Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Perusahaan daerah didirikan bertujuan untuk melaksanakan kegitan
pembangunan daerah dalam rangka pengembangan perekonomian di daerah
dan untuk membentuk sumber enerimaan bagi daerah. Oleh karena itu,
perusahaan daerah diharapkan mampu menjalankan fungsinya dengan sebaikbaiknya dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya dalam
memberikan jasa pelayanan yang bersifat vital dengan mengutamakan
kepentingan umum maupun kontribusinya dalam menambah pendapatan asli
daerah melalui hasil yang dicapainya.
Bagi setiap perusahaan, baik swasta maupun perusahaan daerah peranan
akuntansi sangat penting, sebagai sarana penyajian informasi keuangan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan. Tanggung jawab bagian keuangan
perusahaan adalah memberikan informasi keuangan secara berkala yang
berupa laporan keuangan. Laporan keuangan tidak saja mempunyai arti yang
penting bagi perusahaan, tetapi juga bagi pihak-pihak di luar perusahaan.
Laporan keuangan dijadikan daasar untuk menentukan atau menilai posisi
keuangan perusahaan dengan melakukan analisa laporan keuangan. Hasil
analisa tersebut bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dapat
dijadikan acuan pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang di hasilan dari proses akuntansi umumnya
adalah neraca, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan. Neraca menggambarkan jumlah asset, utang dan ekuitas
dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan laporan laba rugi
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh entitas perusahaan serta
biaya yang terjadi selama periode tertentu dan laporan perubahan ekuitas
menunjukan

sumber-sumber

dan

penggunaan-penggunaan

yang

mengakibatkan terjadinya perubahan ekuitas perusahaan. Laporan arus kas


menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara
kas serta kemampuan perusahaan untuk menggunakan kas dan setara kas
tersebut, sedangkan catatan atas laporan keuangan menjelaskan tentang

gambaran umum perusahaan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang


diterapkan. Salah satu pos yang terdapat dalam neraca Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kabupaten Tabalong yang nilainya besar adalah asset tetap.
Asset tetap dalam neraca yang dibahas merupakan asset tetap berwujud yang
digunakan oleh perusahaan daerah untuk kegiatan usahanya, tidak
dimaksudkan untuk diperjual belikan dan mempunyai masa manfaat serta
mempunyai nilai yang material. Manfaat yang dihasilkan asset tetap
umumnya semakin lama semakin menurun, kecuali manfaat yang dihasilkan
oleh tanah, untuk itu perlu adanya pengakuan terhadap penurunan nilai asset
tetap tersebut, hal ini akan mempengaruhi laba rugi.
Perusahaan daerah perlu menganalisis ketepatan perlakuan akuntansi
asset tetap serta melakukan penyusutan asset tetap yang dimiliki dan
dikoreksi terhadap perlakuan akuntansi asset tetap agar sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16 tahun 2009) yang
berlaku. Dalam penyajian asset tetap di dalam laporan keuangan seharusnya
membebankan biaya depresiasi yang dimiliki secara konsisten dari tahun ke
tahun, agar nilai buku dari asset tetap dapat diketahui pada akhir periode dan
pengalokasian asset tetap tidak terlalu besar serta biaya depresiasi asset tetap
dibebankan ke laba rugi menjadi ada.
Mengingat pentingnya akuntansi asset tetap, maka dalam perlakuan
akuntansi asset tetap harus berpedoman pada suatu aturan yang sudah
ditetapkan, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) apabila laporan
keungan yang dibuat tersebut disajikan bagi pihak luar perusahaan, selain itu
dalam menggunakan metode atau prosedur akuntansi hendaknya perusahaan
menerapkan secara konsisten dari tahun ketahun. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pihak yang berkepentingan dalam mengadakan analisa
perbandingan laporan keuangan suatu periode tertentu dengan periode
sebelumya, agar dapat menggambarkan secara jelas sifat dan perkembangan
yang dialami perusahaan dari waktu kewaktu.
PDAM Kabupaten Tabalong merupakan perusahaan milik daerah yang
didirikan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Tabalong No. 5
tahun 1989 tanggal 24 Februari 1989 tentang pendirian Perusahaan daerah Air

