Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar belakang
Kecerdasan adalah anugerah istimewa yang dimiliki oleh manusia.
Makhluk lain memiliki kecerdasan yang terbatas sedangkan manusia tidak.
Dengan kecerdasan manusia mampu memahami segala fenomena
kehidupan secara mendalam. Kecerdasan merupakan modal dasar dalam
memecahkan

berbagai

permasalahan

manusia

selama

hidupnya.

Kecerdasan dipengaruhi banyak faktor dalam pembentukannya, seperti


faktor genetika, gizi, serta faktor lingkungan yang dalam hal ini
pendidikan memegang peranan penting.
Kecerdasan terdiri dari beberapa macam, mulai dari kecerdasan
intelektual (IQ) yang dahulu dipandang sebagai kemampuan yang paling
istimewa yang dimiliki oleh manusia, dan akan menentukan keberhasilan
seseorang. Lalu, seiring berkembangnya waktu, muncul jenis-jenis
kecerdasan lain, seperti kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual
(SQ), kecerdasan majemuk (MI), kecerdasan dalam ketahanmalangan
(AQ), serta kecerdasan kreativitas. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai kecerdasan kreativitas, mulai dari pengertian kecerdasan,
pengertian kreativitas, pengertian kecerdasan kreativitas, serta caracara/teknik pengukuran kecerdasan kreativitas.
B.

Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

Pengukuran kecerdasan kreativitas siswa SMP Negeri 3 Cibadak kelas 7


C.

Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai bahan kajian untuk

mendapatkan tambahan wawasan keilmuan terkait dengan psikologi pendidikan


dalam kajian materi kecerdasan kreativitas.
D.

Metodologi

Makalah ini menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan


bagaimana kecerdasan kreativitas siswa di lingkungan pendidikan.

Populasi dan sampel: siswa kelas 7 SMP Negeri 3 Cibadak, sampel kelas 7H
sebanyak 36 orang.

Lokasi: SMP Negeri 3 Cibadak

Waktu: Jumat, 7 Februari 2014

Instrumen: intrumen yang digunakan adalah rubrik untuk menilai kecerdasan


kreativitas siswa melalui soal figural berupa tugas siswa untuk membuat
gambar dari lingkaran. Dalam rubrik penilaian, diukur kecerdasan kreativitas
siswa dari empat aspek diantaranya adalah kelancaran, keluwesan, keaslian,
dan perincian.

E.

Manfaat Penulisan Makalah


Penulis berharap makalah ini akan sangat bermanfaat khususnya bagi

penulis dan umumnya pembaca dalam memahami kecerdasan kreativitas, cara


penilaiannya, serta penerapannya dalam pendidikan anak.

BAB II
LANDASAN TEORI
Menyikapi situasi dunia dengan berbagai tantangan baik dalam bidang
ekonomi, politik, lingkungan, kesehatan, bidang budaya dan sosial, pada masa
kini maupun masa yang akan datang, sangat dibutuhkan pribadi-pribadi yang

bukan saja cerdas tetapi kreatif. Demikian juga di dalam dunia perusahaan,
Munandar mengatakan bahwa di masa yang akan mendatang tidak dibutuhkan
lagi pengambilan keputusan berdasarkan pemikiran konstruktif dalam bekerja
kecuali jabatan-jabatan tertentu tetapi sangat dibutuhkan penyaluran energi atau
kegiatan yang kreatif.
Negara Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu
memberi sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kebudayaan. (Munandar 1999:14). Dan pertanyaannya adalah sudah sejauh mana
orang tua dan guru menolong, mempermudah, dan menunjang suatu lingkungan
pendidikan yang memupuk kreativitas anak?
Untuk membentuk dan mengoptimalkan kreativitas anak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti: 1) Faktor Genetika atau keluarga. 2) Faktor Sekolah
(Guru). 3) Faktor Teman sebaya. 4) Faktor Masyarakat. Hasil penelitian Prof.
Utami

Munandar mengetengahkan

keprihatinannya

bahwa dalam

dunia

pendidikan kebanyakan hanya ditekankan pada kecerdasan Pikiran/Mental (IQ)


saja, tanpa diimbangi dengan Kecerdasan Kreativitas (CQ). Padahal selain
kecerdasan pikiran, banyak faktor lain yang mendukung kesuksesan seseorang,
yang bisa dikembangkan melalui pendidikan, salah satunya adalah kecerdasan
kreativitas (creativity quotient).

A. KECERDASAN
Istilah kecerdasan atau intelligensi (intelligence), secara etimologis berasal
dari bahasa Latin intelligere, yang artinya menghubungkan atau menyatukan satu
sama lain. Kecerdasan adalah kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang
berbeda dari kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman individu. (Ency
Britannica). Hebert Spenser, menambahkan definisi di atas dengan diperoleh
melalui belajar. Intelegensi atau kecerdasan adalah kemampuan untuk
menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan masalah baru.
Tingkat intelegensi di ukur dengan kecepatan memecahkan masalah. (Donald
Stemer). Harry Adler, Boost Your Intelegence. Kecerdasan mengacu pada
kemampuan untuk belajar dan menggunakan hal yang dipelajari untuk
3

penyesuaian terhadap situasi yang tidak dikenal atau pemecahan masalah


(Heidenrich,1970).
Menurut Gardener (2002), kecerdasan (intelligence) mencakup 3 hal,
yaitu:
1. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam hidup manusia,
2. Kemampuan

untuk

menghasilkan

persoalan-persoalan

baru

untuk

diselesaikan, dan
3. Kemampuan

untuk

menciptakan

sesuatu

yang

akan

memunculkan

penghargaan dalam seorang individu.


