PENDAHULUAN
Gangguan
hipokondrik
disertai dengan waham dan terjadi selama minimal 6 bulan disertai dengan
perasaan takut terhadap suatu penyakit serius. Perhatian biasanya hanya terfokus
pada satu atau dua organ atau sistem tubuh . Tidak mau menerima nasihat atau
penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau
abnormalitas fisik yang melandasi keluhannya. Atas dasar kesalahan interpretasi
terhadap gejala-gejala pada tubuh seseorang tersebut akan menimbulkan
keinginan untuk melakukan pemeriksaan medis secara berulang-ulang serta
mengakibatkan gangguan pada
fungsi
sosial,
pekerjaan,
atau fungsi
kasus
pada
laki-laki
sama
dengan perempuan yaitu pada usia 20 hingga 30 tahun (Fallon B.A., 2012; Sadock
B.J, 2007). Beberapa studi mengatakan gangguan hipokondrik harus diterapi
dengan suatu psikoterapi seperti manajemen stres, terapi perilaku, terapi kognitif,
hingga hipnosis serta terapi farmakologis yang setara dengan terapi pada penyakit
gangguan cemas meliputi penggunaan obat-obat anticemas (Xiong et.al., 2007;
Maslim R., 2007; Sadock B.J, 2007)
Pada hipokondrik pasien biasanya mengeluhkan satu penyakit berat yang
dalam
pemeriksaan
penunjang
tidak
ditemukan
adanya
kelainan
yang
mendasarinya. Pasien merasa yakin bahwa ada sesuatu yang salah dalam dirinya
dan selalu ingin diperiksa untuk memastikan adanya gangguan pada tubuhnya. Hal
lain yang berbeda dengan gangguan somatisasi dimana pasien biasanya meminta
pengobatan terhadap penyakitnya yang seringkali menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan obat, maka pada gangguan hipokondrik pasien malah takut untuk
makan obat karena dikira dapat menambah keparahan dari sakitnya (Sadock B.J,
2007).
Pasien hipokondrik lebih menekankan pada pemeriksaan untuk mendeteksi
penyakitnya bahkan pada pemeriksaan mahal sekalipun dan selalu mendesak
dokter untuk melakukan hal tersebut. Jika dokter tidak mau menuruti keinginan
pasien, pasien biasanya akan mencari dokter lain sehingga pada pasien seperti ini
sering ditemukan adanya riwayat kunjungan ke dokter yang sangat banyak.
II.
hipokondriasis
didapatkan
dari
istilah
medis
yang
lama
diagnostic
untuk
hipokondriasis
mungkin
merupakan
subtype
pikiran
keempat
tentang
hipokondriasis
adalah
bidang
4-6 persen pada populasi klinik medis umum. Laki-laki dan wanita sama-sama
terkena oleh hipokondriasis. Walaupun onset gejala dapat terjadi pada setiap
manusia, onset paling sering antara usia 20 dan 30 tahun. Beberapa bukti
menyatakan bahwa diagnostik adalah lebih sering diantara kelompok kulit hitam
dibandingkan kulit putih (Sadock B.J, 2007).
V.
keyakinan tersebut tidak dalam intensitas waham (lebih tepat didiagnosis sebagai
gangguan delusional) dan tidak terbatas pada ketegangan tentang penampilan
( lebih tepat didiagnosis sebagai gangguan dismorfik tubuh). Tetapi gejala
hipokonriasis diharuskan memiliki intensitas yang menyebabkan gangguan pada
kemampuan pasien untuk berfungsi didalam bidang penting hidupnya. Klinisi
dapat menentukan adanya tilikan secara tidak konsisten mengetahui bahwa
permasalahan tentang penyakit adalah luas.
VI.
parah yang belum dapat dideteksi dan mereka tidak dapat diyakinkan akan
kebalikannya. Pasien hipokondriakal dapat mempertahankan keyakinan bahwa
mereka memiliki satu penyakit tertentu atau dengan jalannya waktu, mereka
mungkin mengubah keyakinannya tentang penyakit tertentu. Keyakinan tersebut
menetap walau hasil lab adalah negatif. (James NB; Susan M and Jill MH: 2007)
Tabel dari DSM-IV, diagnostic and statistical manual of mental disorder
Kriteria diagnostik untuk hipokondriasis
a. Preokupasi dengan ketakutan penderita atau ide bahwa ia menderita suatu
penyakit serius didasarkan pada intepretasi keliru orang tersebut terhadap
gejala-gejala tubuh.
b. Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang
tepat dan penentraman.
c. Keyakinan dalam criteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti pada
gangguan delusional, tipe somatic) dan tidak terbatas pada kekhawatiran
yang terbatas tentang penampilan ( seperti pada gangguan dismorfik tubuh)
d. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya
e. Lama gangguan sekurang-kurangnya 6 bulan
f. Preokupasi tidak dapat deterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan
umum, gangguan obsesif kompulsif, gangguan panic, gangguan depresif
berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.
khususnya gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak mudah didiagnosis.
Penyakit penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati, miastenia gravis,
sklerosis multiple, penyakit degeneratif pada system syaraf, lupus eritematosus
sistemik, dan gangguan neoplastik yang tidak jelas (Jeffrey S; Nevid R and
Spencer AG: 2000).