Minum Kabupaten Hulu Tabalong. Selama ini dalam pengakuan asset tetap
berwujudnya tidak berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK),
seperti adanya pengadaan pipa transmisi dan distribusi oleh Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Hulu Sungai Utara sejak tahun 2013 sampai 2015 yang
telah dimanfaatkan oleh PDAM untuk mendistribusikan air kepada
pelanggan, tetapi pengadaan pemasangan pipa tersebut tidak diakui sebagai
asset tetap berwujud karena belum diserahkan oleh pemerintah kabupaten
Tabalong (belum jelas statusnya), seharusnya PDAM Tabalong mengakui
pengadaan pemasangan pipa tersebut sebagai asset tetap berwujud dan
menyajikan nilai pengadaannya dalam neraca serta membebankan penyusutan
selama umur manfaatnya dan menyajikan beban penyusutannya dalam
laporan laba-rugi karena manfaat ekonomis telah mengalir ke entitas dan
dikuasai oleh perusahaan. Tetapi, pengakuan pengadaan pemasangan pipa
ini menjadi asset tetap berwujud yang dikuasai oleh perusahaan belum
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan bahwa asset tetap
berwujud tersebut belum diserahkan oleh pemerintah kabupaten Tabalong.
Pengukuran awal asset tetap yaitu biaya-biaya perolehan asset tetap pada
PDAM Kabupaten Tabalong meliputi harga perolehan/harga belinya termasuk
semua biaya yang dikeluarkan samapi asset tetap tersebut siap untuk
digunakan sedangkan penyajian asset tetap berwujud dalam neraca dicatat
sebesar harga perolehn dikurangi akumulasi penyusustan. Pengubgkapan
asset tetap berwujud di dalam catatan atas laporan keuangan PDAM
Kabupaten Tabalong belum mengungkapkan tentang penggunaan model
biaya sebagai dasar pengukuran dalam menentukan jumlah tercatat asset tetap
berwujud, metode penyusutan yang digunakan adalah metode saldo menurun
untuk asset tetap kelompok bukan bangunan dan metode garis lurus untuk
asset tetap kelompok bangunan, tariff penyusutan yang digunakan adalah
berdasarkan Undang-undang perpajakan (UU Nomor 10 tahun 1994) yang
diubah terakhir dengan UU Nomor 17 tahun 2000. Selain itu, terdapat
perhitungan beban penyusunan tahun 2015 yang kurang tepat, sehingga
berpengaruh terhadap penyajian asset tetap berwujud dalam neraca dan
penyajian beban penyusutan asset tetap berwujud dalam laporan laba-rugi,

serta terdapat banyak asset tetap kelompok kendaraan/alat angkut, peralatan


dan inventariskantor yang telah habis umur manfaatnya dan tidak digunakan
lagi dalam kegiatan operasi perusahaan, seharusnya aset tetap tersebut
diklasifikasikan sebagai asset lain-lain. Suatu aktiva mempunyai masa guna
lebih dari 1 periode akuntansi, mempunyai nilai yang relative besar, dan tidak
untuk dijual kembali, tetapi bila aktiva tersebut tidak digunakan dalam
aktivitas usaha perusahaan sehari-hari, maka aktiva tersebut tidak dapat
diklasifikasikan sebagai aktiva tetap, lebih tepat diklasifikasikan sebagai
aktiva lain-lain. ( Ahmad SyafiI Syakur, 2009:223-224). Berdasarkan latar
belakang diatas, penulis tertarik untuk mengangkat topic skripsi : Perlakuan
Akuntansi Aset Tetap Berwujud pada Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kabupaten Tabalong.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : Bagaimana perlakuan akunttansi asset tetap berwujud

1.3.

pada PDAM Kabupaten Tabalong?


Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah perlakuan akuntansi asset

tetap berwujud pada PDAM Kabupaten Tabalong pada tahun 2015


1.4.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perlakuan
akuntansi asset tetap berwujud pada PDAM Kabupaten Tabalong.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi PDAM Kabupaten Tabalong
Memberikan saran mengenai bagaimana perlakuan asset tetap
berwujud yang sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK No 16 tahun 2009)
b. Bagi Pihak lain
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
bagi penelitian selanjutnya
2. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan
penelitian yang berkaitan dengan akuntansi keuangan,
khususnya tentang perlakuan akuntansi asset tetap
berwujud.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Akuntansi
AICPA dalam Zaki Baridwan (2008:1) menyatakan bahwa :
Akuntansi

adalah

suatu

kegiatan

jasa.

Fungsinya

adalah

menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat


keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam
pengambilan

keputusan-keputusan

ekonomi

dalam

memilih

alternatif-alternatif dari suatu keadaan.


