1. Pendahuluan
Ringkasan eksekutif ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai latar belakang program,
komponen-komponen program dan interaksi antarkomponen.
Latar belakang
Kawasan pesisir Jakarta sangatlah rentan terhadap bahaya banjir. Banjir ini umumnya berasal dari hujan
dengan intensitas tinggi, limpasan sungai dan, sejak 2007, banjir juga berasal dari air laut. Penyebab
utama dari situasi ini adalah penurunan muka tanah yang semakin cepat, peningkatan debit sungai dari
kawasan hulu dan hujan lokal yang tidak terakomodasi oleh sistem drainase yang ada. Kebutuhan akan
tambahan kawasan retensi air selalu terhalang oleh keterbatasan lahan.
Untuk mengelola situasi darurat ini, pada tahun 2012 JCDS 1 mengusulkan pengembangan sistem tanggul
dan waduk retensi di kawasan lepas pantai. Sistem perlindungan lepas-pantai ini dicanangkan untuk
menggantikan sebagian dari sistem perlindungan banjir yang berada di daratan (tanggul dan waduk),
sehingga dapat menghemat daratan yang bernilai ekonomis tinggi. Master Plan PTPIN 2 pada Desember
2014 mengembangkan lebih lanjut konsep JCDS menjadi sebuah program pengembangan kawasan
pesisir yang terpadu. Reklamasi lahan di laut yang diusulkan di JCDS dikembangkan lebih lanjut di
Program PTPIN menjadi sebuah mekanisme pendanaan bagi pembangunan sebuah sistem perlindungan
banjir berskala besar. Pulau reklamasi ini (Garuda Perkasa) juga menawarkan peluang untuk
pengembangan kawasan metropolis Jakarta dan menyediakan ruang bagi pembangunan jaringan
transportasi yang baru antara Tangerang dan Bekasi. PTPIN juga mengambil langkah lebih lanjut (dari
JCDS) dalam pengembangan sistem air perpipaan dan penyediaan sarana sanitasi. Baik JCDS maupun
PTPIN juga mengusulkan langkah lain yang bernilai yaitu menyusun rencana penyelesaian program
secara bertahap yang dilengkapi dengan strategi pendanaan yang menstimulasi keterlibatan pihak
swasta; tanpa memberikan tekanan berlebihan pada sumber pendanaan publik.
Program PTPIN kini dihadapkan dengan keterbatasan waktu untuk mengatasi penurunan muka tanah.
Tanpa usaha mitigasi apapun maka dalam rentang waktu 10-15 tahun kawasan Jakarta Utara sekarang
akan berada jauh dibawah muka air laut. Keadaan ini akan mengakibatkan sistem perlindungan banjir
dan waduk yang telah ada sekarang mengalami kesulitan untuk mengalirkan air secara konstan ke laut.
Master Plan PTPIN dikembangkan dengan mengangkat kawasan Jakarta Utara sebagai fokus utama;
namun tetap memberikan perhatian yang cukup bagi keseluruhan kota Jakarta dan kawasan hulu.
1
JCDS: Jakarta Coastal Defense Strategy (difinalisasi di 2011), Kementrian Pekerjaan Umum.
PTPIN: Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara, (dikenal juga sebagai NCICD - National Capital Integrated
Coastal Development, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Page 1
Tujuan progam
1. Untuk mewujudkan sebuah sistem perlindungan banjir yang terintegrasi, berkesinambungan dan
berjangka panjang; khususnya perlindungan terhadap banjir dari laut, sungai dan dari jaringan
kanal di Jakarta Utara;
2. Untuk memulihkan keseimbangan ekologi dan hidrologi di kawasan pesisir Jakarta;
3. Untuk merevitalisasi kawasan pesisir dan memperbaiki kondisi huni bagi komunitas di area ini;
4. Untuk menyediakan peluang pengembangan ekonomi dan meningkatkan konektivitas lepaspantai;
5. Untuk memperkuat kapasitas dalam mengembangkan dan mengelola sebuah program yang
teringrasi seperti PTPIN.
Komponen-komponen (tahapan) utama PTPIN
1. Tahap A: perkuatan sistem tanggul laut dan sungai yang telah ada (2014-2017)
2. Tahap B: pembangunan tanggul laut lepas-pantai di bagian barat Teluk Jakarta (2018-2025)
3. Tahap C: pembangunan tanggul laut lepas-pantai di bagian timur Teluk Jakarta (setelah 2025)
Mengingat penurunan muka tanah yang berkemungkinan besar masih terus berlanjut, maka Tahap A
PTPIN akan menjadi solusi jangka pendek untuk mempertahankan keamanan (terhadap banjir) di Jakarta
Utara dengan memperkuat sistem tanggul yang telah ada.
