Anda di halaman 1dari 75

DRAFT PETUNJUK UMUM

PROGRAM PENINGKATAN
PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
HORTIKULTURA RAMAH
LINGKUNGAN
TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL HOLTIKULTURA


KEMENTERIAN PERTANIAN
2014

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki
nilai ekonomi yang tinggi dan potensi agribisnis yang sangat besar untuk
dikembangkan terutama untuk peningkatan pendapatan bagi
masyarakat, khususnya petani baik berskala kecil hingga skala besar.
Produk hortikultura memiliki beberapa keunggulan baik nilai jual yang
tinggi, keragaman jenis, dan serapan pasar dalam dan luar negeri yang
terus mengalami peningkatan permintaan baik dalam bentuk segar
maupun olahan. Produk hortikultura nasional saat ini diarahkan
terutama untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri melalui
pasar tradisional dan pasar modern maupun pasar luar negeri (ekspor).
Ketersediaan sumberdaya hayati yang berupa jenis tanaman dan
varietas yang banyak dan ketersediaan sumberdaya lahan, apabila
dikelola secara optimal akan menjadi sumber kegiatan usaha ekonomi
yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan dan penyediaan
lapangan kerja di pedesaan. Kondisi ini belum dimanfaatkan secara
optimal dalam rangka memperkuat pembangunan subsektor
hortikultura.
Kementerian Pertanian telah menetapkan sebanyak 323 jenis produk
hortikultura yang meliputi 60 jenis buah-buahan, 80 jenis sayuran, 66
jenis tanaman obat, dan 117 jenis tanaman hias. Berbagai jenis
komoditas hortikultura tersebut terdapat 13 (tiga belas) komoditas
utama hortikultura yaitu aneka cabai, bawang merah, jeruk siam,
bawang putih, kentang, mangga, manggis, pisang, durian, jahe,
temulawak, anggrek, dan krisan.
Pengembangan sub sektor hortikultura pada tahun 2015 lebih diarahkan
terutama pada pengembangan komoditas strategis hortikultura yaitu
aneka cabai (cabai besar dan rawit), bawang merah, dan jeruk. Selain itu,
pengembangan sub sektor hortikultura juga diarahkan pada
pengembangan komoditas unggulan nasional dan komoditas spesifik
lokasi agar meningkatkan skala usaha pengembangan hortikultura.
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Komoditas cabai dan bawang merah telah secara nyata berkontribusi


pada terjadinya inflasi nasional, selain itu jumlah buah impor yang
berdatangan ke pasar lokal seperti jeruk membuat menurunnya
pendapatan petani lokal hingga dapat mematikan pasar jeruk lokal. Oleh
karena itu, komoditas tersebut menjadi komoditas strategis utama yang
mendapat perhatian bagi pemerintah (pusat) dalam usahanya
melakukan stabilisasi harga melalui peningkatan produksi dan
perbaikan mutu produk.
Pembangunan hortikultura bertujuan untuk mendorong tumbuh
kembangnya agribisnis hortikultura yang mampu menghasilkan produk
yang berdaya saing, ramah bagi lingkungan, mampu menyerap tenaga
kerja, meningkatkan pendapatan petani dan pelaku usaha, memperkuat
perekonomian wilayah untuk mendukung pertumbuhan pendapatan
nasional.
Pengembangan sub sektor hortikultura merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya; 1) Pelestarian lingkungan dan penciptaan
lingkungan asri, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan,
2) Menarik investasi skala kecil dan menengah, 3) Pengendalian
inflasi dan stabilisasi harga komoditas strategis (cabai merah dan
bawang merah), 4) Pelestarian dan pengembangan identitas nasional
(anggrek, jamu, dll), 5) Peningkatan ketahanan pangan melalui
penyediaan karbohidrat alternatif, dan 6) Menunjang pengembangan
sektor pariwisata.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam usaha hortikultura,
diantaranya rendahnya produktivitas, lokasi yang terpencar, skala usaha
sempit dan belum efisien, kebijakan dan regulasi di bidang perbankan,
transportasi, ekspor dan impor belum sepenuhnya mendukung pelaku
agribisnis hortikultura nasional. Hal ini menyebabkan produk
hortikultura nasional kurang mampu bersaing dengan produk
hortikultura yang berasal dari negara lain. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kontribusi sub sektor hortikultura ke depan diperlukan
dukungan semua pihak yang terkait secara terintegrasi sesuai tugas dan
fungsinya.
Pengembangan sub sektor hortikultura dalam perspektif paradigma
baru tidak hanya terfokus pada upaya peningkatan produksi komoditas
saja namun terkait dengan isu-isu strategis dalam pembangunan secara
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

luas. Pembangunan sub sektor hortikultura juga mengacu pada


pencapaian target sukses Kementerian Pertanian yaitu: peningkatan
diversifikasi pangan; peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor
dan peningkatan kesejahteraan petani. Selain itu, pengembangan sub
sektor hortikultura juga untuk mengantisipasi meningkatnya nilai impor
komoditas hortikultura dan sebaliknya harus mampu meningkatkan nilai
ekspor. Pembangunan sub sektor hortikultura juga diharapkan dapat
mendukung percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Papua
Barat serta di wilayah perbatasan, tertinggal dan terluar.
Pembangunan sub sektor hortikultura pada berbagai sentra dan
kawasan mendapatkan dukungan fasilitasi dari pemerintah, melalui
berbagai program dan kegiatan baik dengan dana dari pusat (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara-APBN) dan daerah (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah-APBD), serta dukungan dari masyarakat
(petani) dan swasta. Dukungan fasilitasi melalui anggaran Direktorat
Jenderal Hortikultura merupakan stimulan atau pengungkit dalam
memuwujudkan petani dan pelaku usaha hortikultura yang mandiri dan
berkelanjutan dalam menjalankan usahanya.
Selain itu, konsep pengembangan kawasan diperluas ke dalam berbagai
definisi melalui penetapan kebijakan, diantaranya adalah desain utama
(grand design) pengembangan kawasan pertanian, Strategi Induk
Pembangunan Pertanian Jangka Panjang (SIPP), pengembangan kawasan
/ cluster yang kesemuanya bemuara pada peningkatan produksi dan
produktivitas hortikultura.
Kompleksitas kebijakan operasional pelaksanaan kegiatan semakin
diperketat
dengan
kebijakan
penyempurnaan
penganggaran
pelaksanaan kegiatan sebagai konsekuensi dari penerapan sistem
penganggaran
terpadu
berbasis
kinerja
agar
terdapat
pertanggungjawaban yang jelas kepada rakyat. Penyempurnaan
dilakukan secara bertahap, diantaranya melalui kebijakan penggunaan
belanja bantuan sosial.
Penerapan sistem penganggaran terpadu berbasis kinerja, membawa
konsekuensi akan pentingnya pengaturan sistem dan mekanisme
perencanaan pembangunan yang mengakomodasi semangat reformasi
yang lebih demokratis, desentralistik, sinergis, komprehensif dan
berkelanjutan. Sistem penganggaran yang lebih responsif diperlukan
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

guna memenuhi tuntutan peningkatan kinerja dalam bentuk hasil


pembangunan, kualitas layanan, dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya
serta mempermudah pencapaian sasaran program pembangunan
pertanian, khususnya subsektor hortikultura secara efektif, efisien,
akuntabel dan terukur.
Dalam rangka mencapai efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan
anggaran kinerja subsektor hortikultura dan untuk menselaraskan
antara rancangan program dengan pelaksanaan kegiatan di lapangan
serta untuk mengurangi terjadinya perubahan rancangan kegiatan yang
semula sudah tersusun, diperlukan suatu acuan pelaksanaan kegiatan
pengembangan agribisnis hortikultura.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan yang ingin dicapai dari Petunjuk Umum Peningkatan Produksi
dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan Tahun 2015 adalah:
1. Memberikan acuan, kerangka kerja, petunjuk dan tolak ukur bagi
pelaksanaan kegiatan pengembangan hortikultura yang berbasis
kinerja.
2. Meningkatkan pemahaman bagi para pelaksana kegiatan dalam
menyusun kegiatan dan anggaran berbasis kinerja.
3. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program dan
kegiatan pengembangan hortikultura .
4. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, ketertiban dan transparansi serta
tanggung jawab bagi pelaksana kegiatan sehingga memudahkan
pelaporan dan evaluasi kinerja pelaksanaan pengembangan sub
sektor hortikultura.
Sasaran yang ingin dicapai dari buku Petunjuk Umum Peningkatan
Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan Tahun 2015
adalah:
1. Terlaksananya kegiatan pembangunan sub sektor hortikultura
sebagai implementasi dari program pembangunan hortikultura.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

2. Meningkatnya koordinasi dan keterpaduan perencanaan serta


pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan sub sektor
hortikultura, baik antar sub sektor maupun antar pusat dan daerah.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup substansi Petunjuk Umum Peningkatan Produksi dan
Produktivitas Hortikultura Ramah Lingkungan Tahun Anggaran 2015
meliputi:
1. Sasaran,

Program,

Strategi

dan

Kebijakan

Pengembangan

Hortikultura Tahun 2015


2. Kegiatan Pengembangan Sub Sektor Hortikultura Tahun 2015
3. Sistem Pelaporan Keuangan dan Perlengkapan
4. Pemantauan (Monitoring), Evaluasi dan Pelaporan Kinerja

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB II
SASARAN, PROGRAM, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN SUB SEKTOR HORTIKULTURA
TAHUN ANGGARAN 2015

A. Sasaran
Peran pemerintah pusat maupun daerah sangat menentukan dalam
pengembangan dan penyelenggaran agribisnis hortikultura. Ke depan
peran pemerintah lebih fokus sebagai fasilitator dan dinamisator, dan
lebih mendorong peranan swasta dan masyarakat. Sinergi pemerintah
dan swasta serta masyarakat akan menghasilkan kinerja berupa
peningkatan produksi dan produktivitas hortikultura yang ramah
lingkungan sehingga dengan adanya sinergitas tersebut akan dicapai
pengembangan hortikultura yang berdaya saing sehingga pendapatan
masyarakat dapat meningkat ke arah yang lebih baik begitu pula dengan
tingkat kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Direktorat Jenderal
Hortikultura mengalokasikan sejumlah anggaran melalui pola penyaluran
dana dekonsentrasi bagi Dinas Pertanian tingkat provinsi beserta UPTnya dan dana tugas pembantuan kepada Dinas Pertanian tingkat
kabupaten/kota. Dana APBN tahun 2015 yang sangat terbatas tersebut,
harus digunakan dengan sebaik-baiknya dengan mengacu kepada prinsip
efektif dan efisien agar sasaran pengembangan hortikultura tahun 2015
dapat dicapai.
Adapun sasaran program pengembangan hortikultura tahun 2015 adalah
meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman hortikultura yang
ramah lingkungan. Sedangkan sasaran kegiatan per eselon II lingkup
Ditjen Hortikultura adalah :
1. Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman buah yang ramah
lingkungan
2. Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman florikultura yang
ramah lingkungan
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

3. Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman sayuran dan


tanaman obat yang ramah lingkungan
4. Berkembangnya
lingkungan

sistem perbenihan

hortikultura

yang

ramah

5. Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura


yang aman konsumsi, berdaya saing dan berkelanjutan, dan
terkelolanya serangan OPT secara ramah lingkungan dalam
pengamanan produksi hortikultura
6. Meningkatnya Pengelolaan dalam Mendukung Pelaksanaan Kegiatan
Pengembangan Hortikultura.
Secara rinci target produksi dan kinerja pengembangan hortikultura
disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Target Produksi Hortikultura Tahun 2015
KOMODITAS

PRODUKSI

a.

Buah

1)

Jeruk Siam (ton)

1.587.103

2)

Mangga (ton)

2.236.786

3)

Manggis (ton)

142.394

4)

Durian (ton)

896.125

5)

Pisang (ton)

6.392.306

6)

Buah-buahan lainnya (ton)

7.970.310

Total Buah (ton)

19.225.025

b.

Sayuran

1)

Cabai Besar (ton)

1.043.929

2)

Cabai Rawit (ton)

735.375

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

3)

Bawang Merah (ton)

4)

Bawang Putih

16.397

5)

Kentang (ton)

1.296.445

6)

Sayuran lainnya (ton)

9.361.118

Total Sayuran (ton)

1.061.716

13.514.981

c.

Tanaman Obat

1)

Temulawak (ton)

2)

Jahe (ton)

163.050

3)

Tanaman Obat lainnya (ton)

342.350

Total Tanaman Obat (ton)

37.448

542.849

d.

Tanaman Florikultura

1)

Anggrek (Tangkai)

2)

Krisan (Tangkai)

427.487.181

3)

Bunga dan Daun Potong lainnya


(tangkai)

226.839.975

4)

Tan. Hias Pot dan Lansekap (pohon)

13.026.904

5)

Bunga Tabur (melati) (kg)

23.591.630

21.689.665

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Tabel 2. Target Kinerja Pengembangan Hortikultura Tahun 2015 *)


No

Kegiatan/Indikator

I.

