Anda di halaman 1dari 11

NCICD Executive Summary

Version June, 2015

Ringkasan Eksekutif Program PTPIN

1. Pendahuluan
Ringkasan eksekutif ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai latar belakang program,
komponen-komponen program dan interaksi antarkomponen.

Latar belakang
Kawasan pesisir Jakarta sangatlah rentan terhadap bahaya banjir. Banjir ini umumnya berasal dari hujan
dengan intensitas tinggi, limpasan sungai dan, sejak 2007, banjir juga berasal dari air laut. Penyebab
utama dari situasi ini adalah penurunan muka tanah yang semakin cepat, peningkatan debit sungai dari
kawasan hulu dan hujan lokal yang tidak terakomodasi oleh sistem drainase yang ada. Kebutuhan akan
tambahan kawasan retensi air selalu terhalang oleh keterbatasan lahan.
Untuk mengelola situasi darurat ini, pada tahun 2012 JCDS 1 mengusulkan pengembangan sistem tanggul
dan waduk retensi di kawasan lepas pantai. Sistem perlindungan lepas-pantai ini dicanangkan untuk
menggantikan sebagian dari sistem perlindungan banjir yang berada di daratan (tanggul dan waduk),
sehingga dapat menghemat daratan yang bernilai ekonomis tinggi. Master Plan PTPIN 2 pada Desember
2014 mengembangkan lebih lanjut konsep JCDS menjadi sebuah program pengembangan kawasan
pesisir yang terpadu. Reklamasi lahan di laut yang diusulkan di JCDS dikembangkan lebih lanjut di
Program PTPIN menjadi sebuah mekanisme pendanaan bagi pembangunan sebuah sistem perlindungan
banjir berskala besar. Pulau reklamasi ini (Garuda Perkasa) juga menawarkan peluang untuk
pengembangan kawasan metropolis Jakarta dan menyediakan ruang bagi pembangunan jaringan
transportasi yang baru antara Tangerang dan Bekasi. PTPIN juga mengambil langkah lebih lanjut (dari
JCDS) dalam pengembangan sistem air perpipaan dan penyediaan sarana sanitasi. Baik JCDS maupun
PTPIN juga mengusulkan langkah lain yang bernilai yaitu menyusun rencana penyelesaian program
secara bertahap yang dilengkapi dengan strategi pendanaan yang menstimulasi keterlibatan pihak
swasta; tanpa memberikan tekanan berlebihan pada sumber pendanaan publik.
Program PTPIN kini dihadapkan dengan keterbatasan waktu untuk mengatasi penurunan muka tanah.
Tanpa usaha mitigasi apapun maka dalam rentang waktu 10-15 tahun kawasan Jakarta Utara sekarang
akan berada jauh dibawah muka air laut. Keadaan ini akan mengakibatkan sistem perlindungan banjir
dan waduk yang telah ada sekarang mengalami kesulitan untuk mengalirkan air secara konstan ke laut.
Master Plan PTPIN dikembangkan dengan mengangkat kawasan Jakarta Utara sebagai fokus utama;
namun tetap memberikan perhatian yang cukup bagi keseluruhan kota Jakarta dan kawasan hulu.
1

JCDS: Jakarta Coastal Defense Strategy (difinalisasi di 2011), Kementrian Pekerjaan Umum.
PTPIN: Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara, (dikenal juga sebagai NCICD - National Capital Integrated
Coastal Development, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Page 1

NCICD Executive Summary


Version June, 2015

Tujuan progam
1. Untuk mewujudkan sebuah sistem perlindungan banjir yang terintegrasi, berkesinambungan dan
berjangka panjang; khususnya perlindungan terhadap banjir dari laut, sungai dan dari jaringan
kanal di Jakarta Utara;
2. Untuk memulihkan keseimbangan ekologi dan hidrologi di kawasan pesisir Jakarta;
3. Untuk merevitalisasi kawasan pesisir dan memperbaiki kondisi huni bagi komunitas di area ini;
4. Untuk menyediakan peluang pengembangan ekonomi dan meningkatkan konektivitas lepaspantai;
5. Untuk memperkuat kapasitas dalam mengembangkan dan mengelola sebuah program yang
teringrasi seperti PTPIN.
Komponen-komponen (tahapan) utama PTPIN
1. Tahap A: perkuatan sistem tanggul laut dan sungai yang telah ada (2014-2017)
2. Tahap B: pembangunan tanggul laut lepas-pantai di bagian barat Teluk Jakarta (2018-2025)
3. Tahap C: pembangunan tanggul laut lepas-pantai di bagian timur Teluk Jakarta (setelah 2025)