Ciri-ciri mendasar kecerdasan (intelligence) adalah: to judge well dapat
menilai), to comprehend well (dapat memahami secara keseluruhan), dan to
reaason well (dapat memberi alasan dengan baik). Selain ciri-ciri mendasar dari
kecerdasa, ada faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat kecerdasan seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan:
1. Faktor Bawaan atau Biologis
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain
ditentukan oleh faktor bawaan.
2. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu.
3. Faktor Pembentukan atau Lingkungan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan inteligensi.
4. Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan.
5. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam
memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya

B. KREATIVITAS

Kreativitas memiliki berbagai arti, menurut kamus besar bahasa Indonesia,


keratif adalah memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan;
bersifat (mengandung) daya cipta. Sedangkan kreativitas adalah kemampuan
untuk mencipta; daya cipta; perihal berkreasi; dan kekreatifan.
Daya cipta atau kreativitas adalah proses mental yang melibatkan
pemunculan gagasan atau anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara
gagasan dan anggitan yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari
pemikiran berdayacipta (creative thinking) (kadang disebut pemikiran bercabang)
biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi
sehari-hari dari daya cipta adalah tindakan membuat sesuatu yang baru. Daya
cipta di masa kini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor: keturunan dan
lingkungan.
Conny Semiawan mengatakan Kreativitas merupakan ekspresi tertinggi
dan yang bersifat terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua fungsi dasar manusia
seperti rasio, intuisi, rasa dan talen cipta. (Perspektif

Pendidikan Anak

Berbakat, hal, 51-52). Sedangkan Utami Munandar menyimpulkan konsep


kreativitas dengan pendekatan Empat P, Yaitu: Pribadi, Proses, Produk, dan
Pendorong. Yang pengertian definisinya sebagai berikut:
a. Definisi Pribadi: kreativitas muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian
dalam interaksi dengan lingkungannya. (Hulbeck). Kreativitas merupakan titik
pertemuan yang khas antara 3 atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif,
kepribadian /motivasi. (Sternberg).
b. Definisi Proses: Kreativitas nampak di dalam cara menemukan masalah,
kesulitan,

informasi

yang

salah,

unsur-unsur

yang

salah,

hingga

menyampaikan hasilnya.
c. Definisi Produk: Kreativitas menekankan unsur orisinalitas, kebaruan, dan
kebermaknaan: Barron dan Vernon menyatakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan

untuk

menghasilkan/menciptakan

sesuatu

yang

baru.

Ditambahkan oleh Haefele bahwa produknya tidak harus slalu baru tetapi

kombinasinya. Munandar menambahkan bahwa produknya harus mempunyai


makna sosial. (1980).
d. Definisi Pendorong: Kreativitas menekankan pada faktor pendorong internal
yaitu diri sendiri dan eksternal, yaitu lingkungan sosial dan psikologis. Faktor
internal termasuk motivasi intrinsik (pendorong internal). Dan lingkungan
sosial yang kondusif (pendorong eksternal). (Munandar, 1999:28.29).
Dilihat dari bebagai pengertian krativitas di atas, dapat disimpulkan bahwa
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru,
baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk aptitude (berpikir
kreatif) maupun non aptitude (Afektif), baik dalam karya baru maupun kombinasi
dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa
yang telah ada sebelumnya.
1) KETERKAITAN KECERDASAN DAN KREATIVITAS
Dalam tingkat tertentu terdapat kaitannya antara kecerdasan dan
kreativitas. Keduanya:

Bergantung pada faktor ekstern dan intern.

Getzels dan Jackson (1962) membuat empat kelompok keterkaitannya:


Kreativitas rendah - intelegensi rendah.
Kreativitas rendah - intelegensi tinggi.
Kreativitas tinggi - intelegensi tinggi.
Kreativitas tinggi - intelegensi rendah.

(Reni Akbar Hawadi, dkk. 2001:20).


Selain keterkaitan di atas, antara kecerdasan dengan kreativitas juga
memiliki perbedaan. Guilford melihat pada perbedaan proses berpikir:

Kecerdasan (Intelegensi) cenderung berpikir Konvergen: yaitu proses berpikir


memusat dengan penekanan pada pencapaian jawaban tunggal yang paling
tepat. (Otak Kiri).

Kreativitas cenderung berpikir Divergen, yaitu: proses berpikir menyebar


dengan penekanan pada segi kesesuaian. (Otak Kanan).

2) CIRI-CIRI ANAK YANG KREATIF

Ciri-ciri aptitude

a. Kelancaran berpikir (Fluency): mencetuskan banyak gagasan, jawaban,


pertanyaan. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Anak yang
memiliki kelancaran berpikir akan mengajukan banyak pertanyaaan,
menjawab dengan sejumlah jawaban, banyak gagasan, bekerja lebih cepat
dari anak-anak lain, cepat melihat kesalahan pada obyek atau orang lain.
b. Mampu berpikir luwes (fleksible): menghasilkan jawaban yang bervariasi,
melihat masalah dari berbagai pandangan, banyak alternatif, mampu
mengubah cara berpikir dan pendekatan. Anak yang mampu berpikir luwes
akan memberikan beragam penggunaan yang tidak lazim, macam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar atau obyek, posisi sering bertentangan
dengan mayoritas, mampu mengubah arah berpikir secara spontan.
c. Mampu berpikir orisinal (originalitas): mampu melahirkan ungkapan yang
baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim dari bagian-bagian atau
unsur-unsur.
Selain ciri-ciri anak kreatif di atas, Guilford mendeskripsikan 5 ciri
kreativitas:
1. Kelancaran : Kemampuan memproduksi banyak ide.
2. Keluwesan

Kemampuan

untuk

mengajukan

bermacam-macam

pendekatan jalam pemecahan masalah.


3. Keaslian : Kemampuan untuk melahirkan gagasan yang orisinil sebagai

hasil pemikiran sendiri.


4. Penguraian : Kemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci.
5. Perumusan Kembali : Kemampuan untuk mengkaji kembali suatu

persoalan melalui cara yang berbada dengan yang sudah lazim.


Wallas dalam bukunya The Art of Thought menyatakan bahwa proses kreatif
meliputi 4 tahap :
1. Tahap Persiapan, memperisapkan diri untuk memecahkan masalah dengan
mengumpulkan data/ informasi, mempelajari pola berpikir dari orang lain,
bertanya kepada orang lain.

