Anda di halaman 1dari 14

Struktur Pernapasan dan Mekanisme Pernapasan Paru

Yunita Verayanti Siokh


102012056, E1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat, 11470
Email : yunita.siokh@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Setiap manusia perlu bernapas, karena bernapas merupakan hal yang penting dalam
kehidupan. Bernapas adalah dimana suatu proses menghirup udara O 2 dan menghembuskan
udara CO2. Sistem pernapasan di mulai dari hidung, laring, faring, trakea, bronkus,
bronkiolus sampai ke alveolus.
Dalam kasus yang di dapat seorang anak perempuan mengalami sesak napas dari
semalam. Sesak napas merupakan gangguan sistem pernapasan pada manusia bisa terjadi
karena gangguan mekanisme pernapasan dan kelainan struktur pernapasan. Untuk itu dalam
makalah ini akan di bahas struktur penapasan yang terdiri dari makro dan mikro serta akan di
bahas mekanisme pernapasan pada manusia.

Skenario 8
Seorang anak perempuan berumur 9 tahun di bawa orangtuanya ke dokter karena
sesak napas. Sesak di rasakan sejak semalam akibat batuk pilek yang terus menerus.

Rumusan Masalah
Seorang anak perempuan berumur 9 tahun merasakan sesak napas sejak semalam
akibat batuk pilek yang terus menerus.

Keseimbangan
asam basa

Pembahasan

Pengendali
pernapasan

mikro

Transpor CO2
dan O2

Mekanisme
pernapasan

Anak perempuan 9
thn mengalami
sesak napas sejak
semalam

Struktur
pernapasa
n

makro

Difusi
pernapasan

Otot-otot
pernapasan

Struktur Pernapasan
Secara sistematis sistem pernafasan dibagi menjadi dua, yaitu saluran pernafasan atas
dan saluran pernafasan bawah. Saluran pernafasan atas terbagi atas bagian hidung,
nasofaring, orofaring, laringofaring, dan laring. Lalu, saluran pernafasan bagian bawah
terbagi atas trakea, semua segmen percabangan bronkus, dan paru-paru. Sedangkan jika
dilihat dari fungsinya, sistem pernafasan juga mencakup beberapa struktur, termasuk rongga
mulut, sangkar iga, dan diafragma.

Struktur pernapasan secara Makroskopik


Hidung
Secara

makroskopik

hidung

bagian

luar

berbentuk

pyramid,

pangkalnya

berkesinambungan dengan dahi dan ujung bebasnya disebut puncak hidung. Hidung
mempunyai penyangga yang terdiri atas tulang dan tulang rawan hialin. Rangka bagian
tulang terdiri atas os nasalle, prosecus frontalis os maxillaries dan bagian nasal os frontalis. 1
Rangka tulang rawannya terdiri atas cartilago septi nasi, cartilago nasi lateralis dan cartilago
ala nasi yang bersama-bersama dengan tulang di dekatnya saling dihubungkan. 1 Keterbukaan
bagian atas hidungdipertahankan oleh os nasalle dan prossecus frontalis os maxillaries dan
bagian bawahnya oleh tulang-tulang rawannya.
Otot yang melapisi hidung merupakan bagian dari otot wajah. Otot hidung tersusun
dari M. nasalis dan M. depressor septi nasi. 2 Pendarahan hidung disuplai oleh A. Ethmoidalis
anterior at posterior, A. Palatina major, A. Sphenopalatina, A. Labialis superior. Pembuluh
baliknya menuju V. facialis dan V. ophthalmica. 3 Persarafan otot-otot hidung oleh N. facialis,
2

kulit sisi medial punggung hidung sampai ujung hidung dipersarafi oleh cabang-cabang infra
trochlearis dan nasalis externus N. opthalmicus. Kulit sisi lateral hidung dipersarafi oleh
cabang infraorbitalis N. Maxillaries.3
Ke arah inferior hidung memiliki dua pintu masuk berbentuk bulat panjang yaitu
nostril atau nares nasi yang terpisah oleh septum nasi.1 Septum nasal membagi hidung
menjadi sisi kiri dan sisi kanan rongga nasal. Nares nasi atau lubang masuk kavum nasi
bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior

yang

berbatasan dengan choana yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.2


Dinding lateral hidung memperlihatkan 3 sisi yaitu Concha nasalis superior, medius
dan inferior. Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang
disebut meatus.3 Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius
dan superior. Selain itu terdapat ruangan yang dibatasi tulang dan berhubungan dengan
cavum nasi, ruangan itu adalah sinus paranasalis.3 Sinus paranasal ini kita kenal: sinus
frontalis, sinus ethmoidale, sinus maxilla dan sinus spenoidalis yang terdapat dalam tulangtulang yang bersangkutan.