Strategi pengembangan Tahap B dan C yang lebih terperinci akan diselesaikan dalam 2 tahun ke depan,
sebelum pengambilan keputusan (mengenai pelaksanaannya) yang akan diambil pada tahun 2017.
Keputusan ini akan diambil dengan mempertimbangkan hasil pengamatan penurunan muka tanah dan
analisa rencana pengusahaan (business case) yang terbaru. Adalah hal yang esensial untuk mendesain
PTPIN dengan cara yang fleksibel untuk mengakomodasi perkembangan di masa medatang.
Komponen-komponen (dan rangkaian sub-komponen yang paling relevan) dari PTPIN disajikan pada
diagram di bawah ini. Diagram ini juga memuat: penyelarasan dengan Tahap B dan C, program
pengendalian Hilir-Hulu, pengembangan 17 pulau di DKI, dll.
Page 2
Komponen-komponen
Program PTPIN
PTPIN
Tahap A
PTPIN
Tahap B
PTPIN
Tahap C
Interaksi
Perkuatan tanggul
laut dan sungai
Mitigasi penurunan
muka tanah
Pengintegrasian
dengan sistem
pompa dan polder
Pengembangan
zona ekonomi
Perbaikan kualitas
air permukaan
Perelokasian
penduduk
Infrastruktur
pengelolaan air
Pengembangan
pelabuhan
Usaha perbaikan di
kawasan hulu & hilir
Pengintegrasian
dengan infrastruktur
perkotaan
Pengembangan
pembangkit energi
Pengembangan
pulau-pulau DKI17
Pengembangan
Tangerang dan Bekasi
Usaha-usaha non-fisikal
(non-struktural)
Page 3
Tanggul ini akan direalisasikan sepanjang 35.784 m menggunakan APBN dan APBD tahun 2015-2017.
Sedangkan, 59.351 m akan direalisasikan oleh 16 pihak swasta yang dikoordinasikan dengan
Kementerian PUPR dan Pemerintah DKI Jakarta. Pengembangan ini akan didasarkan pada kriteria desain
dan konseptual desain.
Page 4
Ruang pengembangan
Garuda Perkasa, jalan
tol, dll.
Jangka waktu perencanaan dan pelaksanaan Tahap B & C akan tergantung pada pola dan kecepatan
penurunan muka tanah. Dengan menggunakan asumsi penurunan muka tanah tahunan sebesar 7,5 cm,
maka tanggul lepas-pantai harus dapat menutup bagian barat Teluk Jakarta di antara tahun 2025-2030.
Untuk itu, pengambilan keputusan investasi dan pelaksanaan tahapan ini harus dilakukan di akhir tahun
2017 atau sebelumnya. Hal ini berhubungan dengan durasi pembangunan tanggul lepas-pantai (Tahap B)
yang akan memakan waktu setidaknya 7 sampai 8 tahun. Konstruksi akan dimulai pada 2018 dan
pengambilan keputusan final (go/no-go) akan diambil di akhir tahun 2017.
Master Plan Program PTPIN saat ini membutuhkan koordinasi desain dan elaborasi rencana Tahap B dan
C, termasuk rincian lebih lanjut mengenai rencana pendanaan, pembiayaan, investasi dan pengadaan.
Program ini akan dirancang agar dapat memaksimalkan penanaman modal swasta dan memungkinkan
terjadinya subsidi silang antara program yang mempunyai dan tidak mempunyai keuntungan (finansial)
secara langsung. Selain itu, alternatif-alternatif rancangan lain juga harus dikembangkan untuk
mengantisipasi kemungkinan munculnya efek samping atau resiko yang tidak diinginkan.
Proses-proses ini perlu diselaraskan dengan program pengembangan kawasan hilir dan hulu, dan dengan
pelaksanaan realisasi pra-kondisi yaitu: perbaikan kualitas air dan mitigasi penurunan muka tanah.
Proses-proses ini membutuhkan komunikasi yang pro-aktif dan konsisten dengan para pemangku
kepentingan.
Setelah rancangan dasar mendapatkan dukungan (endorsement) dari para pemangku kepentingan, maka
rencana tata ruang dalam rancangan ini harus dikukuhkan di dalam revisi Perpres 54/2008 (oleh
Kementerian Agraria dan Tata Ruang) dan di revisi Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI
Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
Page 5
4. Kondisi prasyarat
Mitigasi penurunan muka tanah dan perbaikan kualitas air sungai, kanal dan waduk merupakan kondisi
prasyarat untuk menjamin kesuksesan Program PTPIN. Realisasi kondisi prasyarat awal ini dapat
dilaksanakan pada saat yang bersamaan dengan pengembangan Program PTPIN. Kegiatan-kegiatan ini
harus dilihat sebagai usaha yang memang harus diambil dan tidak dapat dihindari. Air yang tercemar
bukan saja merupakan bahaya bagi ekosistem laut, namun juga bagi sungai, kanal dan waduk di kawasan
daratan. Program percepatan perbaikan kualitas air (oleh PD PAL Jaya) dan program pengembangan
penyediaan air perpipaan (PAM Jaya) telah dirancang, namun pelaksanaan dan pembiayaannya masih
membutuhkan dukungan yang besar. Program PTPIN akan memfasilitasi pelaksanaan bagian-bagian yang
relevan dari program-program tersebut; dan akan mendukung percepatan pelaksanaannya dengan
menyediakan informasi mengenai pengaruh lingkungan (yang positif) dari program-program ini.