Tiga tahapan Program PTPIN

Mengingat penurunan muka tanah yang berkemungkinan besar masih terus berlanjut, maka Tahap A
PTPIN akan menjadi solusi jangka pendek untuk mempertahankan keamanan (terhadap banjir) di Jakarta
Utara dengan memperkuat sistem tanggul yang telah ada.
Strategi pengembangan Tahap B dan C yang lebih terperinci akan diselesaikan dalam 2 tahun ke depan,
sebelum pengambilan keputusan (mengenai pelaksanaannya) yang akan diambil pada tahun 2017.
Keputusan ini akan diambil dengan mempertimbangkan hasil pengamatan penurunan muka tanah dan
analisa rencana pengusahaan (business case) yang terbaru. Adalah hal yang esensial untuk mendesain
PTPIN dengan cara yang fleksibel untuk mengakomodasi perkembangan di masa medatang.
Komponen-komponen (dan rangkaian sub-komponen yang paling relevan) dari PTPIN disajikan pada
diagram di bawah ini. Diagram ini juga memuat: penyelarasan dengan Tahap B dan C, program
pengendalian Hilir-Hulu, pengembangan 17 pulau di DKI, dll.

Page 2

NCICD Executive Summary


Version June, 2015

Komponen-komponen
Program PTPIN
PTPIN
Tahap A

PTPIN
Tahap B

PTPIN
Tahap C

Interaksi

Perkuatan tanggul
laut dan sungai

Tanggul lepaspantai Barat

Tanggul lepaspantai Timur

Mitigasi penurunan
muka tanah

Pengintegrasian
dengan sistem
pompa dan polder

Reklamasi lahan &


pengembangan
kawasan kota
berbatas-perairan

Pengembangan
zona ekonomi

Perbaikan kualitas
air permukaan

Perelokasian
penduduk

Infrastruktur
pengelolaan air

Pengembangan
pelabuhan

Usaha perbaikan di
kawasan hulu & hilir

Pengintegrasian
dengan infrastruktur
perkotaan

MRT, jalan kota,


jalan tol & jembatan

Perelokasian penduduk &


revitalisasi kawasan huni

Pengembangan
pembangkit energi

Pengembangan
pulau-pulau DKI17

Pengembangan
Tangerang dan Bekasi

Usaha-usaha non-fisikal
(non-struktural)

2. Tahap A Program PTPIN


Para pemangku kepentingan telah menyepakati bahwa implementasi Tahap A perlu dilakukan dengan
segera mengingat urgensi bahaya banjir dari laut. Untuk itu, rangkaian kegiatan yang dimuat dalam
Tahap A harus dilihat sebagai no-regret measure dan diberikan prioritas utama.
Tahap A ditargetkan untuk selesai di tahun 2017, sedangkan perkuatan bagian-bagian tanggul yang
paling lemah akan didahulukan dan ditargetkan untuk selesai di tahun 2016.
Realisasi Tahap A akan dilakukan di bawah pengelolaan dan pengawasan dari Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan (Kementerian PUPR) dan DKI Jakarta. Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung
Cisadane (BBWS CC) dan Dinas Tata Air DKI Jakarta akan bertindak sebagai instansi pelaksana
mengatasnamakan Pemerintah Pusat dan Daerah.
Kementerian PUPR akan bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan desain teknis perlindungan
banjir; yang juga akan mengoptimasi dan memastikan bahwa persyaratan yang ada sudah dipenuhi oleh
desain tersebut. Sedangkan, DKI Jakarta akan bertanggung jawab untuk mengintegrasikan kebutuhan
pengembangan perkotaan dan kebutuhan komunitas pesisir (akses yang lancar menuju laut) ke dalam
desain teknis.
Berdasarkan trace indikatif, sistem tanggul akan dikembangkan melalui kolaborasi antara pihak
pemerintah dan pihak swasta. Tanggul stage A meliputi sistem tanggul laut sepanjang 66.696 m (3.967 m
di tangerang, 52.517 m di DKI dan 10.211 m di Bekasi) serta tanggul sungai sepanjang 28.438 m di DKI.