Gambar 1.1 Struktur Hidung

Faring
3

Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar
tulang tengkorak sampai esophagus.4 Pada faring terdapat tiga otot lingkar/sirkular yakni
musculus contrictor pharingis inferior, musculus contrictor pharingis medius dan musculus
constrictor pharingis superior, serta tiga otot yang masing-masing turun dari processus
styloideus, torus tubarius cartilaginis tubae auditiva dan palatum molle, yakni musculus
stylopharingeus, musculus salpingopharingeus dan musculus palatopharingeus. 2 Faring
terbagi menjadi nasofaring berhubungan dengan rongga hidung melalui choana , orofaring
rongga mulut melalui isthmus orofaring, dan laringofaring nantinya akan melanjut menjadi
saluran pernapasan berikutnya.
Perdarahan pada faring berasal dari arteri pharingea ascendens, arteri palatina
ascendens dan ramus tonsillaris cabang arteri facialis, arteri palatina major dan arteri canalis
ptrygoidea cabang arteri maxillaris interna dan rami dorsales linguae cabang arteri lingualis. 3
Pembulih balik membentuk sebuah plexus yang keatas berhubungan dengan plexus
pterygoidea dan kearah bawah bermuara kedalam vena jugularis interna dan venafacialis.
Persarafan pada faring berasal dari plexus pharingeus yang terdiri dari nervus palatina minor
dan nervus glossopharing.3

Gambar 1.2 Struktur Faring.

Laring
4

Laring berada diantara orofaring dan trakea, dianterior laringofaring. Laring dapat ditutup
oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis).5 Epiglotis atau kartilago epligotik adalah kartilago
yang paling atas, bentuknya seperti lidah. Laring mempunyai otot-otot instrinsik yang terdiri
dari M.cricoarytaenoideus posterior, M. cricoarytaenoideuslateralis,M.arytaenoidus obliquus,
M.arytaenoideustransversus,

M.thyreoarytaenoideus,

M.

Cricothyreoideus,

M.vocalis,

M.arytaenoidusobliquus, M.aryepiglotticus. M. Thyreoepigloticus.2 Laring ditopang oleh


kartilago, tiga kartilago berpasangan dan tiga kartilago tidak berpasangan.6
1. Kartilago tidak berpasangan
a) Kartilago tiroid terletak di bagian proksimal kelenjar tiroid. Biasanya berukuran lebih
besar dan lebih menonjol pada laki-laki akibat hormon yang di sekresi saat pubertas.
b) Kartilago krikoid adalah cincin anterior yang yang lebih kecil dan lebih tebal, terletak
di bawah kartilago tiroid.
c) Epiglotis adalah katup kartilago elastic yang melekat pada tepian anterior kartilago
tiroid. Saat menelan, epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah
masuknya makanan dan cairan.
2. Kartilago berpasangan
a) Kartilago aritenoid terletak di atas dan di kedua sisi kartilago krikoid. Kartilago ini
melekat pada pita suara sejati, yaitu lipatan berpasangan dari epithelium squamosa
bertingkat.
b) Kartilago kornikulata melekat pada bagian ujung kartilago aritenoid.
c) Kartilago kuneiform berupa batang-batang kecil yang membantu menopang jaringan
lunak.