2. Tahap Inkubasi, pada tahap ini pengumpulan informasi dihentikan,


individu melepaskan diri untuk sementara masalah tersebut. Ia tidak
memikirkan masalah tersebut secara sadar, tetapi mengeramkannya
dalam alam pra sadar.
3. Tahap Iluminasi, tahap ini merupakan tahap timbulnya insight atau Aha
Erlebnis, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru.
4. Tahap Verifikasi, tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru
tersebut terhapad realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan
konvergen. Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti proses
konvergensi (pemikiran kritis).
C. KECERDASAN KREATIVITAS
Menurut Alan. J Rowe dalam buku Creative Intelligence, Creative
Intelligence berkaitan dengan cara kita melakukan berbagai hal dan juga hasil
yang dicapai. Suatu aktivitas bisa dianggap kreatif kalau melibatkan suatu
pendekatan baru atau unik, bagaimana memecahkan masalah, dan jika hasilnya
dianggap berguna serta dapat di terima. Creative Intelligence menurut William
J.J.Gordon adalah: Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah,
ekspresi kreatif, empati, dan wawasan relasi-relasi sosial.
Kreativitas tidak hanya berkaitan dengan karya-karya besar seni atau
musik, atau barangkali dengan penemuan baru yang cerdas. Menurut Heidenrich
dalam buku Psikologi Pendidikan, Creative Intelligence menyangkut kemampuan
untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha
penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan
masalah-masalah. Manusia yang belajar sering menghadapi situasi-situasi baru
serta permasalahan. Hal itu memerlukan kemampuan individu yang belajar untuk
menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi. Jadi,
Creative Intelligence (Kecerdasan kreatif) adalah suatu pikiran yang
mempunyai ide, dimana ide itu muncul dengan tiba-tiba. Ide itu bisa berupa
memecahkan masalah apa yang dia hadapi, barang yang tidak manfaat bisa
dijadikan menjadi kerajinan jadi barang-barang itu bisa digunakan dengan baik,

sampah bisa menjadi pupuk tanaman. Misalnya plastik bekas minuman pop ice
bisa dijadikan tas, sampah yang menumpuk bisa dijadikan pupuk tanaman, daun
kering bisa dibuat menjadi baju, bingkai foto, dan lain- lain.
Kecerdasan kreatif bisa sama sederhananya bila mengetahui bagaimana
cara memecahkan persoalan sehari-hari. Kecerdasan kreatif bekaitan dengan cara
kita melakukan berbagai hal dan juga hasil yang dicapai. Suatu aktivitas bisa
dianggap kreatif kalau melibatkan suatu pendekatan baru atau unik, dan jika
hasilnya dianggap berguna serta dapat diterima. Selama bertahun-tahun,
kebanyakan deskripsi tentang kreativitas berdasarkan pada pengamatan terhadap
individu dan perilakunya. Namun begitu, tidak ada definisi ya ng sederhana dan
mencakup semuanya. Disini kreativitas dipandang sebagai refleksi dari
kecerdasan kreatif siswa. Pada gilirannya, kecerdasan kratif siswa menjelaskan
bagaimana siswa melihat dan memahami dunia, kepercayaan dasar siswa, dan
kepribadian siswa. Kecerdasan kreatif berbeda dengan apa yang secara normal
dianggap sebagai kecerdasan umum. Kreativitas berfokus pada cara berpikir dan
hasrat siswa untuk mencapai sesuatu yang baru atau berbeda.
D. PENGUKURAN KECERDASAN
Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur secara langsung dan tidak
langsung, dan dapat menggunakan metode tes dan non- tes. Ada alat untuk
mengukur ciri-ciri kepribadian kreatif, dan dapat pula dilakukan pengamatan
langsung terhadap kinerja kreatif. Untuk mengukur kemampuan intelektual
umum, tes individual lebih cermat, tetapi lebih banyak memakan waktu dan biaya.
Yang sudah digunakan di Indonesia adalah tes Stanford-Binet dan Wechsler
intelligence Scale for Children. Tes inteligensi kelompok lebih efisien dalam
ukuran waktu dan biaya. Keterbatasannya adalah kita tidak tahu apakah prestasi
anak sudah optimal. Di Indonesia yang sudah banyak digunakan adalah tes
Progressive Matrices, Culture-Fair Intelligence Test dan Tes Inteligensi Kolektif
Indonesia yang khusus dikontruksi untuk Indonesia.
Tes Potensi Akademik (TPA) yang khusus dirancang untuk Indonesia,
dapat digunakan untuk mengukur bakat akademik, misalnya sejauh mana

seseorang mampu mengikuti pendidikan tersier. Tes untuk mengukur bakat


kepemimpinan belum banyak digunakan di Indonesia, demikian pula tes untuk
mengukur bakat dalam salah satu bidang seni atau bakat psikomotorik. Tes yang
digunakan di luar negeri yang mengukur kreativitas adalah tes dari Guilford yang
mengukur kemampuan berpikir divergen, dengan membedakan aspek kelancaran,
kelenturan, orisionalitas dan kerincian dalam berpikir.
Selain tes dari Guilford, juga ada tes Torrance yang digunakan untuk
mengukur berpikir kreatif (Torrance Test of Creative Thinking) dan digunakan
mulai usia prasekolah sampai tamat sekolah menengah. TTCT ini mempunyai
bentuk verbal dan figural. Tes ini telah digunakan di Indonesia untuk tujuan
penelitian. Tes yang khusus di konstruksi di Indonesia ialah Tes Kreativitas Verbal
(Utami Munandar,1977). Tes ini disusun berdasarkan model Struktur Intelek dari
Guilford, dengan dimensi operasi berpikir divergen, dimensi konten, dimensi
berpikir verbal, dan berbeda dalam dimensi produk. Untuk setiap kategori produk
ada satu sub-tes. Ada enam sub-tes, yaitu permulaan kata, menyusun kata,
membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifat yang sama, macam-macam penggunaan,
dan apa akibatnya. Setiap sub-tes terdiri dari empat butir. Pada bentuk parallel
(ada dua bentuk) hanya dua butir. Tes ini seperti tes Guilford mengukur
kelancaran, kelenturan, orisionalitas, dan elaborasi dalam berpikir.
Tes Kreativitas Figural diadaptasi dari Torrance Circles Test, dan
dibukukan untuk umur 10-18 tahun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
TKF kecuali mengukur aspek kreativitas tersebut di muka, juga mengukur
kreativitas sebagai kemampuan untuk kombinasi antara unsur-unsur yang
diberikan. Skala Sikap Kreatif yang juga khusus disusun di Indonesia mengukur
dimensi efektif dari kreativitas, yaitu sikap kreatif, yang dioperalisasi dalam tujuh
dimensi. Skala ini disusun untuk anak SD dan SMP. Skala Penilaian Anak
Berbakat oleh Guru disusun oleh Renzulli dan terdiri dari empat sub-skala, yaitu
untuk

