Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS DOKTER INTERNSHIP

Prolapsus Uteri

Ilmu Kebidanan dan Kandungan

dr. Tika Martika Rini

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI


2016

No. ID dan Nama Peserta : dr. Tika Martika Rini


No. ID dan Nama Wahana: RSUD Sinjai
Topik: Eklampsia
Tanggal (kasus) :
Nama Pasien : Ny. N

No. RM: 009253

Jenis Kelamin : Perempuan


Umur

: 40 tahun

Pekerjaan

: IRT

Tanggal presentasi :

/ 01 /2016

Pendamping:

dr. Asria Rusdi


Tempat presentasi:
Obyek presentasi :
Keilmuan
Diagnostik

Keterampilan
Manajemen

Neonatus

Anak

Bayi

dr. Syarifah Husnah

Penyegaran
Masalah
Remaja

Dewasa

Tinjauan pustaka
Istimewa
Lansia

Kandungan

Deskripsi:

Ny, H keluhan Benjolan lunak hilang timbul, sejak 3 tahun,

terutama timbul saat

mengangkat barang berat atau batuk. Awalnya ukuran benjolan sebesar ujung jari

telunjuk, lalu semakin membesar hingga ke ukuran sekarang 8 cm.


tidak haid selama 1 tahun.
Terdapat pegal-pegal di punggung bawah, tidak nyeri pada benjolan, tidak nyeri pada
perut bawah, tidak ada perdarahan maupun luka pada benjolan, tidak ada keputihan.
BAK tidak lancar sejak 3 tahun ini,baru bisa BAK bila benjolan di pencet. BAB tidak

keras, tidak demam. Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan.


Pasien mengeluhkan batuk lama 2 tahun.
Dua belas jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh sakit kepala yang disertai
mual dan muntah 1 kali berisi makanan. Tidak terdapat pandangan kabur, nyeri ulu hati.

Tidak terdapat demam.


Riwayat Hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma, alergi disangkal.
2

Hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma, alergi, penyakit serupa penyakit

pasien disangkal.
Pasien menarche umur 12 tahun. Menstruasi teratur setiap bulan, lama 3 hari, ganti
pembalut 2x/hari, tidak terdapat nyeri haid. Menikah 1x (saat usia 24 tahun). Jumlah

anak 1 orang, lahir per vaginam, spontan, ditolong bidan, sehat, hidup.
Menggunakan KB IUD (saat anak usia 18 bulan sampai 4 tahun), setelah itu tidak
memakai KB lagi.

Tujuan: : Menegakkan diagnosis dan penataksanaan


Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus

Audit

bahasan:
Cara

Pos

pustaka
Diskusi

membahas:

Presentasi dan E-mail


diskusi

Data Pasien: Nama: Ny.


Nama klinik
RSUD Sinjai
Data utama untuk bahan diskusi:
Pemeriksaan Subjektif

No.Registrasi:

Ny H, tahun benjolan lunak hilang timbul, sejak 3 tahun,

terutama timbul saat

mengangkat barang berat atau batuk. Awalnya ukuran benjolan sebesar ujung jari

telunjuk, lalu semakin membesar hingga ke ukuran sekarang 8 cm.


tidak haid selama 1 tahun.
Terdapat pegal-pegal di punggung bawah, tidak nyeri pada benjolan, tidak nyeri pada
perut bawah, tidak ada perdarahan maupun luka pada benjolan, tidak ada keputihan.
BAK tidak lancar sejak 3 tahun ini,baru bisa BAK bila benjolan di pencet. BAB tidak

keras, tidak demam. Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan.


Pasien mengeluhkan batuk lama 2 tahun.
Riwayat Hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma, alergi disangkal.
Hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma, alergi, penyakit serupa penyakit

pasien disangkal.
Pasien menarche umur 12 tahun. Menstruasi teratur setiap bulan, lama 3 hari, ganti
pembalut 2x/hari, tidak terdapat nyeri haid. Menikah 1x (saat usia 24 tahun). Jumlah

anak 1 orang, lahir per vaginam, spontan, ditolong bidan, sehat, hidup.
Menggunakan KB IUD selama 4 tahun, setelah itu tidak memakai KB lagi.

Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan fisik :
3

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, compos mentis. Tanda vital 120/80 mmHg, Nadi 88
x/menit, pernapasan : 28 x/menit, suhu 37,6 C, mata konjunctiva tidak pucat, sclera tidak ikterik,
Jantung: BJ I-II normal, Murmur(-), Gallop(-), Paru: vesikuler, Rh -/-, Wh -/-, Abdomen: dalam
batas normal, Ekstremitas: akral hangat, perfusi perifer cukup, edema -/Status Ginekologi :
Abdomen :
o Inspeksi : tampak massa uterus keluar seluruhnya dari introitus vagina, bentuk bulat,
warna merah muda, rugae pada mukosa vagina berkurang, sekresi vagina berkurang,
perineum tipis, discharge (-)
o Palpasi : tidak dilakukan
Pemeriksaan laboratorium :
HB = 10,3 g/dL, Eritrosit = 4,68 x 106/ uL, HT = 32,2 %, Leukosit = 17.200 /ul, MCV = 69 fL,
MCH = 22 pg, Trombosit = 294.000 /uL, GDS = 102 g/dl, Gol. Darah = A+, HbsAg = non
reaktif,
Daftar Pustaka
1.

Linda Vorvick, MD. Uterine prolapse. [online 2015] cited on [10 Januari 2016] 8 screens
; Available from : URL http://www.mayoclinic.com/health/uterine-prolapse.

2.

Wiknjosastro Hanifa, Prof.dr.Sp.OG. Prolapsus uteri. Buku Ilmu Kebidanan. Edisi


kedua. Jakarta : Yayasan bina pustaka.2006. p. 421

3. Prawirohardjo Sarwono, prof.dr.Sp.OG. Prolapsus Uteri. Buku Ilmu Kandungan. Edisi


Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006. p. 428 39
4. Tizzano Anthony M.D. Uterine Prolapse. [online 2016] Cited on [12 Januari 2016] 20
screens ; Available from : URL : http://www.moondragon.org.html
5. Cunningham F, MD. Uterine Prolapse. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC. 2005.
p.1030
6.

Luhulima J.W.prof.dr. Urogenitalia. Anatomi II Bagian anatomi Fakultas kedokteran


UNHAS. 2002. p.3- 4

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:
Keluhan utama : Benjolan yang keluar dari lubang kemaluan.
Riwayat perjalanan penyakit :
Benjolan lunak hilang timbul, sejak 3 tahun, terutama timbul saat mengangkat barang berat atau
batuk. Awalnya ukuran benjolan sebesar ujung jari telunjuk, lalu semakin membesar hingga ke
ukuran sekarang diameternya 8 cm. Benjolan berbentuk bulat, berwarna merah muda,
permukaan tidak berbenjol-benjol. Pada tahun 2007 pernah memeriksakan diri ke klinik dan di
nilai prolaps grade III, di sarankan untuk operasi namun pasien belum siap. Saat ini pasien sudah
tidak haid selama 1 tahun. Terdapat pegal-pegal di punggung bawah, tidak nyeri pada benjolan,
tidak nyeri pada perut bawah, tidak ada perdarahan maupun luka pada benjolan, tidak ada
keputihan. BAK tidak lancar sejak 3 tahun ini,baru bisa BAK bila benjolan di pencet. BAB
tidak keras, tidak demam. Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan. Pasien mengeluhkan
batuk lama 2 tahun.
Riwayat Hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma, alergi disangkal. Pasien menarche
umur 12 tahun. Menstruasi teratur setiap bulan, lama 3 hari, ganti pembalut 2x/hari, tidak
terdapat nyeri haid. Menikah 1x (saat usia 24 tahun). Jumlah anak 1 orang, lahir per vaginam,
spontan, ditolong bidan, sehat, hidup. Menggunakan KB IUD (saat anak usia 18 bulan sampai 4
tahun), setelah itu tidak memakai KB lagi.
2. Obyektif:
(Tanggal 27-12-2015 jam : WITA)
Status Interna :
Keadaan Umum : Kompos Mentis
Tanda Vital: TD: 120/80 mmHg, Nadi: 88 x / menit, Pernafasan: 16 x/menit Suhu : 37,6 0C
Kepala : Normocephal
Mata : Conjuctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT : Tonsil tidak membesar, pharinx hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax : Gld. mammae dalam batas normal
Cor :
o
o
o
o

