Dalam berbagai kamus umum, linguistik didefinisikan sebagai ilmu bahasa atau studi ilmiah
mengenai bahasa (Matthews 1997). Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik
didefinisikan sebagai berikut:
The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and
phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics,
computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.
Secara umum, bidang ilmu bahasa dibedakan atas linguistik murni dan linguistik terapan. Bidang
linguistik murni mencakup fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Sedangkan bidang
linguistik terapan mencakup pengajaran bahasa, penerjemahan, leksikografi, dan lain-lain.
Pada perkuliahan ini akan dipelajari bagian dari linguistik murni yang mempelajari tentang seluk-beluk
bunyi bahasa baik itu sebagai pembeda makna, mau pun bagaimana alat ujar menghasilkan bunyi
bahasa. Cabang dari linguistik ini disebut fonologi.
A. Gambaran Umum Fonologi
Secara universal bahasa-bahasa di dunia nemiliki kesamaan-kesamaan antara lain: bentuk, makna,
satuan-satuan terkecil yang membedakan makna, dan kelas-kelas kata tertentu. Berdasarkan
keuniversalan bahasa tertera di atas akan menghasilkan tataran-tataran linguistik.
Tinjauan tataran linguistik sama hal melihat sistematika bahasa. Secara umum sistematika bahasa
dibedakan menjadi dua yakni gramatikal bahasa (tata bahasa) dan leksikon (perbendaharaan katakata). Kedua-duanya berkaitan erat dengan segi semantis, sebab baik gramatikal bahasa maupun
leksikon memi1iki arti tersendiri.
Berdasarkan hasil analisis terhadap bunyi bahasa, maka tataran fonologi tidak termasuk kelompok
gramatikal/tak berstruktur. Hal ini disebabkan bahwa tataran bunyi suatu bahasa baru memiliki
struktur tersendiri apabila sudah berwujud morfem bebas. Akan tetapi, bidang fonologi mempunyai
keterkaitan dengan bidang morfologi
Fonologi secara bahasa memiliki makna ilmu tentang bunyi. Hal ini sesuai dengan makna dari kata
Fonologi itu sendiri yang terdiri atas fon yang berarti bunyi dan logos yang berarti ilmu. Akan tetapi,
bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang
dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang
dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Fonem adalah kesatuan yang terkecil yang terjadi dari bunyi ujaran yang dapat membedakan arti.
Fonem adalah unit terkecil mujarad yang membedakan makna bunyi bahasa dalam bidang fonemik.
Fonem adalah unit terkecil dalam bahasa yang terjadi dari bunyi ujaran dan dapat digunakan untuk
memebedakan makna bunyi dalam bidang fonemik.
Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena fonem dapat
membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri,
pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita
gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk
makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap
sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l]. Oleh karena itulah sangat penting bagi kita
untuk mempelajari Fonologi.
Sekarang coba kita perhatikan bunyi gebrakan tangan di atas meja. Apakah bunyi tersebut termasuk
ke dalam kategori fonem? jika Anda menjawab ya, kita harus membaca kembali kalimat sebelumnya.
Tapi, jika jawaban kita bukan..Selamat! kita telah berhasil memahami tentang fonem. Bunyi gebrakan
tangan di atas meja mungkin bisa memiliki makna atau pun membedakan makna, tapi apakah bunyi
tersebut termasuk ke dalam bunyi bahasa?
B. Cakupan Fonologi
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara
umum. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone 'bunyi' dan 'logos' tatanan,
kata, atau ilmu' disebut juga tata bunyi.
