PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kecerdasan adalah anugerah istimewa yang dimiliki oleh manusia.
Makhluk lain memiliki kecerdasan yang terbatas sedangkan manusia tidak.
Dengan kecerdasan manusia mampu memahami segala fenomena
kehidupan secara mendalam. Kecerdasan merupakan modal dasar dalam
memecahkan
berbagai
permasalahan
manusia
selama
hidupnya.
Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai bahan kajian untuk
Metodologi
Populasi dan sampel: siswa kelas 7 SMP Negeri 3 Cibadak, sampel kelas 7H
sebanyak 36 orang.
E.
BAB II
LANDASAN TEORI
Menyikapi situasi dunia dengan berbagai tantangan baik dalam bidang
ekonomi, politik, lingkungan, kesehatan, bidang budaya dan sosial, pada masa
kini maupun masa yang akan datang, sangat dibutuhkan pribadi-pribadi yang
bukan saja cerdas tetapi kreatif. Demikian juga di dalam dunia perusahaan,
Munandar mengatakan bahwa di masa yang akan mendatang tidak dibutuhkan
lagi pengambilan keputusan berdasarkan pemikiran konstruktif dalam bekerja
kecuali jabatan-jabatan tertentu tetapi sangat dibutuhkan penyaluran energi atau
kegiatan yang kreatif.
Negara Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu
memberi sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kebudayaan. (Munandar 1999:14). Dan pertanyaannya adalah sudah sejauh mana
orang tua dan guru menolong, mempermudah, dan menunjang suatu lingkungan
pendidikan yang memupuk kreativitas anak?
Untuk membentuk dan mengoptimalkan kreativitas anak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti: 1) Faktor Genetika atau keluarga. 2) Faktor Sekolah
(Guru). 3) Faktor Teman sebaya. 4) Faktor Masyarakat. Hasil penelitian Prof.
Utami
Munandar mengetengahkan
keprihatinannya
bahwa dalam
dunia
A. KECERDASAN
Istilah kecerdasan atau intelligensi (intelligence), secara etimologis berasal
dari bahasa Latin intelligere, yang artinya menghubungkan atau menyatukan satu
sama lain. Kecerdasan adalah kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang
berbeda dari kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman individu. (Ency
Britannica). Hebert Spenser, menambahkan definisi di atas dengan diperoleh
melalui belajar. Intelegensi atau kecerdasan adalah kemampuan untuk
menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan masalah baru.
Tingkat intelegensi di ukur dengan kecepatan memecahkan masalah. (Donald
Stemer). Harry Adler, Boost Your Intelegence. Kecerdasan mengacu pada
kemampuan untuk belajar dan menggunakan hal yang dipelajari untuk
3
untuk
menghasilkan
persoalan-persoalan
baru
untuk
diselesaikan, dan
3. Kemampuan
untuk
menciptakan
sesuatu
yang
akan
memunculkan
B. KREATIVITAS
Pendidikan Anak
informasi
yang
salah,
unsur-unsur
yang
salah,
hingga
menyampaikan hasilnya.
c. Definisi Produk: Kreativitas menekankan unsur orisinalitas, kebaruan, dan
kebermaknaan: Barron dan Vernon menyatakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan
untuk
menghasilkan/menciptakan
sesuatu
yang
baru.
Ditambahkan oleh Haefele bahwa produknya tidak harus slalu baru tetapi
Ciri-ciri aptitude
Kemampuan
untuk
mengajukan
bermacam-macam
sampah bisa menjadi pupuk tanaman. Misalnya plastik bekas minuman pop ice
bisa dijadikan tas, sampah yang menumpuk bisa dijadikan pupuk tanaman, daun
kering bisa dibuat menjadi baju, bingkai foto, dan lain- lain.
