PENDAHULUAN
Latar belakang
Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan
Indonesia fenomena yang sedang marak saat ini adalah peristiwa individu
sebagai contoh pembantu rumah tangga yang mengalami gangguan jiwa
ringan yang ditandai dengan mudah gugup, marah, mudah tersinggung,
tegang, konsentrasi kurang, apatis yang akan bermuara pada gangguan
jiwa berat akibat beban kerja dengan majikan, upah serta kondisi ekonomi
dan sosial. Hal tersebut akan berakibat pada gangguan jiwa Schizoprenia.
Gangguan-gangguan kesehatan jiwa tersebut menunjukkan seperti klien
berbicara sendiri, mata terlihat kekanan-kiri, jalan mondar-mandir, sering
tersenyum sendiri, dan sering mendengar suara-suara. Sedangkan
halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan
dalam jumlah atau pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai
secara internal dan eksternal) disertai dengan satu pengurangan,
berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus.
(Townsend, 1998).
Peran perawat pada kasus ini secara promotif membentuk potensi,
mengontrol
hidup
sendiri,
menyusun
strategi
koping,
mengubah
Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi pendengaran?
Tujuan
1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan
pada klien dengan: Halusinasi Pendengaran dengan Menggunakan pendekatan proses
2
pendengaran.
Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada penderita dengan halusinasi
pendengaran.
Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan pada penderita dengan halusinasi
pendengaran.
4
1
Manfaat
Teoritis
Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam Asuhan Keperawatan
Jiwa Dengan Masalah Utama Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
Diagnosa Medis Skizofrenia Hebefrenik di Ruang Rawat Pavilliun VI Rumkital dr.
Ramelan Surabaya.
2 Praktis
a Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukkan bagi pelayanan di rumah sakit
agar dapat melakukan Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Utama Perubahan
Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Diagnosa Medis Skizofrenia Hebefrenik di
Ruang Rawat Pavilliun VI Rumkital dr. Ramelan Surabaya.
b Bagi Pasien
Dapat menjadi pengetahuan bagi pasien mengenai penyakitnya.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
1
2 Etiologi
1 Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %,
bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita
Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis,
1998; 215 ).
2
Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu
pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini
tidak dapat dibuktikan
3
Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung
extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada
penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih
dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik.
4
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek
otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan
postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.
5
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak
dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP
tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah
dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan
suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian
dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab
psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga
lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3)
kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik
tidak mungkin.
7
Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa
yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir,
perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok
yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan
dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan
psikomotorik yang lain).
Teori lain
Ringkasan
e
f
dirinya.
Menyimpan rasa permusuhan.
Gejala gejala positif skizofrenia sebagaimana diuraikan diatas amat
mengganggu lingkungan (keluarga) dan merupakan salah satu motivasi keluarga untuk
membawa penderita berobat.
Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat
Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.Sulit dalam berpikir abstrak.
d
e
Jenis Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama
antara lain:
a Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi
dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan
halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan.
b Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau
antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan
kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor
seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham
dan halusinaasi banyak sekali.
c
Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh
stress
emosional.
Mungkin
katatonik.Skizofrenia Paranoid
terjadi
gaduh
gelisah
katatonik
atau
stupor
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder
dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses
berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
d Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi.
Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia
luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang
khusus baginya.
e
Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejalagejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia.
f
Penatalaksanaan Skizofrenia
Menurut Tomb (2004), pengobatan untuk penderita skizofrenia dapat menggunakan
Metode psikoterapi
Menurut Hawari (2006) jenis psikoterapi yang dilakukan untuk menangani penyakit
skizofrenia antara lain:
1
Psikoterapi suportif
Bentuk terapi yang bertujuan memberikan dorongan semangat dan motivasi agar
penderita tidak merasa putus asadan semangat juangnya (fighting spirit) dalam
menghadapi hidup.
2
Psikoterapi re edukatif
Bentuk terapi yang dimaksudkan member pendidikan ulang untuk merubah pola
pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia
luar.
3
Psikoterapi rekonstruksi
Adalah terapi yang bersumber dari teori psikologi tingkah laku (behavior
psichology) yang mempergunakan stimulasi dan respon modus operandi dengan
pemberian stimulasi yang positif akan timbul proses positif.
