Bernoulli untuk aliran
termampatkan adalah sebagai berikut:

..(2.5)
di mana:
= energi potensial gravitasi per satuan massa; jika gravitasi konstan
maka
= entalpi fluida per satuan massa
Catatan:

, di mana

adalah energi termodinamika per satuan

massa, juga disebut sebagai energi internal spesifik.


Energi potensial cairan (diukur sebagai tekanan cairan untuk nosel hidrolik
atau tekanan udara dan cairan untuk nosel pneumatik) dengan bantuan
bantuan geometri
nosel menyebabkan cairan diubah menjadi bongkahan
bongkahan-bongkahan
bongkahan kecil. Bongkahan
ini selanjutnya pecah menjadi pecahan yang sangat kecil yang biasanya disebut
dengan butir (drop),
), butiran ((droplet), atau partikel cairan.
Setiap semburan (spray
spray) menghasilkan
hasilkan suatu rentang besar butir, rentang ini
dinyatakan sebagai distribusi besar butir ((drop size distribution).Distribusi
).Distribusi besar
butiran ini tergantung pada jenis nosel dan sangat bervariasi untuk setiap jenisnya.
Faktor-faktor
faktor lain yang mempengaruhi be
besar butir adalah sifat-sifat
sifat fisik cairan, dan
kondisi operasi.
Menurut Graco (1995), ada berbagai faktor yang mempengaruhi ukuran dari
butiran (droplet).
). Diantara faktor
faktor-faktor tersebut adalah sifat-sifat
sifat cairan, seperti
tegangan permukaan, viskositas, dan kerapatan.

2.7.2

Tegangan permukaan
Tegangan permukaan cenderung untuk menstabilkan cairan, mencegah cairan

menjadi butiran-butiran yang lebih kecil. Cairan dengan ketegangan permukaan


yang lebih tinggi cenderung memiliki ukuran rata-rata tetesan yang lebih besar
pada atomisasi.

2.7.3

Viskositas
Viskositas fluida memiliki pengaruh yang sama pada ukuran butiran droplet

seperti pada tegangan permukaan. Viskositas menyebabkan fluida melawan


gravitasi, cenderung untuk mencegah pemecahan cairan dan mengarah ke ukuran
droplet yang rata-rata lebih besar. Gambar 2.7 menunjukkan hubungan antara
viskositas dan ukuran droplet ketika atomisasi terjadi.

Gambar 2.8. Hubungan antara viskositas dan ukuran droplet


(Sumber : Mada Hunter Pardede, http://fateta.ipb.ac.id/index.php/Viewdocument/66-MADA-HUNTER-PARDEDE-F14060138.pdf)

2.8 Densitas
Densitas menyebabkan cairan mempertahankan akselerasi. Densitas serupa
dengan sifat-sifat baik tegangan permukaan dan viskositas, lebih tinggi cenderung
menghasilkan ukuran tetesan yang rata-rata lebih besar.
Pada proses pembuatan butiran cairan di dalam fase gas, dalam hal ini
densitas gas jauh lebih kecil dari densitas cairan. Sehingga mekanisme formasi
butiran jauh berbeda untuk perbedaan densitas yang rendah, terutama pada kecepatan
tinggi. Pengabutan banyak digunakan untuk keperluan-keperluan pengabutan bahan
bakar, pembuatan produk berbentuk granular (bongkahan), operasi perpindahan
massa, dan pelapisan permukaan (pengecatan, dan lain-lain).
Mekanisme atomisasi dilihat dari fluida kerja dapat dibagi atas atomisasi
hidrolik dan pneumatik.
a.

Atomisasi hidrolik
Pada atomisasi hidrolik, atomisasi terjadi karena tekanan cairan atau gaya

gravitasi pada cairan yang keluar pada mulut nosel dan pecah pada waktu jet
berbentuk lembaran.
b. Atomisasi pneumatik
Pada atomisasi pneumatik, atomisasi terjadi sebagai akibat saling aksi
antara cairan dengan udara yang berkecepatan tinggi. Gaya gesek antara
cairan dengan udara menyebabkan terdisintegrasinya cairan menjadi butiran.
Jika ditinjau proses pencampuran dengan udara dengan cairan, nosel
pneumatik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis pencampuran dalam
dan pencampuran luar.
2.9 BURNER DENGAN BAHAN BAKAR CAIR
Didalam pembakaran dari bahan bakar cair, diperlukan suatu proses
penguapan atau proses atomisasi bahan bakar. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan
percampuran yang baik dengan udara pembakaran. Minyak bakar distilat bisa
terbakar dengan api yang biru jika secara sempurna bahan bakar ini diuapkan dan
tercampur merata (homogenous) dengan udara sebelum terbakar. Burner yang
digunakan untuk membakar bahan bakar dalam bentuk uap atau bentuk atom-atom