Kecerdasan kreatif bisa sama sederhananya bila mengetahui bagaimana
cara memecahkan persoalan sehari-hari. Kecerdasan kreatif bekaitan dengan cara
kita melakukan berbagai hal dan juga hasil yang dicapai. Suatu aktivitas bisa
dianggap kreatif kalau melibatkan suatu pendekatan baru atau unik, dan jika
hasilnya dianggap berguna serta dapat diterima. Selama bertahun-tahun,
kebanyakan deskripsi tentang kreativitas berdasarkan pada pengamatan terhadap
individu dan perilakunya. Namun begitu, tidak ada definisi ya ng sederhana dan
mencakup semuanya. Disini kreativitas dipandang sebagai refleksi dari
kecerdasan kreatif siswa. Pada gilirannya, kecerdasan kratif siswa menjelaskan
bagaimana siswa melihat dan memahami dunia, kepercayaan dasar siswa, dan
kepribadian siswa. Kecerdasan kreatif berbeda dengan apa yang secara normal
dianggap sebagai kecerdasan umum. Kreativitas berfokus pada cara berpikir dan
hasrat siswa untuk mencapai sesuatu yang baru atau berbeda.
D. PENGUKURAN KECERDASAN
Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara langsung dan tidak
langsung, dan dapat menggunakan metode tes dan non- tes. Ada alat untuk
mengukur ciri-ciri kepribadian kreatif, dan dapat pula dilakukan pengamatan
langsung terhadap kinerja kreatif. Untuk mengukur kemampuan intelektual
umum, tes individual lebih cermat, tetapi lebih banyak memakan waktu dan biaya.
Yang sudah digunakan di Indonesia adalah tes Stanford-Binet dan Wechsler
intelligence Scale for Children. Tes inteligensi kelompok lebih efisien dalam
ukuran waktu dan biaya. Keterbatasannya adalah kita tidak tahu apakah prestasi
anak sudah optimal. Di Indonesia yang sudah banyak digunakan adalah tes
Progressive Matrices, Culture-Fair Intelligence Test dan Tes Inteligensi Kolektif
Indonesia yang khusus dikontruksi untuk Indonesia.
Tes Potensi Akademik (TPA) yang khusus dirancang untuk Indonesia,
dapat digunakan untuk mengukur bakat akademik, misalnya sejauh mana
mengukur
fungsi
kognitif
(belajar),
motivasi,
kreativitas
dan
kepemimpinan.
Sama dengan inteligensi, pengukuran kreativitas bisa diobyektifkan. Yaitu
dengan memberikan suatu hal (misalnya: pensil) untuk merangsang pemikiran
10
Tes Verbal:
11
Tes Figural:
12
Tes terbaru yang sudah diadaptasi untuk Indonesia, yaitu tes lingkaran
(circles test) dari Torrance. Tes ini pertama kali digunakan di Indonesia oleh
Utami Munandar (1977) dalam penelitian untuk disertasinya Creativity and
Education, guna membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran
kreativitas figural. Kemudian tahun 1988 Jurusan Psikologi Pendidikan Fakultas
Psikologi
Universitas
Indonesia
melakukan
penelitian
standarisasi
tes
lingkaran,dan tes ini kemudian disebut tes kreativitas figural. Ditentukan nilai
baku untuk usia 10 sampai dengan 18 tahun. Tahun 1977 diperkenalkan tes
kreativitas pertama yang khusus dikonstruksikan untuk Indonesia, yaitu Tes
Kreativitas Verbal oleh Utami Munandar, berdasarkan konstruk Model Struktur
Intelek dari Guilford.