mengukur

fungsi

kognitif

(belajar),

motivasi,

kreativitas

dan

kepemimpinan.
Sama dengan inteligensi, pengukuran kreativitas bisa diobyektifkan. Yaitu
dengan memberikan suatu hal (misalnya: pensil) untuk merangsang pemikiran

10

manfaat dari benda tsb. (misalnya: untuk menulis, menggambar, mengorek,


menggaris, melempar, batas halaman buku, mencungkil, dsb.). Makin banyak
alternatif yang bisa dikembangkan, makin tinggi skornya, yang juga berarti makin
kreatif. Skor kreativitas itu dinamakan CQ (creative quotient), yang diperoleh juga
dengan cara membandingkan prestasi seseorang dengan kelompok sebayanya.
E. CONTOH ALAT UKUR KREATIVITAS

Tes yang mengukur kreativitas secara langsung, sejumlah tes kreativitas


telah disusun, diantaranya tes dari Torrance untuk mengukur pemikiran kreatif
(Torrance Test of Creative Thingking : TTCT) yang mempunyai bentuk verbal dan
bentuk figural.

Tes Verbal:

11

Tes Figural:

12

Tes terbaru yang sudah diadaptasi untuk Indonesia, yaitu tes lingkaran
(circles test) dari Torrance. Tes ini pertama kali digunakan di Indonesia oleh
Utami Munandar (1977) dalam penelitian untuk disertasinya Creativity and
Education, guna membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran
kreativitas figural. Kemudian tahun 1988 Jurusan Psikologi Pendidikan Fakultas
Psikologi

Universitas

Indonesia

melakukan

penelitian

standarisasi

tes

lingkaran,dan tes ini kemudian disebut tes kreativitas figural. Ditentukan nilai
baku untuk usia 10 sampai dengan 18 tahun. Tahun 1977 diperkenalkan tes
kreativitas pertama yang khusus dikonstruksikan untuk Indonesia, yaitu Tes
Kreativitas Verbal oleh Utami Munandar, berdasarkan konstruk Model Struktur
Intelek dari Guilford.
Tes yang mengukur Unsur-unsur kreativitas, Kreativitas merupakan
suatu konstruk yang multi-dimensional, terdiri dari berbagai dimensi, yaitu
dimensi kognitif (berfikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian), dan
dimensi psikomotor (keterampilan kreatif). Masing-masing dimensi meliputi
berbagai kategori, seperti misalnya dimensi kognitif dari kreativitas-berfikir
divergen-mencakup antara lain, kelancaran, kelenturan dan orisinilitas dalam
berfikir, kemampuan untuk merinci (elaborasi) dan lain-lain. Untuk masingmasing unsur dikonstruksi tes tersendiri, misalnya untuk orisinalitas. Beberapa
contoh tes yang mengukur orisinalitas adalah : tes menulis cerita. Tes penggunaan
batu bata yang meminta subjek untuk memikirkan berbagai macam penggunaan
yang tidak lazim untuk batu bata, tes purdue yang biasanya digunakan dikawasan

13

industry juga meminta subjek untuk memberi macam-macam gagasan untuk


penggunaan benda-benda yang berkaitan dengan industry.
Tes yang mengukur ciri kepribadian kreatif, dari berbagai hasil ditemukan
paling sedikit 50 ciri kepribadian yang berkaitan dengan kreativitas. Dari ciri-ciri
ini disusun skala yang dapat mengukur sejauh mana seseorang memiliki ciri-ciri
tersebut. Beberapa tes mengukur ciri-ciri tersebut. Beberapa tes mengukur ciri-ciri
khusus, diantaranya adalah:
a. Tes mengajukan pertanyaan,yang merupakan bagian dari tes Torrance untuk
berfikir kreatif dan dimaksudkan untuk mengukur kelenturan berfikir.
b. Tes Risk Taking, digunakan untuk menunjukkan dampak dari pengambilan
risiko terhadap kreativitas.
c. Tes Figure Preference dari Barron-Welsh yang menunjukkan prefensi untuk
ketidakteraturan,sebagai salah satu cirri kepribadian kreatif
d. Tes

Sex

Role

Identity

untuk

mengukur

sejauh

mana

seseorang

mengidentifikasikan diri dengan peran jenis kelaminnya. Alat yang sudah


digunakan di Indonesia ialah Ben Sex Role Inventory.
Untuk mengatasi keterbatasan dari paper and pencil test untuk mengukur
kreativitas, dirancang beberapa pendekatan alternatif:
a. Daftar periksa (Checklist) dan Kuisoner, alat ini disusun berdasarkan
penelitian tentang karakteristik khusus yang dimiliki pribadi kreatif.
b. Daftar pengalaman, teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang
dimasa lalu. Beberapa studi menemukan korelasi yang tinggi antara laporan
diri dan prestasi kreatif dimasa depan. Format yang paling sederhana
meminta seseorang menulis autobiografi singkat, yang kemudian dinilai untuk
kuantitas dan kualitas prilaku kreatif.
c. Bagian dari berfikir kreatif. Asumsi kita adalah bahwa kreatif proses yang
bergerak salah satunya karena suatu masalah telah teridentifikasi atau karena
orang berlomba-lomba untuk menghasilkan sesuatu yang sebelumnya
dianggap belum ada dan tidak mungkin, atau karena seseorang ingin
mengetahui apa yang mungkin jika suatu aktifitas telah berjalan,orang
kemudian harus mulai berfikir tentang berbagai arah tujuannya.