Secara sederhana, kajian terhadap bunyi bahasa itu sebetulnya untuk memudahkan interaksi antara
manusia yang satu dengan yang lainnya. Interaksi yang menggunakan bunyi-bunyi bahasa dapat
dilakukan secara tertulis atau pun lisan. Jika dikaji secara teoritis dan ilmiah, maka interaksi lisan
muncul terlebih dahulu dibanding interaksi tulis. Misalnya saja, sebelum manusia bisa berbahasa
tulis, bahasa isyarat atau lisan dipakai paling dahulu. Kemudian masa demi masa, manusia
mengalami kemajuan di dalam menciptakan kode bahasa. Hal ini tercermin adanya gambar-gambar
yang mengisyaratkan pesan tertentu. Gambar semacam ini disebut piktograf. Ada pula yang
http://kanghamdani.blogspot.co.id/2010/04/gambaran-umum-fonologi.html
1.Alat Ucap
Fonetik artikulatoris membicarakan cara-cara alat ucap membentuk
berbagai bunyi bahasa. Dalam hal ini yang terlebih dahulu untuk dipelajari
adalah alat ucap dan bagian-bagiannya.
Alat-alat ucap manusia yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi bahasa
(fon) dibedakan menjadi tiga bagian yakni (1) artikulator; (2) titik
artikulasi; dan (3) alat-alat lain yang mendukung proses terjadinya bunyi
bahasa.
1) Artikulator
Artikulator ialah alat-alat bicara manusia yang dapat bergerak secara
leluasa dan dapat menyentuh bagian-bagian alat ucap yang lain (titik
artikulasi) serta dapat membentuk bermacam-macam posisi. Alat bicara
semacam ini terletak di bagian bawah atau rahang bawah.
Alat-alat ucap yang termasuk artikulator antara lain:
a) bibir bawah (labium);
b) gigi bawah (dentum);
c) ujung lidah (apeks);
d) depan lidah (front of the tongue);
e) tengah lidah (lamino);
f) belakang lidah (dorsum); dan
g) akar lidah.
2) Titik Artikulasi
Titik artikulasi ialah alat-alat bicara manusia yang menjadi pusat sentuhan
dan bersifat statis. Alat-alat ini terdapat di bagian atas atau rahang atas.
Alat-alat ucap yang termasuk pada bagian ini antara lain:
a) bibir atas (labium);
b) gigi atas (dentum);
c) lengkung kaki gigi atas (alveolum);
d) langut-langit keras (palatum);
e) langit-langit lunak (velum); dan
f) anak tekak (uvula).
3) Alat-alat Lain
Alat-alat lain yang dimaksudkan ialah alat bicara selain artikulator dan
titik artikulasi yang dapat menunjang proses terjadinya bunyi bahasa.
Yang termasuk alat-alat lain antara lain:
a\) hidung (nose);
b)rongga hidung (nasal cavity);
Definisi komunikasi
Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin
communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama,
komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan
aktifitas komunikasi tersebut.
SUZY AND IU
ggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change some money?).
erancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de largent?).
rman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld wechseln?).
Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan
pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang
cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau
gabungan kata-kata.
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi:
penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek,
tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam
komunikasi.
2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang
simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut
fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi
informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan
masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat
kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan
teknologi saat ini.
Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk
kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui
bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih
teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuantujuan kita.
Keterbatasan Bahasa:
Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda,
peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada
objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian,
kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kayamiskin, pintar-bodoh, dsb.
Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi
orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda
pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam*. Misalnya:
tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi
yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.
Kata-kata mengandung bias budaya.
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok
manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat
kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau
kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang
berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka
menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang
Minang adalah saya ataukita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan
Malaysia) berarti kamu.
Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama.
Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang
sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena
kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur
kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari
budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama;
pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya
tidak ada isomorfisme total.
KOMUNIKASI NONVERBAL
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal.
Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar
kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal
dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin
menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
Klasifikasi pesan nonverbal.
Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti,
terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok
makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan,
pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan penelitianpenelitian tentang wajah sebagai berikut: a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan
ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek
penelitiannya baik atau buruk; b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat
pada orang lain atau lingkungan; c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam
situasi situasi; d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap
pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang
pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan
untuk mengkomunikasi berbagai makna.
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat
disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap
individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan
dan penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator.
Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang
yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada
lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan
sikap yang tidak responsif.
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang
disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat
mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan
orang, juga untuk menyampaikan pesan menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan
keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.
Fungsi pesan nonverbal.
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang
dihubungkan dengan pesan verbal:
1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara
verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah sebuah proses dimana mana seseorang atau beberapa
orang, kelompok,organisasi, dan masyarakat menciptakan, menyampaikan dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain sehingga dapat
dimengerti satu sama lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
1. Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan untuk
memperkuat isi pesan itu sendiri. Sumber bisa berupa orang, lembaga, buku, dokumen, dan
lainnya.
2. Komunikator
Setiap orang atau kelompok dapat menyampaikan pesan komunikasi itu sebaagai proses
dimana komunikator dapat menjadi komunikan, ataupun sebaliknya komunikan menjadi
komunikator.
3. Pesan
Pesan adalah inti pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator di dalam
usaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan
4. Saluran/Channel
Channel merupakan saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut dengan media, baik
media umum dan media massa.
5. Komunikasi
Komunikasi ditujukan atau diarahkan kedalam komunikasi personal, komunikasi kelompok,
dan komunikasio massa.
6. Efek
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku seseorang,
sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan
tindakan
Perbedaan persepsi
Antara satu dengan yang lain, terkadang setiap orang mempunyai penilaian dalam hal
menangkap sebuah pesan. Ada yang mengartikan sebuah bentakan sebagai sebuah
ketegasan tetapi ada yang mengartikan bentakan tersebut sebuah tindak kekerasan.
2.
Budaya
Perbedaan budaya juga menjadi salah satu pemicu terhambatnya dalam sebuah
komunikasi, terlebih jika masing-masing pihak tidak mengerti bahasa yang digunakan.
3.
Karakter Dasar
Seperti yang saya kutip dari situs anneahira.com, manusia pada dasarnya memiliki empat
karakter dasar yaitu, koleris, melankolis, plegmatis, dan sanguinis. Koleris adalah karakter
yang suka menyinggung perasaan, melankolis adalah karakter yang lembut dan perasa,
sanguinis adalah karakter yang santai, dan plegmatis adalah karakter yang suka mengalah.
4.
Kondisi
Ini juga salah satu pemicu terhambatnya komunikasi. Contohnya saat komunikasi terjadi
antara dua pihak, dimana pihak pertama dalam kondisi tidak enak. Akibatnya, kondisi
tersebut mempengaruhi cara penangkapan pesan dari lawan bicara
a. Komunikasi lisan
b. Komunikasi Tertulies
c.
Komunikasi Verbal
a. Komunikasi ke atas
b. Komunikasi ke bawah
c.
g.
3.
Menurut Lawan
4.
Menurut Keresmiannya
a. Komunikasi Formal
b. Komunikasi Informal
Faktor Ekstern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan.
Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh
karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya
dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena
lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk
faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.
2.
Faktor Intern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang
dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
-
problem keuangan
Strategi terencana
2.
3.
4.
5.
1. Program ini dipimpin dan didukung dari atas, dapat juga menggunakan pihak ketiga (atau
agen perubahan) untuk mendiagnosis masalah dan memperbaikinya, atau mengatasi
perubahan melalui berbagai jenis kegiatan yang direncanakan, atau intervensi.
3. Program ini berhubungan dengan bagaimana organisasi bertindak pada waktu perubahan
terjadi, dengan menggunakan proses seperti interaksi, komunikasi, perencanaan peran
serta, dan benturan.
TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
Berikut adalah tipe kepemimpinan seperti saya kutip dari kadri-blog.blogspot.com
1.
Tipe Otokratik
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat
egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan
keakuannya
2.
Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat
tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional
ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang
tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau
panutan masyarakat.
3.
Tipe Kharismatik
karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu
memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang
pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut
meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa
orang tersebut dikagumi.
4.
