Anda di halaman 1dari 34

GAMBARAN UMUM FONOLOGI

Dalam berbagai kamus umum, linguistik didefinisikan sebagai ilmu bahasa atau studi ilmiah
mengenai bahasa (Matthews 1997). Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik
didefinisikan sebagai berikut:
The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and
phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics,
computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.
Secara umum, bidang ilmu bahasa dibedakan atas linguistik murni dan linguistik terapan. Bidang
linguistik murni mencakup fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Sedangkan bidang
linguistik terapan mencakup pengajaran bahasa, penerjemahan, leksikografi, dan lain-lain.
Pada perkuliahan ini akan dipelajari bagian dari linguistik murni yang mempelajari tentang seluk-beluk
bunyi bahasa baik itu sebagai pembeda makna, mau pun bagaimana alat ujar menghasilkan bunyi
bahasa. Cabang dari linguistik ini disebut fonologi.
A. Gambaran Umum Fonologi
Secara universal bahasa-bahasa di dunia nemiliki kesamaan-kesamaan antara lain: bentuk, makna,
satuan-satuan terkecil yang membedakan makna, dan kelas-kelas kata tertentu. Berdasarkan
keuniversalan bahasa tertera di atas akan menghasilkan tataran-tataran linguistik.
Tinjauan tataran linguistik sama hal melihat sistematika bahasa. Secara umum sistematika bahasa
dibedakan menjadi dua yakni gramatikal bahasa (tata bahasa) dan leksikon (perbendaharaan katakata). Kedua-duanya berkaitan erat dengan segi semantis, sebab baik gramatikal bahasa maupun
leksikon memi1iki arti tersendiri.
Berdasarkan hasil analisis terhadap bunyi bahasa, maka tataran fonologi tidak termasuk kelompok
gramatikal/tak berstruktur. Hal ini disebabkan bahwa tataran bunyi suatu bahasa baru memiliki
struktur tersendiri apabila sudah berwujud morfem bebas. Akan tetapi, bidang fonologi mempunyai
keterkaitan dengan bidang morfologi
Fonologi secara bahasa memiliki makna ilmu tentang bunyi. Hal ini sesuai dengan makna dari kata
Fonologi itu sendiri yang terdiri atas fon yang berarti bunyi dan logos yang berarti ilmu. Akan tetapi,
bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang
dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang
dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Fonem adalah kesatuan yang terkecil yang terjadi dari bunyi ujaran yang dapat membedakan arti.
Fonem adalah unit terkecil mujarad yang membedakan makna bunyi bahasa dalam bidang fonemik.
Fonem adalah unit terkecil dalam bahasa yang terjadi dari bunyi ujaran dan dapat digunakan untuk
memebedakan makna bunyi dalam bidang fonemik.
Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena fonem dapat
membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri,
pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita
gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk
makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap
sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l]. Oleh karena itulah sangat penting bagi kita
untuk mempelajari Fonologi.
Sekarang coba kita perhatikan bunyi gebrakan tangan di atas meja. Apakah bunyi tersebut termasuk
ke dalam kategori fonem? jika Anda menjawab ya, kita harus membaca kembali kalimat sebelumnya.
Tapi, jika jawaban kita bukan..Selamat! kita telah berhasil memahami tentang fonem. Bunyi gebrakan
tangan di atas meja mungkin bisa memiliki makna atau pun membedakan makna, tapi apakah bunyi
tersebut termasuk ke dalam bunyi bahasa?
B. Cakupan Fonologi
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara
umum. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone 'bunyi' dan 'logos' tatanan,
kata, atau ilmu' disebut juga tata bunyi.
Secara sederhana, kajian terhadap bunyi bahasa itu sebetulnya untuk memudahkan interaksi antara
manusia yang satu dengan yang lainnya. Interaksi yang menggunakan bunyi-bunyi bahasa dapat
dilakukan secara tertulis atau pun lisan. Jika dikaji secara teoritis dan ilmiah, maka interaksi lisan
muncul terlebih dahulu dibanding interaksi tulis. Misalnya saja, sebelum manusia bisa berbahasa
tulis, bahasa isyarat atau lisan dipakai paling dahulu. Kemudian masa demi masa, manusia
mengalami kemajuan di dalam menciptakan kode bahasa. Hal ini tercermin adanya gambar-gambar
yang mengisyaratkan pesan tertentu. Gambar semacam ini disebut piktograf. Ada pula yang

dinamakan ideograf sampai ke masalah transkripsi fonetik maupun fonemik.


Kajian di atas dapat mengarahkan pemahaman kita ke ruang lingkup kajian fonologi. Bidang kajian
fonologi terbagi menjadi dua bagian yaitu fonetik dan fonemik. Berikut ini adalah paparan singkat
mengenai bagian dari fonologi.
1) Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana
suate bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonetik mengacu pada artikulasi bunyi
bahasa. Para ahli fonetik telah berhasil menentukan cara artikulasi dari berbagai bunyi bahasa dan
membuat abjad fonetik internasional sehingga memudahkan seseorang untuk mempelajari dan
mengucapkan bunyi yang tidak ada dalam bahasa ibunya. Misalnya dalam bahasa Inggris ada
perbedaan yang nyata antara bunyi tin dan thin, dan antara they dan day, sedangkan dalam bahasa
Indonesia tidak. Dengan mempelajari fonetik, orang Indonesia akan dapat mengucapkan kedua bunyi
tersebut dengan tepat.
2) Fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai
pembeda arti. Jika fonetik mempelajari bagaimana alat ujar dapat menghasilkan bunyi, maka fonemik
mempelajari bagaimana bunyi ujaran digunakan sebagai pembeda makna dengan fonem lainnya.
Fonemik dapat juga diartikan sebagai ilmu tata bunyi, sehingga dapat dibedakan dengan jelas antara
fonologi, fonetik dan fonemik.
Pada bidang fonetik diharapkan agar setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap diberi satu lambang
satu bunyi saja. Pendeskripsian bunyi-bunyi bahasa yang menggunakan satu lambang satu bunyi
disebut transkripsi fonetis. Contoh penulisan (ortografis) transkripsi fonetis dalam ilmu bahasa
menggunakan tanda [...], sebagai berikut:
kamar ditulis [kamar]
batuk ditulis [batu?]
Pada bidang fonemik, bunyi-bunyi yang telah dideskripsikan tersebut lalu dianalisis berdasarkan
konteks tertentu, apakah pada suku kata maupun pada kata sehingga dapat membedakan arti secara
jelas. Untuk mengetahui perbedaan masing-masing bunyi bahasa yang dituliskan ke dalam
simbol/lambang tersebut harus dibandingkan dengan simbol-simbol yang lain. Perbandingan ini
apakah pada suku kata atau pada kata. Pendeskripsian bunyi-bunyi bahasa yang dapat membedakan
makna disebut transkripsi fonemis. Penulisan transkripsi fonemis pada masing-masing simbol baik
fonem, suku kata, maupun kata, dibatasi tanda /.../. misalnya fonem /r/ berbeda dengan fonem /t/
setelah dipasangkan pada pasangan minimal berupa kata hari dan hati
Kajian pada fonemik ini merupakan lanjutan dari kajian fonetik. Hal ini disebabkan data-data yang
dibutuhkan berasal dari data yang masih mentah yang belum berfungsi. Data mentah ini dikumpulkan
berkat ada kajian fonetik, sehingga semua bunyi bahasa dapat dibedakan dengan bunyi nonbahasa.
Aspek-aspek yang dikaji di dalam fonetik meliputi: berbagai pendekatan fonetik, alat bicara manusia,
fungsi alat bicara, deskripsi terjadinya bunyi bahasa, simbol bunyi bahasa, dan klasifikasi binyi
bahasa Indonesia (vokoid dan kontoid).
Aspek-aspek yang dikaji di dalam fonemik meliputi: cara penentuan fonem yang sama dan berbeda,
klasifikasi fonem bahasa Indonesia, antara lain vokal, alofon vokal, diftong, deret vokal, konsonan,
alofon konsonan, gugus konsonan, deret konsonan, ciri suprasegmental bahasa Indonesia,
perubahan fonem bahasa Indonesia, struktur fonem bahasa Indonesia, dan struktur fonem bahasa
Indonesia dalam suku kata.
Karena cakupan fonologi meliputi dua bagian besar yakni fonetik dan fonemik, maka patut
diperhitungkan bagian mana yang harus lebih dahulu di pelajari. Agar lebih terarah pembelajaran
mengenai fonologi, maka dalam modul perkuliahan ini membahas fonologi dari fonetik terlebih dahulu
yang kemudian akan dilanjutkan pembahasan mengenai fonemik.