Hipokondriasis dibedakan dari gangguan somatisasi oleh penekanan pada
hipokondriasis tentang ketakutan menderita suatu penyakit dan penekanan pada
gangguan somatisasi tentang banyak gejala. Perbedaan yang tidak jelas adalah
bahwa pasien dengan hipokondriasis biasanya mengeluh tentang sedikit gejala
debandingkan dengan pasien dengan gangguan somatisasi. Gangguan somatisasi
biasanya memiliki onset sebelum usia 30 tahun sedangkan hipokondriasis
memiliki usia onset yang kurang spesifik. Pasien dengan gangguan somatisasi
lebih sering adalah wanita dibandingkan pasien hipokondriasis (Behrman, Richard
E, dkk. 2000).
Hipokonsriasis juga dibedakan dari gangguan somatoform lainnya.
Gangguan konversi adalah akut dan biasanya sementara, melibatkan satu gejala,
bukan suatu penyakit tertentu. Adanya atau tidak la belle indifferences adalah ciri
yang tidak dapat dipercaya yang membedakan kedua kondisi tersebut. Gangguan
nyeri adalah kronis, seperti juga hipokondriasis, tetapi gejalanya adalah terbatas
pada keluhan nyeri. Pasien dengan gangguan dismorfik tubuh berharap dapat
tampil normal tetapi percaya bahwa orang lain memperhatikan bahwa mereka
tidak noemal, sedangkan pasien hipokondriakal mencari perhatian untuk anggapan
penyakitnya (Jeffrey S; Nevid R and Spencer AG: 2000).
Gejala hipokondriakal dapat terjadi pada gangguan depresi dan gangguan
kecemasan.
Jika
pasien
memenuhi
kriteria
diagnostik
lengkap
untuk
mengobati temuan pemeriksaan fisik yang tidak jelas atau kebetulan (Xiong et.al.,
2007).
Farmakoterapi menghilangkan gejala hipokondriakal hanya jika pasien
memiliki suatu kondisi dasar yang responsive terhadap obat seperti gangguan
kecemasan atau gangguan depresif berat. Jika hipokonsriasis adalah sekunder dari
akibat gangguan primer lainnya, gangguan tersebut harus diobati untuk gangguan
itu sendiri. Jika hipokondriasis adalah rekasi situasional yang sementara, klinisi
harus membantu pasien untuk mengatasi stress tanpa mendorong perilakusakit
mereka dan pemakaian peranan sakit sebagai suatu pemecahan masalah (Sadock
B.J, 2000).
IX.
bulan sampai beberapa tahun dan dipisahkan oleh periode tenang yang sama
panjangnya. Mungkin terdapat hubungan jelas antara eksaserbasi gejala
hipokondriakal dan stressor psikososial. Walaupun hasil penelitian besar yang
dilakukan belum dilaporkan, diperkirakan sepertiga sampai setengah dari semua
pasien akhirnya membaik secara bermakna. Prognosis yang baik adalah
berhubungann dengan status sosioekonomi yang tinggo, onset gejala yang tibatiba, tidak adanya gangguan kepribadian dan tidak adanya kondisimedis non
psikiatrik yang menyertai. Sebagian besar anak hipokondriakal menjadi sembuh
pada masa remaja akhir atau pada dewasa awal (Maslim R., 2003).
Gangguan
hipokondrik
merupakan salah
satu
gangguan
psikiatri
Pasien
mengatakan Kepala saya sakit dok, sebelah kiri, terasa senut-senut sakit
sekali, kadang-kadang seperti melayang rasanya. Apakah di kepala saya ada
sesuatu, mungkin tumor sampai kepala saya sakit berdenyut- denyut begini.
Berdasarkan kalimat tersebut, keluhan pasien dapat dikatakan mengarah ke satu
ini
sesuai
dengan
B.,
2011;
Salim
R.,
poliklinik saat saya berobat ke Rumah Sakit karena saya mengalami banyak
keluhan, saya juga sudah
periksa
laboratorium,
II:
ciri
karena
interpersonal;
hubungan
dalam situasi sosial; (5) merasa terhambat bila berada pada situasi interpersonal
yang baru karena merasa tidak cocok berada dalam situasi tersebut; (6) melihat
diri sendiri sebagai orang yang tidak layak pada suatu situasi sosial, tidak
menarik, dan lebih rendah
dari
orang
lain;
(7)
memulai aktivitas baru karena merasa malu terhadap sesuatu hal yang baru
(Dillon B., 2011; Sadock B.J, 2007).
Axis III: belum ada diagnosis. Berdasarkan Salim, Axis III meliputi
diagnosis-diagnosis klinis pasien yang berkaitan dengan gangguan pada sistem
organ (Maslim R., 2003; Olatunji B.O., 2009).
Axis
IV:
Masalah
dengan
misalnya
masalah
baik
khawatir
cemas
fungsi
kehidupan
sehari-hari,
limbik.
Defisiensi neurotransmitter
tersebut
dapat
terjadi akibat
DAFTAR PUSTAKA
Ajiboye
P.O.
and
Yusuf
B.
Hypochondria:
Brain.
2011;134: 1244-1249.
Fallon B.A., Harper K.M., Landa A., Pavlicova M., Schneier F.R. Carson
A.Personality
Disorders
Williams
Xiong
G.L.,
Bougeois
J.A.,
world.
Prentice
Hall
Inc.