14

F. MACAM-MACAM PENGUKURAN KREATIVITAS


1) PENGUKURAN KREATIVITAS BERPIKIR

Guilford

merupakan

salah

seorang

ahli

yang

berusaha

mengembangkan instrumen yang diperlukan untuk mengukur kreativitas


berpikir. Temuan baru Guilford merupakan kemajuan penting dalam psikologi
dan pendidikan di mana kreativitas berpikir dapat diukur dan memungkinkan
dihubungkan dengan gejala-gejala kejiwaan lainnya. Terdapat dua hal yang
dapat disimpulkan dari instumen kreativitas berpikir yang dikembangkan oleh
Guilford.
a. Peserta didorong untuk memberikan penampilan maksimum dalam
menjawab butir-butir instrumen. Oleh karenanya, instrumen yang dipakai
untuk mengukur kreativitas berpikir merupakan instrumen jenis tes yang
dikenal dengan tes kreativitas berpikir.
b. Peserta tes tidak memberikan respons atas alternatif yang sudah
disediakan, tapi harus memproduksi sendiri jawaban atas persoalan yang
diajukan. Oleh karenanya, Guilford menyebut kreativitas berpikir dengan
kemampuan

memproduksi

secara

divergen

(divergent

production

abilities).
Tes kreativitas berpikir mengacu kepada model struktur intelektual
Guilford. Dari segi operasi, tes kreativitas berpikir mengukur kemampuan
berpikir divergen. Dari segi konten, proses berpikir divergen mengolah bahan
berupa figural dan simbol. Sedang dari segi produk, proses berpikir divergen
yang mengolah bahan berupa figural dan simbol akan menghasilkan produk
berupa unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi. Contoh
butir-butir tes kreativitas berpikir, adalah sebagai berikut :
1. Dari bangun berikut buatlah sebanyak mungkin gambar! (waktu Anda 1
menit).
2. Buatlah sebanyak mungkin kata dengan huruf awal L dan huruf akhir N!
(waktu Anda 1 menit).

15

3. Buatlah sebanyak mungkin gambar dengan mengkombinasikan bangun


berikut! (waktu Anda 1 menit)
4. Terdapat beberapa benda sebagai berikut :
a. Anak panah
b. Lebah
c. Buaya
d. Ikan
e. Layang-layang
f. Perahu
Dengan menuliskan huruf depannya saja, tentukan :
a. Yang dijumpai di udara
b. Yang dijumpai di air
c. Binatang
d. Punya ekor
(waktu Anda 1 menit)
5. Terdapat lima angka yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5. Kombinasikan beberapa angka
yang kalau dijumlahkan hasilnya 7 sebanyak mungkin (waktu Anda 1
menit).
6. Terdapat empat bangun sebagai berikut :
Kombinasikan dengan berbagai cara untuk membentuk objek sebanyak
mungkin dan namailah objek itu (waktu Anda 1 menit). Misalnya :Wajah
7. Buatlah kalimat dengan petunjuk huruf berikut sebanyak mungkin (waktu
Anda 1 menit)
M ------ E ------ P
Misalnya : Mengapa engkau pergi.
8. Dari gambar berikut, buanglah tiga garis sehingga membuang dua kotak.

9. Buatlah sebuah kotak dan hiasilah sehingga menjadi lebih bagus.

16

10. Ada dua persamaan : B C = D dan Z = A + D. Kembangkan sebanyak


mungkin persamaan baru berdasarkan kedua persamaan tersebut! Misalnya : B
C=ZA
Perhitungan skor kreativitas berpikir
Dalam perhitungan skor, jawaban peserta tes atas butir-butir pertanyaan
kreativitas berpikir diubah ke dalam skor kreativitas berpikir dengan cara tertentu.
Pengukuran kreativitas berpikir dilakukan dengan meminta peserta tes membuat
jawaban sebanyak mungkin atas butir-butir tugas dalam waktu yang ditentukan.
Untuk dapat diubah menjadi skor, jawaban diinterpretasikan dalam kelancaran,
keluwesan dan keaslian. Menurut Ellis dan Hunt (1993 : 280), Woolfolk dan
Nicolich (1984 : 144), Good dan Brophy (1990 : 617), Winkel (1996 : 143) dan
Rakhmat (1999 : 75), respons peserta tes akan diinterpretasikan berdasarkan
tingkat kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility) dan keaslian (originality)
proses berpikir. Skor kreativitas berpikir adalah skor gabungan dari ketiga unsur.
Kelancaran menjawab berhubungan dengan kemampuan menghasilkan
banyak gagasan alternatif pemecahan masalah dalam waktu yang singkat. Unsur
ini mengukur kemampuan menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah.
Oleh karenanya kemampuan ini berhubungan dengan arus ide. Menurut Good dan
Brophy (1999 : 75), kelancaran adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan
pemecahan masalah dalam waktu singkat. Hal yang sama dinyatakan oleh
Rakhmat (1999 : 75), kelancaran adalah kemampuan menyebutkan sebanyak
mungkin.
Kelancaran tidak hanya berhubungan dengan jumlah jawaban, tapi juga
kesesuaian jawaban dengan masalahnya. Tes kreativitas berpikir mendorong
peserta tes menyebutkan sebanyak mungkin jawaban dalam waktu tertentu dan
skor diberikan dengan menghitung jumlah semua respons yang sesuai dengan
masalahnya. Menurut Ellis dan Hunt (1993 : 280), kelancaran adalah kemampuan
menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah sesuai dengan perangkat yang
dipersyaratkan. Sedang menurut Munandar (1992 : 49), kelancaran adalah
kemampuan memberikan banyak jawaban. Jawaban yang diberikan hendaknya