Peningkatan Produksi dan Produktivitas

Target 2015

Produk Buah Ramah Lingkungan


A. Pengembangan Kawasan Tanaman Buah (Ha)

6.307

B. Registrasi Kebun Tanaman Buah (Kebun)

870

C. Fasilitas Pengelolaan Pascapanen Tanaman

615

Buah (unit)
II.

Peningkatan Produksi dan Produktivitas


Produk Florikultura Ramah Lingkungan
A. Kawasan Tanaman Florikultura (M)

450.000
50

B. Registrasi Lahan Usaha Tanaman Florikultura


(Lahan Usaha)
C. Fasilitas Pengelolaan pascapanen Tanaman

200

Florikultura (unit)
III.

Peningkatan Produksi dan Produktivitas


Produk Sayuran dan Tanaman Obat Ramah
Lingkungan
A. Kawasan Tanaman Sayuran (Ha)
B. Kawasan Tanaman Tanaman Obat (Ha)
C. Registrasi Lahan Usaha Tanaman Sayuran

5.553
751
1200

dan Tanaman Obat (Lahan Usaha)


D. Fasilitas Pengelolaan Pascapanen Tanaman

742

Sayuran dan Tanaman Obat (Unit)


IV.

Pengembangan Sistem Perbenihan


Hortikultura
A. Lembaga Perbenihan Hortikultura (Lembaga)

160

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

No

Kegiatan/Indikator

Target 2015

B. Benih Tanaman Sayuran Bermutu (Kg)

950.000

C. Benih Tanaman Florikultura Bermutu (Benih)


D. Benih Tanaman Obat Bermutu (Kg)

35.000

E. Benih Tanaman Buah Bermutu (Batang)


V.

Pengembangan

Sistem

5.700.000
970.000

Perlindungan

Tanaman Hortikultura Ramah Lingkungan


A. Pengembangan

Lembaga

Perlindungan

310

Tanaman (unit)
B. Pengelolaan OPT Ramah Lingkungan (kali)
C. Penerapan PHT (Kelompok)

2.045
660

D. Dampak Perubahan Iklim (Rekomendasi)


VI.

75

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya


pada Direktorat Jenderal Hortikultura
A. Lembaga
Penggerak

Pengembangan
Membangun

Hortikultura

240

Desa

(PMD)/Kelompok Tani Pada Area Periurban


(Kelompok)
B. Pelayanan Manajemen (Bulan)

12

C. Laporan Kinerja (Laporan)


*) Keterangan : Data Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun
2015 -2019 dan Rekapitulasi RKAKL Direktorat Jenderal
Hortikultura Tahun 2015.

B. Program Pengembangan Hortikultura


Sesuai dengan Pedoman Reformasi Perencanaan dan Penganggaran,
Direktorat Jenderal Hortikultura mempunyai satu program yaitu
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Secara ringkas program dan kegiatan prioritas Direktorat Jenderal


Hortikultura disajikan pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Program dan Kegiatan Utama Direktorat Jenderal
Hortikultura Tahun 2015
KODE
018.04.0
7

PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA


Program
Peningkatan
Produksi
Hortikultura Ramah Lingkungan

dan

Produktivitas

1769

Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Buah Ramah


Lingkungan

1770

Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Florikultura


Ramah Lingkungan

1771

Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan


Tanaman Obat Ramah Lingkungan

1772

Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura

1773

Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura


Ramah Lingkungan

1774

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat


Jenderal Hortikultura

C. Strategi
Strategi yang dikembangkan untuk mencapai sasaran, program dan
kegiatan pengembangan sub sektor hortikultura diantaranya meliputi :
1.

Pengembangan Kawasan/Penataan Kebun


Berdasarkan Undang-undang nomor 13 tahun 2010 tentang
hortikultura dan Permentan nomor 50 tahun 2012 tentang

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

pengembangan kawasan pertanian, sangat jelas tertera bahwa


pemerintah pusat berkewajiban melakukan pengembangan kawasan
hotikultura nasional, sedangkan pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota berkewajiban melakukan pengembangan kawasan
hortikultura di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Pengembangan
agribisnis hortikultura memerlukan keterkaitan antara semua
pemangku kepentingan dalam zone produksi agar proses budidaya
dan pascapanen di basis-basis produksi komoditas hortikultura dapat
berlangsung dengan baik.
Kawasan dalam arti sempit merupakan satu kesatuan wilayah dengan
kesamaan ekosistem dan disatukan oleh fasilitas infrastruktur
ekonomi yang sama dalam membentuk kawasan yang berisi berbagai
kegiatan usaha mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya,
penanganan dan pengolahan pascapanen dan pemasaran serta
berbagai kegiatan pendukung lainnya. Sedangkan dalam terminologi
sub hortikultura, kawasan agribisnis hortikultura merupakan suatu
hamparan areal budidaya hortikultura yang disatukan oleh satu
kesatuan fasilitas infrasturktur ekonomi melalui pendekatan kawasan
diharapkan dapat dicapainya skala minimal pengusahaan untuk
menghasilkan produk yang nantinya sesuai dengan kebutuhan pasar
dan industri pengolahan.
Pengembangan kawasan hortikultura di tahun 2015 secara umum
akan diimplementasikan melalui kegiatan bantuan sarana produksi,
bantuan sarana budidaya, pemberdayaan kelembagaan, pembinaan,
dan pembuatan pedoman-pedoman. Pelaksanaan kegiatan tersebut
dilakukan secara langsung oleh Direktorat Jenderal Hortikultura dan
didukung oleh dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan Dinas
Pertanian di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Selain itu,
pengembangan kawasan hortikultura juga dilakukan melalui
pengembangan taman hortipark dengan pemanfaatan lahan yang
dimiliki
negara
(pemerintah
provinsi
atau
pemerintah
kabupaten/kota).
Kegiatan
tersebut
bertujuan
untuk
mengintegrasikan beragam fungsi dari pengembangan komoditas
hortikultura tidak hanya dari aspek peningkatan pendapatan tetapi

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

juga aspek agribisnis lainnya, edukasi, wisata, serta pelestarian


lingkungan.
Tujuan pengembangan kawasan hortikultura adalah (1) perluasan
kawasan sehingga memenuhi skala ekonomi/komersial; (2)
pemantapan kawasan dengan memperbaiki sarana prasarana
budidaya, panen dan pascapanen, manajemen produksi dan
peningkatan kapabilitas petani dan petugas; (3) peningkatan
produksi dan produktivitas produk, (4) pengembangan
keanekaragaman usaha hortikultura yang menjamin kelestarian
fungsi dan manfaat lahan, (5) menciptakan lapangan kerja, (6)
meningkatkan tata kelola kebun produksi di tingkat petani /
Gapoktan, (7). Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan, (8)
Meningkatkan kesempatan berusaha, pendapatan masyarakat
pedesaan dan negara, dan (9) Meningkatkan ikatan komunitas
masyarakat disekitar kawasan.
Manfaat dari pengembangan kawasan hortikultura diantaranya; (1)
mempermudah penanganan berbagai komoditas hortikultura secara
terpadu sesuai dengan kesamaan karakteristiknya, (2) Membuka
kesempatan semua komoditas hortikultura yang penting di suatu
kawasan ditangani secara proposional serta mengurangi keinginan
daerah menangani komoditas prioritas nasional yang tidak sesuai
untuk daerahnya, (3) Menjadi wahana bagi pelaksana desentralisasi
pembangunan secara nyata dengan pembagian dan keterkaitan fungsi
antar tingkatan pemerintah secara lebih proposional, (4) Mendorong
sinergi dari berbagai sumberdaya, dan (5) memberikan insentif bagi
para pelaksana di kabupaten, (6) mempercepat pertumbuhan
pendapatan, penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya sektor-sektor
usaha terkait (Backward and forward linkages).
2.

Peningkatan Mutu Produk Hortikultura


Peningkatan mutu produk hortikultura merupakan upaya untuk
meningkatkan produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan
petani agar memenuhi standar keamanan pangan, dinamika
preferensi konsumen, dan memiliki daya saing terhadap berbagai
komoditas hortikultura dari negara lain. Kegiatan peningkatan mutu
produk hortikultura akan difokuskan pada penerapan GAP (Good

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Agriculture Practices) dan GHP (Good Handling Practices), registrasi


kebun/lahan usaha, fasilitasi sarana budidaya dan pascapanen seperti
pendingin, sarana penyimpan, dan distribusi, serta implementasi
inovasi teknologi budidaya yang ramah lingkungan seperti
penggunaan sarana budidaya screen house/netting house pada
sejumlah komoditas hortikultura untuk mengurangi dampak
perubahan cuaca maupun serangan OPT. Disamping itu perlu
harmonisasi standar sistem produksi berbasis GAP dan standar mutu
produk dengan negara tujuan ekspor.
Penerapan GAP melalui SOP yang spesifik lokasi, spesifik komoditas
dan spesifik sasaran pasarnya, dimaksudkan untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan petani melalui
proses produksi yang ramah lingkungan agar memenuhi persyaratan
konsumen dan memiliki daya saing tinggi dibandingkan dengan
produk padanannya dari luar negeri.
Penerapan GAP di Indonesia didukung dengan telah terbitnya
Peraturan Menteri Pertanian No. 48/Permentan/OT.140/10/2009,
tanggal 19 Oktober 2009 tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur
yang Baik (Good Agricultural Practices For Fruit and Vegetable).
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor:
57/
permentan/
OT.140/9/2012 tentang Pedoman Budidaya Tanaman Obat Yang Baik
(good agriculture practices for medicinal crops). Dengan demikian
penerapan GAP oleh pelaku usaha/ petani mendapat dukungan legal
dari pemerintah pusat maupun daerah.
Tujuan dari penerapan GAP diantaranya; (1) Meningkatkan produksi
dan produktivitas, (2) Meningkatkan mutu hasil hortikultura
termasuk keamanan konsumsi, (3) Meningkatkan daya saing, (4)
Memperbaiki efisiensi penggunaan sumberdaya alam, (5)
Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan
sistem produksi yang berkelanjutan, (6) Mendorong petani dan
kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab
terhadap kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan, (7)
Meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar internasional, (8)
Memberi jaminan keamanan terhadap konsumen, sedangkan sasaran
yang akan dicapai adalah terwujudnya keamanan pangan,
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

produktivitas tinggi, jaminan mutu, usaha agribisnis hortikultura


berkelanjutan dan peningkatan daya saing.
3.

Penguatan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura


Pengembangan sistem perlindungan tanaman hortikultura memiliki
peran menjamin produksi, mutu, dan keamanan pangan.
Keberhasilan perlindungan tanaman dicerminkan dalam menurunnya
kerusakan dan kehilangan hasil tanaman karena serangan OPT dan
dampak perubahan iklim, serta menurunnya cemaran pestisida dan
bahan berbahaya lain pada produk hortikultura sehingga memenuhi
persyaratan keamanan pangan.
Fungsi perlindungan hortikultura dalam pengamanan produksi dari
serangan OPT dan memperkuat pengawalan mutu produk baik di
tingkat konsumen domestik dan luar negeri sangat penting, utamanya
dalam rangka peningkatan produksi yang berorientasi kepada daya
saing dan pengelolaan OPT secara ramah lingkungan. Pengelolaan
dan pengendalian OPT dalam bentuk gerakan pengendalian OPT
dilakukan bersama-sama petani (beserta kelembagaan kelompoknya
yaitu klinik PHT/PPAH) dan pemerintah (Dinas Pertanian tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota, UPTD BPTPH, LPHP, LPAH serta instansi
terkait lainnya sebagai pendamping. Penanganan OPT harus
dilakukan secara ramah lingkungan dengan menggunakan sarana
produksi hortikultura yang ramah lingkungan (pupuk, zat pengatur
tumbuh/ZPT dan bahan pengendali OPT/agens hayati) untuk
menghasilkan produk hortikultura yang memenuhi persyaratan
keamanan pangan sesuai amanat Undang-undang Hortikultura
Nomor 13 Tahun 2010.
Penguatan sistem perlindungan tanaman hortikultura akan diarahkan
dalam rangka pengembangan penerapan PHT skala luas (Area Wide
Integrated Pest Management-IPM, Area Low Pest Prevalence-ALPP
lalat buah), pengembangan agro klinik, pengembangan Musuh Alami
dan Agens Hayati, pengembangan Biopestisida, adaptasi dan mitigasi
iklim serta sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SLPHT).

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

4.