Ditinjau dari sudut pemakainya,akuntansi dapat didefinisikan
sebagai suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi
kegiatan-kegiatan suatu organisasi. (Al. Haryono Jusup, 2009:4)
Apabila ditinjau dari sudut kegiatannya, akuntansi dapat
didefinisikan

sebagai

prpses

pencatatan,

penggolongan,

peringkasan, pelaporan, dan penganalisisan data keuangan suatu


organisasi. (Al. Haryono Jusup, 2009:5)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa

akuntansi

adalah

proses

pencatatan,

penggolongan,

peringkasan dan pelaporan data kuantitatif dari suatu entitas untuk


kemudian dibuat laporan keuangan dan oleh pemakai laporan
keuangan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan
mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan.
2.1.2. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
(Munawir, 2004:2)
Laporan keuangan adalah data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan yang disusun atau disajikan untuk memenuhi kebutuhan
sejumlah besar pemakai. Dengan demikian laporan keuangan
bersifat umum, artinya tidak dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu. Laporan keuangan menunjukkan apa yang
telah dilakukan pihak manajemen (pimpinan perusahaan) atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang digunakan.
Hal ini berarti laporan keuangan bersifat historis yaitu laporan
mengenai kejadian yang telah terjadi.
2.1.3. Komponen-komponen Laporan Keuangan
Menurut IAI (2009:1.2) laporan keuangan yang lengkap terdiri
atas komponen-komponen berikut ini :
a. neraca;
b. laporan laba rugi;
c. laporan perubahan ekuitas;
d. laporan arus kas;
e. catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan setidaknya disajikan secara tahunan. Apabila
tahun buku perusahaan berubah dan laporan keuangan tahunan
disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari

periode satu tahun, maka sebagai tambahan terhadap periode


cakupan laporan keuangan, perusahaan harus mengungkapkan:
a. alasan penggunaan periode pelaporan selain periode satu
tahunan; dan
b. fakta bahwa jumlah komparatif dalam laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan tidak dapat diperbandingkan. (IAI, 2009:1.6-1.7)
2.1.4. Pengertian Aset ( Aktiva) Tetap
Menurut IAI (2009:16.2) pengertian asat tetap adalah asset
berwujud yang :
a. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyedian barang
atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administrative; dan
b. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Menurut Warren, Reeve, Fess (2006:504) : Aktiva tetap (fixed
assets) merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif
permanen. Mereka merupakan aktiva berwujud (tangible asset)
karena terlihat secara fisik. Aktiva tersebut dimiliki dan digunakan
oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian
dari operasi normal.
Menurut Zaki Baridwan (2008:271) pengertian aktiva tetap
adalah: Aktiva-aktiva berwujud yang sifatnya relatif permanen
yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa asset tetap adalah asset berwujud yang dikuasai (baik yang
diperoleh dari hasil pembelian, pertukaran, sumbangan maupun
penyertaan pemerintah) yang digunakan dalam kegiatan operasi
perusahaan dan digunakan selama lebih dari satu periode.
2.1.5. Pengakuan Aset Tetap
Menurut IAI (2009:16.2) biaya perolehan asset tetap
diakui sebagai asset jika dan hanya jika:

harus

a. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan beerkenaan


dengan asset tersebut akan mengalir ke entitas; dan
b. Biaya perolehan asset dapat diukur secara andal
Jadi, biaya perolehan asset tetap harus diakui sebagai asset tetap
perusahaan jika biaya perolehannya dapat diukur secara andal dan
manfaat ekonomis dari asset tetap tersebut mengalir ke entitas
walaupun dari segi hokum belum ada pengalihan kepemilikan.
Tetapi hal ini harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
2.1.6. Pengukuran Awal Aset Tetap
Menurut IAI (2009:16.4) suatu asset tetap yang memenuhi
kualifikasi untuk diakui sebagai asset pada awalnya harus diukur
sebesar biaya perolehan.
1) Komponen Biaya Perolehan
Biaya-biaya perolehan asset tetap meliputi:
a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikyrangi
diskon pembelian dan potongan-potongan laikn;
b. Biaya-biaya yang dapat didistribusikan secara langsung
untuk membawa asset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan
agar asset tetap siap digunakan sesuai dengan keinginan dan
maksud manajemen;
c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset
tetap dan restorasi lokasi asset.
Contoh biaya yang dapat didistribusikan secara langsung adalah:
a.
b.
c.
d.
e.