17

disesuaikan dengan masalahnya. Bukan hanya kuantitatas yang diperhatikan, tapi


juga kualitasnya.
Keluwesan adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesiapan
mengubah arah atau memodifikasi informasi. Keluwesan berhubungan dengan
kemampuan mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang
digunakan jika masalah atau kondisi baru membutuhkan pendekatan baru.
Menurut Good dan Brophy (1990 : 617), keluwesan dapat mengubah dengan
mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan, jika masalah atau kondisi
baru membutuhkan pendekatan atau perspektif baru. Pendapat sama dikemukakan
oleh Ellis dan Hunt (1993 : 280) yang menyatakan bahwa keluwesan adalah
kemampuan mengubah pendekatan dalam pemecahan masalah. Di samping itu,
keluwesan memungkinkan seseorang melihat suatu masalah dari berbagai sudut
tinjauan. Menurut Munandar (1992 : 49), keluwesan adalah kemampuan melihat
masalah dari berbagai sudut tinjauan.
Dalam tes kreativitas berpikir, keluwesan ditandai oleh jumlah golongan
jawaban yang berbeda. Kadar keluwesan diukur dengan menghitung jumlah
kategori respons yang berbeda. Peserta tes diminta memberikan respons sebanyak
mungkin, lalu skor keluwesan diberikan pada jumlah kategori atau golongan
respons. Skor diberikan atas jawaban yang menunjukkan keragaman atau variasi.
Menurut Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144), keluwesan diukur dengan
menghitung jumlah kategori respons yang berbeda.
Keaslian membuat seseorang mampu mengajukan usulan yang tidak biasa
atau unik dan mampu melakukan pemecahan masalah yang baru atau khusus.
Dengan kata lain, keaslian adalah kemampuan untuk menghasilkan jawaban yang
jarang diberikan oleh peserta tes. Jawaban original adalah jawaban yang jarang
diberikan oleh anak-anak lain. Keaslian mengukur kemampuan peserta tes dalam
membuat usulan yang tidak biasa atau unik. Menurut Winkel (1996 : 143),
jawaban mempunyai orisinalitas apabila sangat sedikit orang yang menghasilkan
pikiran seperti itu. Woolfolk dan Nicolich (1984 : 144) memberikan kriteria
mengenai keaslian. Respons yang orisinal menurutnya diberikan oleh lebih sedikit
dari 5 atau 10 dari 100 peserta pengambil tes. Ada pendapat yang memberikan

18

kriteria lebih spesifik. Menurutnya, respons yang diberikan oleh 5 % dari


kelompok bersifat tidak biasa, dan respons yang hanya diberikan oleh 1 % dari
kelompok bersifat unik
2) PENGUKURAN KREATIVITAS UNTUK ANAK PRASEKOLAH
Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl. Psych., untuk
menjadi individu kreatif, dibutuhkan kemampuan berpikir yang mengalir lancar,
bebas, dan ide yang orisinal yang didapat dari alam pikirannya sendiri. Berpikir
kreatif juga menuntut yang bersangkutan memiliki banyak gagasan. Agar anak
bisa berpikir kreatif, ia haruslah bisa bersikap terbuka dan fleksibel dalam
mengemukakan gagasan. Makin banyak ide yang dicetuskannya menandakan
makin kreatif si anak. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kreativitas seorang
anak, pakar pendidikan ini berupaya mengembangkan Tes Kreativitas Verbal
dan Figural. Tes kreativitas verbal dilakukan pada anak berusia minimal 10 tahun
karena dianggap sudah lancar menulis dan kemampuan berbahasanya pun sudah
berkembang. Sedangkan tes kreativitas figural dilakukan terhadap anak mulai usia
5 tahun.
Adapun unsur penilaian berfikir kreatif adalah sebagai berikut :
1. Fleksibel: Anak mampu memberikan jawaban yang berbeda-beda. Untuk

gambar lingkaran, contohnya, anak mengasosiasikannya sebagai piring, bulan,


bola, telur dadar dan sebagainya. Anak juga diminta untuk membuat sebanyak
mungkin objek mati maupun hidup pada gambar lingkaran tadi. Namun, tes
kreativitas ini bukan dimaksudkan sebagai tes menggambar, melainkan
sebagai tes gagasan, sehingga unsur "keindahan" tidak diprioritaskan.
2. Orisinalitas: Anak mampu memberikan jawaban yang jarang/langka dan

berbeda dengan jawaban anak lain pada umumnya. Dari bentuk lingkaran
yang sama, contohnya, anak mahir menggambarkannya sebagai wajah orang.
3. Elaborasi: Anak mampu memberikan jawaban secara rinci sekaligus mampu

memperkaya dan mengembangkan jawaban tersebut. Dia bisa melengkapi


gambar wajah tersebut dengan mata, hidung, bibir, telinga, leher, rambut
sampai aksesoris semisal kalung dan jepit rambut. Makin detail ornamen atau

19

organ-organ yang digambarkannya, berarti mencirikan ia anak yang kreatif.