5
Terapi keluarga
Bentuk terapi yang menggunakan media sebagai titik tolak terapi karena keluarga
selain sebagai sumber terjadinya gangguan tingkah laku juga sekaligus sarana terapi
yang dapat mengembalikan fungsi psikis dan sosial melalui komunikasi timbal balik.
6
Psikoterapi kognitif
Halusinasi Pendengaran
Etiologi
Faktor predisposisi
Biologis
1 Gangguan perkembangan dan fungsi otak/SSP.
2 Gejala yang mungkin muncul adalah hambatan dalam belajar berbicara,
daya ingat dan perilaku kekerasan.
Psikologis
1 Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan.
2 Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien.
3 Pola asuh pada usia kanak-kanak yang tidak adekuat misalnya: tidak ada
kasih sayang diwarnai kekerasan dalam keluarga.
3
a
Sosial budaya
1 Kemiskinan,
konflik
sosial
budaya
(peperangan,
kerawanan,dan
ketidakamanan).
2 Kehidupan yang terisolir disertai stress yang menumpuk.
Faktor presipitasi
1 Kurangnya sumber daya/ dukungan social yang dimiliki.
2 Respon koping yang maladaptive.
3 Komunikasi dalam keluarga kurang.
IDENTIFIKASI ADANYA PERILAKU HALUSINASI
Isi Halusinasi
1 Menanyakan suara siapa yang didengar.
2 Apa bentuk yang dilihat.
3 Bau apa yang dicium.
4 Rasa apa yang dikecap.
5 Merasakan apa di permukaan tubuh.
b Waktu dan frekuensi halusinasi
1 Kapan pengalaman itu muncul.
2 Bila mungkin klien diminta menjelaskan.
3 Kapan persis waktu terjadinya hal tersebut.
c Situasi pencetus
1 Menanyakan kepada klien atau kejadian yang dialami sebelum hal itu
muncul.
d Respons klien
1 Apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengaruh Halusinasi.
2 Apakah masih bisa mengontrol stimulus Halusinasi atau sudah tidak berdaya.
FASE HALUSINASI
a Fase pertama/ comforming (ansietas sedang)
Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan kesepian yang memuncak
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai
berikut:
1 Bicara sendiri.
2 Senyum sendiri.
3 Ketawa sendiri.
4 Menggerakkan bibir tanpa suara.
5 Pergerakan mata yang cepat.
6 Respon verbal yang lambat.
7 Menarik diri dari orang lain.
8 Berusaha untuk menghindari orang lain.
9 Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10 Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11 Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12 Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13 Sulit berhubungan dengan orang lain.
14 Ekspresi muka tegang.
15 Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16 Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17 Tampak tremor dan berkeringat.
18 Perilaku panik.
19 Curiga dan bermusuhan.
20 Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
21 Ketakutan.
22 Tidak dapat mengurus diri.
23 Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
6 Penatalaksanaan Pada Pasien Halusinasi
Keperawatan kesehatan mental psikiatri adalah suatu bidang spesialisasi praktik
keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan
diri secara terpauti sebagai kiatnya. Halusinasi visual sering terjadi pada saat klien
bangun tidur / saat akan tidur ataupun saat klien tidak ada pekerjaan dan
termenung/melamun. Dalam penatalaksanaan proses keperawatan klien dengan
halusinasi yaitu:
a Membina hubungan saling percaya.
b Menjelaskan pada klien tentang apa yang dialami sekarang, jelaskan bahwa itu
c
temannya).
d Menjelaskan pada keluarga tentang gangguan jiwa yang dialami klien,
bagaimana cara mengontrolnya juga dukungan dari keluarga. Menjelaskan pada
klien tentang obat yang di minum baik jenis, dosis, kegunaan maupun efek
samping (Rasmun, 2001).
rentang respon neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001). Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi
dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), pasien dengan
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus
tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena
sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Pasien mengalami ilusi jika interpretasi yang
dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.