Sebuah pertemuan internasional yang membahas mengenai penurunan muka tanah baru saja dihelat di
Jakarta. Berdasarkan bukti dari berbagai negara, disimpulkan bahwa penyedotan air tanah merupakan
penyebab utama dari penurunan muka tanah. Sekitar 3.000 sumur penyedot air tanah terdapat di
Jakarta saat ini. Secara keseluruhan, sumur-sumur ini mengambil lebih dari 50 Juta m3 air tanah per
tahun. Sumur-sumur ini terdapat hampir di semua bangunan, termasuk bangunan pemerintah pusat
maupun daerah. Sebuah tim kerja akan dibentuk untuk menghentikan praktek penyedotan air tanah,
yang akan dimulai dari kantor milik Pemerintah DKI Jakarta. Pada saat yang bersamaan, jaringan suplai
air perpipaan harus dikembangkan dengan menambah setidaknya 1 juta sambungan domestik baru.
Page 6
Page 7
dilakukannya subsidi silang untuk perbaikan kualitas air. Selain itu, strategi media juga harus disusun
untuk dapat menginformasikan publik dan para pemangku kepentingan secara secara tepat mengenai
perbedaan antara Program PTPIN dan pengembangan 17 pulau di DKI.
Otoritas: Fase
Desain dan
Perencanaan
Unit
Pengelola
Program
(Fase
Master Plan)
Otoritas: Fase
Investasi dan
Pelaksanaan
Otoritas:
Pengelolaan Aset
(Fase Pengoperasian
dan Pemeliharaan)
Di Master Plan Program PTPIN (Desember 2014), khususnya di segmen strategi pelaksana, otoritas
khusus ini dirancang sebagai Badan Pengembangan yang terdiri dari: Dewan Pengarah (level
kementerian), Badan Pelaksana dan Badan Usaha Strategis.
Mengingat dibutuhkannya waktu ekstra (2-3 tahun) untuk perancangan dan perencanaan dari Program
PTPIN, maka pendirian Badan Usaha Strategis belum dapat dilakukan sekarang. Badan Pengembangan
akan didirikan dan dilengkapi dengan sebuah tim kerja (yang dikelola oleh Badan Pelaksana) yang
ditugaskan untuk memastikan dihasilkannya output yang dibutuhkan di fase perancangan dan
perencanaan. Otoritas ini akan berkembang secara bertahap dengan tugas dan tanggung jawab yang
bertumbuh.
Output dari fase perancangan dan perencanaan (Tahap B)
1.
2.
3.
4.
5.
Page 8
Struktur kelembagaan dari Program PTPIN akan disahkan oleh sebuah Perpres. Dikarenakan horizon
jangka panjang program ini, maka akan dibutuhkan dasar hukum yang lebih tinggi dan kuat di masa
mendatang. Perpres akan menetapkan: tugas, tanggung jawab, mandat, sumber finansial, sumber daya
manusia, kepemimpinan dan profil staf utama pada lembaga PTPIN.
Dukungan dari Pemerintah Belanda dan Korea Selatan untuk fase perancangan dan perencanaan
Program PTPIN sedang dipersiapkan.
Dampak lingkungan ini telah ditinjau secara singkat di dalam laporan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS). Kajian ini menyimpulkan bahwa Program PTPIN akan memiliki dampak lingkungan (seperti yang
umumnya didapati di program berskala besar). Namun dampak ini tidak akan melampaui batas yang
tidak dapat diterima. Sebagai contoh, Program PTPIN akan menyebabkan hilangnya ekosistem di pesisir
Jakarta Utara; namun kehilangan ini terhitung minim mengingat kualitas ekosistem yang saat ini sudah
sangat buruk oleh polusi air. Selain itu pentupan Teluk Jakarta akan menciptakan ruang tampungan bagi
polusi domestik dan industri, yang pada akhirnya mencegah tercemarnya air di Laut Jawa. Sedangkan
hilangnya ekosistem hutan bakau (yang saat ini juga bermutu rendah) akan dapat dikompensasi dengan
penanaman ulang di habitat yang lebih bersih di pesisir Garuda Perkasa.