"Jadi, anak yang kreatif tak sekadar mengemukakan ide, tapi juga dapat
mengembangkan gagasan yang dilontarkannya," tandas Utami.
Untuk tes kreativitas figural, ada enam topik pertanyaan yang diajukan,
yaitu :
G. Tes Permulaan Kata
Misalnya kepada anak diberikan huruf "k" dan "a". Kemudian ia diminta
untuk membentuk sebanyak mungkin kata yang bisa dibentuk dari kedua
huruf tadi. Umpamanya anak menjawab "kami", "kapal", "karung" dan
sebagainya.
H. Tes Membentuk Kata
Kepada anak diberikan kata tertentu, semisal "proklamasi". Nah,
berdasarkan kata tersebut anak diminta membentuk kata-kata lain sebanyak
mungkin. Umpamanya anak akan menjawab "kolam", "lama", "silam" dan
lain-lain.
I. Tes Kalimat 3 Kata
Misalnya kepada anak diberi tiga huruf, yakni "a", "m", dan "p". Lalu
mintalah ia menyusun sebanyak mungkin kalimat-kalimat yang diawali dari
huruf-huruf yang diberikan tadi, dengan urutan yang boleh diubah-ubah.
Umpamanya, jawabanya adalah "Ani makan pisang" atau "Mana payung
Anton".
J. Tes Kesamaan Sifat
Misalnya anak mendapat soal mengenai sifat bulat dan keras. Anak dimita
untuk memikirkan dan menyebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang
memiliki sifat/ciri-ciri tersebut. Jawabannya mungkin adalah bola tenis,
kelereng, roda kursi, dan sebagainya.
K. Tes Penggunaan Tak Lazim
Contohnya, anak akan diberi benda yang ditemuinya sehari-hari. Akan
tetapi, ia justru diminta untuk membuat sesuatu yang tak biasa dengan benda
tersebut. Umpamanya, ketika anak diberi surat kabar, ia menggunakannya

20

untuk membuat kapal-kapalan, topi, bola, dan sebagainya, bukan sebagai


bahan bacaan.
L. Tes Sebab-Akibat
Anak mendapat pertanyaan mengenai situasi tertentu yang dalam keadaan
nyata tak pernah terjadi. Nah, mintalah anak untuk menjawab apa kira-kira
akibatnya bila situasi tersebut betul-betul terjadi. Dalam hal ini, anak dituntut
untuk bebas berimajinasi. Contohnya adalah pertanyaan, "Apa jadinya bila
semua orang di dunia ini pandai?" atau, "Apa akibatnya jika setiap orang bisa
mengetahui pikiranmu?"
Menurut Utami, setiap tes tersebut terdiri dari 4 soal. Untuk tes
pertama dan kedua, setiap soal harus dijawab dalam waktu 2 menit.
Sedangkan untuk tes ketiga, diberikan waktu 3 menit untuk setiap soal,
sementara untuk tes berikutnya per soal diberi durasi 4 menit.
Hasil akhir tes kreativitas ini sama halnya dengan tes IQ, yakni berupa
skor. Anak yang mencapai skor 90-110 berarti tingkat kreativitasnya rata-rata,
skor di bawah 80 dikategorikan sangat lamban, sedangkan yang mampu
mencapai skor 130 ke atas tergolong sangat unggul. Namun dari pengalaman
Utami selama ini, hanya sedikit anak yang bisa mencapai skor kreativitas yang
tinggi. Kebanyakan berada pada kisaran skor 90-100. Sebaliknya, banyak
sekali anak yang bisa mencapai skor tinggi untuk tes IQ. Menurutnya, "Hal ini
disebabkan berpikir kreatif kurang dirangsang, sehingga anak tak terbiasa
berpikir bermacam-macam arah." Selain pengukuran kreativitas yang sudah
disebutkan, ada juga pengukuran skala sikap kreatif yang lebih menyangkut
pada segi afektif. Menurut Utami, dari berbagai penelitian ternyata
kemampuan berpikir kreatif belumlah cukup jika tanpa disertai sikap kreatif.
Tanpa sikap kreatif ini katanya produk kreatif pun takkan terwujud. Jadi,
berpikir kreatif itu sendiri harus disertai ciri-ciri sikap kreatif sebagai berikut:
1. Terbuka terhadap pengalaman baru,
2. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
3. Tidak takut melakukan kesalahan ketika mengemukakan ide,
4. Imajinatif, dan

21

5. Berani mengambil risiko terhadap langkah yang diambil.

BAB III
PEMBAHASAN

22

A. PENGUKURAN KECERDASAN KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI


3 CIBADAK
Soal yang dipergunakan untuk menguji kecerdasan kreativitas adalah soal
figural. Siswa diminta untuk melengkapi gambar dari gambar dasar berupa
lingkaran, sebanyak mungkin, selengkap mungkin, dan sekreatif mungkin. Lalu
gambar-gambar yang dihasilkan siswa dinilai menggunakan rubrik yang sudah
disusun dengan skala 1-5. Indikator pada rubrik mencakup indikator-indikator
dalam berpikir kreatif, seperti kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility),
keaslian (originality), dan perincian (elaboration). Dari hasil penghitungan, lalu
diliat gambaran secara keseluruhan, dari ke-empat indikator penilaian, mana
indikator yang menunjukkan hasil yang paling bagus, dan mana yang masih
kurang.
a. Soal
Buatlah gambar dari lingkaran di bawah ini sebanyak mungkin dalam waktu 2
menit!

b. Rubrik Penilaian Kecerdasan Kreativitas


Indikator

Bagus (5 poin)

Sedang (3 poin)

Butuh
Pengembangan

23

Kelancaran
(Fluency)

