Anda di halaman 1dari 17

Fisika Dasar 2

DIAGRAM FASA ZAT MURNI


Jefriadi, ST., M.Eng.

Quis
Pada suhu 27 oC, tekanan uap A = 0,4 atm,
sedangkan pada 127 oC, nilainya 4 atm.
Perkirakan nilai tekanan uap A pada 87 oC.
Gunakan persamaan Claussius-Clapeyron
(hubungan PS dengan T):
Keadaan 1
: ln P1S = A + (B/T1)
Keadaan 2
: ln P2S = A + (B/T2)

Diagram Fasa Zat Murni


Untuk mempengaruhi kebutuhan panas atau energi
dan perancangan ukuran alat serta pemipaan
dalam proses-proses di industri, seringkali
diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana
kondisi proses akan mempengaruhi fasa (wujud)
bahan yang diproses. Bab ini bertujuan
memberikan dasar-dasar penggunaan diagram
fasa, contoh kasus di industri, dan beberapa contoh
perhitungan sederhana.

Pengertian Diagram Fasa


Diagram fasa adalah diagram yang bisa
menunjukkan pada kondisi tertentu (tekanan, suhu,
kadar, dan lain-lain) zat tersebut berwujud/berfasa
apa. Untuk zat murni kadarnya pasti 100%,
sehingga kadar tidak merupakan variabel. Oleh
karena itu, pada diagram fasa zat murni yang
berpengaruh adalah tekanan dan suhu.

Pengertian Diagram Fasa


Ada dua jenis diagram fasa, seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.1 dan Gambar 2.2

Pengertian Diagram Fasa


Dalam diagram di atas, ada kondisi yang disebut titik tripel (titik T
pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2), yaitu kondisi dimana zat bisa
berupa padat, cair, uap, atau campurannya.

Diagram fasa dapat menunjukkan perubahan wujud zat jika


dikenai proses tertentu. Misalnya:
1. Pendinginan pada tekanan (P) tetap dari A:

A-B
B
B-C
C
C-D

: suhu turun, fasa tetap uap


: terjadi pengembunan, suhu tetap sampai uap habis
: suhu turun, fasa tetap cair
: terjadi pembekuan, suhu tetap sampai cairan habis
: suhu turun, fasa tetap padat

Pengertian Diagram Fasa


2. Pendinginan pada tekanan (P) tetap dari E:
E-F : suhu turun, fasa tetap uap
F : terjadi pemadatan, suhu tetap sampai uap habis
F-G : suhu turun, fasa tetap padat

3. Penekanan pada suhu (T) tetap dari H:

H-I : tekanan naik, fasa tetap uap


I : terbentuk padatan, tekanan tetap sampai uap habis
I-J : tekanan naik, fasa tetap padat
J : terjadi pencairan, tekanan tetap sampai padatan
habis
J-K : tekanan naik, fasa tetap cair

Pengertian Diagram Fasa


4. penekanan pada suhu (T) tetap dari L:

L-M : tekanan naik, fasa tetap uap


M : terbentuk cairan, tekanan tetap sampai uap habis
M-N : tekanan naik, fasa tetap cair
N : terjadi pemadatan, tekanan tetap sampai cairan habis
N-O : tekanan naik, fasa tetap padat

Perhatikan contoh nomor 3 dan 4. penekanan pada T tetap mulai dari


H (Gambar 2.1) dan dari L (Gambar 2.2) menunjukkan adanya
perbedaan urutan perubahan fasa sebagai berikut:
Gambar 2.1 : uap padat cair
(garis padat-cair condong ke kiri)
Gambar 2.2 : uap cair padat
(garis padat-cair condong ke kanan)

Pengertian Diagram Fasa


Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa grafik pada
Gambar 2.1 terjadi untuk zat-zat yang volum fasa padatnya
lebih besar daripada fasa cairnya, sedangkan grafik pada
Gambar 2.2 terjadi untuk zat-zat yang volum fasa padatnya
lebih kecil daripada fasa cairnya. Secara ringkas dapat
dikatakan bahwa:
Gambar 2.1 : volum uap > volum padat > volum cair
Gambar 2.2 : volum uap > volum cair
> volum padat

Pengertian Diagram Fasa


Perbedaan urutan perubahan fasa akibat penekanan pada
suhu tetap itu akan terjadi karena penekanan cenderung
mendorong perubahan fasa yang menuju ke volum yang
lebih kecil. Urutan pengecilan volum untuk masing-masing
zat yang digambarkan dalam Gambar 2.1 dan Gambar 2.2
berbeda, sehingga urutan perubahan fasa juga berbeda.
Dalam contoh di atas, terlihat bahwa urutan perubahan fasa
selalu sesuai dengan urutan pengecilan volumnya.