http://kanghamdani.blogspot.co.id/2010/04/gambaran-umum-fonologi.html

1.Alat Ucap
Fonetik artikulatoris membicarakan cara-cara alat ucap membentuk
berbagai bunyi bahasa. Dalam hal ini yang terlebih dahulu untuk dipelajari
adalah alat ucap dan bagian-bagiannya.
Alat-alat ucap manusia yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi bahasa
(fon) dibedakan menjadi tiga bagian yakni (1) artikulator; (2) titik
artikulasi; dan (3) alat-alat lain yang mendukung proses terjadinya bunyi
bahasa.
1) Artikulator
Artikulator ialah alat-alat bicara manusia yang dapat bergerak secara
leluasa dan dapat menyentuh bagian-bagian alat ucap yang lain (titik
artikulasi) serta dapat membentuk bermacam-macam posisi. Alat bicara
semacam ini terletak di bagian bawah atau rahang bawah.
Alat-alat ucap yang termasuk artikulator antara lain:
a) bibir bawah (labium);
b) gigi bawah (dentum);
c) ujung lidah (apeks);
d) depan lidah (front of the tongue);
e) tengah lidah (lamino);
f) belakang lidah (dorsum); dan
g) akar lidah.
2) Titik Artikulasi
Titik artikulasi ialah alat-alat bicara manusia yang menjadi pusat sentuhan
dan bersifat statis. Alat-alat ini terdapat di bagian atas atau rahang atas.
Alat-alat ucap yang termasuk pada bagian ini antara lain:
a) bibir atas (labium);
b) gigi atas (dentum);
c) lengkung kaki gigi atas (alveolum);
d) langut-langit keras (palatum);
e) langit-langit lunak (velum); dan
f) anak tekak (uvula).

3) Alat-alat Lain
Alat-alat lain yang dimaksudkan ialah alat bicara selain artikulator dan
titik artikulasi yang dapat menunjang proses terjadinya bunyi bahasa.
Yang termasuk alat-alat lain antara lain:
a\) hidung (nose);
b)rongga hidung (nasal cavity);

c) rongga mulut (oral cavvity);


d) pangkal kerongkongan (faring);
e) katup jakun (epiglotis);
f) pita suara;
g) pangkal tenggorokan (laring);
h) batang tenggorokan (trachea);
i) paru-paru;
j) sekat rongga dada (diafragma);
k) saraf diafragma;
l) selaput rongga dada (pleural cavity); dan
m) bronchus.
Untuk memperjelas uraian tersebut, berikut ini digambarkan posisi alat
bicara manusia.

2.Fungsi Alat-Alat Bicara


Alat bicara manusia antara satu dengan yang lain sanling berhubungan
untuk membentuk bunyi bahasa. Dengan demikian fungsi masing-masing
alat bicara kemungkinan ada sangkut pautnya dengan alat lain. Berikut ini
adalah fungsi-fungsi yang dimaksud.
1) Paru-paru
Paru-paru mempunyai tugas bersama dengan diafragma untuk
menghembuskan udara ke luar sehingga menimbulkan bunyi bahasa.
Paru-paru biasa disebut sebagai motor penggerak alat bicara.
2) Pita Suara
Pita suara ini tempatnya di bawah jakun yang terdiri atas sepasang pita.
Di tengah-tengah pita suara ini ada celah yang bisa melebar dun
menyempit. Celah
pits suara ini lebih dikenal dengan sebutan glotis. Pita suara manusia
dapat berubah-ubah posisinya, antara lain sebagai berikut ini.
a) posisi terbuka lebar
Posisi seperti ini tidak menghasilkan bunyi bahasa dart terjadi pada
pernafasan normal saja.
b) posisi agak menyempit
posisi seperti ini akan menghasilkan bunyi tak bersuara, misalnya: [p], [t],
[k], [c].
c) posisi menyempit
posisi ini akan menghasilkan bunyi bahasa bersuara, misalnya [b], [d], [g],
[j].
d) posisi tertutup
posisi ini akan menghasilkan bunyi bahasa hamzah atau glotal stop,

misalnya [h], dan [?].


3) Laring
Di dalam alert ini terdapat pita suara (vocal cord) yang melintang dari
arah depan ke belakang. Dengan demikian fungsi alat ini ialah untuk
meneruskan aliran udara yang berhembus dari paru-paru ke faring.
4) Faring
Fungsi alat ini yang utama ialah meneruskan aliran udara dari Pita suara.
Akan tetapi alat ini bisa membentuk bunyi bahasa hamzah setelah
bersentuhan dengar akar lidah (radik) sehingga bunyi senacam ini disebut
bunyi faringal.
5) Lida
Lidah merupakan salah satu artikulator yang sangat penting di dalam
proses pembentukan bunyi bahasa. Pentingnya lidah ini bisa dilihat dari
bunyi yang dihasilkannya bisa berupa vokal dan, konsonan. Vokal
dihasilkan oleh gerak perpindahan posisi lidah tanpa bersentuhan tiengan
titik artikulasi. Jika gerak-gerak perpindahan posisi ini bersentuhan
dengan titik artikulasi, maka akan menghasilkan bunyi konsonan.
6) Bibir
Ada beberapa bunyi bahasa yang dihasilkan oleh sentuhan baik secara
langsung atau tidak oleh bibir manusia. Bunyi [p, b] terjadi karena
sentuhan antara bibir bawah dengan bibir atas sehingga aliran udara
tertahan sebentar. Selanjutnya aliran udara tersebut dihembuskan sampai
terdengarnya bunyi tersebut. Bunyi [p,b] dalam fonetik disebut bunyi
bilabial, sebab terjadi karena sentuhan kedua bibir yaitu bibir atas dan
bibir bawah. Selain itu, kedua bunyi itu dapat dinamai stop bilabial.