Page 3

NCICD Executive Summary


Version June, 2015

Tanggul ini akan direalisasikan sepanjang 35.784 m menggunakan APBN dan APBD tahun 2015-2017.
Sedangkan, 59.351 m akan direalisasikan oleh 16 pihak swasta yang dikoordinasikan dengan
Kementerian PUPR dan Pemerintah DKI Jakarta. Pengembangan ini akan didasarkan pada kriteria desain
dan konseptual desain.

Jalur tanggul di Tahap A (bagian tengah)

3. Tahap B & C Program PTPIN


Tahap B dan C memiliki tingkat urgensi yang sama, namun memiliki tenggat waktu pelaksanaan yang
lebih panjang daripada tahap A. Keputusan-keputusan terkait dengan desain akhir, pendanaan &
pembiayaan dan tender Tahap B dan C akan diambil di akhir tahun 2017 dan harus dipersiapkan dengan
baik. Pengambilan keputusan ini akan mempertimbangkan analisa perkiraan penurunan muka tanah
yang terbaru (dan implementasi usaha pengurangan penurunan muka tanah) dan hasil dari analsisa
rencana pengusahaan yang terkini. Rapat Koordinasi Kementerian pada 9 Desember 2014 memutuskan
bahwa sebuah program desain dan penelitian harus dipersiapkan dan dilaksanakan untuk menvalidasi
Master Plan dari Tahap B & C Program PTPIN, untuk mengembangkan Master Plan menjadi sebuah
rancangan acuan dan untuk mengembangkan alternatif-alternatif terkait proses pelaksanaannya.

Page 4

NCICD Executive Summary


Version June, 2015

Tahap B & C Tanggul dan waduk lepas-pantai


Solusi utama: tanggul, waduk retensi dan pompa
Sungai dan kanal dapat
mengalirkan air melalui
gravitasi

Kualitas air perlu ditingkatkan


untuk mencegah perairan
yang hitam dan kotor

Muka air diturunkan 22,5 m dengan pompa

100 km2 waduk retensi:


sumber air potensial untuk
penyediaan air bersih

Ruang pengembangan
Garuda Perkasa, jalan
tol, dll.

Jangka waktu perencanaan dan pelaksanaan Tahap B & C akan tergantung pada pola dan kecepatan
penurunan muka tanah. Dengan menggunakan asumsi penurunan muka tanah tahunan sebesar 7,5 cm,
maka tanggul lepas-pantai harus dapat menutup bagian barat Teluk Jakarta di antara tahun 2025-2030.
Untuk itu, pengambilan keputusan investasi dan pelaksanaan tahapan ini harus dilakukan di akhir tahun
2017 atau sebelumnya. Hal ini berhubungan dengan durasi pembangunan tanggul lepas-pantai (Tahap B)
yang akan memakan waktu setidaknya 7 sampai 8 tahun. Konstruksi akan dimulai pada 2018 dan
pengambilan keputusan final (go/no-go) akan diambil di akhir tahun 2017.
Master Plan Program PTPIN saat ini membutuhkan koordinasi desain dan elaborasi rencana Tahap B dan
C, termasuk rincian lebih lanjut mengenai rencana pendanaan, pembiayaan, investasi dan pengadaan.
Program ini akan dirancang agar dapat memaksimalkan penanaman modal swasta dan memungkinkan
terjadinya subsidi silang antara program yang mempunyai dan tidak mempunyai keuntungan (finansial)
secara langsung. Selain itu, alternatif-alternatif rancangan lain juga harus dikembangkan untuk
mengantisipasi kemungkinan munculnya efek samping atau resiko yang tidak diinginkan.
Proses-proses ini perlu diselaraskan dengan program pengembangan kawasan hilir dan hulu, dan dengan
pelaksanaan realisasi pra-kondisi yaitu: perbaikan kualitas air dan mitigasi penurunan muka tanah.
Proses-proses ini membutuhkan komunikasi yang pro-aktif dan konsisten dengan para pemangku
kepentingan.
Setelah rancangan dasar mendapatkan dukungan (endorsement) dari para pemangku kepentingan, maka
rencana tata ruang dalam rancangan ini harus dikukuhkan di dalam revisi Perpres 54/2008 (oleh
Kementerian Agraria dan Tata Ruang) dan di revisi Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI
Jakarta, Jawa Barat dan Banten.

