Lapsus Diare Print Fix
Lapsus Diare Print Fix
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. H
Jenis kelamin
: Laki laki
Umur
: 1 Th 1 bln
Berat Badan
: 10 Kg
Tinggi Badan
: 75 Cm
Anak ke
: 2 dari 2 bersaudara
Masuk RS
: 2 September 2015 Pukul 17.20 WIB
II. ANAMNESA
Keluhan utama
: BAB Cair
Riwayat Penyakit Sekarang
:
Pasien BAB cair sejak 3 HSMRS kira- kira 8-9 kali perhari, BAB darah (-),
lender (+). Pasien juga muntah sejak hari yang sama, 2 kali per hari. Pasien
menjadi sulit makan dan minum, tapi masih mau. Batuk (-), pilek (-), demam (-),
BAK dbn.
Orang tua pasien sudah memeriksakan pasien ke dokter dan diberi obat oralit,
zinc dan probiotik namun keluhan tidak berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu
:
OS belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
:
Penghuni rumah tidak ada yang sakit seperti ini. Alergi (-)
Riwayat Neonatal
:
- Pre Natal:
An. H meupakan anak kedua, ibu hamil di usia 27 tahun.
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan, serta diberikan vitamin
dan zat besi dari bidan.
Saat hamil tidak pernah sakit, tidak mengkonsumsi alcohol maupun rokok.
Suntik TT 2 kali, kehamilan cukup bulan.
- Natal:
Lahir spondan di RS dibantu bidan, langsung menangis kuat. Berat badan
lahir 3400 gram, panjang badan 48 cm.
- Post Natal:
Tidak ada perdarahan post partum.
Riwayat Nutrisi
ASI
: OS diberi ASI dari usia 0-6 bulan.
MPASI
: pada usia 6 bulan OS diberi makanan lembut.
Riwayat Imunisasi
1
+++ +
Cyanosis
Oedem
Antropometri
BB: 10 Kg
TB: 75 CM
IV.
Tgl
3
10
Follow Up
S
O
A
BAB cair (+) KU : TSS
Diare
cair
TV : t = 37,1
7 - 8x/hari,
dengan
K/L
ampas
(-), Mata cowong -/-, dehidrasi
lendir
darah
(+), air
mata
+/+, ringan
4
10
P
- infus RL 10
tpm/makro
- Inj. Ranitidin
ampul per 12 jam
- Inj. Ondansetron
ampul per 12 jam
- Probiotik 1 x 20
mg
- Zinc Syrup 1x 20
mg (10cc)
- Paracetamol drop
mau.
5
10
< 2 detik
Diaper rash (+)
BAB cair (+), KU : TSS
- Diare cair - Tx lanjut
TV : t = 36,6
ampas
(+),
dengan
K/L
lendir
(+), Mata cowong -/-, dehidrasi
darah
+/+, ringan
- Intoleransi
muntah
(-), mukosa kering (-)
Thorax
laktosa
makan minum
Cor : Dalam batas
mau.
Diaper
normal
rash (+)
Pulmo : DBN
Abdomen
H/L tidak teraba
BU (+) N, turgor
6
10
(-), air
mata
< 2 detik
Diaper rash (+)
Demam
(+), KU : TSS
Hiperpireksi
TV : t = 40,2
BAB cair (+) ,
a
K/L
Diare
cair
ampas
(+), Mata cowong -/-,
dengan
lendir
(+), air mata +/+,
dehidrasi
darah
(-), mukosa kering (-)
Thorax
ringan
muntah
(-),
Cor : Dalam batas Intoleransi
makan minum
normal
laktosa
mau.
Diaper Pulmo : DBN
Abdomen
rash (+), BAK
H/L tidak teraba
dbn
BU (+) N, turgor
- Tx lanjut
- cefotaxim 350 mg
per 12 jam
- ekstra dexametason
ampul
- Cek darah rutin
ulang dan widal
< 2 detik
Diaper rash (+)
7
10
Demam
(-), KU : baik
- Diare cair - bila sore tidak
TV : t = 36,2
BAB cair (+)
dengan
demam BLPL
K/L
-Obat
pulang:
2x , ampas (+), Mata cowong -/-, dehidrasi
kotrimoksazol 2 x
lendir
(-), air mata +/+, ringan
- Intoleransi 2,5cc
darah
(-), mukosa kering (-)
Probiotik 1 x 20 mg
Thorax
laktosa
muntah
(-),
Zinc Syrup 1x 20 mg
Cor : Dalam batas
makan minum
(10cc)
normal
mau.
Diaper Pulmo : DBN
Abdomen
rash (-), BAK
H/L tidak teraba
dbn
BU (+) N, turgor
< 2 detik
Diaper rash (-)
V.