3.Cara Kerja Alat-Alat Bicara


1.Paru-Paru (Lung)
Paru-paru adalah sumber arus udara yang merupakan syarat mutlak
untuk terjadinya bunyi bahasa.Namun, perlu diketahui juga bahwa bunyi
bahasa dapat juga dihasilkan dengan dengan arus udara yang datang dari
luar mulut.Kalau arus udara datang dari paru-paru disebut arus udara
agresif, dan kalau udara datang dari luar disebut udara ingresif.Terlu
diketahui juga selama ini dalam bahasa indonesia tidak ada bunyi yang
dihasilkan dengan udara ingresif itu.

2.Pangkal Tenggorok (laring), pita suara, glotis, dan epiglotis


Pangkal tenggorok adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan
yang bujungnya ada sepasang pita suara.Pita suara inidapat terbuka lebar
, terbuka agak lebar, terbuka sedikit, dan tertutup rapat, sesuai denagan
arus udara yang dihembuskan keluar.Celah diantara pita suara itu disebut
glotis.Pada glotis inilah awal terjadinya bunyi bahasa dalam proses
produksi bunyi itu.Bia glotis dalamkeadaan terbuka lebar, tidak ada bunyi
bahas yang dihasilkan, selain desah nafas.Bila glotis dalam keadaan
terbuka agak lebar akan terjadi bunyi tak bersuara.Bila glotis dalam
keadaan terbuka sedikit akan terjadi bunyi bersuara.Lalu, bila glotis dalam
keadaan tertutup rapat akan terjadi bunyi hmazah atau bunyi hambat
glotal.Proses pembunyian ini dibantu oleh epiglotis (katup pangkal
tenggorok) yang bertugas menutup dan membuka jalan nafas (jalan udara
dari dan ke paru-paru) dan jalan makanan/minuman ke arah pencernaan.
3.Rongga Kerongkongan (faring)
Faring atau rongga kerongkongan adalah sebuah rongga yang terletak
diantara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga
hidung.Faring berfungsi sebagai tabung udara yang akan ikut bergetar
bila pita suara bergetar.Bunyi bahasa yang dihasilakan disebut bunyi
faringal.
4.Langit-Langit Lunak (Venum), anak tekak (uvula) dan pangkal lidah
(dorsum)
Velum atau langit-langit lunak dan bagian ujungnya yang disebut uvula
(anak tekak) dapat turun naik untuk mengatur arus udara keluar masuk
melalui rongga hidung atau rongga mulut.Uvula akan merapat kedinding
faring kalau arus udara keluar melalui rongga mulut, dan akan menjauh
dari dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga hidung.Bunyi
yang dihasilkan kalau udara keluar melalui rongga hidung disebut bunyi
nasal dan kalau udara keluar melalui rongga mulut disebut oral.Bunyi
yang dihasilkan dengan velum sebagai artikulator pasif dan dorsum
sebagai artikulator aktif disebut bunyi dorsovelar, dari gabungan kata
dorsum dan velum.Sedangkan yang dihasilkan oleh uvula disebut bunyi
uvular.
5.Langit-Langit keras (palatum), ujung lidah (apeks), dan daun lidah
(laminnum)
Dalam pembentukan bunyi-bunyi bahasa, langit-langit keras (palatum)
berlaku sebagai pasif (artikulator yang diam, tidak bergerak) dan yang
menjadi artikulator aktifnya adalah ujung lidak (apeks) atau daun lidah
(laminum).Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh palatum dan apeks disebut
bunyi apikopalatal.Sedangkanyang dihasilakan oleh palatum dana
laminum disebut bunyi laminopalatal.

6.Ceruk gigi (alveolum), apeks, dan daun lidah (laminum)


Dalam pembentukan bunyi bahasa, alveolum sebagai artikulator pasif dan
apeks atau laminum sebagai artikulator aktifnya.Bunyi yang dihasilkan
oleh alveolum dan apeks disebut bunyi apikoalveolar.Lalu, yang dihasilkan
oleh alveolum dan laminum disebut bunyi laminoalveolar.
7.Gigi (dentum), Ujung lidah (apeks), dan bibir (labium)
Dalam produksi bunyi bahasa, gigi atas dapat berperan sebagai
artikulator pasif, yang menjadi artikulator aktifnya adalah apeks atau bibir
bawah.Bunyi yang dihasilkan oleh gigi atas dan apeks disebut bunyi
apikodental dan yang dihasilakan oleh gigi atasa dan bibir bawah disebut
bunyi labiodental.Dalam hal ini ada juga bunyi interdental dimana apeks
sebagai artikulator aktif berada diantara gifi atas dan gigi bawah yang
menjadi artikulator pasifnya.
8.Bibir bawah dan bibir atas
Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas bisa menjadi artikulator pasif
dan bibir bawah menjadi artikulator aktif.Bunyi yang dihasilkan disebut
bunyi bilabial.Bibir bawah bisa juga menjadi artikulator pasifnya.Lalu,
bunyi yang dihasilkan disebut bunyi labiodental, dari kata labium dan
dentum.
9.Lidah (tongue)
Lidah terbagi atas empat bagian, yaitu ujung lidah (apeks), daun lidah
(laminum), punggung atau pangkal lidah (dorsum), dan akar lidah
(root).Lidah dengan bagian-bagiannya dalam pembentukan bunyi bahasa
selalu menjadi artikulator pasifnya adalah alat-alat ucap yang terdapat
pada rahang atas.
10.Mulut dan rongga mulut
Rongga mulut dengan kedua belah bibir (atas dan bawah) berperan dalan
pembentukan bunyi vokal.kalau bentuk mulut memundar maka akan
dihasilkan bunyi vokal bundar atau bulat.kalau bentuk mulut tidak bundar
atau melebar akan dihasilkan bunyi vokal tidak bundar.Sebagai umum
bunyi yang dihasilkan dirongga mulut disebut bunyi oral, sebagai lawan
bunyi nasal yang dihasilkan melalui rongga hidung.
11.Rongga Hidung
Bunyi bahasa yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi
nasal.Bunyi nasal ini dihasilakan dengan cara menutup rapat-rapat arus
udara dirongga mulut, dan menyalurkan keluar melalui rongga
hidung.Yang ada dalam bahasa indonesia adalah bunyi nasal bilabial,
bunyi nasal apikeolveaolar bunyi nasal laminopalatal, dan bunyi nasal
dorsovelar.
http://tugasemesterdua.blogspot.co.id/2015/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Definisi Komunikasi Verbal dan Non-verbal

Definisi komunikasi
Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin
communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama,
komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan
aktifitas komunikasi tersebut.