Mengajukan gagasan Mengajukan


yang sangat banyak yang
meskipun
dalam

cukup banyak gagasan yang tidak

masih meskipun masih dalam lebih banyak, atau


satu

pandang
yang

(1 poin)
gagasan Mengajukan

sudut satu

sudut

pandang malah lebih sedikit

(perspektif) (perspektif) yang sama dibandingkan

sama

dengan dengan orang lain

orang lain

dengan orang lain,


dalam satu sudut
pandang
(perspektif)

yang

sama dengan orang


lain
gagasan Mengajukan

Keluwesan/

Mengajukan gagasan Mengajukan

Keragaman

yang sangat beragam yang cukup beragam gagasan yang tidak

(Flexibility)

meskipun
dalam

satu

pandang
yang
Keaslian
(Originality)

masih meskipun masih dalam beragam,


sudut satu

sudut

dalam

pandang satu sudut pandang

(perspektif) (perspektif) yang sama (perspektif)

sama

dengan dengan orang lain

orang lain
Menggunakan

Menggunakan

yang

sama dengan orang


lain
Menggunakan

komponen dan cara komponen dan cara komponen dan cara


penyajian yang sangat penyajian yang cukup penyajian
berbeda
lain,

dari
tapi

sekedar

Perincian

yang

orang berbeda dari orang lain sama dengan orang


bukan secara design
aneh,

lain (umum) atau


bisa

juga

aneh

melainkan juga fresh

namun tidak dapat

(segar) dan menarik

dimengerti

(unik) secara design

memaksakan untuk

Menguraikan

Menguraikan

terlalu

terlihat kreatif)
Menguraikan

/penguraian

permasalahan dengan permasalahan dengan permasalahan

(Elaboration)

sangat

cukup mendalam

secara

dangkal

24

mendalam/terperinci

(tidak terperinci)

B. HASIL PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN


Data yang diperoleh dari hasil penilaian mengunakan rubrik kecerdasan
kreativitas adalah sebagai berikut:

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa dari keempat indikator kecerdasan


kreativitas yang dinilai melalui rubrik, indikator yang paling banyak diperlihatkan
oleh siswa adalah keluwesan (flexibility), diikuti oleh kelancaran (fluency), lalu
keaslian (originality), dan indikator yang paling sedikit diperlihatkan siswa adalah
perincian (elaboration). Hasil ini menunjukkan bahwa pada siswa kelas 7 SMP
(usia 11-13 tahun), tingkat kecerdasan kreativitasnya masih terbatas pada banyak
dan beragamnya pengembangan gambar berdasarkan objek yang ada pada ingatan
mereka. Siswa pada usia ini belum sampai pada tahap mengelaborasi (perincian)
yang baik, karena masih terbatas pada pemikiran mereka yang masih peralihan
antara objek abstrak dengan yang konkrit.
Dari hasil penilaian kecerdasan kreativitas dengan skor maksimal 20 (skor
5 dari masing-masing indikator), 16 orang siswa menunjukkan hasil tertinggi
(skor 18) dan 2 orang siswa menunjukkan hasil terendah (skor 4), dan rata-rata
kecerdasan dari 36 siswa adalah 14. Siswa yang skor nya berada di atas rata-rata

25

berjumlah 18 orang, siswa yang skor nya 14 sebanyak 4 orang, dan siswa yang
skornya berada di bawah rata-rata sebanyak 14 orang. Hasil ini menunjukkan
bahwa kecerdasan kreativitas siswa kelas 7 SMP Negeri 3 cibadak, khususnya
kelas 7H tidak menunjukkan hasil yang berbeda siginifikan antara siswa yang satu
dengan yang lain. Artinya, antara satu siswa dengan yang lain, tingkat kecerdasan
kreativitasnya relatif sama.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kecerdasan adalah kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda
dari kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman individu. (Ency Britannica).
26

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru,


baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk aptitude (berpikir
kreatif) maupun non aptitude (Afektif), baik dalam karya baru maupun kombinasi
dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa
yang telah ada sebelumnya. Antara kecerdasan dengan kerativitas memiliki
keterkaitan, dan menimbulkan istilah baru yang disebut kecerdasan kreativitas
(creativity quotient).
Creative Intelligence menyangkut kemampuan untuk belajar dan
menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasisituasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan masalah-masalah. manusia
yang belajar sering menghadapi situasi-situasi baru serta permasalahan. hal itu
memerlukan kemampuan individu yang belajar untuk menyesuaikan diri serta
memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi. Kecerdasan kretivitas (CQ)
yang dimiliki seseorang juga sama seperti jenis kreativitas yang lain, dapat diukur.
Jenis pengukuran yang dilakukan pada intinya untuk menilai empat hal yang
dimiliki oleh seseorang, yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility)
orisinalitas (originality) dan elaborasi (elaborations). Perbedaan tes inteligensi
dengan tes creativitas, yaitu pada kriteria jawaban. Tes inteligensi menguji
kemampuan berpikir memusat (konvergen), karena itu ada jawaban benar dan
salah, sedangkan tes creativitas menguji berpikir menyebar (divergen) dan tidak
ada jawaban benar atau salah.
Berdasarkan data, diketahui bahwa dari keempat indikator kecerdasan
kreativitas yang dinilai melalui rubrik, indikator yang paling banyak diperlihatkan
oleh siswa adalah keluwesan (flexibility), diikuti oleh kelancaran (fluency), lalu
keaslian (originality), dan indikator yang paling sedikit diperlihatkan siswa adalah
perincian (elaboration).
B. SARAN

Pengukuran yang dilakukan pada makalah ini masih sangat sederhana, dan
hanya menggunakan tes figural. Maka untuk penilaian selanjutnya, perlu ada

27

pengembangan soal dengan menambahkan tes verbal untuk menilai


kecerdasan kreativitas siswa.

Indikator yang digunakan untuk menilai kecerdasan kreativitas yang


digunakan hanya empat indikator, untuk penilaian selanjutnya, bisa dinilai
jenis indikator yang lain seperti perumusan kembali agar penilaian kecerdasan
kreativitas siswa dapat lebih terukur.

DAFTAR PUSTAKA
Munandar, U. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta.

28

Rahayu, R. (2007). Profil Kreativitas Siswa SMA Berbasis Gender Melalui Mind
Mapping Pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Skripsi jurusan pendidikan
biologi UPI Bandung: tidak diterbitkan.
http://konseling-filea.net/?p=58
http://www.psychologymania.net/2010/02/pengukuran-kreativitas.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Daya_cipta
http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan
http://99u.com/articles/7160/test-your-creativity-5-classic-creative-challenges
http://provensal.com/lbb/tag/j-p-guilford/
http://www.senseandsensation.com/2012/03/assessing-creativity.html

29

LAMPIRAN-LAMPIRAN

30

Anda mungkin juga menyukai