TEORI KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain
untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Berikut teori kepemimpinan :
1.
2.
Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan
batasan kepada bawahan.
3.
4.
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5.
Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
Daftar Pustaka:
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
http://imamfahruzisulistyono.blogspot.com/2011/12/komunikasi-dan-kepemimpinan.html
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhamat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi/
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/10/komunikasi-verbal-dan-non-verbal.html
Dilihat dari arah udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi di klompokan menjadi dua, yaitu:
a. Bunyi egresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara menuju keluar melalui rongga mulut atau
rongga hidung.
b. Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang dihasilkan dari arah udara masuk kedalam paru-paru.
4. Pita Suara
Dilihat dari bergetar tidaknya pita suara ketika bunyi dihasilkan bunyi dapat di klompokkan menjadi
dua, yaitu:
a. Bunyi mati atau bunyi tak bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara tidak melakukan
gerakan membuka menutup shingga getarannya tidak signifikan.
Contoh : bunyi (k), (p), (t), (s).
b. Bunyi hidup atau bunyi bersuara, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan pita suara melakukan
gerakan membuka dan menutup secara cepat sehingga bergetar secara signifikan.
Contoh : bunyi (g), (b), (d), (z).
5. Lubang Lewatan Udara
Dilihat dari lewatan udara ketika bunyi dihasilkan, bunyi diklompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga mulut, dengan
menutupkan velik pada dinding faring.
Contoh: bunyi (k)
b. Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga hidung , dengan
menutup rongga mulut dan membuka velik lebar-lebar.
Contoh: bunyi (m)
c. Bunyi sengau, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara udara keluar dari rongga mulut dan rongga
hidung, dengan membuka velik sedikit.
Misalnya terdapat pada bunyi bindheng(istilahjawa)
6. Mekanisme Artikulasi
Yang dimaksud mekanisme artikulasi adalah alat ucap mana yang bekerja atau bergerak ketika
menghasilkan bunyi bahasa. Berdasarkan keriteria ini, bunyi dikelompokan sebagai berikut:
a. Bunyi bilabial, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium) bawah dan bibir (labium )
atas.
Misalnya: bunyi (p), (b), (m), dan (w)
b. Bunyi labio-dental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium) bawah dengan gigi
(dentum)atas.
Misalnya : bunyi (f), dan (v)
c. Bunyi apiko dental,yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lidah (apeks) dan gigi(dentum)
atas.
Misalnya : bunyi (t) pada ( pintu) , (d) pada (dadi), dan (n) pada (minta)
d. Bunyi apiko-alveolar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah (apeks) dan gusi
(alveolum) atas.
Misalnya : (t) pada (pantun), (d) pada (dudU?), dan (n) pada (nama)
e. Bunyi lamino-palatal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah (lamina) dan langitlangit keras (palatum).
Misalnya : (c), (j), (), ()
f. Bunyi dorso-velar, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah (dorsum) dan langitlangit lunak (velum).
Misalnya : (K), (g), (x), ()
g. Bunyi dorso-uvular, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah (dorsum) dan anak
tekak (uvula).
Misalnya: (q), dan (R).
h. Bunyi laringal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorok (laring).
Misalnya: (h).
i. Bunyi glotal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau clah (glotis) pada pita suara.
Misalnya: (?) hamzah
7. Cara Gangguaan
Dilihat dari cara gangguan arus udara oleh artikulator ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat
diklompokkan sebagai berikut.
a. Bunyi stop (hambat), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat sehingga
udara terhenti seketika, lalu dilepaskan kembali secara tiba-tiba. Tahap pertama (penutupan) disebut
implosif(stop implosif), tahap kedua (pelepasan) disebut eksplosif (stop eksplosif).
Misalnya: (p) pada (atap) disebut bunyi implosive, (p) pada (paku) disebut bunyi eksplosif.