SUZY AND IU

Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang


bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi
maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah
tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Websters New Collegiate Dictionary edisi
tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses
pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tandatanda atau tingkah laku.
Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, tidak
bisa menghindari perspektif dari beberapa ahli yang tertarik pada kajian komunikasi,
sehingga definisi dan pengertian komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam.
Masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu
sama lain, tetapi pada dasarnya saling melengkapi dan menyempurnakan makna
komunikasi sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi.
Menurut Frank E.X. Dance dalam bukunya Human Communication Theory terdapat
126 buah definisi tentang komunikasi yang diberikan oleh beberapa ahli dan dalam
buku Sasa Djuarsa Sendjaja Pengantar Ilmu Komunikasi dijabarkan tujuh buah
definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi.
Definisi-definisi tersebut adalahs ebagai berikut:
Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).

Hovland, Janis & Kelley:1953


Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan
lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar,
angka-angka dan lain-lain.
Berelson dan Stainer, 1964
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa,
mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil
apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?)
Lasswell, 1960
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki
oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Gode, 1959
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa
ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
Barnlund, 1964
Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian
lainnya dalam kehidupan.
Ruesch, 1957
Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat
mempengaruhi pikiran orang lainnya.
Weaver, 1949
Kita lihat dari beberapa definisi tersebut saling melengkapi. Definisi pertama
menjelaskan penyampaian stimulus hanya dalam bentuk kata-kata dan pada definisi
kedua penyampaian stimulus bisa berupa simbol-simbol tidak hanya kata-kata tetapi
juga gambar, angka dan lain-lain sehingga yang disampaikan bisa lebih mewakili
yaitu termasuk gagasan, emosi atau keahlian.
Definisi pertama dan kedua tidak bicara soal media atau salurannya, definisi ke tiga
dari lasswell melengkapinya dengan komponen proses komunikasi secara lebih
lengkap. Pengertian ke-empat dan seterusnya memahami komunikasi dari konteks
yang berbeda menghasilkan pengertian komunikasi yang menyeluruh mewakili
fungsi dan karakteristik komunikasi dalam kehidupan manusia.
Ke-tujuh definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa komunikasi mempunyai

pengertian yang luas dan beragam. Masing-masing definisi mempunyai


penekanannya dan konteks yang berbeda satu sama lainnya.
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian,
penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di
antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan
beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai
pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
Setiap pelakuk komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan:
membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Ke-empat tindakan
tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan
sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses
kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada
orang lain. Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk dan mengirim
pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain. Pesan
yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan
diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan
tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka si orang
tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru. Demikianlah ke
empat tindakan ini akan terus-menerus terjadi secara berulang-ulang.
Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang yang
menjalankan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik atau tindakan. Bisa berbentuk
kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik atau
tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya. Komunikasi dapat terjadi
dalam diri seseorang, antara dua orang, di antara beberapa orang atau banyak
orang. Komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Artinya komunikasi yang dilakukan
sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya

KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL


KOMUNIKASI VERBAL
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata
atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005).
Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara
fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan
gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada
kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara
formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat
menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata
harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia
Yang berbunyi Di mana saya dapat menukar uang? akan disusun dengan tatabahasa
bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:

ggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change some money?).

erancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de largent?).

rman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld wechseln?).

Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).

Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan
pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang
cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau
gabungan kata-kata.
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi:
penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek,
tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam
komunikasi.
2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang
simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut
fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi
informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan
masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and


Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi
tiga fungsi, yaitu:

Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat
kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan
teknologi saat ini.
Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk
kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui
bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih
teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuantujuan kita.
Keterbatasan Bahasa:
Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda,
peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada
objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian,
kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kayamiskin, pintar-bodoh, dsb.
Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi
orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda
pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam*. Misalnya:
tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi
yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.
Kata-kata mengandung bias budaya.
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok
manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat
kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau
kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang
berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka
menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang
Minang adalah saya ataukita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan
Malaysia) berarti kamu.
Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama.
Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang
sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena
kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur
kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari
budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama;
pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya
tidak ada isomorfisme total.

Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.


Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan
penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada
dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari
kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja.
Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang
dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah? .... Bila
yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka
orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah
sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah
kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam
kerjanya.
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang
(verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat
penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu
diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan
sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan
kerancuan dan kesalahpahaman.
Makna dapat pula digolongkan ke dalam makna denotatif dan konotatif. Makna denotatif
adalah makna yang sebenarnya (faktual), seperti yang kita temukan dalam kamus dan
diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama.
Makna konotatif adalah makna yang subyektif, mengandung penilaian tertentu atau
emosional (lihat Onong Effendy, 1994, h. 12)

KOMUNIKASI NONVERBAL
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal.
Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar
kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal
dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin
menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
Klasifikasi pesan nonverbal.
Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:

Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti,
terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok
makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan,
pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitianpenelitian tentang wajah sebagai berikut: a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan
ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek

penelitiannya baik atau buruk; b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat
pada orang lain atau lingkungan; c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam
situasi situasi; d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap
pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang
pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan
untuk mengkomunikasi berbagai makna.
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat
disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap
individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan
dan penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator.
Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang
yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada
lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan
sikap yang tidak responsif.

Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya


dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik.


Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan
dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat
kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian,
dan kosmetik.

Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan


cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat
menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh
Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.

Pesan sentuhan dan bau-bauan.

Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang
disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat
mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan
orang, juga untuk menyampaikan pesan menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan
keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.
Fungsi pesan nonverbal.
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang
dihubungkan dengan pesan verbal:
1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara
verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.

2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah


katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan
kepala.
3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan
verbal. Misalnya anda memuji prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya
berkata Hebat, kau memang hebat.
4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya,
air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan katakata.
5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya,
anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.

Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Nonverbal Communication Systems,


menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan. Yaitu:
a. Factor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika
kita mengobrol atau berkomunikasi tatamuka, kita banyak menyampaikan gagasan dan
pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banya
membaca pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.
b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan
verbal.
c. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan,
distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara
sadar.
d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai
komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi
tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan pesan
verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan
verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu
terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk
mengungkapkan pikiran kita secara verbal.
f. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang
menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini
dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).

Komunikasi dan Kepemimpinan

PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah sebuah proses dimana mana seseorang atau beberapa
orang, kelompok,organisasi, dan masyarakat menciptakan, menyampaikan dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain sehingga dapat
dimengerti satu sama lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

Berikut pendapat beberapa pakar mengenai komunikasi :


Onong Cahyana Effendi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung)
ataupun tidak langsung (melalui media)
Harold Laswell
Komunikasi adalah gambaran mengenai siapa, mengatakan apa, melalui media apa,
kepada siapa, dan apa efeknya.

UNSUR-UNSUR DALAM KOMUNIKASI


Unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi sebagai berikut :

1. Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan untuk
memperkuat isi pesan itu sendiri. Sumber bisa berupa orang, lembaga, buku, dokumen, dan
lainnya.
2. Komunikator
Setiap orang atau kelompok dapat menyampaikan pesan komunikasi itu sebaagai proses
dimana komunikator dapat menjadi komunikan, ataupun sebaliknya komunikan menjadi
komunikator.
3. Pesan
Pesan adalah inti pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator di dalam
usaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan
4. Saluran/Channel
Channel merupakan saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut dengan media, baik
media umum dan media massa.
5. Komunikasi
Komunikasi ditujukan atau diarahkan kedalam komunikasi personal, komunikasi kelompok,
dan komunikasio massa.
6. Efek

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku seseorang,
sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan

CARA MENYALURKAN IDE MELALUI KOMUNIKASI

Adanya Ide (gagasan) dari si pengirim pesan (sender)/komunikator

Perumusan ide dari si sender yang disampaikan dalan kata-kata

Penyaluran ide, melalui tulisan, tertulis, ataupun simbol

Penerimaan pesan oleh komuikan (penangkap berita)

Pengertian, kata-kata si komunikator menjadi ide si penerima

tindakan

HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI


Komunikasi terkadang tidak berjalan lancer dikarenakan beberapa hal yang terjadi seprti hal
berikut :
1.

Perbedaan persepsi
Antara satu dengan yang lain, terkadang setiap orang mempunyai penilaian dalam hal
menangkap sebuah pesan. Ada yang mengartikan sebuah bentakan sebagai sebuah
ketegasan tetapi ada yang mengartikan bentakan tersebut sebuah tindak kekerasan.

2.

Budaya
Perbedaan budaya juga menjadi salah satu pemicu terhambatnya dalam sebuah
komunikasi, terlebih jika masing-masing pihak tidak mengerti bahasa yang digunakan.

3.

Karakter Dasar
Seperti yang saya kutip dari situs anneahira.com, manusia pada dasarnya memiliki empat
karakter dasar yaitu, koleris, melankolis, plegmatis, dan sanguinis. Koleris adalah karakter
yang suka menyinggung perasaan, melankolis adalah karakter yang lembut dan perasa,
sanguinis adalah karakter yang santai, dan plegmatis adalah karakter yang suka mengalah.

4.

Kondisi
Ini juga salah satu pemicu terhambatnya komunikasi. Contohnya saat komunikasi terjadi
antara dua pihak, dimana pihak pertama dalam kondisi tidak enak. Akibatnya, kondisi
tersebut mempengaruhi cara penangkapan pesan dari lawan bicara

Klasifikasi Komunikasi Dalam Organisasi


1.

Dari segi sifatnya

a. Komunikasi lisan
b. Komunikasi Tertulies

c.

Komunikasi Verbal

d. Komunikasi Non Verbal


2.

Dari segi arah

a. Komunikasi ke atas
b. Komunikasi ke bawah
c.

Komunikasi diagonal keatas

d. Komunikasi diagonal kebawah


e. Komunikasi horizontal
f.

Komunikasi satu arah

g.

Komunikasi dua arah

3.

Menurut Lawan

a. Komunikasi satu lawan satu


b. Komunikasi satu lawan banyak
c.

Komunikasi kelompok lawan kelompok

4.

Menurut Keresmiannya

a. Komunikasi Formal
b. Komunikasi Informal

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN ORGANISASI


Secara garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan dapat dikelompokkan menjadi
dua, seperti saya kutip dari laman freewebs.com
1.

Faktor Ekstern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan.
Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh
karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya
dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena
lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk
faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.

2.

Faktor Intern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang
dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
-

problem hubungan antar anggota

problem dalam proses kerja sama

problem keuangan

CIRI-CIRI PENGEMBANGAN ORGANISASI


Ciri-ciri pengembangan organisasi yang efektif adalah
1.

Strategi terencana

2.

Menekankan cara-cara baru meningkatkan kinerja

3.

Mengandung nilai humanistik

4.

Menggunakan pendekatan komitmen

5.

Mengguanakan pendekatan ilmiah

METODE PENGEMBANGAN ORGANISASI


Program pengembangan organisasi memiliki hal-hal pokok berikut ini:

1. Program ini dipimpin dan didukung dari atas, dapat juga menggunakan pihak ketiga (atau
agen perubahan) untuk mendiagnosis masalah dan memperbaikinya, atau mengatasi
perubahan melalui berbagai jenis kegiatan yang direncanakan, atau intervensi.

2. Rencana-rencana pengembangan organisasi didasarkan kepada analisis dan diagnosis yang


sistematis, mengenai keadaan organisasi serta perubahan dan masalah-masalah yang
mempengaruhinya.

3. Program ini berhubungan dengan bagaimana organisasi bertindak pada waktu perubahan
terjadi, dengan menggunakan proses seperti interaksi, komunikasi, perencanaan peran
serta, dan benturan.

TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
Berikut adalah tipe kepemimpinan seperti saya kutip dari kadri-blog.blogspot.com
1.

Tipe Otokratik
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat
egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan
keakuannya

2.

Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat
tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional
ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang
tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau
panutan masyarakat.

3.

Tipe Kharismatik
karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu
memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang
pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut
meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa
orang tersebut dikagumi.

4.

Tipe Laissez Faire


Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan
sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai,
tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu
sering intervensi

TEORI KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain
untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Berikut teori kepemimpinan :
1.

Teori kepemimpinan berdasarkan sifat


Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi
yang berpandangan bahwa sifat sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan
tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat sifat itu antara lain :
sifat fisik, mental, dan kepribadian.

2.

Teori kepemimpinan berdasarkan perilaku dan situasi


Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecenderungan kearah 2 hal yaitu :
Pertama yang disebut dengan konsiderasi yaitu kcenderungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan

Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan.

3.

Teori kewibawaan pemimpin


Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan
faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang
dikehendaki oleh pemimpin.

4.

Teori Kepempinan Situasi

Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5.

Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.

Daftar Pustaka:
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.

http://imamfahruzisulistyono.blogspot.com/2011/12/komunikasi-dan-kepemimpinan.html
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi/
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/10/komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html

KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL DAN DESKRIPSI


BUNYI SEGMENTAL BAHASA INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sosialnya, manusia saling berhubungan antara satu sama lain. Dalam hal ini perlu
adanya sebuah komunikasi.Kebutuhan berkomunikasi itupun semakin kompleks seiring dengan
perkembangan zaman dan kebudayaan manusia. Sehingga keadaan tersebut menempatkan bahasa
sebagai alat komunikasi manusia pada posisi yang paling penting.
Agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik,kedua belah pihak memerlukan bahasa yang dapat
dipahami bersama. Wujud bahasa yang utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi tersebut disebut bunyi
bahasa. Dalam pengucapannya, bunyi-bunyi bahasa dapat disegmentasikan atau dipisah-pisahkan
(bunyi segmental), dalam bunyi yang dapat disegmentasikan itu terdapat unsur-unsur yang
menyertainya sehingga disebut bunyi segmental.
Oleh karna itu, dianggap penting untuk mengkaji mengenai bunyi-bunyi segmental tersebut. Guna
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimanakah definisi bunyi segmental?
2) Bagaimanakah klasifikasi bunyi segmental?
3) Bagaimanakah bentuk-bentuk deskripsi bunyi segmental?
1.3 TUJUAN
1) Mengidentisifikasi definisi bunyi segmental
2) Mengidentisifikasi klasifikasi bunyi segmental
3) Mengidentisifikasi deskripsi (gambaran) bunyi segmental
1.4 KERANGKA TEORI
A. PENGERTIAN BUNYI SEGMENTAL MENURUT PARA AHLI
1. Muslich, Masnur. 2008. Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap
dan pita suara. Bunyi Segmental ada empat macam
2. Abdul chaer. 2009. Bunyi segmental ialah bunyi ujar bahasa yang terdiri dari segmen-segmen
tertentu.
3. Imam-suhairi . 2009. Bunyi segmental mengacu pada pengertian bunyi-bunyi yang dapat
disegmentasi/dipisah-pisahkan. Kata matang misalnya, dapat disegmentasi menjadi

/m/,/a/,/t/,/a/,/n/,/g/. Jelas bunyi-bunyi tersebut menunjukkan adanya fonem. Dengan demikian,


sebenarnya bunyi-bunyi bahasa yang telah diuraikan sebelumnya adalah bunyi segmental.
B. Deskripsi bunyi segmental bahasa Indonesia
Muslich, Masnur. 2008.Bunyi segmental, baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh penutur
bahasa Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai disteribusi dan
lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL DAN DESKRIPSI BUNYI SEGMENTAL
BAHASA INDONESIA
2.1 Definisi Bunyi Segmental
Menurut Masnur. 2008. Bunyi segmental ialah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan
pita suara. Bunyi Segmental ada empat macam
1. Konsonan= bunyi yang terhambat oleh alat ucap
2. Vokal = bunyi yang tidak terhambat oleh alat ucap
3. Diftong= dua vokal yang dibaca satu bunyi, misalnya: /ai/ dalam sungai, /au/ dalam /kau/
4. Kluster= dua konsonan yang dibaca satu bunyi.
Contoh Kluster/Konsonan Rangkap
ng: yang
ny: nyonya
kh: khusus, khas, khitmad,
pr: produksi, prakarya, proses
kr: kredit, kreatif, kritis, krisis
sy: syarat, syah, syukur
str: struktur, strata, strategi
spr: sprai
tr : tradisi, tragedi, tragis, trauma, transportasi.
2.2 DASAR KLASIFIKASI BUNYI SEGMENTAL
Masnur. 2008. Klasifikasi bunyi segmental didasarkan berbagai macam keriteria, yaitu Ada tidaknya
gangguan , Mekanisme udara, Arah udara, Pita suara, Lubang lewatan udara, Mekanisme artikulasi,
Cara gangguan, Maju mundurnya lidah, Tinggi rendahnya lidah, Bentuk bibir.
1. Ada Tidaknya Gangguan
Yang dimaksud gangguan adalah penyempitan atau penutupan yang dilakukan oleh alat-alat ucap
atas arus udara dalam pembentukan bunyi. Dilihat dari ada tidaknya gangguan ketika bunyi
diucapakan, bunyi di klompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Bunyi vokoid yaitu bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada
daerah artikulasi.
Contoh bunyi vokoid menurut Daniel Jones terdapat padada bunyi vocal:
Vocal (i) * vocal (a)
Vocal (u) * vocal (o)
Vocal (e) * vocal ()
b. Bunyi kotoid yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada
daerah artikulasi.
Contoh terdapat pada bunyi vocal (m), (n), dll
2. Mekanisme Udara
Yang dimaksud mekanisme udara adalah dari mana datangnya udara yang menggrakkan pita suara
sebagai sumber bunyi. Dilihat dari kriterianya bunyi-bunyi bahasa bisa dihasilkan dari tiga
kemungkinan mekanisme udara.
a. Mekanisme udara pulmonis, yaitu udra yang dari paru-paru menuju keluar.
Contohnya terdapat pada hamper semua bunyi bahasa di dunia.
b. Mekanisme udara laringal atau faringal, yaitu udara yang datang dari laring atau faring.
c. Mekanisme udara oral, yaitu udara yang datang dari mulut.
3. Arah Udara

Dilihat dari arah udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi di klompokan menjadi dua, yaitu:
a. Bunyi egresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara menuju keluar melalui rongga mulut atau
rongga hidung.
b. Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara masuk kedalam paru-paru.
4. Pita Suara
Dilihat dari bergetar tidaknya pita suara ketika bunyi dihasilkan bunyi dapat di klompokkan menjadi
dua, yaitu:
a. Bunyi mati atau bunyi tak bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara tidak melakukan
gerakan membuka menutup shingga getarannya tidak signifikan.
Contoh : bunyi (k), (p), (t), (s).
b. Bunyi hidup atau bunyi bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara melakukan
gerakan membuka dan menutup secara cepat sehingga bergetar secara signifikan.
Contoh : bunyi (g), (b), (d), (z).
5. Lubang Lewatan Udara
Dilihat dari lewatan udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi diklompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga mulut, dengan
menutupkan velik pada dinding faring.
Contoh: bunyi (k)
b. Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga hidung , dengan
menutup rongga mulut dan membuka velik lebar-lebar.
Contoh: bunyi (m)
c. Bunyi sengau, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar dari rongga mulut dan rongga
hidung, dengan membuka velik sedikit.
Misalnya terdapat pada bunyi bindheng(istilahjawa)
6. Mekanisme Artikulasi
Yang dimaksud mekanisme artikulasi adalah alat ucap mana yang bekerja atau bergerak ketika
menghasilkan bunyi bahasa. Berdasarkan keriteria ini, bunyi dikelompokan sebagai berikut:
a. Bunyi bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium) bawah dan bibir (labium )
atas.
Misalnya: bunyi (p), (b), (m), dan (w)
b. Bunyi labio-dental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium) bawah dengan gigi
(dentum)atas.
Misalnya : bunyi (f), dan (v)
c. Bunyi apiko dental,yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lidah (apeks) dan gigi(dentum)
atas.
Misalnya : bunyi (t) pada ( pintu) , (d) pada (dadi), dan (n) pada (minta)
d. Bunyi apiko-alveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah (apeks) dan gusi
(alveolum) atas.
Misalnya : (t) pada (pantun), (d) pada (dudU?), dan (n) pada (nama)
e. Bunyi lamino-palatal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah (lamina) dan langitlangit keras (palatum).
Misalnya : (c), (j), (), ()
f. Bunyi dorso-velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah (dorsum) dan langitlangit lunak (velum).
Misalnya : (K), (g), (x), ()
g. Bunyi dorso-uvular, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah (dorsum) dan anak
tekak (uvula).
Misalnya: (q), dan (R).
h. Bunyi laringal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorok (laring).
Misalnya: (h).
i. Bunyi glotal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau clah (glotis) pada pita suara.
Misalnya: (?) hamzah
7. Cara Gangguaan