Kualitas air di waduk lepas-pantai akan buruk jika upaya mitigasi terkait perbaikan sanitasi di kawasan
Jakarta tidak dilakukan. Tanpa adanya upaya ini maka pencemaran akan tetap terjadi di sungai, kanal dan
waduk-waduk di kawasan daratan Jakarta. Di situasi apapun, upaya perbaikan sanitasi dan peningkatan
kualitas air haruslah dilakukan untuk memperbaiki mutu lingkugan hidup dan kesehatan penduduk
Jakarta.
Dampak Sosial
Page 9
Setiap tahapan dari Program PTPIN akan berdampak pada komunitas di pesisir Jakarta. Sebagai contoh,
perbaikan tanggul laut dan sungai (Tahap A) akan mengharuskan pemindahan penduduk di sekitar
tanggul laut sekarang. Untuk itu koordinasi intensif antara ahli teknik sipil dan ahli perencanaan kota
menjadi hal yang sangat penting.
Dampak Ekonomi
Akses dari pelabuhan nelayan (di Pelabuhan Sunda Kelapa dan Pelabuhan Nizam Zachman) menuju laut
lepas akan tetap terjaga dengan dibangunnya dua ship-lock. Selain itu dampak ekonomi juga akan
diminimalisir dengan mengintegrasikan pemindahan kampung dan pelabuhan nelayan ke dalam Program
PTPIN. Selain itu, pemindahan pembangkit energi, kabel dan sistem pipa akan dirancang di tahapan
program yang berikutnya.
Prasyarat hukum
Program PTPIN harus memenuhi serangkaian prasyarat legislatif. Berbagai izin dan lisensi (yang
perolehannya berpotensi menimbulkan kendala) akan diusahakan secepatnya untuk menghindari
kemungkinan ketidaklengkapan perizinan atau penundaan pengimplementasian program. Daftar dari
rangkaian izin dan lisensi ini akan menjadi input pada saat pertemuan dengan berbagai otoritas
Basis Pengetahuan Nasional (National Knowledge Base)
Selama ini, basis pengetahuan nasional yang relevan bagi Program PTPIN ini tidak solid dan terpisahpisah. Sejauh ini institusi yang ada hampir tidak terlibat dalam pengembangan PTPIN yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kekecewaan. Untuk itu pengelolaan pengetahuan dan upaya pelibatan
insitusi penelitian Indonesian menjadi penting, terutama untuk institusi sepertii PUSAIR dan Litbang KPP,
dan juga untuk BPPT dan Kemenristek &Dikti yang dapat mengkoordinasi keterlibatan institusi akademis
(ITB, UGM, IPB, dll).
Page 10
Perencanaan jangka panjang Program PTPIN ditampilkan dibawah ini. Pengambilan keputusan terkait
investasi Tahap B dan C dicanangkan di akhir tahun 2017 untuk memungkinkan dimulainya penanaman
modal dan kegiatan konstruksi Tahap B di tahun 2018.
Road Map NCICD implementation in relation with key pre-conditions
Komponen
Otoritas
Tahap A PTPIN
Kementerian
PUPR & DKI
Badan khusus
PTPIN
Badan Persiapan
Badan Pelaksana
Upaya-upaya
Hulu-Hilir
10.
Kementerian PUPR,
DKI, Jabar & Banten
Mitigasi penurunan
muka tanah
Kementerian
PUPR & DKI
Peningkatan
kualitas air
Kementerian
PUPR & DKI
Pengembangan
17 pulau di DKI
Segmen
prioritas tinggi
Segmen prioritas
lebih rendah
Perancangan
upaya tambahan
Pengambilan
keputusan
investasi
Upaya-upaya urgen
Penyelarasan perencanaan
Langkah ke depan
Program dengan tingkat kompleksitas tinggi dan skala besar seperti PTPIN memiliki resiko yang besar dan
membutuhkan dana yang besar. Resiko dan dana dengan skala ini hanya dapat dikelola oleh lembaga
yang berdedikasi dan diperkuat oleh ahli-ahli terbaik berkelas dunia. Salah satu aspek terpenting dalam
Program PTPIN adalah persiapan rangkaian kontrak dengan berbagai investor internasional. Pada
umumnya investor-investor ini dilengkapi dengan penasihat hukum dan keuangan terbaik. Untuk
menyeimbangkan kapasitas, maka Pemerintah Indonesia perlu memperkuat posisinya dengan rancangan
kelembagaan dan staf yang kompeten.
Pendirian badan khusus yang mengelola pengembangan Program PTPIN akan menjadi langkah pertama
dalam upaya perkuatan ini. Badan khusus ini akan mengelola perumusan rancangan teknis, hukum dan
keuangan dari Master Plan PTPIN.
Pada akhir tahun 2017, perumusan ini akan diselesaikan untuk dijadikan input dalam pengambilan
keputusan investasi (Final Investment Decision - FID).
Page 11