Biaya imbalan kerja;


Biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
Biaya handling dan penyerahan awal;
Biaya perakitan dan instalasi;
Biaya pengujian asset apakah berfungsi dengan baik, setelah
dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan

sehubungan dengan pengujian tersebut; dan


f. Komisi professional.
2) Pengukuran Biaya Perolehan
Menurut IAI (2009:16.5) biaya perolehan asset tetap
adalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada saat
terjadinya. Jika pembayaran untuk suatu asset ditangguhkan

hingga melampaui jangka waktu kredit normal, perbedaan


antara nilai tunai dengan pembayaran totalnya diakui sebagai
beban bunga selama periode kredit.
Biaya perolehan dari suatu asset tetap diukur pada nilai
wajar, kecuali:
a. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; dan
b. Nilai wajar dari asset yang diterima dan diserahkan tidak
dapat diukur secara andal.
3) Hibah Pemerintah
asset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak
boleh diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa:
a. Entitas akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut;
dan
b. Hibah akan diperoleh. (IAI, 2009:16.6)
2.1.7. Cara-cara Perolehan Aset (aktiva ) Tetap
Menurut Zaki Baridwan (2008:278-288) aktiva tetap data
diperoleh dengan berbagai cara, di mana masing-masig cara
perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Berikut
ini akan dibicararkan masing-asing perolehan:
1) Pembelian Tunai
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai
dicatat dalam buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang
dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk
memperoleh aktiva tetap termsuk harga faktur dan semua biaya
yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk diakai,
seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik
nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan, semua biaya-biaya
di atas dikapitalisasi sebagai harga perolehan aktiva tetap.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa harga
perolehan

aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian tunai

dicatat sebesar harga beli dan semua biaya yang dikeluarkan


sampai aktiva tetap tersebut siap utuk digunakan.
2) Pembelian secara Lumpsum/Gabungan
Apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu
macam aktiva tetap maka harga perolehan harus dialokasikan
pada masing-masing aktiva tetap. Menurut PSAK No. 16 ; harga
perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan

ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut


berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang
bersangkutan.
Apabial harga pasar masing-massing aktiva tidak diketahui,
alokasi harga perolehan dapat dilakukan dengan menggunakan
dasar surat bukti pembayaran pajak(misalnya pajak bumi dan
bangunan). Jika tidak ada dasar yang dapat digunakan untuk
alokasi harga perolehan maka aloksinya didasarkan pada putusan
pimpinan perusahaan.
Jadi, aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian secara
gabungan dicatat sebesar jumlah alokasi nilai wajar masingmasing aktiva. Jika nilai wajar masing-masing aktiva tidak
diketahui, penentuan harga perolehan menggunakan dasar surat
bukti pembayaran pajak. Jika tidak ada dasar yang dapat
digunakan maka alokasi harga perolehannya

berdasarkan

kebijakan pimpinan perusahaan.


3) Perolehan melalui Pertukaran
a. Ditukar dengan Surat-surat Berharga
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan
saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku seharga
harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai
penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak
diketaui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar
harga pasar aktiva tersebut. Kadang-kadang harga pasar surat
berharga dan aktiva tetap yang ditukar kedua-duanya tidak
diketahui, dalam keadaan seperti ini nilai pertukaran
ditentukan oleh keputusan pimpinan perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, dapt disimpulkan bahwa
harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh melalui
pertukaran dengan surat berharga dicatat sebesar harga pasar
saham atauobligasi yang diserahkan. Jiak harga passer saham
atau obligasi tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap
dicatat sebesar harga pasar aktiva tetap yang diterima. Jika
harga pasar saham atau obligasi dan aktiva tetap tidak

diketahui, maka harga perolehan aktiva tetap ditentukan


berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan.
b. Ditukar dengan Aktiva yang Lain
Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara
tukar-menukar, atau sering disebut tukar tambah, dimana
aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru,
baik seluruhnya atau sebagian dan kekurangannya dibayar
tunai.
Biaya perolehan dari suatu asset tetap diukur pada nilai
wajar kecuali:
a) Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial;
atau
b) Nilai wajar dari asset yang diterima dan diserahkan tidak
dapat diukur secara andal, (IAI, 2009:16.5)
A. Pertukaran Aktiva tetap yang Tidak Sejenis
Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis adalah pertukaran
aktiva tetap yang sifat dan fungsiya tidak sama. Perbedaan
antara nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan dengan
nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pencatatan
aktiva yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus
diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap.
Penentuan harga perolehan dalam pertukaran seperti ini
harus didasarkan pada nilai wajar aktiva tetap yang
diserahkan ditambah uang yang dibayarkan. Bila nilai
wajar aktiva yang diserahkan tidak dapat diketahui, maka
harga perolehan aktiva baru didasarkan pada nilai wajar
aktiva beru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
aktiva tetap yang diperoleh dari pertukaran dengan aktiva
tetap yang tidak sejenis maka harga erolehannya adalah
sebesar nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan ditambah
uang yang dibayarkan. Jika tidak diketahui nilai wajar
aktiva tetap yang diserahkan, maka harga perolehannya
didasarkan pada nilaiwajar aktiva tetap yang baru. Laba
atau rugi yang timbul dari transaksi pertukaran aktiva tetap