Dilihat dari cara gangguan arus udara oleh artikulator ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat
diklompokkan sebagai berikut.
a. Bunyi stop (hambat), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat sehingga
udara terhenti seketika, lalu dilepaskan kembali secara tiba-tiba. Tahap pertama (penutupan) disebut
implosif(stop implosif), tahap kedua (pelepasan) disebut eksplosif (stop eksplosif).
Misalnya: (p) pada (atap) disebut bunyi implosive, (p) pada (paku) disebut bunyi eksplosif.
Contoh bunyi stop lainnya: (b), (t), (d), (k), (g), (?).
b. Bunyi kontinum(alir), kebalikan dari bunyi stop, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara
tidak ditutup secara total sehingga arus udara tetap mengalir.berarti, selain bunyi-bunyi stop
merupakan bunyi kontinum, seperti, bunyi afrikatif, frikatif, tril dan lateral.
c. Bunyi afrikatif (panduan), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat, tetapi
kemudian dilepaskan secara berangsur. Misalnya, (c), dan (j)
d. Bunyi frikatif (geser), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian
rupa sehingga udara tetap dapat keluar. Misalnya, (f), (v), (s), (z), (), (x).
e. Bunyi tril (getar), yaitu bunyi yang dihasilkan denagn cara arus udara ditutup dan dibuka berulangulang secara cepat. Misalnya, (r), dan (R)
f. Bunyi lateral (sampingan), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup sedemikian
rupa sehingga udara masih bias keluar melalui salah satu atau kedua sisinya. Misalnya, (l) pada
(lima).
g. Bunyi nasal (hidung),yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara yang lewat rongga mulut
ditutup rapat, tetapi arus udara dialirkan lewat rongga hidung. Mialnya, (m), (n), (), ().
8. Tinggi-Rendahnya Lidah
Dilihat dari tinggi rendahnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi empat,
yaitu:
a. Bunyi tinggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meniggi, mendekati langit-langit
keras. Misalnya, (i) pada (kita), (u) pada (hantu).
b. Bunyi agak tingggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meninggi, sehingga agak
mendekati langit-langit keras. Misalnya, (e) pada lele, (o) pada (soto).
c. Bunyi tengah, yaitu bunyi yang dihasilakan dengn cara posisi lidah di tengah. Misalnya, ( )
d. Bunyi agak rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah agak merendah, sehingga
agak menjauhi langit-langit keras. Misalnya, ()pada kata (p p ?), () pada kata ( l ?), () pada
(jOrO?), (O) pada (pOkO?).
e. Bunyi rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah merendah, sehingga jauh dari
langit-langit keras. Misalnya, (a)pada (bata), (a) pada (armada), () pada (allh), () pada (rhmat).
9. Maju Mundurnya Lidah
Dilihat dari maju mundurnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
a. Bunyi depan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian depan lidah dinaikkan. Misalnya, (i),
(),(e), (), (a).
b. Bunyi pusat, yaitu bunyi yang dihasillkan dengan cara lidah merata., tidak ada bagian lidah yang
diinakkan. Misalnya, ( )
c. Bunyi belakang, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian belakang lidah dinaikkan.
Misalnya, (u), (U), (o), (O), ().
10. Bentuk Bibir
Dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi dua, yiatu:
a. Bunyi bulat, yaitu buunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir berbentuk bulat. Misalnya, (u),
(U), (o), (O), ().
b. Bunyi tidak bulat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir merata atau tidak bulat.
Misalnya, (i), (),(e), (), (a).
2.3 DESKRIPSI BUNYI SEGMENTAL BAHAS INDONESIA
Masnur. 2008. Bunyi segmental, baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh penutur bahasa
Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai distribusi dan lingkungan. Tetapi,
paling tidak jumlah dan variasi bunyi tersebut biasa di deskripsikan sebagai berikut.
1. Bunyi Vokoid
Bunyi Ciri-ciri Contoh kata
(i) Tinggi, depan, tak bulat (bila) bila
() Agak tinggi, tak bulat (ad ?) adik
(e) Tengah, depan, tak bulat (ide) ide

() Agak rendah, depan, tak bulat (n n ?) nene?


(a) Rendah, depan, tak bulat (cari) cari
(u) Tinggi, belakang, tak bulat (buku) buku
(U) Agak tinggi, belakang, bulat (batU?) batuk
(o) Tengah, belakang, bulat (toko) toko
(O) Agak rendah, belakang, bulat (tOkOh) tokoh
() Rendah, belakang, bulat (allh) allah
( ) Tengah, pusat, tak bulat ( mas) emas
2. Bunyi kontoid
Bunyi Ciri-ciri Contoh kata
(p) Mati, oral, bilabial, plosif (paku) paku
(b) Hidup, oral, bilabial, plosif (baru) baru
(t) Mati, oral, apiko-dental, plosif (tidUr) tidur
(d) Hidup, oral, apiko-dental, plosif (dari) dari
(k) Mati, oral, velar, plosive (kaku) kaku
(g) Hidup, oral, velar, plosif (gali) gali
(?) Mati, oral, glottal, plosif (jara?) jara?
(c) Mati, oral, lamino-palatal, aprikatif (ciri) ciri
(j) Hidup, oral, lamino-palatal, aprikatif (jara?) jara?
(f) Mati, oral, labio-dental, prikatif (final) final
(s) Mati, oral, apiko-alveolar, frikatif (satu) satu
(z) Hidup, oral, apiko-alveolar, frikatif (zaman) zaman
() Mati, lamino-valatal, frikatif (arat) syarat
(x) Mati, oral, frikatif (xas) khas
( ) Hidup, oral, velar, frikatif (tabli ) tabligh
(h) Mati, oral, laringal, frikatif (tahan) tahan
(l) Hidup, oral, apiko-alveolar, tril (lama) lama
(m) Hidup, nasal, bilabial (makan) makan
(n) Hidup, nasal, apiko-dental (minta) minta
(n) Hidup, nasal, apiko-alpeolar (tanam) tanam
() Hidup, nasal, lamino-palatal (ala) nyala
() Hidup, nasal, velar (ilu) ngilu
(w) Mati, oral, bilabial (waktu) waktu
(y) Mati, oral, lamino-palatal (yatim) yatim

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas, kami dapat menarik kesimpulan
bahwa bunyi segmental merupakan salah satu ilmu fonologi yang sangat
penting dalam ilmu bahasa yang berfungsi sebagai alat komunikasi.
Karena dengan adanya bunyi segmental, maka kita dapat membedakan
makna kata dalam setiap ucapan maupun pendengaran.
Dalam penuturan bahasa Indonesia tinggi rendahnya (nada) suara
tidak fungsional atau tidak membedakan makna. Berbeda dengan nada,
tekanandalam tuturan bahasa Indonesia berfungsi membedakan maksud

dalam tatarankalimat (sintaksis), tetapi tidak berfungsi membedakan


makna dalam tatarankata (leksis). Tidak jauh berbeda dengan tekanan,
durasi

atau

panjang-pendek ucapan

dalam

bahasa

Indonesia

tidak

fungsional dalam tataran kalimat.Untuk jeda biasanya dilambangkan


dengan tanda titik (.). Sedangkan Intonasimerupakan kerja sama antara
nada, tekanan, durasi, dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu
tutur, dari awal hingga ke perhentianterakhir yang berarti unsur-unsur ini
memiliki keterkaitan satu sama lain.
SARAN
Adapun yang dapat penulis sarankan agar kita bisa memahami lebih
jauhbagaimana peran dan kiprah bunyi-bunyi suprasegmental adalah
dengan carakita harus bisa membedakan unsur-unsur suprasegmental
tersebut dalamtuturan bahasa Indonesia dimana unsur-unsur tersebut
memiliki keterkaitansatu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Blog ini