Rentang respon halusinasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
RENTANG RESPON
(STUART & LARAIA, 2001)
Respon Adaptif
Pikiran Logis
Respon Maladaptif
Distorsi Pikiran
G3
Persepsi Akurat
Ilusi
Halusinasi
Emosi Konsisten
SulitBerespon
Dng Pengalaman
Atau<<
Emosi
Perilaku Sesuai
Perilaku Aneh
PL.
Pikir/Delusi
Disorganisasi
Berhub. Sosial
tidak biasa
Menarik Diri
isolasi sosial
Data subyektif: tidak mampu mengenal waktu, orang, tempat, tidak mampu
memecahkan
masalah,
mengungkapkan
adanya
halusinasi
(misalnya
khawatir.
Data obyektif: mudah tersinggung, apatis, dan cenderung menarik diri, tampak
gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti berbicara
seolah
olah
mendengar
sesuatu,
menggerakkkan
bibirnya
tanpa
mengeluarkan suara, menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai, gerakan mata
yang cepat, pikiran yang berubah ubah dan konsentrasi rendah, kadang
tampak ketakutan, respon respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon
terhadap petunjuk yang kompleks).
POHON MASALAH
Risiko perilaku mencederai diri (Affect)
Gangguan pemeliharaan kesehatan
Perubahan persepsi/sensori:
halusinasi dengar (Core Problem)
Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan halusinasi dengar.
RENCANA KEPERAWATAN
Dx. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan halusinasi dengar.
Intervensi Keperawatan:
1
SP 1.
a Bina hubungan saling percaya
b Membantu pasien mengenal halusinasinya (isi, waktu, frekuensi, situasi yang
c
Tujuan SP 1:
a
b
c
2
a
SP 2
Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Tujuan SP 2:
SP 3
a Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktivitas terjadwal.
Tujuan SP 3:
sehari-hari.
Pasien mampu melakukan aktivitas yang sudah dijadwalkan.
SP 4
a Melatih pasien minum obat secara teratur
Tujuan SP 4:
a
b
I IDENTITAS KLIEN
Inisial
: Tn. Y
(L/P) Tanggal Pengkajian : 6-12-2011
Umur
: 28 Tahun
No. Rekam Medik : 20.20.53
Informan : keluarga pasien dan pasien sendiri
II ALASAN MASUK
IV FAKTOR PREDISPOSISI
1 Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
ya pasien pernah mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2010 dan sering kambuh dan
keluar masuk pav 6. Pasien masuk pav 6 sebanyak lebih dari 4x.
2 Pengobatan sebelumnya
Berhasil
kurang berhasil
tidak berhasil
pasien mengatakan saat di rumah jarang minum obat bahkan pernah tidak diminum
obatnya dengan alasan ingin coba-coba bagaimana rasanya kalau tidak minum obat.
3
Pelaku/Usia
Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan criminal
penjelasan No. 1, 2, 3 : pasien memukul PAGA sebelum dibawa ke pav 6
Masalah Keperawatan : -resiko perilaku kekerasan.
-Ketidakefektifan terapi sebelumnya
Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Ya
Tidak
Penjelasan: keluarga pasien mengatakan ada anggota keluarga lain yang pernah
mengalami gangguan jiwa yang sama dengan pasien yaitu paman pasien namun sudah
sembuh.
Px
: Laki- laki
: Tinggal
serumah
Penjelasan: pasien menikah dengan istrinya pada bulan september tahun 2011 dan belum
dikaruniai anak. Pasien tinggal serumah dengan istrinya.
Masalah Keperawatan
2
Konsep diri
a Citra tubuh
: pasien mengatakan tidak ada bagian tubuhnya yang tidak dia sukai.
b Identitas
melamun. Pasien cenderung tertutup dan jarang cerita tentang masalahnya kepada
orang lain kecuali terhadap orang yang dipercaya sekali oleh pasien.
Masalah Keperawatan: isolasi sosial: menarik diri.
4 Spiritual
a Nilai dan keyakinan: pasien beragama islam.
b Kegiatan Ibadah: pasien mengatakan rajin melaksanakan shalat subuh dan
mendengarkan ceramah subuh di televisi.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
VII
STATUS MENTAL
1 Penampilan : pasien terlihat bersih dan rapi, rambut rapi dan tidak kotor, gigi bersih.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
2 Pembicaraan
penjelasan: ketika dikaji respon pasien ketika menjawab agak lambat dan tampak
malas dan lama saat berfikir.