yang tidak sejenis harus diakui dan dilaporkan dalam


laporan laba rugi.
B. Pertukaran Aktiva tetap Sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran
aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama. Dalam
hubungannya dengan aktiva yang sejenis PSAK No. 16
menyatakan bahwa laba atau rugi yang timbul akibat
perbedaan nilai wajar aktiva tetap yang diperoleh dengan
yang diserahkan tidak boleh diakui sehingga selisihnya
akan digunakan untuk mengoreksi nilai wajar aktiva yang
diperoleh. Bila terdapat selisih nilai wajar, maka nilai
wajar aktiva tetap baru ditetapkan sebesar nilai buku
aktiva yang dilepaskan. Sebaliknya bila nilai buku aktiva
yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai wajar aktiva yang
diterima, maka nilai buku aktiva yang diserahkan harus
diturunkan (write down), dan nilai baru sesudah penurunan
digunakan sebagai niali wajar aktiva yang diterima.
Apabila dalam transaksi pertukaran itu perusahaan harus
membayar ung dengan jumlah tertentu, maka harga
perolehan aktiva yang diterima sama dengan nilai buku
aktiva yang dilepaskan ditambah uang yang dibayarkan.
Sebaliknya apabila perusahaan menerima uang dalam
transaksi pertukaran itu, maka harga perolehan aktiva yang
diterima adalah sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan
dikurangi uang yang diterima.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulakan bahwa
aktiva tetap yang diperoleh dari pertukaran dengan aktiva
tetap yang sejenis maka harga perolehannya adalah
sebesar nilai buku aktiva tetap yang diserahkan ditambah
uang yang dibayarkan jika perusahaan harus membayar
uang. Jika perusahaan menerima uang dalam transaksi
pertukaran, maka harga erolehannya adalah sebesar nilai
buku aktiva yang diserahkan dikurangi uang yang

diterima. Laba atau rugi yangtimbul dari selisih nilai wajar


aktiva tetap yang diperoleh dan diserahkan tidak boleh
diakui.
C. Pembelian Angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian
angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak
boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik
jelas-jelas dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan
tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan
dibebankan sebagai biaya bunga.
Jadi, harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dari
pembelian angsuran adalah sebesar harga tunai aktiva
tetap tersebut. Bunga selama masa angsuran dibebankan
sebagai biaya bunga pada periode bersangkutan.
D. Dieroleh dari Hadiah/Donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi,
pencatatannya bias dilakukan menyimpang dari prinsip
harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin
dikeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya-biaya tersebut jauh
lebh kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Apabila
aktiva dicatat sebesar biaya yang sudah dikeluarkan, maka
hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal terlalu
kecil, juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk
mengatas keadaan ini maka aktiva yang diterima sebagai
hadiah dicatat sebesar harga pasarnya.
Berdasarkan uraian di atas, harga perolehan aktiva
tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi dicatat
sebesar harga pasar aktiva tetap yang diterima
E. Aktiva yang Dibuat sendiri
Dalam hal harga pokok aktiva yang dibuat lebih
rendah daripada haega beli di luar, selisihnya merupakan
penghematan biaya dan tidak boleh diakui sebagai laba.
Tetapi apabila harga pokok aktiva yang dibuat itu lebih
tinggi daripada harga beli di luar (dengan kualitas yang
sama) maka selisih yang ada diperlakukan sebagai

kerugian, sehungga aktiva akan dicatat dengan jumlah


sebesar harganya yang normal. Apabila pembuatan aktiva
itu menggunakan dana yang berasal dari pinjaman, maka
bunga

pinjaman

selama

masa

pembuatan

akan

dikapitalisasi dalam harga perolehan aktiva. Sesudah


aktiva

itu

selesai

dibuat,

biaya

Bunga

pinjaman

dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Biyabiaya lain yang timbul dalam masa pembuatan aktiva,
dibebankan sebagai harga perolehan aktiva tetap.
Jadi, harga perolehan aktiva tetap yang dibuat sendiri
adalah sebesar niali terkecil antara biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk pembuatan aktiva tetap sampai aktiva
tetap tersebut siap untuk digunakan dengan harga pasar
atau harga beli kepada pihak lain.
2.1.8. Penentuan Harga Perolehan Aset(Aktiva) Tetap
2.1.9. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal Aset Tetap
2.1.10. Biaya

Anda mungkin juga menyukai