Inspeksi : IC tidak tampak


Palpasi
: IC tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultas: Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, mur-mur (-), gallop (-)

Pulmo :
o Inspeksi

: Pengembangan dada kanan = kiri


5

o Palpasi
: Fremitus raba dada kanan = kiri
o Perkusi : Sonor/Sonor
o Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Ronki basah kasar (-/-), wheezing
Abdomen :
o
o
o
o

Inspeksi : Dinding perut = dinding dada


Palpasi
: Supel, NT (-), hepar lien tidak membesar
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Ekstremitas :

Edema

+ +
+ +

Refleks fisiologi

Status Ginekologi :
Abdomen :
o Inspeksi : tampak massa uterus keluar seluruhnya dari introitus vagina, bentuk bulat,
warna merah muda, rugae pada mukosa vagina berkurang, sekresi vagina berkurang,
perineum tipis, discharge (-)
o Palpasi : tidak dilakukan
Pemeriksaan Laboratorium
Darah (27-12-2015) :

HB
= 10,3 g/dL
Eritrosit = 4,68 x 106/ uL
HT
= 32,2 %
Leukosit = 17.200 /ul
MCV
= 69 fL
MCH
= 22 pg
Trombosit = 294.000 /uL
GDS
= 102 g/dl
Gol. Darah = B+
HbsAg
= non reaktif

DIAGNOSIS KERJA
Prolaps uteri grade IV
Rectocele grade II
Vesicocele grade III
6

3. Pendekatan Diagnosis
TINJAUAN PUSTAKA
PROLAPSUS UTERI
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari posisinya di dalam tulang panggul ke dalam vagina.
Normalnya uterus tertahan pada tempatnya oleh ikatan sendi dan otot yang membentuk dasar
panggul. Prolapsus uteri terjadi ketika ikatan sendi atau otot-otot dasar panggul meregang atau
melemah, membuat sokongan pada uterus tidak adekuat. Faktor penyabab lain yang sering
adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan
lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta ,
reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolapsus uteri
tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat. Pada prolapsus uteri gejala sangat berbeda-beda dan
bersifat individual. Kadang kala penderita dengan prolaps yang sangat berat tidak mempunyai
keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.1,2
Berbagai istilah digunakan untuk menggambarkan prolaps organ genital antara lain:2

Sistokel adalah penurunan kandung kemih


Sistouretrokel adalah sistokel yang mengikutsertakan uretra sebagai bagian dari

kompleks organ yang prolaps


Prolaps uteri adalah penurunan uterus dan serviks melalui kanalis vaginalis menuju

introitus vagina
Rektokel adalah protrusi rektum menuju lumen vagina posterior
Enterokel adalah herniasi usus halus menuju lumen vagina

Gambar 1. Prolaps organ pelvis


Jaringan penyokong uterus
Uterus difiksasi dalam rongga pelvis oleh jaringan ikat dan ligamen antara lain2

Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum (Mackenrodt) yaitu ligamentum yang


terpenting, berperan mencegah penurunan uterus, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan

berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis.
Ligamentum sakro-uterinum sinistrum et dekstrum, yaitu ligamentum yang menahan
uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan

kanan, ke arah os sacrum kiri dan kanan.


Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yaitu ligamentum yang menahan uterus
dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal
kiri dan kanan. Pada kehamilan, uterus berkontraksi kuat dan ligamentum rotundum

menjadi kencang serta menarik daerah inguinal.


Ligamentum latum sinistrum et dekstrum, yaitu ligamentum yang meliputi tuba, berjalan
dari uterus ke arah sisi, merupakan bagian peritoneum viserale yang meliputi uterus dan

kedua tuba dan berbentuk lipatan.


Ligamentum infundibulo-pelvikum, yaitu ligamentum yang menahan tuba fallopii
berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.

EPIDEMIOLOGI
Prolapsus uteri merupakan salah satu bagian dari prolapsus genitalis, dimana frekuensi prolapsus
genitalis di beberapa negara berlainan, seperti di laporkan diklinik dGynecologie et Obstetrique
Geneva insidennya 5,7 %, dan pada priode yang sama di Hamburg 5,4 %. Di indonesia prolapsus
uteri lebih sering dijumpai pada wanita yang telah melahirkan, wanita tua, dan wanita dengan
pekerjaan berat. Djafar siddik pada penyelidikan selama 2 tahun (1969-1970) memperoleh 63
kasus prolapsus genitalis dari 5.372 kasus ginekologi di rumah sakit Dr.Pirngadi di Medan,
terbanyak pada grande multipara dalam masa menopause, dan 31,74 % pada wanita petani, dari
63 kasus tersebut 69 % berumur 40 tahun. Jarang sekali prolapsus uteri dapat ditemukan pada
wanita nullipara.4
ETIOLOGI
Faktor-faktor lain adalah tarikan pada janin pada pembukaan belum lengkap, prasat Crede yang
berlebihan untuk mengeluarkan plasenta dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika
prolapsus uteri terjadi segera setelah partus atau dalam masa nifas. Ascites dan tumor-tumor
8

didaerah pelvis mempermudah terjadinya hal tersebut.


Faktor-faktor lain yang dapat mendasari terjadinya prolapsus uteri adalah :

Kelemahan jaringan ikat pada daerah rongga panggul, terutama jaringan ikat tranversal.
Pertolongan persalinan yang tak terampil sehingga meneran terjadi pada saat pembukaan

belum lengkap.
Terjadi perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan lemahnya jaringan ikat penyangga

vagina.
Serta ibu yang banyak anak sehingga jaringan ikat di bawah panggul kendor.
Menopause juga dapat menyebabkan turunnya rahim karena produksi hormon estrogen
berkurang sehingga elastisitas dari jaringan ikat berkurang dan otot-otot panggul

mengecil yang menyebabkan melemahnya sokongan pada rahim.


Dan beberapa kondisi-kondisi lainnya seperti Obesitas, konstipasi kronik, dan penyakitpenyakit paru obstruktif kronik serta tumor panggul meskipun ini jarang terjadi.

KLASIFIKASI
Turunnya uterus dari tempat yang biasa disebut desensus uteri dan ini dibagi dalam 3 tingkat
yaitu :
1. Tingkat I apabila serviks belum keluar dari vulva atau bagian prolapsus masih di atas
introitus vagina.
2. Tingkat II apabila serviks sudah keluar dari vulva, akan tetapi korpus uteri belum
3. Tingkat III apabila korpus uteri atau bagian prolapsus sudah berada diluar vulva atau
introitus vagina.4

Klasifikasi berdasarkan The International Continence Society (ICS) / Standarisasi terminologi


dan pembagian prolaps organ panggul meliputi yaitu :

Stage 0
Stage I

: prolaps tidak ditemukan


: bagian distal struktur mengalami prolaps lebih 1 cm atas hymen
9

Stage II
Stage III

mengalami protusi > 2 cm dari total panjang vagina


Stage IV
: eversi komplit (seluruh traktus genitalia bawah).1

: bagian distal struktur prolaps berada 1cm atau kurang dari hymen
: bagian distal struktur prolaps berada 1 cm bawah hymen tapi tidak