Page 5

NCICD Executive Summary


Version June, 2015

4. Kondisi prasyarat
Mitigasi penurunan muka tanah dan perbaikan kualitas air sungai, kanal dan waduk merupakan kondisi
prasyarat untuk menjamin kesuksesan Program PTPIN. Realisasi kondisi prasyarat awal ini dapat
dilaksanakan pada saat yang bersamaan dengan pengembangan Program PTPIN. Kegiatan-kegiatan ini
harus dilihat sebagai usaha yang memang harus diambil dan tidak dapat dihindari. Air yang tercemar
bukan saja merupakan bahaya bagi ekosistem laut, namun juga bagi sungai, kanal dan waduk di kawasan
daratan. Program percepatan perbaikan kualitas air (oleh PD PAL Jaya) dan program pengembangan
penyediaan air perpipaan (PAM Jaya) telah dirancang, namun pelaksanaan dan pembiayaannya masih
membutuhkan dukungan yang besar. Program PTPIN akan memfasilitasi pelaksanaan bagian-bagian yang
relevan dari program-program tersebut; dan akan mendukung percepatan pelaksanaannya dengan
menyediakan informasi mengenai pengaruh lingkungan (yang positif) dari program-program ini.
Sebuah pertemuan internasional yang membahas mengenai penurunan muka tanah baru saja dihelat di
Jakarta. Berdasarkan bukti dari berbagai negara, disimpulkan bahwa penyedotan air tanah merupakan
penyebab utama dari penurunan muka tanah. Sekitar 3.000 sumur penyedot air tanah terdapat di
Jakarta saat ini. Secara keseluruhan, sumur-sumur ini mengambil lebih dari 50 Juta m3 air tanah per
tahun. Sumur-sumur ini terdapat hampir di semua bangunan, termasuk bangunan pemerintah pusat
maupun daerah. Sebuah tim kerja akan dibentuk untuk menghentikan praktek penyedotan air tanah,
yang akan dimulai dari kantor milik Pemerintah DKI Jakarta. Pada saat yang bersamaan, jaringan suplai
air perpipaan harus dikembangkan dengan menambah setidaknya 1 juta sambungan domestik baru.

5. Hubungan dengan upaya Hilir-Hulu


Tujuan utama dari pengkombinasian Program PTPIN dan Program Hilir-Hulu adalah untuk
mengendalikan banjir di Jakarta yang berasal dari limpasan sungai dan kanal dan dari laut.
Rapat Koordinasi Kementerian pada 9 Desember 2014 menyimpulkan bahwa Program PTPIN akan
diselaraskan dengan upaya-upaya Hilir-Hulu yang sedang dan akan dilaksanakan. Kombinasi antara
penurunan muka tanah yang cepat di kawasan hilir dan peningkatan debit sungai dari kawasan hulu (dari
480 m3/s menjadi 720 m3/s atau lebih) menciptakan sebuah urgensi untuk pengambilan upaya
pengalihan dan penampungan air untuk mencegah kebanjiran di Jakarta; khususnya yang disebabkan
oleh hujan dan/atau debit puncak sungai. Upaya-upaya tambahan ini akan direncanakan dan
diprogramkan dibawah koordinasi Kementerian PUPR dan kerjasama dengan Program PTPIN.
Tahap A berfokus untuk menekan resiko banjir yang merupakan imbas dari penurunan muka tanah dan
kenaikan muka air laut; sedangkan program Hilir-Hulu berfokus pada penanganan banjir yang disebabkan
kenaikan debit sungai. Pemerintah DKI Jakarta dan Kementerian PUPR akan memegang otoritas dalam
menyelaraskan Program PTPIN, pengembangan polder di Jakarta Utara, pengembangan sistem
pemompaan, program pengerukan sungai dan upaya-upaya di kawasan hulu dan hilir. Pengembangan
program-program ini akan dikoordinasikan dan diselaraskan secara rutin. Namun pelaksanaanya akan
dilakukan secara terpisah untuk mempermudah dan mempercepat proses pembuatan keputusan
strategis. Peleburan program-program ini menjadi satu program tidaklah disarankan karena akan
melahirkan sebuah program yang terlalu besar untuk dapat dikelola secara optimal.