Pengertian Diagram Fasa


Secara umum dapat dikatakan bahwa penekanan
mendorong proses-proses yang menghasilkan volum lebih
kecil, sebaliknya pengurangan tekanan mendorong prosesproses menghasilkan volum lebih besar.
Kaidah Umum:

Jika terjadi perubahan kondisi, maka hal tersebut akan


mendorong terjadinya proses-proses yang menghambat
terjadinya perubahan kondisi tersebut
Misalnya: kenaikan suhu akan mendorong terjadinya prosesproses yang menyerap panas (endotermis)

Contoh Kasus Perubahan Fasa


di Industri
Keadaan bahwa titik didih dipengaruhi tekanan (makin tinggi
tekanan makin tinggi titik didih, seperti digambarkan oleh garis cairuap pada diagram fasa) dapat dimanfaatkan untuk penghematan
energi pada proses penguapan, dengan cara penguapan bertingkat
(misalnya pada evaporator, yaitu alat untuk memekatkan larutan
dengan cara menguapkan pelarutnya). Proses ini banyak digunakan
dalam pabrik, misalnya pemekatan nira di pabrik gula, pemekatan
sari buah, pembuatan air tawar dari air laut, dan lain-lain.

Penguapan membutuhkan energi besar, jadi masalah penghematan


energi sangat penting dalam evaporator. Cara yang dapat ditempuh
antara lain adalah sistem penguapan bertingkat (multiple effects)
yang pada prinsipnya memanfaatkan beda titik didih akibat beda
tekanan.

Contoh Kasus Perubahan Fasa


di Industri
Salah satu konfigurasi multiple effects evaporator
adalah seperti skema pada Gambar 2.3

Setiap unit evaporator dalam


rangkaian yang diilustrasikan
pada Gambar 2.3 lazim disebut
sebagai efek.
Uap dari efek 1 dapat dipakai
sebagai pemanas untuk
menguapkan cairan di efek 2.
selanjutnya, uap dari efek 2
dapat dipakai untuk
menguapkan cairan pada efek
3. hal ini dimungkinkan karena
Td1 > Td2 > Td3. jika dipakai 3
efek (tingkat), maka untuk
penguapan hanya dibutuhkan
panas kurang lebih 1/3
kebutuhan panas jika dipakai 1
efek.

Contoh Kasus Perubahan Fasa


di Industri
Selain sistem forward feeding seperti digambarkan pada Gambar 2.3,
dapat pula dipakai sistem backward feeding seperti pada Gambar 2.4.

Contoh Kasus Perubahan Fasa


di Industri
Contoh lain pemanfaatan perbedaan titik didih akibat perubahan
tekanan adalah pada indsutri sari buah. Sari buah dipekatkan
dengan penguapan airnya. Karena sari buah akan rusak pada suhu
tinggi, maka penguapan dijalankan pada tekanan rendah sehingga
suhu didihnya rendah. Dalam keadaan ini pun aroma atau rasa
sedapnya banyak yang hilang terbawa uap air. Untuk mengatasi hal
ini, dipakai arus by-pass seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5.
dengan sebagian sari buah segar tidak dilewatkan evaporator,
jumlah senyawa pemberi citarasa yang hilang bersama uap air dapat
dikurangi.

Contoh Aplikasi 1
Cairan A yang bertekanan 10 atm dan bersuhu 110 oC
diturunkan tekanannya menjadi 1 atm. Tekanan uap pada
berbagai suhu dapat didekati dengan persamaan:

= 8,2938

2763
,T

dalam K

Kapasitas panas cairan 0,8 cal/g/K dan panas penguapan


300 cal/g (dianggap tetap pada semua suhu). Ingin dicari:
a. Suhu keluar kran ekspansi
b. % cairan yang menguap

Contoh Aplikasi 1

Anda mungkin juga menyukai