Di-link Dari Sini

Web

Kamis, 07 Agustus 2014

Pengertian, Unsur, dan Klasifikasi Bunyi Bahasa Suprasegmental

Bunyi Suprasegmental adalah bunyi yang menyertai bunyi


segmental.Dengan beberapa unsur yang menyertainya.
Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
1 Tekanan (Stress)
2. Jangka/Rentang waktu/Durasi (Duration)
3. Nada (Spitch)
4. Sendi (Juncture) dan Jeda (Pause)
5. Aksen (Accent)
6. Intonasi
7. Ritme

1.Tekanan (stress)

Tekanan kata dalam bahasa Indonesia disebut Tonotemporal yaitu sejenis


kemenonjolan lebih banyak ditandai oleh tinggi nada (bersifat temporal) dan
rentang waktu tempat suku kata bertekanan diucapkan (bersifat temporal).

Macam-macam tekanan:
1. Tekanan keras (bertekanan) [... ..]
2. Tekanan lunak (tak bertekanan) tanpa tanda diakritik
Tekanan dalam bahasa Indonesia bersifat Nondistingtif (tidak membedakan makna).
Contoh dalam bahasa inggris:
1. Refuse tekanan pada suku kata pertama
Menyatakan kata benda sampah
2. Refuse tekanan pada suku kata terakhir
Menyatakan kata kerja menolak

2.Jangka/Rentang waktu/Durasi (Duration)

Adalah panjang/lama waktu yang diperlukan untuk mengujarkan sebuah bunyi


bahasa yaitu vocal.
Jangka dalam bahasa Indonesia bersifat nondistingtif.
Jangka disimbolkan dengan tanda titik [.] dengan jumlah tertentu yang

diletakkan di belakang fonem vocal.


Tanda ini disebut mora [.] atau [....]
Tanda titik satu [.] satu mora
Tanda titik dua [:] dua mora
Tanda titik tiga [:.] tiga mora
Contoh dalam bahasa tagalong:
1. [Kaibi:gan] teman
2. [Kai:bigan] kekasih

3.Nada (Spitch)

Adalah tinggi rendahnya bunyi ujaran.Hal ini disebabkan oleh adanya factor
ketegangan pita suara,arus udara,dan posisi pita suara ketika bunyi itu
diucapkan.Makin tegang pita suara yang disebabkan oleh kenaikan arus udara
dari paru-paru,makin tinggi pula nada bunyi tersebut.Begitu juga posisi pita
suara.Pita suara yang bergetar lebih cepat akan menentukan tinggi nada suara
ketika berfonasi.
Tanda fonetis untuk menyatakan nada:
Tanda /v/ menyatakan fonem segmental vokal
/v1/ nada rendah
/v2/ nada sedang
/v3/ nada tinggi
/v4/ nada sangat tinggi
Contoh dalam bahasa Vietnam:
1. [ma1] hantu
2. [ma2] memeriksa
3. [ma3] tetapi
4. [ma4] makam

4.Sendi (Juncture) dan Jeda (Pause)

Sendi adalah peralihan dari satu bunyi ke bunyi yang lain dengan terdapat
perhentian sejenak.

Macam-macam sendi:
1. Sendi tutup (close juncture) yaitu sendi yang ada di dalam kata
2. Sendi buka (open juncture) yaitu sendi yang mengakhiri kata
3. Sendi buka dalam (internal open juncture) yaitu sendi buka yang menandai
peralihan di dalam kata.
Contoh:
1. Kemeja
Sendi yang terjadi yaitu /ke/ dengan /me/ dan /me/ dengan /ja/.Sendi /ke/ dengan
/me/ dan /me/ dengan /ja/ disebut sendi tutup.Sedangkan sendi sebelum /ke/ dan
sesudah /ja/ disebut sendi buka.
2. Beruang memiliki uang
Beruang nama binatang
Sendi sebelum /u/ lebih panjang untuk kata pertama daripada kata kedua.
Simbol secara fonetis untuk menandakan sendi:
1. Sendi tutup tanda palang (+)
2. Sendi buka tanpa symbol
Misal: ke + meja (ia melempar uang logam ke meja itu)
Jeda adalah perhentian yang menandai batas terminal intonasi kalimat.

Macam-macam jeda:
1. Jeda final yaitu perhentian berada di akhir kalimat dan menandai intonasi
berakhir.
2. Jeda nonfinal yaitu perhentian berada di tengah kalimat yang menandai frase
tertentu.
Notasi yang digunakan:
1. Jeda final palang ganda ( # )
2. Jeda nonfinal garis miring ( / )
Contoh:

# guru / baru datang #


# guru baru / datang #
Jadi jeda dalam bahasa indonesia berperan menentukan makna kalimat.

5.Aksen (Accent)

Adalah perpaduan antara tekanan dengan nada.Aksen merupakan tekanan


dalam kalimat artinya pada aksen,tekanan jatuh pada kata tertentu dalam
sebuah kalimat.
Fungsi aksen yaitu menunjukkan bagian yang terpenting oleh penuturnya.Notasi
yang digunakan berupa garis memanjang yang diletakkan di bawah bunyi
segmental.
Contoh:
1. Bapak sedang bekerja di pasar (bukan saya atau ibu)
2. Bapak sedang bekerja di pasar (bukan ingin atau telah)

6.Intonasi

Adalah naik atau turunnya nada dalam pelafalan kalimat.Atau perubahan


titinada dalam berbicara.Intonasi merupakan perpaduan antara
nada,jangka,tekanan,dan jeda dalam suatu perwujudan.Intonasi dapat
menentukan ragam kalimat deklaratif (berita),introgatif (tanya),dan imperatif
(perintah)
Contoh:
Ellyas Pical menang
Jika diucapkan dengan intonasi menurun/naik maka memberikan arti
pertanyaan.Namun jika kata menang mendapat tekanan,maka menyatakan
kalimat deklaratif.

7.Ritme

Adalah pola pemberian tekanan pada kata dalam kalimat.Atau ritme merupakan
perpaduan antara jangka dan tekanan.
Dalam bahasa Indonesia ritme didasarkan pada jumlah suku kata yang ada
dalam kalimat.
Contoh:
1. John disini kini
2. Guru besar itu di Bandung malam ini.
Kedua kalimat diucapkan dalam waktu yang berbeda.Kalimat (1) terdiri atas 6
suku kata yang diucapkan lebih pendek daripada kalimat (2) yang terdii atas 13
suku kata.
http://akbarfaurazi.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-unsur-dan-klasifikasibunyi.html

Anda mungkin juga menyukai