Penguatan Sistem Perbenihan Hortikultura


Keberhasilan pengembangan hortikultura tidak lepas dari
ketersediaan benih hortikultura bermutu. Untuk menghasilkan
produk hortikultura bermutu prima dibutuhkan benih bermutu
tinggi, yaitu benih yang mampu mengekspresikan sifat-sifat unggul
dari varietas yang diwakilinya. Oleh karena itu, diperlukan penguatan
sistem perbenihan untuk meningkatkan produksi, memperbaiki mutu
dan distribusi, serta meningkatkan pengawasan peredaran dan
penggunaan benih bermutu dalam kegiatan agribisnis hortikultura.
Penguatan sistem perbenihan akan diarahkan dalam rangka
pengembangan sistem perbenihan yang murah, tepat waktu dan
mudah dijangkau petani.
Penguatan kelembagaan dilakukan terhadap kelembagaan
pemerintah yang terdiri Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
(BPSB) dan Balai Benih Hortikultura (BBH), serta kelembagaan
swasta seperti penangkar benih dan produsen benih. Sebagai Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di bidang perbenihan, peran BBH
dan BPSBTPH sangat penting dalam penyediaan benih bermutu untuk
mendukung pengembangan kawasan.
Balai Benih Hortikultura (BBH) merupakan institusi penyedia benih
bermutu di bawah koordinasi pemerintah daerah yang
bertanggungjawab untuk menjamin tersedianya benih bermutu.
Selain itu, ketersediaan benih bermutu sangat ditentukan oleh
dukungan penangkar yang handal.
Balai Pengawasan Benih dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPSB-TPH) merupakan institusi yang membina
sertifikasi dan mengawasi peredaran benih di lapangan.
Penguatan sistem perbenihan juga difokuskan pada revitalisasi balai
benih melalui penyediaan benih sumber sesuai dengan masterplan
pengembangan kawasan dan koleksi varietas serta pembinaan
penangkar, asosiasi penangkar, koperasi penangkar dan perusahaan
benih lokal. Selain itu, perlu pula dilakukan sosialisasi untuk
meningkatkan pemahaman petani akan manfaat penggunaan benih
bermutu.
Penggunaan benih hortikultura harus direncanakan minimal 2 tahun
sebelumnya, sehingga kebutuhan benih untuk pengembangan

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

kawasan dapat terpenuhi tepat pada waktunya. Diperlukan


pembinaan
baik
teknis
maupun
manajerial
kepada
produsen/penangkar benih agar mampu menyediakan benih
bermutu sesuai dengan prinsip 7 tepat (jenis, varietas, mutu, jumlah,
waktu, lokasi, dan harga).
5.

Penguatan Kelembagaan Hortikultura


Kelembagaan usaha sangat penting untuk meningkatkan posisi tawar
petani dan daya tawar saing rantai pasok. Untuk itu perlu dibangun
kelembagaan yang mampu memperkuat kerjasama antara kelompok
tani / gapoktan / asosiasi ataupun kerjasama antar pedagang.
Integrasi vertikal merupakan kerjasama antara pelaku usaha dalam
segmen yang berbeda, yaitu antara kelompok tani dengan pedagang,
termasuk di dalamnya kerjasama tri-partite antara kelompok tani,
pedagang dan asosiasi.
Untuk meningkatkan posisi tawar petani dan meningkatkan
efektivitas dan efisiensi usaha diperlukan pembentukan dan
pengaktifan kelompok-kelompok tani dan gabungan kelompok tani
(gapoktan) serta asosiasi. Keberadaan gabungan kelompok tani dan
asosiasi akan memudahkan dalam mensosialisasikan, menerapkan
teknologi dan mengakses sumber-sumber pembiayaan, dengan
demikian skala usaha menjadi lebih besar dan ekonomis.
Pemberdayaan kelompoktani dan Gapoktan diarahkan pada
peningkatan kemampuan agribisnis secara keseluruhan, sehingga
tidak terfokus pada aspek budidaya saja.
Pemberdayaan kelembagaan hortikultura diimplementasikan melalui
penyaluran berbagai bantuan dari pemerintah melalui kelompok tani
dan berbagai kegiatan yang menumbuhkan pembinaan agribisnis
hortikultura melalui kemitraan langsung antara tokoh agribisnis
hortikultura dengan kelompok tani hortikultura dan pemebrian
dukungan promosi dan reward kepada kelompok tani unggul.

6.

Penanganan Pascapanen Hortikultura


Karakteristik
komoditas
hortikultura
bersifat
volumunios
(membutuhkan tempat yang besar) dan perishable (mudah rusak)

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

sehingga dibutuhkan penanganan pascapanen yang cepat dan tepat.


Hal utama yang timbul akibat penanganan yang kurang tepat dan
cepat tersebut adalah tingginya kehilangan atau kerusakan hasil. Hal
ini disebabkan antara lain penanganan pascapanen produk
hortikultura yang masih dilakukan secara tradisional atau
konvensional dibandingkan kegiatan pra panen. Terlihat bahwa
masih rendahnya kesadaran petani/Gapoktan dalam menerapkan
penggunaan teknologi, dan sarana panen/pascapanen, akses
informasi dalam penerapan teknologi dan sarana pascapanen juga
terbatas sehingga menjadi kendala dalam peningkatan kemampuan
dan pengetahuan petani/pelaku usaha. Penanganan pascapanen
hortikultura secara umum bertujuan untuk memperpanjang
kesegaran dan menekan tingkat kehilangan hasil yang dilaksanakan
melalui pemanfaatan sarana dan teknologi yang baik.
7.

Akselerasi Akses Pembiayaan dan Kemitraan


Akselerasi akses pembiayaan akan diarahkan dalam rangka fasilitasi
kemudahan mendapatkan akses skim kredit seperti KKPE, KUR.
Disamping itu juga diberikan fasilitasi sarana produksi kepada
kelompok binaan penggerak membangun desa (PMD) untuk
mendukung pengembangan usaha agribisnis hortikultura. Penguatan
kemitraan juga akan tetap dibangun dengan membangun program
coorporate social responsibility (CSR) dari perusahaan swasta dan
BUMN.

8.

Pemasyarakatan Produk Hortikultura


Pemasyarakatan produk hortikultura dimaksudkan sebagai upaya
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi
produk hortikultura nasional tidak hanya berupa bentuk segar, tetapi
juga berbagai bentuk olahannya.
Pemasyarakatan merupakan
investasi jangka panjang yang dampaknya baru dapat dirasakan pada
periode mendatang. Kegiatan pemasyarakatan hortikultura akan
dilakukan secara berkelanjutan sehingga diharapkan mendorong
motivasi pelaku usaha dalam pengembangan hortikultura.
Tujuan dari adanya pemasyarakatan produk hortikultura diantaranya
1). mengenalkan benih dan produk hortikultura yang unggul dan

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

bermutu kepada petani dan konsumen, 2). Mendekatkan produsen


agribisnis hortikultura kepada konsumen, 3). meningkatkan
keberlanjutan inovasi produksi dari berbagai komoditas hortikultura
unggulan.
D. Arah Kebijakan
Arah kebijakan pengembangan hortikultura mengacu pada arah
kebijakan pengembangan pertanian yang diselaraskan dengan tugas
pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Hortikultura. Adapun arah
kebijakan tersebut adalah sebagai berikut :
1.

Peningkatan produksi, produktivitas, mutu dan daya saing produk


hortikultura secara berkelanjutan melalui intensifikasi maupun
ekstensifikasi

2.

Pemberdayaan kelembagaan petani/


kemandirian usaha hortikultura

3.

Peningkatan ketersediaan produk melalui pengaturan pola produksi


dan penanganan pascapanen

4.

Penerapan sistem pertanian terpadu/klaster, urban farming, Good


Agriculture Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP),
Registrasi Lahan/ Kebun, Grading dan Packing,

5.

Peningkatan promosi dan investasi, dan fasilitasi kemudahan akses


ke perbankan dan pasar

6.

Penguatan kelembagaan perbenihan hortikultura melalui revitalisasi


Balai Benih, penguatan kelembagaan penangkar, Laboratorium
kultur jaringan, penataan Blok Fondasi (BF) dan Blok Pengganda
Mata Tempel (BPMT), meningkatkan kapasitas kelembagaan
pengawasan dan sertifikasi benih hortikultura

7.

Peningkatan peran swasta dalam membangun industri perbenihan


dalam rangka penggandaan dan penyediaan/distribusi benih
bermutu

8.

Pemberdayaan petani/pelaku usaha hortikultura melalui bantuan


sarana, sekolah lapang, magang, studi banding dan pendampingan.

pelaku

usaha

menuju

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

9.

Penguatan akses petani/pelaku usaha hortikultura terhadap


teknologi maju antara lain kultur jaringan, rekayasa genetik, somatik
embrio genetik, nano teknologi dan teknologi pascapanen;

10. Penguatan akses petani/pelaku usaha hortikultura terhadap pasar


modern, pasar ekspor melalui pembenahan manajemen dan
kemitraan usaha.
11. Mendorong investasi hortikultura melalui fasilitasi investasi terpadu,
promosi baik di dalam maupun di luar negeri dan dukungan iklim
usaha yang kondusif melalui pengembangan dan penyempurnaan
regulasi.
12. Pengembangan dan pengutuhan kawasan hortikultura yang
direncanakan dan dikembangkan secara terintegrasi dengan instansi
terkait.
13. Pengelolaan OPT skala luas (Area Low Pest Prevalence/ALPP, Pest
Free Area/PFA, Pest Free Production Site/PFPS)
14. Fasilitasi pelaksanaan perlindungan Tanaman Hortikultura
15. Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Perlindungan (BPTPH,
Laboratorium PHP/Agens Hayati/Lab. Pestisida, Klinik PHT dan
PPAH)
16. Peningkatan Pengendalian OPT Ramah Lingkungan
17. Fasilitasi regulasi perlindungan dalam rangka peningkatan mutu dan
daya saing produk hortikultura
18. Sistem pemantauan dan pelaporan, serta analisis Dampak Perubahan
Iklim (DPI)
19. Pestisida biologi/hayati
20. SL-PHT dan Aplikasi teknologi ramah lingkungan
21. Peningkatan dan penerapan manajemen pembangunan pertanian
yang akuntabel, tranparansi, disiplin anggaran, efisien dan efektif,
pencapaian indikator kinerja secara optimal.
22. Promosi dan kampanye meningkatkan konsumsi buah dan sayur
dalam rangka mendukung diversifikasi pangan serta mendorong
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

upaya pencapaian standar konsumsi per kapita yang ditetapkan oleh


FAO.
E. Langkah Operasional
Beberapa langkah operasional untuk pengembangan hortikultura yang
dilaksanakan :
a. Pengembangan

kawasan sentra dengan berdasarkan prioritas


komoditas nasional

b. Kerjasama petani dengan perusahaan swasta untuk percepatan

perluasan areal tanaman semusim (melon, semangka dan tanaman


terna) untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor.
c. Pengembangan sentra di luar pulau Jawa terutama komoditas

sayuran (bawang merah, cabai) dan pengembangan buah-buahan


secara luas (manggis, jeruk, durian, alpukat, dll), termasuk produksi
di masa off season (mangga, durian).
d. Peningkatan investasi swasta, melalui ekspansi usaha (HGU) dan

kemitraan petani baik dengan swasta maupun BUMN.


e. Perbaikan mutu produk, antara lain melalui penerapan GAP serta

GHP, penerapan teknologi budidaya ramah lingkungan, fasilitasi


sarana budidaya, panen dan pascapanen.
f. Penguatan sistem perlindungan tanaman, melalui pengembangan

penerapan PHT, antara lain dengan memperkuat surveillance dengan


dukungan teknologi informasi, pengembangan agroklinik, fasilitasi
sarana lab.
g. Penguatan

sistem
perbenihan
melalui
peningkatan
produksi/ketersediaan benih yang murah, tepat waktu dan mudah
dijangkau petani serta peningkatan kapasitas kelembagaan (BPSB dan
BBH).

h. Penguatan kelembagaan, antara lain melalui perbaikan manajemen

kelembagaan
petani
pemberdayaan.