Contoh bunyi stop lainnya: (b), (t), (d), (k), (g), (?).
b. Bunyi kontinum(alir), kebalikan dari bunyi stop, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara
tidak ditutup secara total sehingga arus udara tetap mengalir.berarti, selain bunyi-bunyi stop
merupakan bunyi kontinum, seperti, bunyi afrikatif, frikatif, tril dan lateral.
c. Bunyi afrikatif (panduan), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat, tetapi
kemudian dilepaskan secara berangsur. Misalnya, (c), dan (j)
d. Bunyi frikatif (geser), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara dihambat sedemikian
rupa sehingga udara tetap dapat keluar. Misalnya, (f), (v), (s), (z), (), (x).
e. Bunyi tril (getar), yaitu bunyi yang dihasilkan denagn cara arus udara ditutup dan dibuka berulangulang secara cepat. Misalnya, (r), dan (R)
f. Bunyi lateral (sampingan), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup sedemikian
rupa sehingga udara masih bias keluar melalui salah satu atau kedua sisinya. Misalnya, (l) pada
(lima).
g. Bunyi nasal (hidung),yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara yang lewat rongga mulut
ditutup rapat, tetapi arus udara dialirkan lewat rongga hidung. Mialnya, (m), (n), (), ().
8. Tinggi-Rendahnya Lidah
Dilihat dari tinggi rendahnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi empat,
yaitu:
a. Bunyi tinggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meniggi, mendekati langit-langit
keras. Misalnya, (i) pada (kita), (u) pada (hantu).
b. Bunyi agak tingggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meninggi, sehingga agak
mendekati langit-langit keras. Misalnya, (e) pada lele, (o) pada (soto).
c. Bunyi tengah, yaitu bunyi yang dihasilakan dengn cara posisi lidah di tengah. Misalnya, ( )
d. Bunyi agak rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah agak merendah, sehingga
agak menjauhi langit-langit keras. Misalnya, ()pada kata (p p ?), () pada kata ( l ?), () pada
(jOrO?), (O) pada (pOkO?).
e. Bunyi rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah merendah, sehingga jauh dari
langit-langit keras. Misalnya, (a)pada (bata), (a) pada (armada), () pada (allh), () pada (rhmat).
9. Maju Mundurnya Lidah
Dilihat dari maju mundurnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
a. Bunyi depan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian depan lidah dinaikkan. Misalnya, (i),
(),(e), (), (a).
b. Bunyi pusat, yaitu bunyi yang dihasillkan dengan cara lidah merata., tidak ada bagian lidah yang
diinakkan. Misalnya, ( )
c. Bunyi belakang, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian belakang lidah dinaikkan.
Misalnya, (u), (U), (o), (O), ().
10. Bentuk Bibir
Dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi dua, yiatu:
a. Bunyi bulat, yaitu buunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir berbentuk bulat. Misalnya, (u),
(U), (o), (O), ().
b. Bunyi tidak bulat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir merata atau tidak bulat.
Misalnya, (i), (),(e), (), (a).
2.3 DESKRIPSI BUNYI SEGMENTAL BAHAS INDONESIA
Masnur. 2008. Bunyi segmental, baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh penutur bahasa
Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai distribusi dan lingkungan. Tetapi,
paling tidak jumlah dan variasi bunyi tersebut biasa di deskripsikan sebagai berikut.
1. Bunyi Vokoid
Bunyi Ciri-ciri Contoh kata
(i) Tinggi, depan, tak bulat (bila) bila
() Agak tinggi, tak bulat (ad ?) adik
(e) Tengah, depan, tak bulat (ide) ide
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas, kami dapat menarik kesimpulan
bahwa bunyi segmental merupakan salah satu ilmu fonologi yang sangat
penting dalam ilmu bahasa yang berfungsi sebagai alat komunikasi.
Karena dengan adanya bunyi segmental, maka kita dapat membedakan
makna kata dalam setiap ucapan maupun pendengaran.