Salah satu baku emas untuk menentukan stadium prolaps adalah Pelvic Organ Prolapse
Quantification (POPQ) yang mengukur hiatus genitalia, korpus perineal, dan panjang vagina
total. Hiatus genitalia diukur dari pertengahan meatus uretra eksternal hingga posterior garis
tengah himen. Badan perineal diukur dari batas posterior hiatus genital hingga pembukaan mid
anal. Panjang vagina total adalah kedalaman terbesar dari vagina dalam cm saat apeks vagina
direduksi hingga posisi normal. Semua pengukuran kecuali panjang vagina total diukur saat
pasien mengedan.2

Definisi dan batasan kuantifikasi yaitu:


Aa

Dinding vagina anterior, 3 cm proksimal dari himen

-3 s.d. +3

Ba

ujung terdepan prolaps dinding anterior vagina

-3 s.d. +tvl

ujung distal serviks atau tunggul vagina (bila serviks tidak ada)

+/-tvl

ujung distal forniks posterior

+/-tvl

Ap

dinding vagina posterior, 3 cm proksimal hymen

-3 s.d. +3

Bp

ujung prolaps dinding vagina posterior

-3 s.d. +tvl

Gh

hiatus genital, yaitu jarak tegak lurus antara pertengahan meatus

tidak ada batas

uretra ke hymen posterior


Pb

badan perineal, yaitu jarak tegak lurus antara pertengahan anus

tidak ada batas

ke hymen posterior
10

Tvl

panjang vagina total, yaitu forniks posterior atau tunggul vagina

tidak ada batas

ke himen

PATOSIOLOGI
Prolaps uteri diakibatkan oleh kelemahan jaringan penyokong pelvis, meliputi otot, ligament,
dan fasia. Pada dewasa, kondisi ini biasanya disebabkan oleh trauma obstetrical dan laserasi
selama persalinan. Proses persalinan per vaginam menyebabkan peregangan pada dasar pelvis,
dan hal ini merupakan penyebab paling signifikan dari prolaps uteri. Selain itu, seiring proses
penuaan, terdapat penurunan kadar estrogen sehingga jaringan pelvis kehilangan elastisitas dan
kekuatannya.5
Rendahnya kadar kolagen berperan penting dalam prolaps uteri, ditunjukkan oleh
peningkatan risiko pada pasien dengan sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos. Pada
neonatus, prolaps uteri disebabkan oleh kelemahan otot atau defek persarafan pelvis secara
kongenital.5
GEJALA KLINIK
Sangat individual dan berbeda-beda, kadang-kadang prolapsus uterinya cukup berat tapi
keluhannya (-) dan sebaliknya. Prolapsus uteri dapat mendadak seperti nyeri, muntah, kolaps dll
(jarang). Keluhan-keluhannnya adalah :
Terasa ada yang mengganjal/menonjol digenitalia eksterna (vagina atau perasaan berat pada
perut bagian bawah).
Riwayat nyeri dipinggang dan panggul yang berkurang atau hilang dengan berbaring.
Timbulnya gejala-gejala dari : Sitokel : Pipis sedikit-sedikit dan sering, tak puas dan stress
inkontinensia (tak dapat menahan BAK) karena dinding belakang uretra tertarik, sehingga fungsi
sfincter terganggu. Rektokel : terjadi gangguan defikasi seperti obstipasi, karena faeces
berkumpul di rongga rektokel. Koitus terganggu, juga berjalan dan bekerja. Leukorea, karena
bendungan/kongesti daerah serviks. Luka lecet pada portio karena geseran celana dalam.
Enterokel, menyebabkan rasa berat dan penuh pada daerah panggul. Servisitis dapat
menyebabkan infertility. Menoragia karena bendungan. ( 2, 7 )
Diagnosis
Gejala diperberat saat berdiri atau berjalan dalam waktu lama dan pulih saat berbaring. Pasien
merasa lebih nyaman saat pagi hari, dan gejala memberat saat siang hari. Gejala-gejala tersebut