Gambar 1.3 Struktur Laring

Trakea
Trakea adalah pipa udara yang terbentuk dari tulang rawan dan selaput fibro-muskular
dengan panjang 10-11 cm dan diameter 2,5 cm serta letaknya di atas permukaan anterior
5

esophagus.7 Pipa merentang dari laring pada area vertebrae cervics ke 6 sampai area vertebrae
thoraces ke 5 tempatnya membelah dua brochus utama. Trachea dapat tetap terbuka karena
adanya 16-20 cincin kartilago berbentuk C. Trakea berjalan dari cartilago cricoidea ke bawah
pada bagian depan leher dan di belakang manubrium sterni, berakhir pada setinggi angulus
sternalis tempatnya berakhir, membagi menjadi bronkus kiri dan kanan. 8 Trakea diperdarahi
oleh arteri thyreodea inferior sedangkan ujung thoracalnyadidarahi oleh cabang arteri
bronchiales. Persarafan trakea berasal dari cabang trachea nervus vagus, nervus recurrens dan
truncus symphaticus.3

Paru-Paru
Paru-paru berjumlah 2 atau berpasangan, merupakan organ berbentuk kerucut. Paru
terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta dijaga oleh sangkar
iga. Bagian dasar paru terletak di atas diafragma, bagian apeks paru (ujung superior) terletak
setinggi clavikula.9 Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus (superior, medial dan inferior).
Paru-paru kiri terdiri dari dua lobus (superior dan inferior). 8 Selaput pembungkus paru-paru
disebut pleura. Pleura paru-paru terdiri dari dua yaitu pleura parietal dan pleura viceral.9
Di dalam paru-paru terdapat bronkus, bronkiolus dan alveolus. Bronkus setinggi
discus vertebra T 4/5 trachea bercabang menjadi bronkus primer / principalis dexter dan
sinister.8 Bronkus primer kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih lurus
dibandingkan bronkus primer kiri karena arcus aorta membelokkan trachea bawah ke kanan.
Lanjutan bronkus principalis dextra dan sinistra akan bercabang menjadi Bronkiolus kiri
berjumlah dua dan bronkiolus kanan berjumlah tiga. Percabangan ini membentuk cabang atau
segmen dengan bronkiolus kiri 8 segmen dan bronkiolus kanan 10 segmen. 9 Berikut adalah
bagian-bagian dari paru-paru.3
Paru kanan
a) Lobus superior : apicalis, posterior, anterior
b) Lobus medius : lateralis, medialis
c) Lobus inferior : superior(apicalis), mediobasal, anterobasal, laterobasal, posterobasal.
Paru kiri
a) Lobus superior : apicoposterior, anterior, lingula superior, lingua inferior
b) Lobus inferior : superior(apicalis), anteromediobasal. Laterobasal, postero basal.

Alveolus
Ada 300-500 juta alveoli di masing-masing paru-paru, dan luas permukaan total
diperkirakan 700 sampai 800 kaki persegi.10 Setiap kali inspirasi, udara lewat melalui bronkus
serta cabang-cabangnya menuju alveoli. Pertukaran gas terjadi antara udara dalam alveoli dan
darah dalam kapiler. Oksigen berdifusi melintasi alveolar dan dinding kapiler untuk masuk ke
aliran darah, sedangkan karbon dioksida berdifusi dari darah di dinding-dinding untuk masuk
ke alveoli. Alveoli harus tetap terbukauntuk menerima udara dihirup jika gas pertukaran
terjadi.

Gambar 1.4. Struktur Paru-Paru

Struktur Pernapasan secara Mikroskopik


Sistem respiratorius terdiri atas bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian
konduksi adalah saluran napas. Bagian ini terdiri dari hidung,faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus terminalis.11 Epitel pada jalan napas di luar paru, yaitu trakea, bronki, bronkiolus
yang lebih besar, adalah epitel bertingkat toraks bersilia dengan banyak sel goblet. Di dalam
hidung terdapat epitel olfaktorius. Epitel olfaktorius terletak dibagian superior atau atap
rongga hidung. Epitel olfaktorius terdiri atastiga jenis sel, yaitu sel penyokong (sel
sustentakular), sel basal, dan sel olfaktoris. Di dalam jaringan ikat di bawah sel olfaktoris,
terdapat nervus olfaktorius dan vesikula olfaktoris. Di hidung juga terdapat epitel berlapis
gepeng di kulit luar, kemuadian ada kelenjar sebasea dan rambut-rambut halus.12
Selanjuntnya faring, faring terdiri dari tiga yaitu nasofaring dengan epitel bertingkat
torak bersilia bersel goblet, orofaring dan laringofaring dengan epitel berlapis gepeng tanpa
7