Masalah Keperawatan: hambatan komunikasi verbal.
3 Aktivitas motorik
penjelasan : ketika dikaji pasien tampak tidak tenang dan gelisah serta tampak
agitasi (kadang-kadang menggerak-gerakan tangan dan kaki). Pasien juga
mengalami distrakbiliti (perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak
berarti (orang lewat)).
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
4 Alamperasaan
penjelasan : saat dikaji pasien beranggapan bahwa suara-suara yang didengarnya
dikirim oleh sesuatu yang lebih kuat dari manusia dan pasien khawatir bila suara-
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
penjelasan: pasien mengalami halusinasi pendengaran. Saat dikaji pasien
mengatakan sebelum MRS mendengar suara berupa teriakan-teriakan wanita yang
menyuruhnya memukul seniornya, suara itu sering muncul terutama saat malam hari
sampai menjelang subuh, respon pasien saat mendengar suara itu menghampiri
sumber suara dan terkadang diam.
Masalah Keperawatan: gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
8 Proses pikir
penjelasan : saat dikaji pasien mampu menjawab pertanyaan yang diberikan namun
Somatik
Siar pikir
Hipokondria
Pikiran magis
Kebesaran
Kontrol pikir
Curiga
Sisip pikir
nihilistik
penjelasan : pada saat dikaji pasien mengatakan cemburu terhadap istrinya yang
dianggap berselingkuh dengan seniornya.
Masalah keperawatan : waham curiga.
10 Tingkat kesadaran
Bingung
Sedasi
Stupor
Disorientasi:
Waktu
Tempat
Orang
penjelasan : saat dikaji pasien tampak sadar sepenuhnya dan kooperatif ketika
diajak ngobrol
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
11 Memori
pasien mampu mengingat isi halusinasi,frekuensi, waktu, dan respon pasien yang
terjadi sebelum pasien MRS.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu
Tidak mampu
berkonsentrasi
berhitung
sederhana
penjelasan : pasien saat ditanya berapa kali dia dirawat, pasien bilang tidak tahu
sudah berapa kali dia masuk.
Masalah Keperawatan : gangguan proses pikir.
13. Kemampuan penilaian : pada saat mahasiswa memberi pertanyaan pasien mandi
dulu atau shalat subuh dulu pasien menjawab mandi dulu.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
14. Daya tilik diri: saat dikaji pasien sadar bahwa dirinya sedang sakit san dirawat di
pav 6. Pasien ingin cepat sembuh dan kembali bekerja.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keerawatan.
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1
Pasien mampu makan sendiri, ganti baju sendiri, mandi sendiri, BAB/BAK sendiri
tetapi klien tidak mampu memenuhi kebutuhan yang lain seperti menjaga kebersihan
kamarnya.
Masalah keperawatan: gangguan pemeliharaan kesaehatan
2 Istirahat dan tidur
Tidur siang lama :
1
s.d. 2
jam
Tidur malam lama :
7
s.d 8
jam
Aktivitas sebelum/setelah lama : berdoa
Penjelasan: pasien mengatakan sering terbangun awal saat tidur di malam hari.
Masalah keperawatan: gangguan pola tidur.
3 Penggunaan obat : memerlukan bantuan karena pasien mengatakan tidak teratur
4
VIII
Sistem pendukung
Penyakit fisik
Obat-obatan
Lainnya :
Masalah Keperawatan : ketidak patuhan.
XI. Aspek Medik
Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid.
Terapi medik: CPZ
: 3x 100mg
stelazyne
: 1x 5mg
Hexymer
: 2x2m
XIII. Masalah keperawatan
1 resiko perilaku kekerasan.
2 ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan.
3 gangguan konsep diri: harga diri rendah.
4 Isolasi sosial: menarik
diri. Perilaku Kekerasan :
Resiko
Effect
5 hambatan komunikasi verbal.
Mencederai
Diri
Sendiri
dan
Orang
Lain
6 Ansietas.
7 gangguan alam perasaan/ ketakutan.
8 waham
9 gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
10 gangguan proses pikir.