(gapoktan,

asosiasi,

koperasi)

dan

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

i. Fasilitasi kemitraan dengan eksportir, pemasok pasar modern dan

industri pengolahan.
j. Akselerasi akses pembiayaan melalui

kredit khusus (Kredit


Ketahanan Pangan dan Energi, Kredit Usaha Rakyat) dan
meningkatkan peran swasta untuk investasi hortikultura.

k. Fasilitasi

bantuan sarana dan prasarana budidaya, peralatan


pascapanen dan penataan rantai distribusi berupa peralatan
pascapanen (rak kemasan, alat petik, mobile cooling box, gerobak,
copper, outlet berpendingin, gerobak vertical garden, motor roda
tiga).

l. Pengaturan pola produksi terutama sayuran utama (cabai dan

bawang merah).
m. Pemasyarakatan produk hortikultura nasional melalui media cetak

dan elektronik, pameran dan gerakan konsumsi buah dan sayur.


n. Fasilitasi bantuan packing house / bangsal pascapanen yang

dilengkapi dengan sarana grading.


o. Fasilitasi bantuan untuk pengembangan kawasan berupa: benih,

pupuk, pestisida, mulsa, plastik UV dan shading net.


p. Fasilitasi bantuan sarana budidaya berupa: sarana irigasi, rumah

lindung (screen house) dilengkapi dengan sarana irigiasi, rak tanam,


sarana pencahayaan dan mulsa serta sarana budidaya untuk
antisipasi produksi di musim hujan.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB III
KEGIATAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
TAHUN ANGGARAN 2015
Pengembangan hortikultura dalam perspektif paradigma baru tidak hanya
terfokus pada upaya peningkatan produksi saja tetapi juga terkait dengan
isu-isu strategis dalam pembangunan yang lebih luas lagi. Sejalan dengan
sasaran yang ingin dicapai dan untuk mendukung pembangunan
hortikultura, pada tahun anggaran 2015 telah dialokasi dana pembangunan
melalui 6 (enam) kegiatan dengan rincian sebagai berikut :
1. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Buah Ramah
Lingkungan (Kode 1769)
Tujuan kegiatan ini adalah untuk fasilitasi dalam rangka
pengembangan kawasan tanaman buah, pengembangan registrasi
kebun, perbaikan mutu pengelolaan kebun tanaman buah, perbaikan
mutu
pengelolaan
pasca
panen
tanaman
buah,
pengembangan/pembinaan rumah kemas (packing house) dan
peningkatan jumlah kelembagaan usaha tanaman buah.
Sasaran kegiatan adalah : meningkatnya produksi dan produktivitas
tanaman buah yang ramah lingkungan.
Indikator output dari kegiatan ini adalah: 1) Kawasan tanaman buah
(ha), 2) Registrasi kebun tanaman buah (kebun), 3) Fasilitas
pengelolaan pascapanen tanaman buah (unit).
Rincian kegiatan ini diuraikan dalam Pedoman Teknis Kegiatan
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Buah Ramah
Lingkungan.
2.

Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Florikultura


Ramah lingkungan (Kode 1770)
Tujuan kegiatan ini adalah untuk fasilitasi dalam rangka
pengembangan dan pengutuhan kawasan tanaman florikultura,
pengembangan registrasi lahan usaha, perbaikan mutu pengelolaan

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

unit usaha, perbaikan mutu pengelolaan pascapanen tanaman


florikultura, dan peningkatan jumlah kelembagaan usaha tanaman
florikultura.
Sasaran kegiatan adalah : meningkatnya produksi dan produktivitas
tanaman florikultura yang ramah lingkungan.
Indikator output dari kegiatan ini adalah: 1) Kawasan tanaman
florikultura (m), 2) Registrasi lahan usaha tanaman florikultura
(lahan usaha), 3) Fasilitas pengelolaan pascapanen tanaman
florikultura (unit).
Rincian kegiatan ini diuraikan dalam Pedoman Teknis Kegiatan
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Florikultura Ramah
Lingkungan.
3.

Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan


Tanaman Obat Ramah Lingkungan (Kode 1771)
Tujuan kegiatan ini adalah untuk fasilitasi dalam rangka
pengembangan kawasan tanaman sayuran dan tanaman obat,
pengembangan registrasi lahan usaha, perbaikan mutu pengelolaan
lahan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat, perbaikan mutu
pengelolaan pascapanen tanaman sayuran dan tanaman obat,
pengembangan registrasi packing house dan peningkatan jumlah
kelembagaan usaha tanaman sayuran dan tanaman obat.
Sasaran kegiatan adalah : meningkatnya produksi dan produktivitas
tanaman sayuran dan tanaman obat yang ramah lingkungan.
Indikator output dari kegiatan ini adalah: 1). Kawasan tanaman
sayuran (ha), 2). Kawasan tanaman obat (ha) , 3) Registrasi lahan
usaha tanaman sayuran dan obat (lahan usaha), 4) Fasilitas
pengelolaan pascapanen sayuran dan tanaman obat (unit).
Rincian kegiatan ini diuraikan dalam Pedoman Teknis Kegiatan
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Produk Sayuran dan
Tanaman Obat Ramah Lingkungan.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

4.

Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura (Kode 1772)


Tujuan kegiatan ini adalah untuk fasilitasi dalam rangka peningkatan
ketersediaan benih tanaman sayuran bermutu, benih tanaman
florikultura bermutu, benih tanaman obat bermutu, benih tanaman
buah bermutu, peningkatan kapasitas kelembagaan perbenihan
hortikultura dan peningkatan kapasitas laboratorium perbenihan
hortikultura.
Sasaran kegiatan adalah : berkembangnya sistem perbenihan
hortikultura yang ramah lingkungan
Indikator output dari kegiatan ini adalah: 1). Benih tanaman sayuran
bermutu (kg), 2). Benih tanaman florikultura bermutu (benih), 3).
Benih tanaman obat bermutu (kg), 4). Benih tanaman buah bermutu
(batang), 5). Lembaga perbenihan hortikultura (lembaga).
Rincian kegiatan ini diuraikan dalam Pedoman Teknis Kegiatan
Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura.

5.

Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura


Ramah Lingkungan (Kode 1773)
Tujuan kegiatan ini adalah untuk fasilitasi dalam rangka peningkatan
pengelolaan OPT, pengelolaan dampak perubahan iklim, peningkatan
kapasitas kelembagaan perlindungan tanaman hortikultura,
peningkatan kapasitas laboratorium perlindungan tanaman
hortikultura, peningkatan pemenuhan persyaratan teknis Sanitary
and Phyto Sanitary (SPS) mendukung ekspor produk hortikultura dan
pengembangan Sekolah Lapangan Pengelolaan Hama Terpadu
(SLPHT).
Sasaran kegiatan adalah : meningkatnya produksi, produktivitas dan
mutu produk hortikultura yang aman konsumsi, berdaya saing dan
berkelanjutan, dan terkelolanya serangan OPT secara ramah
lingkungan dalam pengamanan produksi hortikultura.
Indikator output dari kegiatan ini adalah: 1). Pengembangan lembaga
perlindungan tanaman (unit), 2). Pengelolaan OPT ramah lingkungan,

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

3). Penerapan PHT (kelompok), 4). Dampak perubahan iklim


(rekomendasi).
Rincian kegiatan ini diuraikan dalam Pedoman Teknis Kegiatan
Pengembangan Sistem Perlindungan Tanaman Hortikultura Ramah
Lingkungan.
6.

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Direktorat


Jenderal Hortikultura (Kode 1774)
Tujuan kegiatan ini adalah untuk fasilitasi dalam rangka pelayanan
manajemen, pengelolaan laporan, pengelolaan dokumen, dan
pemberdayaan konsorsium hortikultura.
Sasaran kegiatan adalah : meningkatnya pengelolaan dalam
mendukung pelaksanaan kegiatan pengembangan hortikultura.
Indikator output dari kegiatan ini adalah: 1). Lembaga pengembangan
hortikultura : Penggerak Membangun Desa (PMD)/Kelompok tani
pada area periurban (kelompok), 2). Pelayanan manajemen (bulan),
3). Laporan kinerja (laporan).
Rincian kegiatan ini diuraikan dalam Pedoman Teknis Kegiatan
Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Pada Direktorat Jenderal
Hortikultura.
Rancangan agenda pelaksanaan kegiatan skala nasional/regional
untuk mendukung pengembangan hortikultura lingkup Direktorat
Jenderal Hortikultura Tahun 2015 dapat dilihat pada lampiran 1.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB IV
STRUKTUR PENGELOLAAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL
HORTIKULURA TAHUN 2015

Pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) Tahun


Anggaran 2015 mengacu pada Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara yang mengatur pola penganggaran terpadu (unified budget)
dan berbasis kinerja (performance budget). Implementasi anggaran terpadu
berbasis kinerja dimaksud didasarkan pada capaian indikator kinerja
sehingga program pembangunan hortikultura dapat dilaksanakan secara
efektif, efisien dan akuntabel. Kegiatan pembangunan hortikultura di daerah
distimulasi oleh APBN yang dibagi ke dalam dua pola yaitu pola
dekonsentrasi dan pola tugas pembantuan.
Pembiayaan dengan anggaran dekonsentrasi digunakan untuk memfasilitasi
kegiatan yang bersifat non fisik dan dilaksanakan oleh dinas yang
membidangi hortikultura tingkat propinsi dan UPTD (BPSBTPH/BBH dan
BPTPH) sebagai pihak yang diberi tugas oleh Gubernur yang mendapat
pelimpahan tugas dari pemerintah pusat. Anggaran dekonsentrasi untuk
tahun 2015 dilaksanakan oleh 34 satker pada dinas pertanian propinsi.
Sedangkan pembiayaan dengan anggaran Tugas Pembantuan (TP) digunakan
untuk memfasilitasi kegiatan yang bersifat fisik dan sebagian non fisik yang
dilaksanakan oleh dinas yang membidangi hortikultura tingkat
kabupaten/kota. Anggaran tugas pembantuan untuk tahun 2015
dilaksanakan oleh 138 satuan kerja yang terdiri dari 23 satuan kerja tugas
pembantuan yang dilaksanakan oleh provinsi (TP Provinsi) dan 115 satuan
kerja (satker) pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang merupakan satker
tersendiri (TP Mandiri). Satker TP Provinsi merupakan satker yang melekat
dengan Dinas Pertanian Provinsi dengan alokasi anggaran di bawah Rp. 1
Miliar. Sedangkan satker TP Mandiri adalah satker yang menerima alokasi
dana sejumlah dan lebih dari Rp 1 Miliar.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB V
SISTEM PELAPORAN KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN

Dalam rangka tertib administrasi keuangan serta untuk mewujudkan


pertanggungjawaban keuangan sebagaimana ditetapkan Undang-undang RI
Nomor: 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah
Nomor : 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor : 233/ PMK.05/2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : PER.57/PB/2013 tentang
Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga,
maka perlu dibuat suatu mekanisme dan peraturan yang mengatur tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Sistem Akuntansi Instansi berlaku untuk seluruh unit organisasi
Pemerintahan Pusat dan unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam
rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan. Sistem
Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga dengan
memproses transaksi keuangan yang meliputi arus uang maupun barang.
SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi
Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAKBMN). Sistem
Akuntansi Keuangan (SAK) dilaksanakan untuk menghasilkan laporan
keuangan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran sedangkan
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
(SIMAKBMN) sebagai pertanggungjawaban pengelolaan Barang Milik
Negara.
Disamping mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran/ barang yang
berada dalam tanggung jawabnya, Menteri/Pimpinan Lembaga juga
melaporkan penggunaan dana Dekonsentrasi maupun Tugas Pembantuan.
Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan merupakan bagian dari
anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang dialokasikan kepada daerah
dan/atau Desa. Gubernur, Bupati atau Walikota mengusulkan daftar SKPD
yang akan mendapatkan alokasi dana Dekonsentrasi maupun Tugas
Pembantuan
kepada
Kementerian
Negara/Lembaga
untuk
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

ditetapkansebagai Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang.


SKPD mempertanggungjawabkan pelaksanaan dana Dekonsentrasi kepada
Kementerian Negara/Lembaga melalui Gubernur.
Pertanggungjawaban pelaksanaan Dana Dekonsentrasi maupun Tugas
Pembantuan dilakukan terpisah dari pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD. Pertanggungjawaban pelaksanaan dimaksud berupa laporan
Keuangan dan Laporan Barang Milik Negara (BMN).
Kementerian Negara/Lembaga membentuk unit akuntansi sesuai dengan
Hierarki organisasi, baik untuk pertanggungjawaban pengelolaan
Keuangan maupun pengelolaan barang. Unit akuntansi pengelolaan
keuangan/barang terdiri dari :
1.

Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B)


UAPA/B merupakan unit akuntansi pada tingkat Kementerian Negara/
Lembaga penanggungjawabnya adalah Menteri/Pimpinan Lembaga.

2.

Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Eselon I


(UAPPA/B) EI)
UAPPA/B merupakan unit akuntansi pada tingkat Eselon I
penanggungjawabnya adalah Pejabat Eselon I.

3.

Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah


(UAPPA/B W)
UAPPA/B W merupakan unit akuntansi yang berada pada tingkat
Kantor Wilayah atau unit kerja yang ditetapkan sebagai UAPPA/B W,
penanggungjawabnya adalah Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Unit
Kerja yang ditetapkan sebagai UAPPA/B W, untuk UAPPA/B W
Dekonsentrasi penanggungjawabnya adalah Gubernur sedangkan untuk
UAPPA/B W Tugas Pembantuan penanggungjawabnya adalah Bupati
atau Walikota sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh pemerintah
melalui kementerian negara/lembaga.
Dalam hal ini untuk Kementerian Pertanian BPTP (Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian) ditunjuk sebagai sekretariat wilayah sesuai
dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 41/Permentan
OT.140/9/2008. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas
UAPPA/B-W maka ditetapkan organisasi dan tata kerja yang dalam
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

pelaksanaan kegiatan laporan keuangan tersebut menerima dari seluruh


dana dari bagian anggaran (BA) 018 (Kementerian Pertanian).
4.

Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (UAKPA/B)


UAKPA/B merupakan unit akuntansi pada tingkat satuan kerja (Kuasa
Pengguna Anggaran/Barang) yang memiliki wewenang menguasai
anggaran/barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penanggung
jawab UAKPA/B adalan kepala satuan kerja. Untuk UAKPA/B
Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan penanggungjawabnya adalah kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang pelaksanaan


Sistem Akuntansi Instansi, dapat dilihat pada Gambar 1.
BA - 62,69

UAKPB

UAKPA

KPPN
62,69
4b

BA
-

1a
Data UAPPA - W
4

UAPPB -W

BA 62,6
9

4a

KANWIL
Ditjen
PBN

UAPPA -W

5a
13

Dit.PA

LRA, LAK
neraca

UAPPB -EI

UAPPA - E1

Neraca

dan
LRA
BA - 62,69

6a

14
15
LRA dan Neraca
11

UAPB

UAPA
10

DITJEN PBN
( Dit . IA )
APPL CENTER
DB CENTER

9a

BA - 62,69
12

Laporan BM/KN

DITJEN PBN
( Dit PBMKN )

Gambar 1. Mekanisme Pelaporan Sistem Akuntansi Instansi

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Keterangan :
: arus data laporan (termasuk dana Dekosentrasi dan dana
Tugas Pembantuan)
: arus LPJ APP
: rekonsiliasi data
: pencocokan laporan BMN dengan laporan keuangan
: arus laporan APP
Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan
Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAKBMN) yang mengacu kepada
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 233/PMK.05/2011
tentang perubahan atas peraturan nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi Keuangan dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat dan
pedomannya dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB VI
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN KINERJA

A. Pemantauan dan Evaluasi


Prosedur monitoring dan evaluasi mengacu pada hirarki sistem Monev,
dimana hirarki yang lebih tinggi melakukan monitoring dan evaluasi
kepada hierarki di bawahnya secara berjenjang sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi masing-masing. Pemantauan dan evaluasi dilakukan
untuk melihat perkembangan kegiatan, mengamati permasalahan dan
hambatan yang dihadapi, juga dalam rangka menyatukan sistem
kepemerintahan yang baik dan akuntabel mengenai pelaksanaan
kegiatan dan penggunaan anggaran. Hierarki sistem pengawasan dan
evaluasi dapat dilihat pada Gambar 3.
Nasional

BAPPENAS

Kementerian

Sektor/program

Pertanian
Sub-sektor/Subprogram

Unit Eselon I

Kegiatan
(Provinsi)

Program/kegiatan

Kegiatan
(Kabupaten/Kota)

Program/Kegiatan

Keterangan :

= Monev

= Laporan

Gambar 2. Hierarki Sistem Pengawasan dan Evaluasi


Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Dalam pelaksanaan program lingkup Ditjen Hortikultura, monitoring dan


evaluasi punya peranan penting antara lain: 1) memberikan informasi
dan gambaran keberhasilan/ kegagalan dan kinerja program dan
institusi, 2) bahan pertanggungjawaban pelaksanaan program dan
kegiatan, 3) bahan rujukan perencanaan, alokasi anggaran dan kegiatan
serta penyusunan kebijakan, 4) sebagai bahan referensi untuk perbaikan,
tindaklanjut perbaikan pelaksanaan kegiatan, 5) sebagai referensi
pelaksanaan kegiatan sejenis di tempat lain (analogi).
Dengan demikian kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
dan kegiatan merupakan hal penting untuk menjamin kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan pedoman yang ditetapkan,
penggunaan input sesuai dengan keperluan dan dilaksanakan sesuai
jadwal, sehingga tujuan dan sasaran dapat tercapai. Dengan pemantauan
dan evaluasi maka diharapkan dapat diketahui : 1). Pencapaian kinerja,
2). Output, outcome dan keberhasilan program dan kegiatan, 3).
Gambaran potensi pengembangan, dan 4). Permasalahan yang dihadapi.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan metode seperti
kunjungan lapang, wawancara, serta melakukan pengkajian terhadap
laporan dan hasil pelaksanaan. Kajian dan analisis dilakukan terhadap
perkembangan kegiatan, capaian pemanfaatan dana dan fisik kegiatan,
manfaat dan dampak, permasalahan serta kendala yang dihadapi. Hasil
pemantauan dan evaluasi akan disajikan dalam bentuk laporan
pemantauan dan evaluasi.
Pelaksana kegiatan juga diwajibkan menyusun laporan sesuai SK Menteri
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Ketua
Bappenas
No.
120/KET/7/1994 tentang Sistem Pemantauan dan Pelaporan
Pelaksanaan Kegiatan-Kegiatan Pembangunan dan laporan insidentil
bilamana diperlukan. Jadwal penyampaian laporan dapat dilihat pada
Gambar 4.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAPPENAS

Sekjen Departemen
Pertanian (Biro yg
Membidangi Monev)

Unit Eselon I

Nasional (tgl 25 bln berikutnya)

Sektor/program (tgl 20 bln


berikutnya)
Sub-sektor/Sub-program (tgl 15 bln
berikutnya)
Kompilasi Kegiatan Dana TP (tgl
10 bln berikutnya)

SKPD Provinsi

SKPD Kab/Kota

Kegiatan Dana Dekonsentrasi (tgl


5 bln berikutnya)

Kegiatan Dana TP (tgl 5 bulan


berikutnya)

Gambar 3. Hierarki dan Jadwal Penyampaian Laporan


Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi oleh petugas pusat ke daerah
(terutama pemantapan pelaksanaan kegiatan dari Dana Dekonsentrasi,
Dana Tugas Pembantuan dan Dana Alokasi Khusus) dilakukan secara
intensif.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Dinas Pertanian di provinsi dan
kabupaten/kota juga diminta melakukan pemantauan dan evaluasi ke
daerah binaannya, serta menyampaikan laporannya.

B. Pelaporan Output Fisik (Aplikasi PMK 249/PMK.02/2011)


Untuk menjamin penyelenggaraan pembangunan hortikultura yang
optimal, sinergis dan terintegrasi, diperlukan pengendalian manajemen
secara efisien, efektif, ekonomis dan tertib serta evaluasi kinerja
program/kegiatan dengan sumberdaya manusia yang memadai, agar
hasil/manfaat yang diperoleh selaras dengan tujuan dan sasaran yang
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

diharapkan, serta pemantapan perencanaan pembangunan hortikultura


selanjutnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011
tanggal 28 Desember 2011 tentang laporan evaluasi kinerja dalam
rangka pelaksanaan fungsi akuntabilitas dan peningkatan kualitas, maka
semua kementerian dan instansi pelaksana kegiatan melalui dana APBN
wajib melakukan pengisian laporan realisasi fisik termasuk progres
tahapan komponen dalam pelaksanaan output setiap bulannya melalui
aplikasi pengisian secara online Laporan PMK 249/2011 pada Website
Kementerian Keuangan. Hal ini dilaksanakan dalam upaya mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas untuk menuju good governance.
Oleh

karena

itu

petugas

penanggung

jawab

pelaporan

wajib

berkoordinasi dengan penanggungjawab bidang hortikultura untuk


mengisi laporan tersebut secara periodik setiap bulannya. Adapun,
organisasi pelaksana pelaporan output fisik melalui aplikasi PMK
249/2011 ini adalah sebagai berikut:
a. Petugas
1) Petugas Pusat
Petugas penginput laporan adalah Bagian Evaluasi dan
Pelaporan Setditjen Hortikultura dengan sumber data dari
pelaksana kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura
2) Petugas Daerah
Petugas penginput laporan adalah petugas yang diberi
wewenang untuk menyampaikan pelaporan dengan sumber
data dari bidang hortikultura dan atau PPK.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

b. Waktu Penyampaian Laporan


1) Pusat
Pelaporan dilakukan setiap ada perkembangan pada output
kegiatan sesuai dengan komponen kegiatan yang diisi secara
online pada aplikasi PMK 249/PMK 02/2011. Pelaporan
diserahkan secara tertulis setiap bulan pada penanggungjawab
kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura oleh Bagian
Evaluasi dan Pelaporan.
2) Daerah
Pelaporan dilakukan setiap ada perkembangan pada satker
sesuai dengan komponen kegiatan yang diisi secara online pada
aplikasi PMK 249/PMK 02/2011. Pelaporan diserahkan setiap
bulan secara tertulis pada penanggungjawab kegiatan bidang
hortikultura oleh petugas pelaporan.
Laporan PMK 249/2011 ini berisi daftar program dan kegiatan berupa
target, realisasi keuangan dan fisik tahun berjalan pada setiap Satker,
yang wajib diisi dan dibuat oleh petugas pelaporan secara online melalui
www.monev.anggaran.depkeu.go.id
C. Laporan Statistik Hortikultura
Salah satu jenis laporan lainnya yang merupakan tanggungjawab Ditjen
Hortikultura selaku pelaksana pembangunan hortikultura di Indonesia
adalah menyajikan gambaran statistik hortikultura. Pengelolaan statistik
hortikultura ditingkat pusat dilakukan oleh badan Pusat Statistik (BPS)
bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Hortikultura serta Pusat Data
dan Informasi Pertanian (PUSDATIN) Kementerian Pertanian.
Laporan Statistik Hortikultura di tingkat pusat dilaksanakan oleh BPS
Provinsi dan Dinas Pertanian Provinsi, sedangkan di tingkat kabupaten
oleh BPS Kabupaten/Kota dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melalui
petugas pengumpul data di kecamatan yaitu KCD/Mantri Tani/PPL.
Pengelolaan statistik hortikultura terdiri dari beberapa tahapan antara
lain; pengumpulan data, pelaporan, pengolahan, analisis sampai
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

penyajian data. Dalam pengisian dan arus pelaporan dilakukan dengan


melibatkan berbagai institusi mengacu pada hierarki dan tanggung jawab
masing-masing.
Berikut adalah tugas dan kewajiban masing-masing institusi:
a. KCD/Mantri Tani/Petugas pengumpul data, bertugas mengumpulkan
data dari lapangan (di tingkat kecamatan) dan menyampaikan hasil
pengumpulan data ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
b. Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bertugas memeriksa kelengkapan
data dan kebenaran isi laporan kemudian membuat rekapitulasi
Statistik Pertanian Hortikultura (SPH) menjadi
Rekapitulasi
Kabupaten Statistik Pertanian Hortikultura (RKSPH). Selanjutnya
dokumen RKSPH dikoordinasikan dengan BPS Kabupaten/Kota,
untuk kemudian RKSPH tersebut dikirim ke Dinas Pertanian Provinsi.
Jenis dari laporan statistik pertanian ini menggunakan daftar isian
sebagai berikut:
a. SPH-SBS merupakan laporan tanaman sayuran dan buah-buahan
semusim,
b. SPH-BST merupakan laporan tanaman buah-buahan dan sayuran
tahunan,
c. SPH-TBF merupakan laporan tanaman biofarmaka,
d. SPH-TH merupakan laporan tanaman hias,
e. SPH-BN merupakan laporan perbenihan hortikultura.
Pengiriman laporan statistik hortikultura ini dilakukan berjenjang. Untuk
laporan Rekapitulasi Provinsi Statistik Pertanian Hortikultura (RPSPH)
dari Dinas Pertanian Provinsi kepada Direktorat Jenderal Hortikultura
dapat dikirimkan melalui email ke alamat datinhorti@gmail.com atau
dengan surat yang ditujukan kepada Sekretariat Direktorat Jenderal
HOrtikultura c.q Bagian Evaluasi dan Pelaporan, Jl. AUP No.3 Pasar
Mingggu Jakarta Selatan, 12520.
Laporan RPSPH-SBS merupakan laporan bulanan yang dikirm setiap
bulan paling lambat tanggal 20 setelah bulan bersangkutan berakhir
untuk Pulau Jawa sedangkan luar Pulau Jawa setiap tanggal 25 setelah
bulan bersangkutan berakhir. Sedangkan untuk laporan RPSPH-BST, TBF
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

dan TH merupakan laporan triwulanan yang dikirim paling lambat


tanggal 20 setelah triwulan bersangkutan berakhir untuk Pulau Jawa,
sedangkan untuk luar Pulau Jawa setiap tanggal 25 setelah triwulan
bersangkutan berakhir.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

BAB VII
PENUTUP

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki keuntungan


komparatif (comparative advantage) yang berlimpah khususnya pada
komoditas hortikultura. Namun demikian, dalam merubah keuntungan
komparatif tersebut menjadi keuntungan kompetitif (competitive advantage)
masih ditemui permasalahan yang sangat kompleks dalam agribisnis
hortikultura. Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang lebih
komprehensif dan inovatif dalam pengembangan sub sektor hortikultura.
Salah satunya adalah dengan pendekatan pengembangan kawasan
hortikultura dimana fokus pengembangan produksi (on farm) direncanakan
keterkaitannya dengan kegiatan lainnya (off farm) seperti: penanganan
pascapanen, pemasaran, konsumsi dan lain sebagainya.
Agribisnis hortikultura telah secara nyata berkontribusi terhadap
peningkatan kesejahteraan petani atau pelaku usaha terkait dan sentra
produksi hortikultura merupakan pusat pertumbuhan atau penggerak
ekonomi suatu wilayah. Dengan demikian, sub sektor hortikultura
diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi regional
yang secara signifikan dapat meningkatkan kesejahteraan petani/pelaku
bisnis bahkan perekonomian nasional.
Petunjuk Umum Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan
Mutu Produk Hortikultura Tahun 2015 merupakan referensi pelaksanaan
pengembangan sub sektor hortikultura yang didanai melalui DIPA Direktorat
Jenderal Hortikultura tahun 2015. Petunjuk Umum ini selanjutnya juga akan
digunakan oleh pelaksana oleh petugas di Dinas Pertanian tingkat Provinsi
dan Kabupaten / Kota sebagai pengelola dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan. Penjabaran lebih lanjut mengenai pelaksanaan kegiatan utama
lingkup Unit Eselon II Direktorat Jenderal Hortikultura akan dijelaskan dalam
Petunjuk Teknis unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura.
Program, kegiatan dan target capaian kinerja yang telah ditetapkan di
Petunjuk Umum ini merupakan gambaran capaian kinerja Direktorat
Jenderal Hortikultura dalam mengelola APBN yang berbasis kinerja serta
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

pengembangan sub sektor hortikultura secara nasional. Oleh karena itu,


komitmen yang penuh serta sinergisme yang menyeluruh oleh seluruh
pemangku kepentingan yang terkait juga diperlukan dalam mengawal
capaian kinerja dan pengembangan sub sektor hortikultura.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

LAMPIRAN

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Lampiran 1. Rancangan Agenda Kegiatan Nasional/Regional T.A. 2015


Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura

1.

Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura

No.

Kegiatan

1.

Sinkronisasi
Pelaksanaan 2015
dan Koordinasi
Rancangan
Pengembangan
Hortikultura 2016

Peserta
- Kadisperta Provinsi dan
Kab/Kota

Tempat

Waktu

Keterangan

- Wil. Barat
(Sumsel)

- Minggu ke III
Januari 2015

Nasional (3
Hari)

- Wil. Timur
(Kalsel)

- Minggu ke I
Februari 2015

Nasional (3
Hari)

Makassar

- Minggu ke III
Juni 2015

Nasional (3
Hari)

Banten

- Minggu ke III
Oktober 2015

Nasional (3
Hari)

Jawa Barat

- Minggu ke III

Nasional (2

- Kabid Produksi/Horti
Provinsi dan Kab/Kota
- Ka. BPSBTPH

- Ka. BPTPH
- Ka. BBH
2.

Koordinasi
Penyusunan RKAKL/DIPA TA. 2016

- Kabid Produksi/Horti
Provinsi
- Ka. BPSBTPH
- Ka. BPTPH
- Ka. BBH
- Kasubbag Progam Dinas
Provinsi
- Operator RKA-KL

3.

Koordinasi
Pemantapan RKAKL Alokasi
Anggaran TA. 2016

- Kabid Produksi/Horti
Provinsi
- Ka. BPSBTPH
- Ka. BPTPH
- Ka. BBH
- Kasubbag Progam Dinas
Provinsi
- Operator RKA-KL

4.

Pra-

- Bidang Produksi/Horti

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

No.

5.

Kegiatan

Peserta

Musrenbangtan
Bidang
Hortikultura
Tahun 2016

- Sekdinas

Koordinasi
Penyusunan DIPA
Petikan TA. 2016

- Kasubbag Progam Dinas


Provinsi

Tempat

Waktu

Keterangan

Mei 2015

Hari)

Jawa Barat

- Minggu ke IV
November
2015

Nasional (3
Hari)

Jawa Timur

- Minggu ke
III/IV Maret
2015

Nasional (3
Hari)

Jawa Tengah

- Minggu ke II
Maret 2015

Nasional (3
Hari)

Minggu I Maret
2015

Nasional (4
Hari)

Kalsel

Minggu I Juni
2015

Nasional (4
Hari)

Malang

Minggu I
Nopember
2015

Nasional (3
Hari)

- Operator RKA-KL
6.

7.

8.

Sosialisasi Rencana
Strategis
Pengembangan
Hortikultura
Tahun 2015-2019

- Kabid Produksi/Horti
Provinsi

Koordinasi
Penyusunan
Standar Biaya
Khusus TA. 2016

- Kasubbag Progam Dinas


Provinsi

Sinkronisasi ASEM
Hortikultura 2014

- Petugas data provinsi

- Pelaku usaha

- Operator RKA-KL
Bandung

- BPS Pusat dan Provinsi


9.

Sinkronisasi ATAP
Hortikultura 2014

- Petugas data provinsi

- BPS Pusat dan Provinsi


10.

Penyusunan Angka
Sasaran
Hortikultura
Tahun 2016

- Petugas data provinsi

11.

Study Ubinan
untuk 3 Provinsi

- Petugas Data Provinsi,


Kabupaten & KCD

2 Kab.
Sampel
dalam 2 Prov.
Sampel

Minggu III
April 2015

Regional (3
Hari)

12.

Workshop
Pelaporan
Hortikultura
Tahun 2016

Provinsi sesuai wilayah:

Wilayah
Barat :

Minggu II April
2015

Nasional (3
Hari)

a. Wilayah Barat

- Sekretaris Dinas
Pertanian

Jawa Barat

- BPS Pusat dan Provinsi

- Bidang Produksi/Horti

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

No.

Kegiatan

Peserta

Tempat

Waktu

Keterangan

- Petugas Pelaporan
b. Wilayah Timur

Kab/Kota sesuai
wilayah:

Wilayah
Timur :

Minggu IV
April 2015

Nasional (3
Hari)

- Bidang Produksi/Horti

Surabaya

Jawa Barat

Minggu IV Juli
2015

Nasional (3
Hari)

Jateng, Jabar,
Jatim, NTB,
Sulsel,
Sumbar &
Sumut

Februari April 2015

Regional (3
Hari)

- Petugas Pelaporan
13

Workshop
Percepatan
Tindaklanjut Hasil
Pengawasan dan
Pemantapan SPI

Provinsi:
- Sekretaris Dinas
Pertanian
- Bidang Produksi/Horti

Kab/Kota Yang ada


Temuan Itjen
- Bidang Produksi/Horti
- Petugas TLHP

14

Sosialisasi
Pengembangan EForm Hortikultura
di 7 Propinsi
(Jateng, Jabar,
Jatim, NTB, Sulsel,
Sumbar & Sumut)

Petugas Rekap Data


Kabupaten Sentra dan
Petugas Propinsi

15

Apresiasi
Pengelolaan
Keuangan dan
Perlengkapan
Satker Ditjen
Hortikultura
Wilayah Barat

Kasubbag Keuangan dan


PPK satker dinas provinsi
sesuai wilayah

Batam

16

Apresiasi
Pengelolaan
Keuangan dan
Perlengkapan
Satker Ditjen
Hortikultura

Kasubbag Keuangan dan


PPK satker dinas provinsi
sesuai wilayah

Denpasar

Februari

Maret

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

No.

Kegiatan

Peserta

Tempat

Waktu

Keterangan

Wilayah Timur

17

Koordinasi dan
Rekonsiliasi SAK
dan SIMAK BMN
Lingkup Satker
Ditjen Hortikultura
Semester II tahun
2014

Petugas SAK dan SIMAK


BMN

Yogyakarta

18

Koordinasi dan
Rekonsiliasi SAK
dan SIMAK BMN
Lingkup Satker
Ditjen Hortikultura
Semester I tahun
2015

Petugas SAK dan SIMAK


BMN

Batam

19

Apresiasi
Bendahara Satker
Lingkup Ditjen
Hortikultura

Bendahara Penerima,
Bendahara Pengeluaran
dan Petugas BPSBTH

Makassar

20

Pekan Flora Flori


Nasional (PF2N)

- 32 Provinsi (kecuali DKI)

2.

Januari

Juli

April

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah

No.
1

Kegiatan
Evaluasi
Pengembangan
Kawasan Buah

Peserta

Tempat

Waktu

- Kabid Produksi
Hortikultura semua Propinsi
penerima bantuan kawasan
pada provinsi di atas

Jawa Timur

minggu I
September 2015

Keterangan
Nasional (3
Hari)

- Kabid Produksi
Hortikultura semua
Kab/Kota penerima bantuan
kawasan pada provinsi di
atas

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

No.
2

Kegiatan
Apresiasi
Penerapan GAP
dan GHP

Peserta
Peserta daerah (32
Provinsi):

Tempat

Waktu

Keterangan

Jawa Timur

minggu II April
2015

Nasional (4
Hari)

Sumut

minggu IV
Februari 2015

Regional (3
Hari)

Jateng

minggu I Maret
2015

Regional (3
Hari)

Bali

minggu II Maret
2015

Regional (3
Hari)

Aceh, Sumut, Sumbar,


Riau,Sumsel, Babel, Jambi,
Lampung, Bengkulu,
Banten, Jabar, Jateng, DIY,
Jawa Timur, Bali, Sulsel,
Sulteng, Sultra, Sulbar,
Sulut, Gorontalo, Kalbar,
Kalteng, Kalsel, Kaltim,
Kaltara, NTB, NTT, Papua,
Papua Barat, Maluku,
Maluku Utara
Petugas Provinsi yang akan
menjadi Pemandu
Penerapan GAP dan GHP
kepada calon pemandu
penerapan GAP dan GHP
Kabupaten di provinsi
tersebut.
3

Pertemuan
regional Wilayah I

Kabid Hortikultura Provinsi


dan Kabupaten penerima
dana TP pada Provinsi
tersebut
Aceh, Sumut, Sumsel,
Bengkulu, Sumbar, Jambi,
Riau, Babel

Pertemuan
regional wilayah II

Jateng, DIY, Jatim.

Pertemuan
regional wilayah III

Bali, NTB, NTT

Pertemuan
regional wilayah IV

Jabar, Kaltim, Kaltara,


Kalbar, Kalsel, Lampung,
Kalteng, Bengkulu, Banten

Lampung

minggu III Maret


2015

Regional (3
Hari)

Pertemuan
regional wilayah V

Sulsel, Sulbar, Sultra,


Sulteng, Sulut, Gorontalo,
Papua, Papua Barat,
Maluku, Malut

Sulsel

minggu IV Maret
2015

Regional (3
Hari)

Apresiasi Petugas

Peserta daerah (32

Jabar

minggu I Mei

Nasional (4

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

No.

Kegiatan
Registrasi Kebun

Peserta

Tempat

Provinsi):

Waktu

Keterangan

2015

Hari)

Keterangan

Aceh, Sumut, Sumbar,


Riau,Sumsel, Babel, Jambi,
Lampung, Bengkulu,
Banten, Jabar, Jateng, DIY,
Jawa Timur, Bali, Sulsel,
Sulteng, Sultra, Sulbar,
Sulut, Gorontalo, Kalbar,
Kalteng, Kalsel, Kaltim,
Kaltara, NTB, NTT, Papua,
Papua Barat, Maluku,
Maluku Utara
Petugas Provinsi yang akan
menjadi auditor Registrasi
Kebun

3.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura

No.

Kegiatan

Peserta

Tempat

Waktu

1.

Temu Evaluasi
Pengembangan
Florikultura

Kabid Hortikultura Diperta


Provinsi dan Kab/Kota yang
ada pengembangan
Florikultura

Jateng

Minggu ke 1
Nopember

Nasional (3
Hari)

2.

Apresiasi PL1 dan


PL2

PL1 untuk SL-GAP/GHP


Florikultura di provinsi dan
PL2 di Kab/Kota

Jabar

Minggu ke 2 Mei

Nasional (4
Hari)

3.

Workshop
Pengembangan
Green City

Petugas Diperta Kab/Kota


yang merupakan lokasi
pengembangan Green City

Palembang

Minggu ke 2
April

Regional (3
Hari)

4.

Fasilitasi
Pengembangan
Krisan Berdaya
Saing

Petugas Diperta Kab/Kota


sentra pengembangan
krisan, petani krisan dan
instansi terkait dalam
pengembangan krisan baik
pemerintah maupun swasta

Jabar

Minggu ke 3 Juni

Regional (3
Hari)

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

5.

Workshop
Pemberdayaan
Kampung
Florikultura

Petugas dan pengurus


kelompok tani/nursery dari
kab/kota yang merupakan
lokasi untuk pengembangan
kampung flori

Jabar

Minggu ke 2 Mei

Regional (3
Hari)

6.

Temu Koordinasi
Kawasan
Florikultura

Kabid Hortikultura Diperta


Provinsi dan Kab/Kota yang
ada pengembangan
Florikultura

Jabar

Minggu ke 4
Maret

Nasional (3
Hari)

4.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat

No.

Kegiatan

Peserta

Tempat

Waktu

Keterangan

1.

Evaluasi dan
Analisa
Ketersediaan
Produksi Sayuran

Aceh, Sumut, Sumbar,


Sumsel, Riau, Bengkulu,
Lampung, Jambi, Jabar,
Jateng, Jatim, DIY, Banten,
NTB, Bali, Kaltim, Kalsel,
Kalbar, Sulsel, Sulut,
Gorontalo, NTT, Kepri (23
Provinsi)

Kaltim

Minggu ke 2
Oktober

Nasional (4
Hari)

2.