Page 6

NCICD Executive Summary


Version June, 2015

Pengkombinasian antara pengembangan polder dan Program PTPIN tahap A

6. Pengembangan 17 pulau di DKI


Program pengembangan 17 pulau di DKI bukanlah bagian dari program PTPIN. Namun dikarenakan lokasi
kedua program ini yang saling berdekatan kedua program ini perlu bersinergi. Pengembangan 17 pulau
ini tidaklah secara spesifik bertujuan untuk melindungi Jakarta dari banjir yang berasal dari laut.
PTPIN akan berkoordinasi secara intensif dengan pengembangan 17 pulau di DKI. Terkait dengan
perencanaan tata ruang, Program PTPIN dan Program pengembangan 17 pulau di DKI akan
diintegrasikan satu sama lain namun pelaksanaannya akan tetap dikelola secara terpisah.

17 islands and the indicative transportation network (draft January 2015)


Sebagian dari keuntungan finansial yang diperoleh para pengembang 17 pulau di DKI akan ditujukan bagi
keperluan subsidi silang untuk pengembangan prasarana publik (perumahan murah, stasiun pompa dan
waduk retensi). Pengembangan 17 pulau di DKI akan diuntungkan secara langsung dengan
ditingkatkannya kualitas air di Teluk Jakarta; hal ini juga merupakan salah satu dorongan untuk

Page 7

NCICD Executive Summary


Version June, 2015

dilakukannya subsidi silang untuk perbaikan kualitas air. Selain itu, strategi media juga harus disusun
untuk dapat menginformasikan publik dan para pemangku kepentingan secara secara tepat mengenai
perbedaan antara Program PTPIN dan pengembangan 17 pulau di DKI.

7. Susunan kelembagaan Program PTPIN

Otoritas: Fase
Desain dan
Perencanaan
Unit
Pengelola
Program
(Fase
Master Plan)

Otoritas: Fase
Investasi dan
Pelaksanaan

Otoritas:
Pengelolaan Aset
(Fase Pengoperasian
dan Pemeliharaan)

Dengan mempertimbangkan tingkat


kompleksitas dari Program PTPIN, maka
Rapat Koordinasi Kementerian (9
Desember 2014) memutuskan bahwa
sebuah otoritas khusus akan didirikan
untuk mengelola pengembangan Program
PTPIN. Di rapat ini juga diputuskan bahwa
anggaran APBN dan APBD harus
dipersiapkan untuk mendanai biaya
operasional dari otoritas ini.

Di Master Plan Program PTPIN (Desember 2014), khususnya di segmen strategi pelaksana, otoritas
khusus ini dirancang sebagai Badan Pengembangan yang terdiri dari: Dewan Pengarah (level
kementerian), Badan Pelaksana dan Badan Usaha Strategis.
Mengingat dibutuhkannya waktu ekstra (2-3 tahun) untuk perancangan dan perencanaan dari Program
PTPIN, maka pendirian Badan Usaha Strategis belum dapat dilakukan sekarang. Badan Pengembangan
akan didirikan dan dilengkapi dengan sebuah tim kerja (yang dikelola oleh Badan Pelaksana) yang
ditugaskan untuk memastikan dihasilkannya output yang dibutuhkan di fase perancangan dan
perencanaan. Otoritas ini akan berkembang secara bertahap dengan tugas dan tanggung jawab yang
bertumbuh.
Output dari fase perancangan dan perencanaan (Tahap B)
1.
2.
3.
4.
5.

Page 8

Desain (dasar) hidraulis dan tata ruang untuk Tahap B, basis


data primer, studi dampak dan kelayakan (berfokus pada
tanggul lepas-pantai dan prasarana pendukungnya)
Penerimaan dari para pemangku kepentingan akan
pelaksanaan Tahap B
Kesiapan Tahap B terhadap pasar (pengadaan, strategi
pendanaan, minat pasar)
Dasar pengetahuan, kelembagaan dan hukum untuk fase
investasi, konstruksi, operasi dan pemeliharaan
Sistem pendukung pembuatan keputusan untuk
memfasilitasi keputusan investasi terkair Tahap B

NCICD Executive Summary


Version June, 2015

Desain diselaraskan dengan upaya-upaya hulu dan hilir


sungai, dengan Tahap A dan dengan pengembangan dan
implementasi pengembangan 17 pulau di DKI
Percepatan pelaksanaan upaya mitigasi penurunan muka
tanah dan perbaikan kualitas air (sebagai prasyarat awal)

Struktur kelembagaan dari Program PTPIN akan disahkan oleh sebuah Perpres. Dikarenakan horizon
jangka panjang program ini, maka akan dibutuhkan dasar hukum yang lebih tinggi dan kuat di masa
mendatang. Perpres akan menetapkan: tugas, tanggung jawab, mandat, sumber finansial, sumber daya
manusia, kepemimpinan dan profil staf utama pada lembaga PTPIN.
Dukungan dari Pemerintah Belanda dan Korea Selatan untuk fase perancangan dan perencanaan
Program PTPIN sedang dipersiapkan.