Effect
11Effect
gangguan pemeliharaan kesaehatan.
Core Problem
12 gangguan pola tidur.
waham
13 ketidak
efektifan
koping individu.
Gangguan
Proses
PikirGangguan
Persepsi Sensori :
14 ketidak patuhan. Halusinasi Pendengaran
XIV. Pohon Masalah
Pohon Masalah
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Causa
NAMA: Tn. Y
NO RM: 20.20.53
RUANGAN:Pav.6B
Data
Diagnosa keperawatan
DS:
Gangguan
Ttd
persepsi/sensori:
halusinasi pendengaran.
yang
menyuruhnya
memukul seniornya.
Px mengatakan jenuh berada di
RS
DO:
Saat diajak bicara Px tampak
agitasi
(sering
menggerak-gerakkan
dan
tangan
kakinya),
dan
distaktibiliti.
Px lebih sering menyendiri di
dalam kamarnya.
INTERVENSI KEPERAWATAN
TG
L.
PERENCANAAN
KRITERIA
KEPERAWA TUJUAN
EVALUASI
TAN
6-
Gangguan
12-
persepsi/sens 1
2011
INTERVENSI
DX
ori:
SP 1:
BHSP
Ekspresi
1 Bina hubungan
wajah
bersahabat,
halusinasi
menunjukkan
pendengaran
rasa senang,
ada kontak
saling percaya
Salam
terapeutik.
Perkenalan
diri.
Tanyakan
RASIONAL
saling
percaya
antara px dan
perawat
merupakan
hal mutlak
mata, mau
nama pasien
untuk
berjabat
dan nama
memudahkan
tangan, mau
panggilan
melakukan
menyebutkan
kesukaan
pendekatan
nama, mau
menjawab
pasien.
Kontrak
dengan
salam, mau
dan tindakan
keperawatan
kpd px.
pasien.
duduk
berdampingan
dengan
perawat, mau
mengutarakan
masalah apa
yang
dihadapai.
2.
a mengidentifikas
i isi
halusinasi.
b Mengidentifikas
Pasien mampu
i jenis
membant
mengenal
u pasien
halusinasinya
mengenal
(isi, jenis,
i frekuensi
halusinasi
frekuensi,
nya(isi,
waktu, respon,
halusinasi.
d Mengidentifikas
jenis,
situasi yang
frekuensi,
mnyebabkan
waktu,
halusinasi).
halusinasi.
c Mengidentifikas
i waktu
datangnya
halusinasi.
e Mengidentifikas
respon,
i respon px
situasi
saat
yang
halusinasi
menyabab
kan
Tingkah laku
px terkait
halusinasiny
a
menunjukka
n jenis, isi,
frekuensi,
waktu dan
situasi yang
menyebabka
n halusinasi
muncul.
datang.
f Mengidentifikas
halusinasi
i ssituasi
yang
menyebabkan
halusinasi.
3.
a Mengajari cara
menghardik
halusinasi.
b Menyuruh
Perlawanan
Agar px
pasien
dari dalam
mampu
mempraktekk
diri px
3 membantu
pasien
mengetahui
an cara
terhadap
cara
menghardik
halusinasi
mengontro
menghardik
halusinasi di
merupakan
dan
depan
cara yang
halusinasi
mempraktekka
dengan
n cara
cara
menghardik
pertama
halusinasi.
mahasiswa
c Menganjurkan
pasien untuk
mempraktekk
(menghard
an cara
ik
menghardik
halusinasi)
halusinasi
ketika
paling tepat
untuk
menghilangk
an halusinasi
yang
dirasakan.
halusinasi
datang
d Anjurkan pd px
untuk
memasukkan
kegiatan
menghardik
halusinasi
dalam daftar
kegiatan
harian.
1 Jelaskan pd px
cara
mengontrol
halusinasi
SP 2:
dengan cara
membantu
bercakap-
px
cakap dengan
mengontrol
orang lain
halusinasi
ketika
dengan cara
Agar px
kedua:
mampu
bercakap-
mengetahui
halusinasi
datang.
2 Minta px
Bercakapcakap
dengan
orang lain
cakap
cara
mempraktekk
saat
dengan orang
mengontrol
an apa yang
halusinasi
lain ketika
halusinasi
telah
datang
halusinasi
dengan cara
diajarkan
diharapkan
datang.
bercakap-
didepan
mengalihkan
cakap dan
mampu
mempraktekka
nnya ketika
halusinasi
datang.
mahasiswa
3 Anjurkan pasien
melakukan
apa yang
konsentrasi
px terhadap
halusinasiny
a.
diajarkan saat
halusinasi
datang.
4 Anjurkan pd px
untuk
memasukkan
kegiatan
bercakapcakapa
dengan orang
lain ke dalam
jadwal harian
kegiatan px.
1 Bantu px
identifikasi
aktivitas
sehariharinya.
2 Anjurkan px
SP 3:
menjadwalka
Membantu px
n aktivitas
mengontrol
sehari-
halusinasi dg
harinya.
3 Dorong px
cara ketiga:
dengan
melaksanaka
n aktivitas
Agar px
mampu
mengidentifika
melakukan
aktivitas
sehari-
Melakukan
kegiatan/ruti
nitas harian
akan
terjadwal.
si aktivitas
harinya
mengurangi
yang biasa
seperti yang
waktu px
dilakukan
sudah
untuk
sehari-hari dan
dijadwalkan.
melamun
melaksanakan
aktivitas yang
dan
Identifikasi
mengurangi
telah
dg px obat
kemungkina
dijadwalkan.
yg biasa di
n terjadinya
minum px.
beritahukan
halusinasi.
SP 4:
Membantu
kegunaan
melatih px
dan akibat
minum obat.
tidak minum
3
obat.
Anjurkan px
Putus minum
untuk
Agar px
mampu
mengetahui
keguanaan
obat dan
akibat dari
tidak minum
obat, serta px
meminum
obatnya
teratur baik
saat di RS
maupun
obat
merupakan
salah satu
faktor
penyebab
kekambuhan
ketika
berada di
pada pasien
dengan
rumah.
dapat
gangguan
meminum
jiwa.
obatnya secara
teratur baik
saat di RS atau
ketika sudah
pulang ke
rumah.
Dx
IMPLEMENTASI
EVALUASI
KEPERAWATAN
6-
Gangguan perubahan SP 1:
S:
TTD
12-2011
persepsi/sensori
halusianasi dengar.
BHSP
px
mengatakan,
selamat siang pak,
selamat siang..
perkenalkan
nama px mengatakan nama
saya Nur Wachida
Novita,
saya
suka
wahyu,
O:
jam
pertanyaan.
pagi Px memandang
perawat
suka
saat
berbicara.
di Px duduk di
depan
perawat.
mata
lama?
20
menit boleh?.
S:
Px
mengatakan
bawa
ke
saya
sini
di
setelah
mengatakan
sering,
bawa ke sini?
jadi
pak
menjelang
subuh
yusuf
Px
suara- mengatakan suara itu
suara yang meneriaki menyuruh saya memukul
pak yusuf?
senior saya
kapan biasanya pak
Px
mendengar
suaramengatakansaya
suara itu?
terganggu
Berupa apa suara- Px mengatakan saya
suara itu?
Bagaimana perasaan
mendengar
pak
yusuf
mendengar
ketika
suara-
menghampiri suara
itu
tapi
kadang-
suara itu?
O:
Apa yang pak yusuf
Px
menatap
mata
lakukan
ketika
perawat
saat
mendengar
suaraberbicara.
suara itu?
Px
kadang-kadang
senyum-senyum saat
berbicara.
Px
kadang-kadang
menggerak-gerakkan
tangan dan kakinya di
tengah-tengah
pembicaraan.
Wajah
px
tampak
gelisah dan khawatir.
Px
sering
menoleh
ketika ada orang yg
lewat disekitarnya.
A: SP 1 poin mengenal
halusinasi teratasi.
P: dilanjutkan SP 1 poin
mengontrol
halusinasi
(menghardik halusinasi).
S:
Px
mengatakan
pergi...saya
tidak
mau dengar...jangan
ganggu saya kamu
suara palsu, kamu
tidak nyata!.
Px
mengatakan
pergi...saya
tidak
mau dengar...jangan
ganggu saya kamu
suara palsu, kamu
Mengontrol
halusinasi(Menghar
tidak nyata!.