Analisis Sistem
Produksi Sayuran

Aceh, Sumut, Sumbar,


Sumsel, Riau, Bengkulu,
Lampung, Jambi, Jabar,
Jateng, Jatim, DIY, Banten,
NTB, Bali, Kaltim, Kalsel,
Kalbar, Sulsel, Sulut,
Gorontalo, NTT, Kepri (23
Provinsi)

Jawa Tengah

Minggu ke 3
Februari

Nasional (4
Hari)

3.

Analisis Sistem
Produksi Sayuran

Aceh, Sumut, Sumbar,


Sumsel, Riau, Bengkulu,
Lampung, Jambi, Jabar,
Jateng, Jatim, DIY, Banten,
NTB, Bali, Kaltim, Kalsel,
Kalbar, Sulsel, Sulut,
Gorontalo, NTT, Kepri (23
Provinsi)

Batam

Minggu ke 2 Juni

Nasional (4
Hari)

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

4.

Apresiasi Pemandu
Lapang GAP dan
GHP Sayuran

Aceh, Sumut, Riau, Kepri,


Jambi, Sumbar, Bengkulu,
Lampung, Sumsel, Banten,
Jabar, Jateng, DIY, Jatim,
Kaltim, Kalsel, Kalteng,
Kalbar, Sulsel, Sulut,
Gorontalo, Sulteng, Sulbar,
Sultra, Maluku, Bali, NTB,
NTT, Papua, Papua Barat (30
Provinsi)

Jawa Tengah

Minggu ke 3 Juni

Nasional (5
Hari)

5.

Apresiasi Pemandu
Lapang GAP dan
GHP Tanaman Obat

Aceh, Jambi, Bengkulu,


Sumsel, Jabar, Jateng, DIY,
Kalteng, Jatim, Kaltim, NTT,
Kaltara, Kalbar (13 Provinsi)

Jawa Timur

Minggu ke 3 Mei

Nasional (5
Hari)

6.

Pertemuan
Sosialisasi
Registrasi Lahan
Usaha Sayuran dan
Tanaman Obat

Aceh, Sumut, Riau, Kepri,


Jambi, Sumbar, Bengkulu,
Lampung, Sumsel, Banten,
Jabar, Jateng, DIY, Jatim,
Kaltim, Kalsel, Kalteng,
Kalbar, Sulsel, Sulut,
Gorontalo, Sulteng, Sulbar,
Sultra, Maluku, Bali, NTB,
NTT, Papua, Papua Barat (30
Provinsi)

NTB

Minggu ke 1
Agustus

Nasional (3
Hari)

5.

Direktorat Perbenihan Hortikultura

No.

Kegiatan

Peserta

Tempat

Waktu

Keterangan

1.

Forum Perbenihan

BBH dan BPSB

Kalteng

Minggu III
Februari

Nasional (3
Hari)

2.

Workshop Produksi
dan Distribusi
Perbenihan
Hortikultura

BBH dan BPSB

Jawa Tengah

Minggu II
Nopember

Nasional (3
Hari)

3.

Revitalisasi
Teknologi
Perbenihan Jeruk

Petugas dan Penangkar

Minggu II Maret

Regional (3
Hari)

Malang

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

4.

Apresiasi Teknologi
Perbenihan Non
Jeruk

Petugas dan Penangkar

Sumut

Minggu II April

Regional (3
Hari)

5.

Apresiasi PBT

PBT

Kalsel

Minggu I Maret

Nasional (3
Hari)

6.

Koordinasi
Pengembangan Flori

Petugas dan Penangkar

Jawa Tengah

Minggu IV Mei

Regional (3
Hari)

6.

Direktorat Perlindungan Hortikultura

No.
1.

Kegiatan
Evaluasi Kegiatan
Perlindungan
Hortikultura TA.
2014

Peserta
- Direktorat Perlindungan
Hortikultura

Tempat

Waktu

Keterangan

Jabar

Minggu II
November 2015

Nasional (3
Hari)

Batam

Minggu IV Maret
2015

Nasional (3
Hari)

Jawa
Tengah

Minggu IV Januari
2015

Nasional (3
Hari)

- Diperta Kab/Kota yang ada


fasilitasi gerdal (49 Kab/Kota)
- UPTD BPTPH Provinsi (32
Prop)

2.

Workshop
Penguatan
Kelembagaan
Perlindungan
Hortikultura

- Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan

- Direktorat Perlindungan
Hortikultura
- UPTD BPTPH Provinsi

3.

Sosialisasi
Pengendalian Ramah
Lingkungan OPT
Hortikultura

- Direktorat Perlindungan
Hortikultura

- Diperta Kab/Kota yang ada


fasilitasi gerdal (49 Kab/Kota)
- UPTD BPTPH Provinsi (32
Prop)

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

LAMPIRAN 2: SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN


PEMERINTAH PUSAT

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor. 171/PMK.05/2007


tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
dalam pengertiannya sebagai berikut :

1. Sistem Akuntansi Instansi yang selanjutnya disingkat SAI adalah


serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi
mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai
dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan
2.

Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara,


yang selanjutnya disingkat SIMAK-BMN adalah subsistem dari SAI
yang merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan
untuk mengolah dokumen sumber untuk penyusunan neraca dan
laporan BMN

3.

UAPPA-W Tugas Pembantuan adalah unit akuntansi yang


berada di Pemerintah Daerah yang melakukan kegiatan
penggabungan laporan keuangan dari seluruh Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang mendapat alokasi dana tugas
pembantuan.

4.

Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang yang selanjutnya disingkat


UAKPB adalah Satuan Kerja/Kuasa Pengguna barang yang
memiliki wewenang mengurus/menggunakan BMN.

5.

Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah yang


selanjutnya disingkat UAPPB-W adalah unit akuntansi BMN pada
tingkat wilayah yang ditetapkan sebagai UAPPB-W dan melakukan
kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAKPB
6. UAPPB-W dekonsentrasi adalah unit akuntansi yang berada di
Pemerintahan Daerah Propinsi yang melakukan kegiatan
penggabungan laporan BMN dari SKPD yang mendapatkan dana
dekonsentransi.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

7. UAPPB-W Tugas Pembantuan adalah unit akuntansi yang berada di


Pemerintah Daerah yang melakukan kegiatan penggabungan
laporan BMN dari SKPD yang mendapatkan alokasi dana tugas
pembantuan di wilayah kerjanya.
8. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yang
selanjutnya disebut UAPPB-E1, adalah unit akuntansi BMN pada
tingkat Eselon I yang melakukan kegiatan penggabungan laporan
BMN dari UAPPB-W dan UAKPB yang langsung berada di
bawahnya yang bertanggungjawab adalah pejabat Eselon I.
9. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah.
10. Catatan atas laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan
informasi tentang penjelasan/daftar terinci atau analisis atau nilai
suatu pos yang disajikan dalam LRA, Neraca dan LAK.
11. Rekonsiliasi adalah Proses pencocokan data transaksi keuangan
yang diproses dengan beberapa sistem/sub sistem berdasarkan
dokumen sumber yang sama

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

LAMPIRAN 3 : PEDOMAN SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN


KEUANGAN

A.

Sistem Akuntansi Keuangan


Ketentuan tentang pelaporan SAK dijelaskan sebagai berikut :

1.

Setiap Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)


wajib memproses dokumen sumber untuk menghasilkan
laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Neraca, dan Catatan Laporan Keuangan Satuan
Kerja.

2.

Data Sumber (DS) yang berhubungan dengan pengadaan aset


disampaikan

ke Unit

Akuntansi

Kuasa

Pengguna

Barang

(UAKPB).

3.

UAKPA wajib memproses DS untuk menghasilkan LRA dan


Catatan atas Laporan Keuangan.

4.

Setiap UAKPA wajib menyampaikan LRA dan Neraca beserta


Arsip Data Komputer (ADK).

5.

UAKPA melakukan rekonsiliasi dengan Kantor Pelayanan


Perbendaharaan Negara (KPPN) setiap bulan

6.

UAKPA menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK kepada


UAPPA-W/UAPPA-Eselon I setiap bulan.

Pelaporan Keuangan yang dilaksanakan oleh setiap UAKPA


mengikuti alur sebagai berikut :
1.

UAPPA- E1 melakukan proses penggabungan laporan


keuangan UAPPA-W yang berada di wilayah kerjanya
termasuk laporan keuangan UAPPA-W Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan, laporan keuangan UAKPA yang langsung
berada dibawah UAPPA-E1.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

B.

UAPPA-E menyusun laporan keuangan tingkat UAPPA-E1


berdasarkan hasil penggabungan laporan keuangan.
UAPPA-E1 menyampaikan LRA dan neraca tingkat UAPPA-E1
beserta ADK kepada Ditjen Perbendaharaan setiap triwulan.
UAPPA-E1 melakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan
dengan Ditjen Perbendahaan setiap semester.
UAPPA-E1 menyampaikan LRA dan neraca tingkat UAPPA-E1
beserta ADK kepada UAPA setiap bulan.
Penyampaian laporan keuangan semester dan tahunan disertai
dengan Catatan atas Laporan Keuangan.

Pelaporan Keuangan atas Dana Dekonsentrasi


1. SKPD yang mendapatkan alokasi Dana Dekonsentrasi merupakan
UAKPA/UAKPB Dekonsentrasi
2. Penanggung jawab UAKPA/UAKPB Dekonsentrasi adalah Kepala
SKPD
3. Penanggung jawab UAPPA-W/UAPPB-W Dekonsentrasi adalah
Kepala Dinas Pemerintah Provinsi

4. Pemerintah
Provinsi merupakan
Koordinator UAPPAW/UAPPB-W Dekonsentrasi Penanggung Jawab Koordinator
UAPPA-W/ UAPPB-W Dekonsentrasi adalah Gubernur
5. UAKPA Dekonsentrasi wajib memproses dokumen sumber untuk
menghasilkan laporan keuangan berupa LRA, Neraca dan
Catatan Laporan Keuangan
6. UAKPA Dekonsentrasi melakukan rekonsiliasi dengan KPPN
setiap bulan
7.

UAKPA dekonsentrasi wajib menyampaikan LRA dan Neraca

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

beserta ADK setiap bulan ke KPPN


UAKPA Dekonsentrasi wajib menyampaikan LRA dan Neraca
beserta ADK setiap bulan ke UAPPA-E1 yang mengalokasikan
Dana Dekonsentrasi
Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPAW) melaksanakan tugas pelaporan keuangan sebagai berikut :

8.

C.

1.

UAPPA-W Dekonsentrasi melakukan proses penggabungan


laporan yang berasal dari UAKPA Dana Dekonsentrasi di
wilayah kerjanya

2.

UAPPA-W Dekonsentrasi menyusun laporan keuangan tingkat


UAPPA-W Dekonsentrasi

3.

UAPPA-W Dekonsentrasi wajib menyampaikan laporan


keuangan tingkat UAPPA-W Dekonsentrasi berserta ADK
kepada Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan diwilayah
masing-masing masing-masing setiap bulan.

4.

UAPPA-W Dekonsentrasi melakukan rekonsiliasi Laporan


Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan
Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap bulan.

5.

UAPPA-W Dekonsentrasi wajib menyampaikan LRA dan


Neraca tingkat UAPPA-W Dekonsentrasi berserta ADK kepada
UAPPA-E1 dan Koordinator UAPPA-W Dekonsentrasi tiap
bulan.

6.

UAPPA-W Dekonsentrasi menyampaikan laporan keuangan


semester dan tahunan berupa LRA, Neraca dan disertai
dengan Catatan Atas Laporan Keuangan.

Pelaporan Keuangan atas Dana Tugas Pembantuan

1.

SKPD yang mendapatkan alokasi dana untuk tugas


pembantuan
merupakan
UAKPA/UAKPB
Tugas

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Pembantuan.
2.

Penanggung jawab UAKPA/UAKPB Tugas Pembantuan adalah


Kepada SKPD.

3.

UAKPA Tugas
(Dokumen

Pembantuan

wajib

memproses

DS

Sumber) untuk menghasilkan pelaporan keuangan berupa


LRA,
Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

UAKPA Tugas Pembantuan Wajib menyampaikan LRA dan


Neraca berserta ADK setiap bulan ke KPPN.
5. UAKPA Tugas Pembantuan melakukan Rekonsiliasi dengan KPPN
setiap bulan.
4.