lapisan tanduk. Laring menghubungkan faring dengan trakea. Laring dilapisi oleh epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet kecuali ujung plika vokalis berlapis gepeng. Larynx
merupakan tabung pendek berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh 9 kartilago.
Rangka terdiri dari tulang rawan elastis dan tulang rawan hialin. 6 Mempunyai dua permukaan
Permukaan lingual yang menghadap ke lidah dengan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk. Terdapat kelenjar campur dan jaringan limfoid sedangkan Permukaan laringeal yang
menghadap ke laring mempunyai epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet, Lamina
propria dibawahnya mempunyai kelenjar campur ( lebih banyak daripada permukaan
lingual).13
Pada trakea terdapat epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet dimana sel
gobletnya menghasilkan mucus. Di trakea juga terdapat sel sekretorik bergranula di mana
mengandung katekolamin yang berfungsi mengatur aktivitas sel goblet dan gerakan silia. 13
Trakea mempercabangkan bronkus makin kecil bronkus, makin sedikit dan kecil tulang
rawan hialin ini. Bronkiolus terminalis di lapisi epitel selapis torak rendah. Pada bronkioli
terminalis juga terdapat sel kuboid tanpa silia yang disebut sel clara.
Bagian respirasi merupakan lanjutan distal bagian konduksi yang terdiri atas
bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli. Bronkiolus
respiratorius terdapat kantong-kantong udara/alveoli berdinding tipis dengan epitel selapis
toraks rendah/kubus. Kemudian duktus alveolaris di dinding-dindingnya juga terdapat alveoli
dengan epitel selapis gepeng sedangkan sakus alvolaris merupakan kumpulan dari alveoli
yang berkumpul yang terdiri dari serat elastin dan kolagen. Di Alveoli mempunyai epitel
selapis gepeng yang merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2, serat elastin dan kolagen.14
Di dinding alveol terdapat stigma alveolaris yang menghubungkan alveoli berdekatan.
Di alveoli juga terdapat beberapa jenis sel yaitu sel yang paling banyak adalah sel alveolar
tipe I, Sel lain adalah sel alveolar tipe II, sel alveolar fagosit atau sel debu dari monosit darah
yang terdapat di dalam dinding alveolus dan sel endotel kapiler yang melapisi kapiler darah.14

Mekanisme Pernapasan
Bernapas, yang juga disebut ventilasi, adalah gerakan udara dari luar tubuh ke dalam
bronkus beserta cabangnya dan alveoli, diikuti oleh pembalikan dari gerakan udara. Tindakan
8

bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan udara disebut inspirasi atau inhalasidan ekspirasi
atau ekshalasi.15
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2
jenis,yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara
yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan
dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan
tubuh.Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan
udaradalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga
dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada
lebih besar maka udara akan keluar. Berikut ini adalah uraian mekanisme pernapasan .

Inspirasi
Inspirasi merupakan proses aktif yang di lakukan oleh kontraksi otot-otot inspirasi.
Otot otot instirasi terdiri dari diafragma yang merupakan otot utama dan M. Interkostal
eksternus.16

Selain

itu

juga

terdapat

otot-oto

inspirasi

tambahan

yaitu

M.

sternokleidomastoideus, M. scalenus anterior, medius dan posterior, M. pectoralis mayor et


minor, dan sebagainya.3 Proses inspirasi sebagai berikut Dalam keadaan yang santai,
diafragma berbentuk kubah; selama inspirasi dalam, diafragma kontraksi dan mendatar
(menurun). M. intercostalis externus kontraksi, dan tulang rusuk bergerak ke atasdan ke luar.
Setelah kontraksi diafragma dan musculus intercostalis externus, volume rongga dada akan
lebih besar daripada sebelumnya. Dengan meningkatnya volume toraks, memperluas paruparu. Sekarang udara tekanan dalam alveoli (disebut tekanan intrapulmonari) menurun.
Dengan kata lain, tekanan alveolar sekarang kurang dari tekanan atmosfer (tekanan udara luar
paru-paru), dan udara secara alami akan mengalir dari luar tubuh ke saluran pernapasan dan
masuk ke alveoli.16 Penting untuk menyadari bahwa udara masuk ke dalam paru-paru karena
telah membuka;udara tidak memaksa paru-paru terbuka. Itulah sebabnya mengapa terkadang
dikatakan bahwa manusia bernapas dengan tekanan negatif.