11

antara lain:2,4,5
-

Pelvis terasa berat dan nyeri pelvis

Protrusi atau penonjolan jaringan

Disfungsi seksual seperti dispareunia, penurunan libido, dan kesulitan orgasme

Nyeri punggung bawah

Konstipasi

Kesulitan berjalan

Kesulitan berkemih

Peningkatan frekuensi, urgensi, dan inkontinensia dalam berkemih

Nausea

Discharge purulen

Perdarahan

Ulserasi

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan pelvis lengkap, termasuk pemeriksaan rektovaginal


untuk menilai tonus sfingter. Alat yang digunakan adalah spekulum Sims atau spekulum standar
tanpa bilah anterior. Penemuan fisik dapat lebih diperjelas dengan meminta pasien meneran atau
berdiri dan berjalan sebelum pemeriksaan. Hasil pemeriksaan fisik pada posisi pasien berdiri dan
kandung kemih kosong dibandingkan dengan posisi supinasi dan kandung kemih penuh dapat
berbeda 1-2 derajat prolaps. Prolaps uteri ringan dapat dideteksi hanya jika pasien meneran pada
pemeriksaan bimanual.
Pemeriksaan ditujukan untuk mengidentifikasi komplikasi yang serius (infeksi, obstruksi
saluran kemih, perdarahan, strangulasi), dan tidak diperlukan untuk kasus tanpa komplikasi.
Urinalisis dapat dilakukan untuk mengetahui infeksi saluran kemih. Kultur getah serviks
diindikasikan untuk kasus yang disertai ulserasi atau discharge purulen. Pap smear atau biopsi
mungkin diperlukan bila diduga terdapat keganasan. Jika terdapat gejala atau tanda obstruksi
saluran kemih, pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin serum dilakukan untuk menilai fungsi
ginjal.5
USG pelvis dapat berguna untuk memastikan prolaps ketika anamnesis dan pemeriksaan fisik
meragukan. USG juga dapat mengeksklusi hidronefrosis. MRI dapat digunakan untuk
menentukan derajat prolaps namun tidak rutin dilakukan.5
Penatalaksanaan
Terapi Konservatif
Pengobatan cara ini tidak terlalu memuaskan tetapi cukup membantu. Cara ini dilakukan pada
12

prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita yang masih menginginkan anak lagi, atau
penderita menolak untuk dioperasi, atau kondisinya tidak mengizinkan untuk dioperasi. 5,6
1. Latihan-latihan otot dasar panggul
Latihan ini sangat berguna pada prolapsus ringan, terutama yang terjadi pada pasca
persalinan yang belum lewat 6 bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar
panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Latihan ini dilakukan selama beberapa
bulan. Caranya ialah penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul
seperti biasanya setelah selesai BAB, atau penderita disuruh membayangkan seolah-oleh
sedang miksi dan tiba-tiba menahannya. Latihan ini menjadi lebih efektif dengan
menggunakan perineometer menurut Kegel.
2. Penatalaksanaan dengan pessarium
Pengobatan dengan pessarium sebenarnya hanya bersifat paliatif, yaitu menahan uterus di
tempatnya selama dipakai. Oleh karena itu, jika pessarium diangkat, timbul prolapsus
lagi. Ada berbagai macam bentuk dan ukuran pessarium. Prinsip pemakaian pessarium
adalah bahwa alat tersebut mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas,
sehingga bagian dari vagina tersebut berserta uterus tidak dapat turun dan melewati
vagina bagian bawah. Pessarium yang paling baik untuk prolapsus genitalis ialah
pessarium cincin, terbuat dari plastik. Jika dasar panggul terlalu lemah dapat digunakan
pessarium Napier. Pessarium ini terdiri atas suatu gagang (stem) dengan ujung atas suatu
mangkok (cup) dengan beberapa lubang, dan di ujung bawah 4 tali. Mangkok
ditempatkan di bwah serviks dan tali-tali
dihubungkan dengan sabuk pinggang
untuk

memberi

pessarium.

sokongan

Sebagai

pedoman

kepada
untuk

mencari ukuran yang cocok, diukur


dengan jari jarak antara forniks vagina
dengan pinggir atas intraoitus vagina.
Ukuran tersebut dikurangi dengan 1 cm
untuk

mendapatkan

diameter

dari

pessarium yang dipakai.