6. AUPKA Tugas Pembantuan menyampaikan LRA dan Neraca


dan ADK setiap bulan ke UAPPA- W Tugas Pembantuan dan
UAPPA-E1 yang mengalokasikan Dana Tugas Pembantuan.
7. UAKPPA Tugas Pembantuan menyampaikan laporan keuangan
semester dan tahunan berupa LRA, Neraraca dan disertai
dengan Catatan Atas Laporan Keuangan.
Koordinator UAPPA-W Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
melaksanakan tugas pelaporan keuangan sebagai berikut :
1. Koordinator UAPPA-W Dekonsentrasi yang melakukan proses
penggabungan laporan keuangan yang berasal dari UAPPA-W
dana Dekonsentrasi
2. Koordinator UAPPA-W Dekonsentrasi menyusun laporan
keuangan Dana Dekonsentrasi berdasarkan hasil penggabungan
laporan keuangan.
3. Koordinator UAPPA-W Dekonsentrasi wajib menyampaikan
laporan keuangan dana Dekonsentrasi kepada Kanwil Direktorat
Jenderal Perbendaharaan setiap semester.
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

4. UAPPA-W Tugas Pembantuan melakukan proses penggabungan


laporan keuangan yang berasal dari UAKPA Tugas Pembantuan.
5. UAPPA-W Tugas Pembantuan menyusun laporan keuangan
tingkat UAPPA-W Tugas Pembantuan berdasarkan hasil
penggabungan laporan keuangan.

6.

UAPPA-W Tugas Pembantuan wajib menyampaikan laporan


keuangan tingkat UAPPA-W Tugas Pembantuan berserta ADK
kepada Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan setempat
UAPPA-W Tugas Pembantuan melakukan Rekonsiliasi Laporan
Keuangan.

7.

D.

Pelaporan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang


Milik Negara (SIMAK BMN)
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
(SIMAK BMN) merupakan sub sistem dari Sistem Akuntansi Instansi
(SAI). Untuk dapat melaksanakan pelaporan SIMAK BMN maka
perlu dibentuk :
1.

Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB )

2.

Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPBW)

3.

Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I (UAPPB


E1)

4.

Unit Akuntansi Pengguna Barang ( UAPB )

Dokumen Sumber Barang Milik Negara terdiri dari daftar barang,


buku barang, kartu identitas barang (KIB), dokumen inventarisasi
BMN. Jenis-Jenis Laporan BMN adalah sebagai berikut :

1.

Laporan Barang terdiri dari :


a. Laporan Persediaan

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

b. Laporan Aset Tetap ( Tanah, Gedung dan Bangunan,


Peralatan dan Mesin, dan Jalan, Irigasi dan jaringan )
meliputi :
-

Laporan

intrakomptabel

(pencatatan

didalam

pembukuan)

Laporan

ektrakomptabel

pencatatan

diluar

pembukuan)
-

Laporan

gabungan

intrakomptabel

dan

ektrakomptabel
c. Laporan Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)
d. Laporan Aset Lainnya
e. Catatan Ringkas Barang (CRB)
2.

Laporan Mutasi BMN

3.

Laporan Kondisi Barang (LKB)

4.

Laporan Hasil Inventarisasi ( LHI)

5.

Laporan PNBP (yang bersumber dari pengelolaan BMN)

6.

Arsip Data Komputer (ADK)

Untuk menghasilkan Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP),


Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS), Laporan
Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT), Jurnal Transaksi
BMN dan daftar /laporan manajerial lainnya maka UAKPB
melakukan proses akuntansi atas Dokumen Sumber BMN.
Jurnal Transaksi BMN disampaikan kepada petugas Akuntansi SAK
setiap bulan dalam bentuk Arsip Data Komputer (ADK) untuk
penyusunan neraca dan untuk menjamin keandalan nilai BMN dalam
neraca dengan laporan BMN maka UAKPB melakukan rekonsiliasi
dengan UAKPA.
Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) dan Catatan
atas Laporan BMN serta ADK transaksi BMN disampaikan kepada
UAPPB-W/UAPPB E-1 dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang (KPKNL) setiap semester sedangkan Laporan Barang Kuasa
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Pengguna Tahunan (LBKPT) dan Catatan atas Laporan BMN serta


laporan Kondisi Barang disampaikan setiap tahun.

Berdasarkan hasil penggabungan laporan BMN seluruh UAKPB di


wilayahnya maka UAPPB-W menyusun Daftar Barang Pembantu
Pengguna Wilayah (DBPP-W), Laporan Barang Pembantu Pengguna
Wilayah Semesteran (LBPP-WS), Laporan Barang Pembantu
Pengguna Wilayah Tahunan (LBPP-WT) dan daftar / laporan
manajerial lainnya tingkat wilayah.

UAPPB-E1 mempunyai tugas untuk menyusun Daftar Barang


Pembantu Pengguna Eselon 1 (DBPP-E1) , Laporan Barang
Pembantu Pengguna Eselon 1 Semesteran (LBPP-E1S), Laporan
Barang Pembantu Pengguna Eselon 1 Tahunan (LBPP-E1T) dan
daftar/laporan manajerial lainnya tingkat Eselon 1 berdasarkan
hasil penggabungan berdasarkan laporan BMN seluruh UAPPB-W
di Wilayahnya termasuk UAPPB-W Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan serta UAKPB yang langsung berada dibawahnya.
UAPPB-E1 dapat melakukan rekonsiliasi laporan BMN dengan
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara setiap semester dan untuk
menjamin keandalan laporan BMN dan laporan keuangan lingkup
Direktorat Jenderal Hortikultura maka UAPPB-E1 melakukan
rekonsiliasi internal dengan UAPPA-E1.
Berdasarkan hasil penggabungan laporan BMN dari seluruh UAPPBE1 maka UAPB menyusun Daftar Pengguna Barang (DPB), Laporan
Barang Pengguna Semesteran (LBPS), Laporan Barang Pengguna
Tahunan (LPBT) dan daftar / laporan manajerial lainnya.

UAPB melakukan rekonsiliasi laporan BMN dengan Direktorat


Jenderal Kekayaan Negara setiap semester, LBPS disertai Catatan
Atas Laporan BMN beserta ADK disampaikan kepada Menteri
Keuangan c.q Direktur Jenderal Kekayaan Negara setiap semester
sedangkan LBPT disertai laporan Kondisi Barang dan catatan atas
laporan BMN berserta ADK disampaikan setiap tahun.
Pelaporan Barang Milik Negara
dilaksanakan sebagai berikut :

atas

Dana

Dekonsentrasi

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

1.

Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang Dekonsentrasi


melaksanakan proses akuntansi atas dokumen Sumber dalam
rangka menyusun DBKP, LBKPS, LBKPS, LBKPT, Jurnal
Transaksi BMN dan laporan manajerial lainnya.

2.

Jurnal Transaksi BMN disampaikan kepada petugas UAKPA


Dekonsentrasi setiap bulan dalam bentuk ADK untuk
penyusunan neraca

3.

Dalam rangka meyakini keandalan laporan keuangan dan


laporan BMN UAKPB Dekonsentrasi melakukan rekonsiliasi
internal dengan UAKPA Tugas Pembantuan.

4.

LBKPS disertai Catatan atas Laporan BMN beserta ADK


disampaikan kepada UAPPB-W Dekonsentrasi, UAPPB-E1 yang
mengalokasikan

Dana

Dekonsentrasi

dan

KPKNL

setiap

semester.

5.

6.

LBKPT disertai Laporan Kondisi Barang (LKB) dan Catatan


atas Laporan BMN beserta ADK disampaikan kepada UAPPBW Dekonsentrasi, UAPPB-E1 yang mengalokasikan Dana
Dekonsentrasi, KPKNL setiap tahun.
UAKPB Dekonsentrasi melakukan rekonsiliasi Laporan BMN
dengan KPKNL setiap semester.

Pelaporan Barang Milik Negara atas Dana Tugas Pembantuan


sebagai berikut :
1.

Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang Tugas Pembantuan


melaksanakan proses akuntansi atas dokumen Sumber dalam
rangka menyusun DBKP, LBKPS , LBKPS, LBKPT, Jurnal
Transaksi BMN dan laporan manajerial lainnya.

2.

Jurnal Transaksi BMN disampaikan kepada petugas UAKPA


Tugas Pembantuan setiap bulan dalam bentuk ADK untuk
penyusunan neraca

3.

Dalam rangka meyakini keandalan laporan keuangan dan


laporan BMN UAKPB Tugas Pembantuan melakukan rekonsiliasi

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

internal dengan UAKPA Dekonsentrasi.


4.

LBKPS disertai Catatan atas Laporan BMN beserta ADK


disampaikan kepada UAPPB-W Tugas Pembantuan, UAPPB-E1
yang mengalokasikan Dana Dekosentrasi dan KPKNL setiap
semester.

5.

LBKPT disertai Laporan Kondisi Barang (LKB) dan Catatan atas


Laporan BMN beserta ADK disampaikan kepada UAPPB-W
Tugas Pembantuan, UAPPB-E1 yang mengalokasikan Dana
Dekonsentrasi, KPKNL setiap tahun.

6.

UAKPB Tugas Pembantuan melakukan rekonsiliasi Laporan


BMN dengan KPKNL setiap semester.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

TABEL 2. RINGKASAN SATUAN KERJA/DIPA (CONTOH)

A.

Latar Belakang/Justifikasi
Pengembangan agribisnis hortikultura diproyeksikan dapat
memberikan kontribusi yang semakin besar dalam sistem
perekonomian nasional, baik secara makro, regional dan lokal.
Pengembangan sistem dan usaha agribisnis hortikultura merupakan
kelanjutan dan penyempurnaan dari tahun-tahun sebelumnya
dengan fokus pemantapan sentra yang sudah ada dan
penumbuhan sentra-sentra baru.

B.

Tujuan dan Sasaran


Tujuan dan sasaran mendorong berkembangnya agribisnis
hortikultura melalui pengembangan subsistem hulu, budidaya,
pengolahan, pemasaran dan subsistem penunjang sebagai
kesatuan sistem agribisnis yang sinergis mampu menghasilkan
produk pertanian dan industri pertanian yang berdaya saing,
menghasilkan nilai tambah bagi peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani dan produsen yang mendukung pertumbuhan
pendapatan nasional.

C.

Kegiatan
1503-9815-0012 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKHNIS 1503-98150040 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN 1503-98151362 PENERAPAN TEKNOLOGI PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

D.

Output Kegiatan
a.

Terlaksananya Kegiatan Pembinaan Pertanian terpadu dan


terbinanya 23 Orang Petugas dan Petani

b.

Terlaksananya Kegiatan Pembinaan kelembagaan dan


Kemitraan Usaha Serta Terbinanya 23 Orang Petugas dan
Petani

c.

Terlaksananya Kegiatan Pelatihan Teknologi Penerapan


Komoditas Dengan Mengikutsertakan Petani Komoditas dari
Kabupaten Yang Bersangkutan.

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

TABEL 7.
EVALUASI KINERJA KEGIATAN (CONTOH)
TRIWULAN XX

A.

Outcome
Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia petugas dalam
melaksanakan perannya sebagai fasilisator, akselerator,
dinamisator dan regulator.
-

Tumbuh dan berkembangnya kelembagaan dan kemitraan


usaha.

Meningkatnya kualitas petani komoditas dan petugas hortikultura

B.

Benefit
Berjalannya sistem dan usaha agribisnis hortikultura di Propinsi,
lancarnya lalu lintas data, informasi dan pelaporan perbenihan dan
statistik hortikultura terlaksananya program revitalisasi .

C.

Keberhasilan dan Permasalahan


Kegiatan yang dilaksanakan pada bulan ini adalah pembinaan
pertanian terpadu yang diikuti oleh petugas dari provinsi/kab/kota dan
Pelatihan Penerapan Teknologi komoditas ke propinsi yang diikuti
oleh petugas provinsi, petugas kabupaten, petani komoditas dari
kabupaten dan kota.

..........................
..., ................
20XX
Kuasa Pengguna Anggaran

....................................
Nip...............................
Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

LAMPIRAN 5 : LAPORAN KINERJA PELAKSANAAN KEGIATAN APBN


PEMBANGUNAN PERTANIAN (FORMULIR A, B DAN C)

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN


TRIWULAN XX TA 20XX

I.

DATA UMUM
1. Nomor kode dan Nama
Unit Organisasi
: Diisi sesuai kode dan nama unit organisasi
2. Nomor Kode dan
Nama Fungsi
: Diisi sesuai kode dan nama fungsi
3. Nomor Kode dan
Nama Sub Fungsi
: Diisi sesuai kode dan nama sub fungsi
4. Nomor Kode dan
Nama Program
: Diisi sesuai kode dan nama program
5. Indikator Hasil
: Diisi..
6. Nomor Kode dan
Nama Kegiatan
: Diisi sesuai DIPA .
7. Jangka waktu Pelaksanaan
Kegiatan/Tahun ke
: misal 1/1 (1 thn dan tahun pertama) sudah jelas
8. Penanggung jawab Kegiatan : sudah jelas
9. Tempat Kedudukan Penanggungjawab Kegiatan : sudah jelas
10. Nomor Urut Pengesahan DIPA : Sesuai SP DIPA

Nomor kode dan nama sub

Anggaran (000)

kegiatan
No Loan

PHLN

Rupiah

Indikator

Satuan

Keluaran (output)

(Unit)

Total

Total

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Direktorat Jenderal Hortikultura

Draft Petunjuk Umum Program Peningktan Produksi Dan Produktivitas Hortikultura Ramah
Lingkungan 2015

Anda mungkin juga menyukai