Ekspirasi
Ekspirasi merupakan proses pasif yang terjadi karena relaksasi otot-oto inspirasi.
Otot-otot yang berperan saat ekspirasi sama seperti otot-otot inspirasi tetapi saat ekspirasi
9

kuat yang terjadi adalah kontraksi dari otot-otot dinding perut dan M. Interkostalis internus.
Otot-otot tambahan ekspirasi adalah M. Longisimus, M. Rectus abdominis, M. Obliqus
externus dan internus.3 Selama ekspirasi, diafragma dan otot-otot interkostal relaksasi. Oleh
karena itu, diafragma membentuk kubah dan tulang rusuk bergerak ke bawah. Saat volume
rongga toraks berkurang, paru-paru bebas untuk mundur.
Kemudian tekanan udara dalam alveoli (tekanan intrapulmonari) meningkat di atas
tekanan atmosfer udara secara alami akan mengalir ke luar tubuh. 16 Kehadiran surfaktan
menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli. Surfaktan juga,sebagai pengerut paru-paru,
tekanan antara dua lapisan pleura menurun, dan ini cenderung membuat alveoli tetap
terbuka.17

Pengendalian Pernapasan
Pusat pengendalia pernapasan terdiri dari tiga bagian yaitu pusat respirasi, pusat
apneustik dan pusat pneumotaksik.18 Pusat respirasi, di formatio retikularis medulla oblongata
melepaskan muatan berirama mengahasilkan pernapasan/ pusat respirasi yang terdiri dari 2
kelompok neuron yaitu kelompok dorsal (dorsal respiratory group = DRG) dan kelompok
ventral (ventral respiratory group = VRG).

Kelompok dorsal terdiri dari neuron I dan

kelompok ventral terdiri dari neuron I dan neuron E. Serat saraf yang keluar dari neuron I
sebagian besar berakhir di motor neuron medula spinalis yang akan mempersarafi otot-otot
inspirasi.
Lepas neuron I dorsal menimbulkan gerakan inspirasi. Sebagian neuron dari
kelompok I dorsal akan menuju ke kelompok ventral. Kelompok neuron ventral tidak aktif
pada pernapasan tenang. Tapi bila kebutuhan ventilasi meningkat maka neuron I ventral akan
di aktifkan oleh neuron I dorsal yang akan membuat otot-otot inspirasi tambahan berkontraksi
melalui N. IX dan X. Sedangkan neuron E ventral di rangsang oleh neuron I dorsal untuk
mengeluarkan impuls yang menyebabkan kontraksi otot-otot ekspirasi.
Tetapi ada mekanisme umpan balik yang negatif dari neuron E ventral terhadap
neuron I dorsal yaitu neuron E ventral mengeluarkan impuls yang menghambat neuron I
dorsal sehingga I dorsal menghentikan aktivitasnya sendiri.
Selanjutnya adalah pusat apneustik yang terletak di pons bagian bawah. pusat ini
berpengaruh tonik terhadap pusat inspirasi, pusat ini di hambat oleh impuls aferen melalui N
10

X. Sedangkan pusat pneumotaksik yaitu ada di pons bagian atas . impuls ini menghambat
aktifitas neuron I sehingga inspirasi di hentikan.18

Gambar 1.5. Pusat Pernapasan.

Difusi Pernapasan
Peristiwa difusi merupakan peristiwa pasif yang tidak membutuhkan ekstra.Peristiwa
yang difusi yang terjadi di dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga
alveoli melintasi membrane kapiler alveolar kemudian melintasi plasma darah selanjutnya
menembus dinding sel darah merah dan akhirnya masuk ke dinding inferior sel darah merah
sampei berikatan dengan hemoglobin.19 Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan
karbon dioksida secara simultan. Saat inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler
paru dan saat ekspirasi karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang
ke atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen
dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru. Di mana tekanan parsial adalah tekanan
yang menyebabkan gas berpindah dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain. Difusi
dipengaruhi oleh ketebalan membran respirasi, koefisien difusi, luas permukaan membran
respiras dan perbedaan tekanan parsial.

