Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini terjadi banyak masalah kesehatan reproduksi, diantaranya
penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi yaitu kista ovarium. Kanker
ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histogenesis yang beraneka ragam,
dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, dan mesodermal)
dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam.
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker
ginekologi dan merupakan penyabab utama kematian akibat kanker ke-5
terbanyak di Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 7 keganasan tersering
di seluruh dunia. Pada sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik dan
sebagian kecil berbentuk tumor padat. Walaupun kelihatannya mempunyai
respons yang cukup baik dengan pengobatan yang baku, namun prognosis kanker
ovarium ini masih tetap jelek. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena
penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan
apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium
lanjut sehingga penyakit ini disebut juga sebagai silent killer.
Kanker ovarium di Indonesia sebesar 32% dari kanker ginekologik dan
menyebabkan 55% kematian akibat keganasan ginekologik. Data statistik
American Cancer Society Insiden kanker ovarium di dunia sekitar 4% dari seluruh
keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian
akibat kanker.
Kanker ovarium dapat mengenai semua wanita dari segala usia, mulai dari
usia 20 hingga 80 tahun, jarang terjadi pada wanita di bawah usia 20 tahun.
Delapan puluh persen kanker muncul pada usia di atas 40 tahun, dan bila muncul
sesudah menopause maka hampir 30% adalah ganas. Tindakan operasi yang
digunakan untuk kasus kanker ovarium adalah teknik pembedahan surgical
staging.
Surgical Staging adalah suatu tindakan bedah explorasi laparatomi yang
bertujuan untuk mengetafui sejauh mana perluasan suatu kanker sehingga dapat

menentukan stadium klinik suatu kanker dan juga menentukan terapi adjuvan
yang perlu diberikan (kemotherapi). (www.journal.unair.ac.id).
Tindakan surgical staging meliputi TAH-BSO, Apendictomy, omentektomy.
TAH - BSO adalah total abdomminal histerektomy yaitu suatu tindakan
pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk mengangkat
uterus, serviks, kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant neoplastic disease,
leymiomas dan kronik endometriosis (www.materikuliahmaternitas.com).
Omentektomy adalah juga mengangkat sebagian jaringan omentum pasien
yang dikwatirkan sudah menjadi tempatmetastase kanker yg menyerang serviks.
Appendictomy adalah pengangkatan terhadap appendik yang mengalami
infeksi (http//ppni-klaten.com).
Setelah menjalani surgical stagging, seorang wanita tidak lagi mendapatkan
ovulasi dan menstruasi. Hal ini juga berarti berkurangnya produksi hormon
estrogen dan progesteron yang dapat menyebabkan kekeringan pada vagina,
keringat berlebihan, dan gejala-gejala lain yang umumnya terjadi pada menopause
normal.
Berdasarkan data dari ruang OK 6 ginekologi IBS RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang didapatkan data bahwa angka tindakan surgical staging dari bulan januari
sampai April 2016 sebanyak 8 kasus.
Dari data dan fakta di atas penulis tertarik untuk membuat tugas akhir yang
berjudul Penatalaksanaan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien Dengan
Surgical Staging atas indikasi Ca. Ovarium Suspect Ganas di Instalasi Bedah
Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang.

1.2

Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :


Bagaimana penatalaksanaan keperawatan perioperatif dengan tindakan surgical
stagging atas indikasi CA Ovarium di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful
Anwar?
1.3

Tujuan

1.3.1

Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan perawat instrumen, peserta diharapkan

mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dan menerapkan asuhan keperawatan


perioperatif pada pasien CA Ovarium dengan tindakan surgical stagging.

1.3.2

Tujuan Khusus
Pada akhir pelatihan diharapkan peserta pelatihan mampu :

1. Mampu melakukan dan mengidentifikasi klien sebelum dilakukan


tindakan operasi. Diantaranya, penerimaan pasien, kelengkapan inform
concent dan diagnosa.
2. Mampu mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan pada operasi
surgical stagging.
3. Mampu menyiapkan bahan habis pakai pada operasi surgical stagging.
4. Mampu melakukan secara mandiri menjadi perawat instrumen pada
operasi surgical stagging.
5. Mampu melakukan inventarisasi alat instrumen dan bahan habis pakai
yang digunakan dalam operasi surgical stagging.
6. Mampu melaksanakan proses dekontaminasi dan inventaris instrumen
yang telah digunakan dalam operasi surgical stagging.
7. Mampu melakukan pendokumentasian keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai