Anda di halaman 1dari 4

POTENSI STEM CELL SEBAGAI REGENERATIVE MEDICINE

Ramadhina Anggita S.A dan M. Dimas Ahadianto

Stem cell atau biasa disebut sel pluripoten merupakan sel yang memiliki kemampuan
untuk memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi sel-sel spesifik yang berkembang
menjadi jaringan tertentu di dalam tubuh (Jusuf, 2008). Ada dua hal yang mencirikan sel
pluripoten. Pertama, memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel-sel tertentu yang
spesifik seperti sel hematopoietik pluripoten (membentuk sel darah merah, trombosit dan sel
darah putih), sel saraf dan sebagainya, dan yang kedua, memiliki kemampuan untuk
beregenerasi untuk membelah dirinya sendiri membentuk berbagai salinan yang persis
dengannya (Jusuf, 2008). Sejak diperkenalkannya stem cell pada tahun 1963 oleh Drs. James
Till and Ernest McCulloch, para peneliti hingga kini terus menggali dan mempelajari potensi
manfaat serta keuntungan dari stem cell. Berbagai riset dilakukan untuk memaksimalkan
informasi mengenai sel ajaib ini, terutama riset dalam bidang medis. Para peneliti yakin
bahwa stem cell ini dapat menjadi jawaban untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan
yang diakibatkan oleh penyebab kematian terbesar di dunia, yakni penyakit degeneratif.
(Maryani et al, 2009)
Penyakit degeneratif merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung dalam
waktu lama (kronis) dan berkaitan dengan penambahan usia (Maryani et al, 2009). Menurut
WHO, penyakit degeneratif telah menjadi epidemi global dengan menyebabkan kematian
lebih awal pada sekitar tujuh belas juta jiwa per tahunnya di dunia. Penyakit degeneratif ini
tidak hanya menjangkiti negara-negara maju saja, namun juga negara berkembang seperti
Indonesia. Di Indonesia, terjadi pergeseran pola penyakit yang disebabkan oleh transisi
epidemiologi. Hal ini juga didukung oleh perkembangan faktor resiko penyakit degeneratif
seperti pola makan berlebih dan obesitas, kurang olahraga, stress, rokok, alkohol dan
pencemaran lingkungan (Maryani et al, 2009). Berdasarkan Riskesdas 2007, angka kematian
akibat penyakit degeneratif pada usia > 15 tahun dibagi menjadi kelompok Endocrine,
Nutritional dan Diabetes (ENMD) (7,2%), kelompok Disease of Circulatory System (DCS)
(37,1%) dan kelompok Non ENMD+DCS (55,7%) (Maryani et al, 2009). Tentu pemerintah
berupaya keras untuk menekan angka kematian dan kesakitan yang diakibatkan oleh penyakit
degeneratif dengan berbagai cara seperti promosi kesehatan, prevensi penyakit dan perbaikan
pelayanan kesehatan, namun cara-cara tersebut kurang memadai bagi penderita penyakit