8. Topik-topik spesifik yang diangkat oleh para pemangku kepentingan


Dampak lingkungan
Beberapa dampak lingkungan berhasil diidentifikasi di berbagai pertemuan dengan para pemangku
kepentingan. Dampak lingkungan ini meliputi:

Hilangnya habitat pesisir dan transformasi menuju ekosistem air tawar


Hilangnya hutan bakau
Kemungkinan memburuknya kualitas air di waduk lepas-pantai setelah penutupan dengan
tanggul lepas-pantai

Dampak lingkungan ini telah ditinjau secara singkat di dalam laporan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS). Kajian ini menyimpulkan bahwa Program PTPIN akan memiliki dampak lingkungan (seperti yang
umumnya didapati di program berskala besar). Namun dampak ini tidak akan melampaui batas yang
tidak dapat diterima. Sebagai contoh, Program PTPIN akan menyebabkan hilangnya ekosistem di pesisir
Jakarta Utara; namun kehilangan ini terhitung minim mengingat kualitas ekosistem yang saat ini sudah
sangat buruk oleh polusi air. Selain itu pentupan Teluk Jakarta akan menciptakan ruang tampungan bagi
polusi domestik dan industri, yang pada akhirnya mencegah tercemarnya air di Laut Jawa. Sedangkan
hilangnya ekosistem hutan bakau (yang saat ini juga bermutu rendah) akan dapat dikompensasi dengan
penanaman ulang di habitat yang lebih bersih di pesisir Garuda Perkasa.
Kualitas air di waduk lepas-pantai akan buruk jika upaya mitigasi terkait perbaikan sanitasi di kawasan
Jakarta tidak dilakukan. Tanpa adanya upaya ini maka pencemaran akan tetap terjadi di sungai, kanal dan
waduk-waduk di kawasan daratan Jakarta. Di situasi apapun, upaya perbaikan sanitasi dan peningkatan
kualitas air haruslah dilakukan untuk memperbaiki mutu lingkugan hidup dan kesehatan penduduk
Jakarta.
Dampak Sosial

Page 9

NCICD Executive Summary


Version June, 2015

Setiap tahapan dari Program PTPIN akan berdampak pada komunitas di pesisir Jakarta. Sebagai contoh,
perbaikan tanggul laut dan sungai (Tahap A) akan mengharuskan pemindahan penduduk di sekitar
tanggul laut sekarang. Untuk itu koordinasi intensif antara ahli teknik sipil dan ahli perencanaan kota
menjadi hal yang sangat penting.
Dampak Ekonomi
Akses dari pelabuhan nelayan (di Pelabuhan Sunda Kelapa dan Pelabuhan Nizam Zachman) menuju laut
lepas akan tetap terjaga dengan dibangunnya dua ship-lock. Selain itu dampak ekonomi juga akan
diminimalisir dengan mengintegrasikan pemindahan kampung dan pelabuhan nelayan ke dalam Program
PTPIN. Selain itu, pemindahan pembangkit energi, kabel dan sistem pipa akan dirancang di tahapan
program yang berikutnya.
Prasyarat hukum
Program PTPIN harus memenuhi serangkaian prasyarat legislatif. Berbagai izin dan lisensi (yang
perolehannya berpotensi menimbulkan kendala) akan diusahakan secepatnya untuk menghindari
kemungkinan ketidaklengkapan perizinan atau penundaan pengimplementasian program. Daftar dari
rangkaian izin dan lisensi ini akan menjadi input pada saat pertemuan dengan berbagai otoritas
Basis Pengetahuan Nasional (National Knowledge Base)
Selama ini, basis pengetahuan nasional yang relevan bagi Program PTPIN ini tidak solid dan terpisahpisah. Sejauh ini institusi yang ada hampir tidak terlibat dalam pengembangan PTPIN yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kekecewaan. Untuk itu pengelolaan pengetahuan dan upaya pelibatan
insitusi penelitian Indonesian menjadi penting, terutama untuk institusi sepertii PUSAIR dan Litbang KPP,
dan juga untuk BPPT dan Kemenristek &Dikti yang dapat mengkoordinasi keterlibatan institusi akademis
(ITB, UGM, IPB, dll).

9. Kesimpulan dan saran


Pengembangan dan pengimplementasian Program PTPIN (yang dikombinasikan dengan upaya-upaya
pendukung Hilir-Hulu) sangat dibutukan untuk menyelesaikan permasalahan banjir di Jakarta. Program
PTPIN, sebagai sebuah program berskala besar dan terpadu, juga mencakup aktifitas reklamasi lahan,
restorasi lingkungan, revitalisasi kawasan perkotaan, perbaikan konektifitas transportasi dan
pengembangan kawasan industri.
Pelaksanaan Tahap A menjadi suatu hal yang urgen dalam menjamin keamanan terhadap banjir dari laut.
Tahap B dan kemudian Tahap C juga dibutuhkan, namun dapat didetailkan sehubungan dengan
efektifitas intervensi di daratan (yang merupakan bagian dari Tahap A). Dalam skenario optimis terkait
penurunan muka tanah, tanggul lepas-pantai kemungkinan tidak perlu menutup Teluk Jakarta
sepenuhnya. Namun, dalam skenario pesimis, tidak akan ada penyelesaian lain daripada pemindahan
penduduk secara cermat. Dalam skenario yang paling realistis, penurunan muka tanah akan berlangsung
secara lebih perlahan sehingga tanggul lepas-pantai (yang dicanangkan untuk dapat menutup Teluk
Jakarta sewaktu-sewaktu) masih tetap akan dibutuhkan. Perancangan rinci tanggul lepas-pantai harus
dapat mengakomodasi kebutuhan akan fleksibilitas ini.

Page 10

NCICD Executive Summary


Version June, 2015

Perencanaan jangka panjang Program PTPIN ditampilkan dibawah ini. Pengambilan keputusan terkait
investasi Tahap B dan C dicanangkan di akhir tahun 2017 untuk memungkinkan dimulainya penanaman
modal dan kegiatan konstruksi Tahap B di tahun 2018.
Road Map NCICD implementation in relation with key pre-conditions
Komponen

Otoritas

Tahap A PTPIN

Kementerian
PUPR & DKI

Tahap B&C PTPIN

Badan khusus
PTPIN
Badan Persiapan
Badan Pelaksana

Upaya-upaya
Hulu-Hilir

10.

Kementerian PUPR,
DKI, Jabar & Banten

Mitigasi penurunan
muka tanah

Kementerian
PUPR & DKI

Peningkatan
kualitas air

Kementerian
PUPR & DKI

Pengembangan
17 pulau di DKI

DKI & Pihak


Pengembang

Segmen
prioritas tinggi

Segmen prioritas
lebih rendah

Perancangan & Perencanaan

Perancangan
upaya tambahan

Upaya urgen (sistem


air perpipaan)

Operasi & Pemeliharaan

Pengambilan
keputusan
investasi

Investasi & Konstruksi

Implementasi upaya tambahan

Follow-up dan monitoring

Upaya-upaya urgen
Penyelarasan perencanaan

Langkah ke depan

Program dengan tingkat kompleksitas tinggi dan skala besar seperti PTPIN memiliki resiko yang besar dan
membutuhkan dana yang besar. Resiko dan dana dengan skala ini hanya dapat dikelola oleh lembaga
yang berdedikasi dan diperkuat oleh ahli-ahli terbaik berkelas dunia. Salah satu aspek terpenting dalam
Program PTPIN adalah persiapan rangkaian kontrak dengan berbagai investor internasional. Pada
umumnya investor-investor ini dilengkapi dengan penasihat hukum dan keuangan terbaik. Untuk
menyeimbangkan kapasitas, maka Pemerintah Indonesia perlu memperkuat posisinya dengan rancangan
kelembagaan dan staf yang kompeten.
Pendirian badan khusus yang mengelola pengembangan Program PTPIN akan menjadi langkah pertama
dalam upaya perkuatan ini. Badan khusus ini akan mengelola perumusan rancangan teknis, hukum dan
keuangan dari Master Plan PTPIN.
Pada akhir tahun 2017, perumusan ini akan diselesaikan untuk dijadikan input dalam pengambilan
keputusan investasi (Final Investment Decision - FID).

Page 11

Anda mungkin juga menyukai