Hasil Laboratorium
1. Tanggal 2 Oktober 2015
PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI RUJUKAN
SATUAN
Hb
11,4
9,5 14,0
g/dL
Leukosit
10,3
4,0 12,0
103/ uL
Eritrosit
5,37
4,5 5,50
106/ uL
Ht
34,5
40,0 48,0
Trombosit
308,0
150-400
103/ uL
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
HITUNG JENIS
Granulosit
43,7
50,0 80,0
Limfosit
46,8
20,5 51,1
Monosit
10
2-9
MCV
64,2
80,3 103,4
Mikro mm3
MCH
21,2
26,0 34,4
pg
MCHC
33,0
31,8 36,3
g/dL
HASIL
NILAI RUJUKAN
SATUAN
FESES
MAKROSKOPIS
Warna
Kuning
Konsistensi
Lembek
Pus
Negatif
Negatif
Lendir
NEGATIF
Darah
Negatif
Negatif
0-1
0 -1
MIKROSKOPIS
Eritrosit
Lekosit
56
45
Epitel
Negatif
Negatif
Telur Cacing
Negatif
Negatif
Amuba
Negatif
Negatif
Yeast
Negatif
Negatif
Amilum
Negatif
Negatif
Lemak
Negatif
Negatif
Serat Tumbuhan
Negatif
Negatif
HASIL
NILAI RUJUKAN
SATUAN
Hb
10,6
9,5 14,0
g/dL
Leukosit
6,4
4,0 12,0
103/ uL
Eritrosit
4,96
4,5 5,50
106/ uL
Ht
31,5
40,0 48,0
Trombosit
293,0
150-400
103/ uL
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
HITUNG JENIS
Granulosit
47,4
50,0 80,0
Limfosit
44,1
20,5 51,1
Monosit
2-9
MCV
63,6
80,3 103,4
Mikro mm3
MCH
21,4
26,0 34,4
pg
MCHC
33,7
31,8 36,3
g/dL
S. TYPHI O
Negatif
< 1/160
S. PARATYPHI AO
Negatif
< 1/160
S. PARATYPHI BO
Negatif
< 1/160
S. PARATYPHI CO
Negatif
< 1/160
S. TYPHI H
1/80
< 1/160
S. PARATYPHI AH
Negatif
< 1/160
S. PARATYPHI BH
Negatif
< 1/160
S. PARATYPHI CH
Negatif
< 1/160
SERO IMUNOLOGI
WIDAL
VI.
Diagnosis
Diagnosis kerja
Diagnosis imunisasi
Diagnosis gizi
: gizi baik
Diagnosis perkembangan : perkembangan sesuai usia
VII.
Tatalaksana
Medikamentosa:
- infus RL 12 tpm/makro
- Inj. Ranitidin ampul per 12 jam
- Inj. Ondansetron ampul per 12 jam
- Oralit 1x sachet tiap BAB
- Probiotik 1 x 1 sacchet
- Zinc Syrup 1x 20 mg
- Paracetamol drop 100mg (1cc) per 4 jam jika suhu 38oC
Non Medikamentosa:
- ASI dan makanan pendamping ASI tetap diberikan. Tunda pemberian
susu formula, bisa diganti dengan LLM atau susu soya.
- Jaga higienitas diri pasien, makanan, lingkungan.
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE CAIR AKUT
1. Definisi Diare
Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air besar dengan frekuensi yang
tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek atau cair. Diare
merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih
dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lendir
darah.1,2
2. Klasifikasi Diare 3, 4
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari:
a. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Menurut Depkes (2002),
diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselangseling berhenti lebih dari 2 hari.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi
penyakit diare akut dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaitu
Diare tanpa dehidrasi
Diare dengan dehidrasi ringan-sedang, apabila cairan yang hilang 2-8%
dari berat badan
Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 810%.
b. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan
penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau
10
gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari.
Diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan
berlangsung 2 minggu lebih.
4. Etiologi Diare 5
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor Infeksi
(1) Infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi:
Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
Infeksi virus:
Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain
Infestasi parasit : Cacing
(Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis), jamur (candida albicans).
(2) Infeksi parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
(1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktosa.
(2) Malabsorbsi lemak
(3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
e. Faktor Pendidikan
Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status
pendidikan SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan
11
cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu
dengan status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa pendidikan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita.
Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan
yang diperoleh si anak.
f. Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai
pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja
sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan
tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus
membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai risiko
lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
g. Faktor umur balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang
berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding
anak umur 25-59 bulan.
h. Faktor lingkungan
Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang berbasisi
lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan
perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat
pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare.
i. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu,
pengobatan
dengan
makanan
baik
merupakan
komponen
utama
penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian
besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan
malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90,
kurang = <90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.
j. Faktor sosial ekonomi masyarakat
12
13
hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat
tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi berupa
larutan hipertonik, air, dan elektronik akan pindah dari cairan ekstraseluler
kedalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan
ekstraseluler dan darah,sehingga terjadi pula diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat
rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin, menyebabkan villi
gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida di sel epitel
berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi
air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang
usus
mengeluarkannya
sehingga
timbul
diare.
Diare
mengakibatkan terjadinya:
Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hypokalemia.
Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau
prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan
muntah, perpusi jaringan berkurang sehingga hipoksia dan
asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran menurun dan bila
tak cepat diobati penderita dapat meninggal.
Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan yang
berlebihan karena diare dan muntah. Kadang-kadang orang tuanya
menghentikan pemberian makanan karena takut bertambahnya
muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan
dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan sering terjadi pada
14
motilitas
usus
yang
mengakibatkan
hiperperistaltik
dan
15
16
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit
saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas
yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan
cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.
Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan
pada derajat dehidrasi.
(1) Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret
(2) Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
(3) Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas untuk diinfus.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak
boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila
18
terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahanlahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan
sampai dengan diare berhenti.
b. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi
epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:
Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau
ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.
c. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di
beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
19
20
21
22
23
DAFTAR PUSTAKA
1. FKUI. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta Balai Penerbit FKUI.
2. Aziz. 2006. Diare, Pembunuh Utama Balita. Jakarta: Graha Pustaka
3. Depkes RI. 2002. Rencana Strategi Direktoral Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan 2001-2004. Jakarta: Depkes
RI.
4. Suharyono. 2002. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: Rhineka Cipta.
5. Widoyono. 2002. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penulara, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
6. Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen IPD FKUI.
7. Mansjoer, Arif, dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.
8. Kemenkes RI. 2022. Morbiditas dan Mortalitas Diare pada Balita di
Indonesia Tahun 2000-2007. Jakarta: Kemenkes RI.
9. Pudjiadi A, dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: IDAI.
24