Gambar 3. Macam-macam pessarium. A) Ring,


(B) Shaatz, (C) Gellhorn, (D) Gellhorn, (E) Ring
with support, (F) Gellhorn, (G) Risser, (H) Smith,
13

(I) Tandem cube, (J) Cube, (K) Hodge with knob, (L) Hodge, (M) Gehrung, (N) Incontinence
dish with support, (O) Donut, (P) Incontinence ring, (Q) Incontinence dish, (R) Hodge with
support, (S) Inflatoball (latex)

Terapi Operatif
Prolaps uteri biasanya disertai dengan prolaps vagina. Maka, jika dilakukan pembedahan untuk
prolapsus uteri, prolapsus vagina perlu ditangani pula. Ada kemungkinan terdapat prolapsus
vagina yang membutuhkan pembedahan, padahal tidak ada prolaps uteri, atau sebaliknya.
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolaps vagina ialah adanya keluhan. Terapi pembedahan
pada jenis-jenis prolapsus vagina:5
1. Sistokel
Operasi yang lazim dilakukan ialah kolporafia anterior. Setelah diadakan sayatan dan
dinding vagina depan dilepaskan dari kandung kencing dan urethta, kandung kencing
didorong ke atas, dan fasia puboservikalis sebelah kiri dan sebelah kanan dijahit digaris
tengah. Sesudah dinding vagina yang berlebihan dibuang, dinding vagina yang terbuka
ditutup kembali. Kolporafia anterior dilakukan pula pada urethrokel.
2. Rektokel
Operasi disini adalah kolpoperinoplastik. Mukosa dinding belakang vagina disayat dan
dibuang berbentuk segitiga dengan dasarnya batas antara vagina dan perineum, dan
dengan ujungnya pada batas atas retrokel. Sekarang fasia rektovaginalis dijahit di garis
tengah, dan kemudian m. levator ani kiri dan kanan didekatkan di garis tengah. Luka
pada dinding vagina dijahir, demikian pula otot-otot perineum yang superfisial. Kanan
dan kiri dihubungkan di garis tengah, dan akhirnya luka pada kulit perineum dijahit.
3. Enterokel
Sayatan pada dinding belakang vagina diteruskan ke atas sampai ke serviks uteri. Setelah
hernia enterokel yang terdiri atas peritoneum dilepaskan dari dinding vagina, peritoneum
ditutup dengan jahitan setinggi mungkin. Sisanya dibuang dan di bawah jahitan itu
ligamentum sakrouterinum kiri dan kanan serta fasia endopelvik dijahit ke garis tengah.
4. Prolapsus uteri
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa faktor,
seperti umur penderita, keinginannya untuk masih mendapatkan anak atau untuk
14

mempertahankan uterus, tingkat prolapsus, dan adanya keluhan.