(spray-droplet.) sebelum terbakar berbeda konstruksi dasarnya, yaitu vaporizing


burner dan atomizing burner.
-

Vaporizing Burner
Burner jenis ini menggunakan panas dari api untuk menguapkan bahan

bakar secara terns menerus. Prinsip penguapan ini dipakai pada kompor lidah api
(blow torch) terlihat pada gambar 2.9, kompor tipe pot, lampu minyak tanah dan
Iain-lain.
Cara kerja kompor lidah api tersebut adalah dengan memanaskan minyak
bakar yang dialirkan ke koil pipa pemanas. Panas didapat dari radiasi lidah api
yang diselubungi oleh koil. Uap bahan bakar yang terbentuk kemudian
disemprotkan oleh nozzle dengan tekanan yang sama dengan tekanan minyak
cair.
Setelah keluar dari nozzle, uap bahan bakar akan bercampur dengan udara
dan terbakar membentuk lidah api (torch).
Lidah api akan berwarna kuning, dan apabila suhu uapbahan bakar terlalu
tinggi maka akan terbentuk nyala api biru yang mempunyai sifat tidak stabil.

Gambar 2.9 Kompor Lidah Api ( Blow Torch )


(Sumber : Tjokrowisastro dan Widodo, Teknik Pembakaran Dasar dan Bahan
Bakar, 1990)
Vaporizing burner dibuat dengan kapasitas 30 - 40 l/jamdengan tekanan
bahan bakar 0,5 - 3,5 kg/cm2. Bahan bakar yang digunakan adalah minyak tanah
(kerosine), naphta, bahan bakar minyak no.l, bensin dan Iain-lain. Khusus untuk
bahan bakar minyak no.l tidak bisa digunakan pada vaporizing burner tipe tekan
karena adanya deposit karbon yang berlebihan pada pipa pemanas.

Atomizing oil Burner


Pada atomizing oil burner bahan bakar diatomisasikan dalam bentuk

spray droplet dengan tekanan7-20 kg/cm2 atau diatomisasi oleh udara/uap


dengantekanan 0,1 - 15 kg/cm.
Udara pembakaran dimasukkan kedalam tungku bersama-sama dengan
bahan bakar.
Tabel :2.1 Kebutuhan Power,fluida untuk atomizing burner
Media Atomisasi

Per cc / s (0,951gal/h minyak)


Power, KW

Fluida

Udara tek. rendah 6,9 kpa

0,071

4,5-6,7 dm3/s

Udara tek.tinggi 0,52 MP a

0,284

1,1-1,4 dm3/s

Uap

0,851

0,85-3,5 kg

Mekanis

0,0227

Rotary-Cup burner

0,0355

Suatu peralatan yang berbentuk vane atau sekat (baffle) biasanya dipasang
untuk memperoleh percampuran yang lebih baik antara bahan bakar dan udara.Untuk
menghindari adanya lidah api yang menumbuk pada dinding tungku maupun maupun
komponen lainnya perlu diperhatikan juga mengenai peralatan pemasukan udara,
bentuk semprotan dan Iain-lain. Apabila terdapat lidah api yang menumbuk, maka
akan menyebabkan adanya jelaga atau deposite karbon keras dan atau gerusan pada
dinding tungku bakar. Untuk membuat nyala api stabil , kecuali untuk tungku bakar
kecil, semprotan bahan bakar minyak dan udara biasanya dimasukkan kedalam
tungku bakar dengan melalui suatu penyala (ignition tile). Volume ruang bakar/
tungku bakar harus disesuaikan untuk menyediakan waktu bagi kesempurnaan
pembakaran. Kecepatan pembebasan panas dari peralatan pembakaran ini tergantung
pada sifat bahan bakar,konsentrasi udara lebih (excess air concentration), udara
bahan bakar dan tingkat asap yang diijinkan.
Dari cara atomisasinya maka atomizing oil burner dapat dibedakan menjadi 4
jenis.
a. Steam air atomizing burner
b. Mechanical/oil pressure atomizing burner

c. Centrifuging /rotary cup atomizing burner


d. High-intensitas burner.

2.10 DEFINISI BAHAN BAKAR


Bahan bakar ( fuel ) merupakan suatu bahan ( material ) yang di konsumsi
untuk menghasilkan energi. Bahan bakar didefinisikan sebagai senyawa kimia,
terutama tersusun atas karbon dan atau hydrogen, yang bila direaksikan dengan
oksigen pada tekanan dan suhu tertentu akan menghasilkan produk berupa gas dan
sejumlah energi panas. Bahan bakar diklasifikasikan menurut kondisi fisiknya yaitu
bahan bakar padat, cair, dan gas.
2.10.1

Minyak Solar
Solar adalah hasil dari pemanasan minyak bumi antara 250-340C, dan

merupakan bahan bakar mesin diesel. Solar tidak dapat menguap pada suhu tersebut
dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.
Umumnya, solar mengandung belerang dengan kadar yang cukup tinggi. Kualitas
minyak solar dinyatakan dengan bilangan setana. Angka setana adalah tolak ukur
kemudahan menyala atau terbakarnya suatu bahan bakar di dalam mesin diesel. Saat
ini,

Anda mungkin juga menyukai