degeneratif yang sudah parah dan mengalami kerusakan pada jaringannya. Bagaimana
dengan penderita yang mengalami stroke akibat iskemia di otak? atau mereka yang
mengalami infark pada miokardiumnya? Apakah terapi yang tersedia sekarang sudah
mencukupi untuk pencapaian kualitas maksimal para penderita penyakit degeneratif?
Muncul ide di benak para peneliti untuk mengembangkan stem cell menjadi suatu
metode yang dapat memperbaharui dan memperbaiki kerusakan jaringan akibat penyakit
degeneratif dan membantu mengembalikan fungsinya. Metode ini disebut Regenerative
Medicine. Metode ini menggunakan karakteristik yang ada pada stem cell untuk memperbaiki
jaringan yang rusak dengan mengganti sel-sel mati dengan sel-sel baru dengan jenis dan
fungsi yang sama. Menurut Jusuf (2008), Regenerative Medicine berbasis stem cell dapat
dilakukan pada penyakit dengan kerusakan jaringan pada berbagai sistem, seperti sistem saraf
,jantung, maupun endokrin. Pernyataan ini didukung oleh berbagai studi mulai dari percobaan
pada hewan rodensia sampai studi pada manusia dengan populasi besar.
Sebuah studi dilakukan di Universitas Tokyo dengan menambahkan bFGF, yaitu suatu
faktor pertumbuhan, ke bagian hipokampus tikus percobaan yang mengalami stroke. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terjadi pembentukkan sel-sel saraf baru di area tersebut dan
dapat berfungsi dengan baik. Dari hasil analisa, bFGF diduga memicu stem cell milik otak
untuk berkembang dan mengganti jaringan hipokampus yang rusak. (Panchision, 2006).
Penelitian lain dilakukan oleh Straur dkk pada tahun 2002 untuk melihat efek stem cell pada
penderita infark miokard. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan infus stem cell
sumsum tulang mononuclear intrakoroner pada sejumlah kecil populasi manusia. Didapatkan
peningkatan fungsi jantung dengan tingkat keamanan dan efikasi yang tinggi (Amin, 2013).
Studi ini kemudian dijadikan acuan aplikasi untuk studi yang lebih besar populasinya. Seperti
yang dilakukan oleh Abdul-Latif dkk, dengan metode yang sama didapatkan perbaikan
anatomis beserta fungsi jantung yang jauh lebih baik dibandingkan terapi yang sudah ada.
Penelitian ini terdiri dari 18 studi dengan jumlah sampel mencapai 999 pasien. (Amin, 2013).
Studi lain dilakukan untuk melihat efek stem cell pada penyakit diabetes mellitus. Purwati
dkk melakukan transplantasi Mesenchymal Stem Cell (MSC) dan Pancreatic Stem Cell (PSC)
pada tikus wistar yang mengalami diabetes mellitus. Didapatkan bahwa MSC dan PSC dapat
merestorasi pengendalian glukosa, sekresi insulin dan perbaikan sel pankreas. Hal ini
dikarenakan stem cell dapat mereparasi kerusakan sel pankreas yang menjadi penyebab
langsung diabetes mellitus (Purwati et al, 2012).

Begitu banyak manfaat yang bisa didapatkan dari stem cell, namun dalam
pengembangan dan aplikasinya masih terbentur berbagai masalah. Penggunaan stem cell
yang berasal dari embrio akan tersandung masalah etik karena dianggap melanggar
kehormatan akan kehidupan. Selain itu, keterbatasan sarana dan prasarana bagi
pengembangan dan penelitian stem cell juga menjadi masalah tersendiri bagi perkembangan
metode stem cell. Bagaimanapun, Regenerative Medicine berbasis stem cell ini telah menjadi
secercah harapan akan terapi yang lebih baik bagi para penderita penyakit degeneratif.
Dibutuhkan regulasi yang baik dari pemerintah, keseriusan serta dukungan dari berbagai
elemen agar dapat menjadikan metode ini berhasil dan bermanfaat bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, H Zulkifli. 2013. Terapi Stem Cell untuk Infark Miokard Akut. eJKI Vol.1, No.2, 2
Agustus 2013: 15664.
Jusuf, Ahmad Aulia. 2008. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic Stem Cells) dan
Potensi Pengembangannya. Dokumen dipresentasikan pada diskusi panel Rapat PB IDI,
Jakarta, Sabtu 24 Mei 2008.
Maryani, H, Handayani, A, dan Roosihermiatie, B. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan Pola Kematian Penyakit Degeneratif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 13,
No. 1, Januari 2010: 4253.
Panchision, David. 2006. Repairing the Nervous System With Stem Cell. Dalam
Regenerative Medicine, eds. Junying Yu dan James Thomson. Terese: Winslow.
Purwati dkk. 2012. Transplantasi Autologus Bone Marrow Mesenchymal Stem Cell dan
Allogenic Pancreatic Stem Cell untuk Perbaikan Sel Beta Pankreas pada Eksperimental
Diabetes Mellitus. Prosiding InSINas 2012 KO 15-110.

Anda mungkin juga menyukai