Dalam penuturan bahasa Indonesia tinggi rendahnya (nada) suara
tidak fungsional atau tidak membedakan makna. Berbeda dengan nada,
tekanandalam tuturan bahasa Indonesia berfungsi membedakan maksud
atau
panjang-pendek ucapan
dalam
bahasa
Indonesia
tidak
DAFTAR PUSTAKA
1.
Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Blog ini
Web
1.Tekanan (stress)
Macam-macam tekanan:
1. Tekanan keras (bertekanan) [... ..]
2. Tekanan lunak (tak bertekanan) tanpa tanda diakritik
Tekanan dalam bahasa Indonesia bersifat Nondistingtif (tidak membedakan makna).
Contoh dalam bahasa inggris:
1. Refuse tekanan pada suku kata pertama
Menyatakan kata benda sampah
2. Refuse tekanan pada suku kata terakhir
Menyatakan kata kerja menolak
3.Nada (Spitch)
Adalah tinggi rendahnya bunyi ujaran.Hal ini disebabkan oleh adanya factor
ketegangan pita suara,arus udara,dan posisi pita suara ketika bunyi itu
diucapkan.Makin tegang pita suara yang disebabkan oleh kenaikan arus udara
dari paru-paru,makin tinggi pula nada bunyi tersebut.Begitu juga posisi pita
suara.Pita suara yang bergetar lebih cepat akan menentukan tinggi nada suara
ketika berfonasi.
Tanda fonetis untuk menyatakan nada:
Tanda /v/ menyatakan fonem segmental vokal
/v1/ nada rendah
/v2/ nada sedang
/v3/ nada tinggi
/v4/ nada sangat tinggi
Contoh dalam bahasa Vietnam:
1. [ma1] hantu
2. [ma2] memeriksa
3. [ma3] tetapi
4. [ma4] makam
Sendi adalah peralihan dari satu bunyi ke bunyi yang lain dengan terdapat
perhentian sejenak.
Macam-macam sendi:
1. Sendi tutup (close juncture) yaitu sendi yang ada di dalam kata
2. Sendi buka (open juncture) yaitu sendi yang mengakhiri kata
3. Sendi buka dalam (internal open juncture) yaitu sendi buka yang menandai
peralihan di dalam kata.
Contoh:
1. Kemeja
Sendi yang terjadi yaitu /ke/ dengan /me/ dan /me/ dengan /ja/.Sendi /ke/ dengan
/me/ dan /me/ dengan /ja/ disebut sendi tutup.Sedangkan sendi sebelum /ke/ dan
sesudah /ja/ disebut sendi buka.
2. Beruang memiliki uang
Beruang nama binatang
Sendi sebelum /u/ lebih panjang untuk kata pertama daripada kata kedua.
Simbol secara fonetis untuk menandakan sendi:
1. Sendi tutup tanda palang (+)
2. Sendi buka tanpa symbol
Misal: ke + meja (ia melempar uang logam ke meja itu)
Jeda adalah perhentian yang menandai batas terminal intonasi kalimat.
Macam-macam jeda:
1. Jeda final yaitu perhentian berada di akhir kalimat dan menandai intonasi
berakhir.
2. Jeda nonfinal yaitu perhentian berada di tengah kalimat yang menandai frase
tertentu.
Notasi yang digunakan:
1. Jeda final palang ganda ( # )
2. Jeda nonfinal garis miring ( / )
Contoh:
5.Aksen (Accent)
6.Intonasi
7.Ritme
Adalah pola pemberian tekanan pada kata dalam kalimat.Atau ritme merupakan
perpaduan antara jangka dan tekanan.
Dalam bahasa Indonesia ritme didasarkan pada jumlah suku kata yang ada
dalam kalimat.
Contoh:
1. John disini kini
2. Guru besar itu di Bandung malam ini.
Kedua kalimat diucapkan dalam waktu yang berbeda.Kalimat (1) terdiri atas 6
suku kata yang diucapkan lebih pendek daripada kalimat (2) yang terdii atas 13
suku kata.
http://akbarfaurazi.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-unsur-dan-klasifikasibunyi.html