Px mengatakan saya
tidak
dik halusinasi)
sekarang bagaimana
mendengar
cara
di rumah biasanya
dulu,
yaitu
dengan
cara
menghardik. Caranya
adalah
suara
saat
itu
suaramuncul,
muncul.
iya saya coba..
O:
Px menatap perawat
Saat mempraktekkan px
pergi...saya
melakukannya dengan
senyum-senyum.
mau Saat di suruh mengulang
tidak
dengar...jangan
mengulangi.
suara palsu, kamu Pandangan px
tidak nyata! Begitu
diulang-ulang sampai
suara
tidak
itu
tidak A:
SP
poin
menghardik
halusinasi
terdengar lagi.
Sekarang coba pak teratasi sebagian.
sudah
saya
tadi!
Nah
ajarkan
begitu,...bagus!
coba lagi pak yusuf!
Ya
begitu,
sekali
S:
bagus Px
mengatakan
yusuf
tolong, saya mulai
pak
sudah bisa.!.
dengar suara-suara.
Ayo ngobrol dengan
yusuf
ketika
lakukan
suara
itu
saya!
Px
mengatakan
tolong, saya mulai
datang!.
dengar suara-suara.
kalau
begitu
saya!.
sudah O:
berada di rumah.
Px menatap perawat
pak
yusuf
Saat mempraktekkan px
melakukannya dengan
senyum-senyum.
Saat di suruh mengulang
SP 2:
Mengontrol
halusinasi
mengulangi.
Pandangan
px
(bercakap-cakap dengan
orang lain).
pak yusuf..., cara kedua
untuk
tidak
mencegah/
SP
teratasi
mengontrol halusinasi
sebagian.
adalah
P: dilanjutkasn SP 3.
dengan
bercakap-cakap dengan
orang lain. Jadi jika
pak
yusuf
mulai
mendengar suara-suara,
langsung
saja
pak
atau
perawat
Ayo
dengan
ngobrol
saya!
atau
istri
dik
mas
sedang
suara-suara.
Ya,
begitu.
Bagus!
coba sekali
lagi!
3,
menunggu
mengajak
atau
pasien
cakap.
cobalah kedua cara ini
pak
Px mengatakan saya
yususf
kalau
S:
mendengarkan
ikut
kegiatan
yusuf
membersihkan kamar
halusinasi
rumah.
enggak
mengalami
maen
ke
Melatih px mengontrol
halusinasi
merokok
melaksanakan
dengan
aktivitas
terjadwal.
pak yusuf, biasanya
dan
bercakap-cakap
dengan
pasien
lain.
kamar.
tidur
pak
apa
yusuf
lakukan?setelah itu?
di
setelah itu?
wah ternyata banyak
beritahu
untuk
menjadwalkan
kegiatan.
A:
yang
yusuf
P: dilanjutkan ke SP4
pak
S:
sekali
pak
minum,
warnanya
kuning,
biru,
kegiatan
yang
pak
oranye.
yusuf lakukan bisa iya..
mencegah
suara
suara- O:
tersebut Px
muncul.
menatap
mata
perawat
saat
berbicara.
Px
memegangi
kepalanya
karena
kepalanya pusing.
A: SP4 teratasi sebagian
P:SP4 dipertahankan.
SP 4:
Melatih pasien minum
macam
obat
pak
yusuf
yang
minum?
obat pak yusuf ada 3
yaitu
warna
kuning,
gunanya
untuk
menghilangkan
agar
suar-suara
tidak
itu
Kalau
suara-
suara
sudah
hilang
obatnya
tidak
boleh
dihentikan.
Mari kita masukkan
jadwal minum obatnya
pada jadwal kegiatan
bapak!
Jangan
lupa
minta
atau
kalau
pada
pada
di
BAB 4
PENUTUP
Simpulan
Pada pengkajian penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Pada
karena waktu untuk memberikan asuhan keperawatan terbatas dan keluaraga tidak
mengunjungi pasien saat penulis melakukan implementasi.
2
Saran
Sehubungan dengan kesimpulan diatas maka penulis dapat menuliskan saran untuk