Macam-macam Operasi:5,6,
1.Ventrofikasasi
Pada golongan wanita yang masih muda dan masih ingin mempunyai anak, dilakukan operasi
untuk membuat uterus ventrofiksasi dengan cara memendekkan lIgamentum rotundum atau
mengikat ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan cara operasi Purandare.
2.Operasi Manchester
Pada operasi ini biasanya dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan ligamentum kardinale
yang telah dipotong, di muka serviks; dilakukan pula kolporafia anterior dan kolpoperioplastik.
Amputasi serviks dilakukan untuk memperpendek serviks yang memanjang (elongasi colli).
Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, abortus, partus prematur, dan distosia servikalis
pada persalinan. Bagian yang terpenting dari operasi Menchester adalah penjahitan ligamentum
kardinale di depan serviks karena dengan tindakan ini ligamentum kardinale diperpendek,
sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi, dan turunnya uterus dapat dicegah.
3.Histerektomi vaginal
Operasi ini tepat untuk dilakukan pada prolaps uteri tingkat lanjut, dan pada wanita menopause.
Keuntungannya adalah pada saat yang sama dapat dilakukan operasi vagina lainnya (seperti
anterior dan posterior kolporafi dan perbaikan enterokel), tanpa memerlukan insisi di tempat lain
maupun reposisi pasien. Saat pelaksanaan operasi, harus diperhatikan dalam menutup cul-de-sac
dengan menggunakan kuldoplasti McCall dan merekatkan fasia endopelvik dan ligamen
uterosakral pada rongga vagina sehingga dapat memberikan suport tambahan. Setelah uterus
diangkat, puncak vagina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan kiri, atas pada
ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan dengan kolporafi anterior
dan kolpoperineorafi untuk mencegah prolaps vagina di kemudian hari.
4.Kolpokleisis (Operasi Neugebauer-Le Fort)
Pada waku obat-obatan serta pemberian anestesi dan perawatan pra/pasca operasi belum baik
untuk wanita tua yang secara seksual tidak aktif, dapat dilakukan operasi sederhana dengan men
jahitkan dinding vagina depan dengan dinding belakang, sehingga lumen vagina tertutup dan
uterus letaknya di atas vagina. Akan tetapi, operasi ini tidak memperbaiki sistokel dan
rektokelnya sehingga dapat menimbulkan inkontinensia urine. Obstipasi serta keluhan prolaps
lainnya juga tidak hilang.
Pencegahan 5,7,9
Pemendekan waktu persalinan, terutama kala pengeluaran dan kalau perlu dilakukan elektif
15

(seperti ekstraksi forceps dengan kelapa sudah di dasar panggul), membuat episiotomi,
memperbaiki dan mereparasi luka atau kerusakan jalan lahir dengan baik, memimpin persalinan
dengan baik agar dihindarkan penderita meneran sebelum pembukaan lengkap betul,
menghindari paksaan dalam pengeluaran plasenta (perasat Crede), mengawasi involusi uterus
pasca persalinan tetap baik dan cepat, serta mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat
meningkatkan tekanan intraabdominal seperti batuk-batuk yang kronik, merokok, mengangkat
benda-benda berat. Pada wanita sebaiknya melakukan senam Kegel sebelum dan setelah
melahirkan. Selain itu usia produktif dianjurkan agar penderita jangan terlalu banyak punya anak
atau sering melahirkan. Untuk wanita dengan IMT diatas normal, sebaiknya menurunkan berat
badan dengan olahraga, serta diet yang tinggi serat.
Prognosis
Bila prolaps uteri tidak ditatalaksana, maka secara bertahap akan memberat. Prognosis akan baik
pada pasien usia muda, dalam kondisi kesehatan optimal (tidak disertai penyakit lainnya), dan
IMT dalam batas normal. Prognosis buruk pada pasien usia tua, kondisi kesehatan buruk,
mempunyai gangguan sistem respirasi (asma, PPOK), serta IMT diatas batas normal. Rekurensi
prolaps uteri setelah tindakan operasi sebanyak 16%.4,6
4. Rencana Penatalaksanaan
Tata Laksana :
Rencana terapi:
-

Terapi definitif : total vaginal histerektomi, kolporafi anterior, kolpoperineorafi

Antibiotic oleh operator

Rencana edukasi:
o Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit pasien dan
penatalaksanaannya.

Menganjurkan

pasien

agar

mengurangi

aktivitas

mengangkat benda berat, menghindari meneran, dan menjauhi rokok.


5. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Quo ad fungsional : dubia ad malam

16

Anda mungkin juga menyukai