Tes yang mengukur Unsur-unsur kreativitas, Kreativitas merupakan
suatu konstruk yang multi-dimensional, terdiri dari berbagai dimensi, yaitu
dimensi kognitif (berfikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian), dan
dimensi psikomotor (keterampilan kreatif). Masing-masing dimensi meliputi
berbagai kategori, seperti misalnya dimensi kognitif dari kreativitas-berfikir
divergen-mencakup antara lain, kelancaran, kelenturan dan orisinilitas dalam
berfikir, kemampuan untuk merinci (elaborasi) dan lain-lain. Untuk masingmasing unsur dikonstruksi tes tersendiri, misalnya untuk orisinalitas. Beberapa
contoh tes yang mengukur orisinalitas adalah : tes menulis cerita. Tes penggunaan
batu bata yang meminta subjek untuk memikirkan berbagai macam penggunaan
yang tidak lazim untuk batu bata, tes purdue yang biasanya digunakan dikawasan
13
Sex
Role
Identity
untuk
mengukur
sejauh
mana
seseorang
14
Guilford
merupakan
salah
seorang
ahli
yang
berusaha
memproduksi
secara
divergen
(divergent
production
abilities).
Tes kreativitas berpikir mengacu kepada model struktur intelektual
Guilford. Dari segi operasi, tes kreativitas berpikir mengukur kemampuan
berpikir divergen. Dari segi konten, proses berpikir divergen mengolah bahan
berupa figural dan simbol. Sedang dari segi produk, proses berpikir divergen
yang mengolah bahan berupa figural dan simbol akan menghasilkan produk
berupa unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi. Contoh
butir-butir tes kreativitas berpikir, adalah sebagai berikut :
1. Dari bangun berikut buatlah sebanyak mungkin gambar! (waktu Anda 1
menit).
2. Buatlah sebanyak mungkin kata dengan huruf awal L dan huruf akhir N!
(waktu Anda 1 menit).
15
16
17
18
berbeda dengan jawaban anak lain pada umumnya. Dari bentuk lingkaran
yang sama, contohnya, anak mahir menggambarkannya sebagai wajah orang.
3. Elaborasi: Anak mampu memberikan jawaban secara rinci sekaligus mampu
19
20
21
BAB III
PEMBAHASAN
22
Bagus (5 poin)
Sedang (3 poin)
Butuh
Pengembangan
23
Kelancaran
(Fluency)
pandang
yang
(1 poin)
gagasan Mengajukan
sudut satu
sudut
sama
orang lain
yang
Keluwesan/
Keragaman
(Flexibility)
meskipun
dalam
satu
pandang
yang
Keaslian
(Originality)
sudut
dalam
sama
orang lain
Menggunakan
Menggunakan
yang
dari
tapi
sekedar
Perincian
yang
juga
aneh
dimengerti
memaksakan untuk
Menguraikan
Menguraikan
terlalu
terlihat kreatif)
Menguraikan
/penguraian
(Elaboration)
sangat
cukup mendalam
secara
dangkal
24
mendalam/terperinci
(tidak terperinci)
25
berjumlah 18 orang, siswa yang skor nya 14 sebanyak 4 orang, dan siswa yang
skornya berada di bawah rata-rata sebanyak 14 orang. Hasil ini menunjukkan
bahwa kecerdasan kreativitas siswa kelas 7 SMP Negeri 3 cibadak, khususnya
kelas 7H tidak menunjukkan hasil yang berbeda siginifikan antara siswa yang satu
dengan yang lain. Artinya, antara satu siswa dengan yang lain, tingkat kecerdasan
kreativitasnya relatif sama.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kecerdasan adalah kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda
dari kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman individu. (Ency Britannica).
26
Pengukuran yang dilakukan pada makalah ini masih sangat sederhana, dan
hanya menggunakan tes figural. Maka untuk penilaian selanjutnya, perlu ada
27
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, U. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
28
Rahayu, R. (2007). Profil Kreativitas Siswa SMA Berbasis Gender Melalui Mind
Mapping Pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Skripsi jurusan pendidikan
biologi UPI Bandung: tidak diterbitkan.
http://konseling-filea.net/?p=58
http://www.psychologymania.net/2010/02/pengukuran-kreativitas.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Daya_cipta
http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan
http://99u.com/articles/7160/test-your-creativity-5-classic-creative-challenges
http://provensal.com/lbb/tag/j-p-guilford/
http://www.senseandsensation.com/2012/03/assessing-creativity.html
29
LAMPIRAN-LAMPIRAN
30