11

Gambar 1.6. Difusi Gas.

Transpor O2 dan CO2


Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang
membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbon dioksida sebagai sisa metabolisme ke
kapiler paru. Sekitar 97 - 98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb
(HbO2/oksihaemoglobin) sisanya larut dalam plasma. Sekitar 5-7 % karbon dioksida di
transportasikan

melalui

larut

dalam

plasma,

2330%

berikatan

dengan

Hb

(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 70% dalam bentuk HCO3 (ion bikarbonat).19 Saat


istirahat, 5 ml oksigen ditransportasikan oleh 100 ml darah setiap menit. Jika curah jantung
5000 ml/menit maka jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan sekitar 250 ml/menit. Saat
olah raga berat dapat meningkat 15 20 kali lipat.

Gambar 1.7. Transpor CO2 dan O2.

Keseimbangan Asam dan Basa


Di dalam sistem respirasi, tubuh sudah mempersiapkann mekanisme untuk
mengontrol keseimbangan pH. Paru-paru mempengaruhi keseimbangan asam dengan
mengubah komponen asam karbonat dari buffer bikarbonat. Banyaknya konsentrasi asam
karbonat dari darah bergantung pada tekanan parsial antara CO 2 dan H2O, reaksinya
dikatalisasi oleh enzim carbonic anhidrase. Dimana jika pCO2 meningkat maka pH akan akan
12

menurn sehingga terjadi asidosis dapat di kompensasikan dengan cara hiperventilasi tetapi
jika PCO2 menurun maka pH akan naik sehingga terjadi alkalosis di kompensasikan dengan
hipoventilasi. Untuk itu di butuhkan buffer dalam tubuh. Buffer menahan perubahan pH
ketika proton diproduksi atau dikonsumsi. Sistem buffer terdiri dari tiga yaitu sistem buffer
bikarbonat atau asam karbonat, sistem buffer protein plasma dan sistem buffer fosfat.19

Kesimpulan
Saat seseorang bernapas berarti yang berperan adalah sitem pernapasan dalam
tubuhnya. Sistem pernapasan itu mencakup struktur pernapasan baik makroskopik dan
mikroskopik serta mekanisme pernapasan yang terpenting. Jika terjadi gangguan di salah satu
bagian tersebut baik itu gangguan struktur pernapasan atau mekanisme pernapasan maka
pernapasan seseorang akan terganggu. Dengan demikian hipotesis di terima.

Daftar Pustaka
1. Asih N, Effendy C. Keperawatan medikal bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004.
2. Ethel S. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2004. h.266-274
3. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Edisi 1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
4. Drake R, Vogl W, Mitchell A. Grays anatomy for students. 1 sted. Philadelpia: Elsevier
Churchill Livingstone; 2005; 102-52.
13

5. Woodburne RT. Essential of human anatomy. 6thed. New York: Oxford Universty ;
2007; 181-200.
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2005.
7. Scanlon VC, Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5 hed. Philadelphia ;
F.A. Davis ; 2007
8. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit EGC; 2003
9. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi.ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2007.
10. Wibowo D. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grafindo; 2005
11. Singh I. Teks dan atlas histologi manusia. Jakarta: Binarupa Aksara; 2006; 115-20.
12. Luis CJ, Jose C. Histologi dasar. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007
13. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. 9 thed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h.231-45
14. Gunawijaya FA. Kumpulan foto mikroskopik histologi. 2nded. Jakarta: Penerbit
Universitas Trisakti; 2007.h.161-8.
15. Cameron JR, Grant RM, Skofronick JG. Fisika tubuh manusia. 2 nded. Jakarta: CV.
Sagung Seto; 2006.
16. Sherwood L. Fisiologi manusia. Ed 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.
17. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 thed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.
18. William F. Ganong. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisim22. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008. h.683-94.
19. Robert KM, Daryl KG, Victor WR. Biokimia harper. 27 thed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC : 2009.

14

Anda mungkin juga menyukai