PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Hidrosefalus masih merupakan suatu masalah penting dalam dunia kedokteran
Perumusan masalah
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
1 Pengertian penyakit hidrosefalus
Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani:
"hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini
sering dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan
aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan
serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural.
Penyakit ini merupakan salah satu jenis penyakit bawaan yang cukup sering
terjadi pada bayi baru lahir dan balita. Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak
yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah
dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel
(Darsono, 2005:209) .
2. Penyebab penyakit hidrosefalus
Penyebab pasti terjadinya kelainan bawaan sampai sekarang masih belum
jelas. Biasanya terjadi pada kehamilan yang si ibu masih muda usianya, dan
disebabkan oleh:
1. Kekurangan oksigen (hipoksia)
2. Radiasi
3. Kekurangan nutrisi
4. Radang atau infeksi
5. Cedera atau trauma
6. Obat-obatan
7. Hormonal
Pada hidrosefalus, pengumpulan cairan otak yang berlebihan dalam ruangan
otak dapat terjadi karena:
1. Produksi cairan otak yang berlebihan,
2. Gangguan aliran cairan otak,
3. Gangguan proses penyerapan (absorbsi) cairan otak.
Keadaan-keadaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal yang bisa
dikelompokkan menjadi 3 golongan besar, yaitu:
penyumbatan sebagian atau total. Anomali Arnold-chiari ini dapat timbul bersama
dengan suatu meningokel atau suatu meningomielokel.
c. Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus.
Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV
dan hipoplasi vermis serebelum. Kelainan berupa atresia kongenital foramen
Luschka dan Magendie dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran
sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga
merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior. Hidrosefalus yang
terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga
subarakhnoid yang tidak adekuat, dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun
80% kasusnya biasanya tampak dalam tiga bulan pertama. Kasus semacam ini
sering terjadi bersamaan dengan anomali lainnya seperti: agenesis korpus
kalosum, labiopalatoskisis, anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
d. Kista araknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu
hematoma.
e. Anomali pembuluh darah
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hidrosefalus akibat aneurisma arteriovena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus
transversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi
obliterasi ruangan subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis
purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat
purulen di akuaduktus Sylvii atau sisterna basalis. Lebih banyak hidrosefalus
terdapat pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu
sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis
terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan
daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama
atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologinya tidak
dapat diketahui, dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik. Dari
bukti eksperimental pada beberapa spesies hewan mengisyaratkan infeksi virus
pada janin terutama parotitis dapat sebagai faktor etiologi (Ngoerah, 1991).
3.
aliran
cairan
otak
karena
penyumbatan.
Pada keadaan normal, cairan otak di bentuk di dalam rongga vertikel di otak.
Cairan ini kemudian mengalir dengan darah tertentu. Di beberapa tempat melalui
jalan yang sempit, hingga akhirnya keluar di daerah otak kecil (serebelum) di
belakang kepala. Dari sini cairan otak mengalir keseluruh permukaan otak dan
sumsum tulang belakang. Akhirnya, cairan otak di serap kembali di rongga di
bawah selaput otak (subaraknoid) dan masuk kembali ke pembuluh darah balik
otak (sinus sagitalis superior). Nah, adanya penyumbatan di tempat tertentu, yaitu
di jalan sempityang di lalui cairan otak waktu mengalir keluar dari rongga vertikal
otak, di namakan Hidrosefalus non komunikans atau tersumbat. Biasanya ini
akibat kelainan bawaan, tumor dan infeksi penyerapan kembali cairan otak yang
tak memadai di dalam kepala.
Paling sering di temukan. Bentuk ini di namakan hidrosefalus komunikans.
Penyebabnya, dapat karena kelainan bawaan/didapat, semisal setelah sakit radang
selaput otak (meningitis) atau perdarahan di bawah selaput otak. Produksi cairan
otak berlebihan.Penyebabnya, bisa karena ada tumor di daeral pleksus khoroidalis
(papiloma). Tumor ini jarang di temui (1-4 persen tumor otak pada anak). Perlu di
tambahkan pula di sini, beberapa infeksi di kandungan dapat menyebabkan terjadi
hidrosefalus. Biasanya infeksi terjadi pada kehamilan muda sampai trimester
kedua. Infeksinya karena tertelannya cairan ketuban yang tercemar bakteri oleh
janin atau melelui uri (trans-plasantal). Biasanya akibat toksoplasmosis, sifilis,
rubella (campak jerman) sitomegalavirus dan virus lainnya, toksoplasma
disebabkan protozoa toksoplasma gondii, sejenis parasit yang dapat menginfeksi
burung-burung dan mamalia (kucing dan sebagainya).
resonansi seperti bunyi kendi retak (cracked pot resonance). Tanda ini dinamai
Macewens sign. Tidak jarang dijumpai tanda-tanda paraparesis spastik dengan
reflek tendon lutut atau Achilles yang meningkat serta dengan Babinski yang
positif kanan dan kiri.
Menurut Harsono (1996), pada neonatus gejala yang paling umum dijumpai
adalah iritabilitas. Sering kali anak tidak mau makan dan minum, dan kadangkadang kesadaran menurun ke arah letargi. Anak kadang-kadang muntah, jarang
yang bersifat proyektil. Pada masa neonatus ini gejala-gejala lainnya belum
tampak. Kecurigaan akan hidrosefalus bisa berdasarkan gejala-gejala tersebut di
atas, sehingga dapat dilakukan pemantauan secara teratur dan sistemik.
2.
Awitan
hidrosefalus
terjadi
pada
akhir
masa
kanak-kanak
Jika hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak, maka pembesaran kepala
tidak bermakna, tetapi pada umumnya anak mengeluh nyeri kepala sebagai
manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas atau tidak
menentu. Kadang-kadang anak muntah di pagi hari. Dapat disertai keluhan
penglihatan
ganda
(diplopia)
dan
jarang
diikuti
penurunan
visus.
Gangguan motorik dan koordinasi dikenali melalui perubahan cara berjalan. Hal
demikian ini disebabkan oleh peregangan serabut kortikospinal korteks parietal
sebagai akibat pelebaran ventrikulus lateral. Serabut-serabut yang lebih kecil yang
melayani tungkai akan terlebih dahulu tertekan, sehingga menimbulkan pola
berjalan yang khas (Harsono, 1996). Kombinasi spastisitas dan ataksia yang lebih
mempengaruhi tungkai daripada lengan sering ditemukan, demikian pula
inkontinensia urin (Huttenlocher, 1983).
Anak dapat mengalami gangguan dalam hal daya ingat dan proses belajar,
terutama dalam tahun pertama sekolah. Apabila dilakukan pemeriksaan
psikometrik maka akan terlihat adanya labilitas emosional dan kesulitan dalam hal
konseptualisasi (Harsono, 1996). Fungsi bicara seringkali masih baik, sehingga
bermanifestasi sebagai ocehan kosong yang agak karakteristik (Huttenlocher,
1983).
Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di
bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran
kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar
kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal, atau persentil 98
dari kelompok usianya.
Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:
a. Fontanel anterior yang sangat tegang.
b. Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
c. Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.
d. Fenomena matahari tenggelam (sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar
dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan
kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala
gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi).
Gejala-gejala penyakit hidrosefalus biasanya memang tidak langsung
terlihat, hal ini dipengaruhi oleh faktor umur, seberapa besar kerusakan yang
terjadi pada otak, dan seberapa banyak jumlah peningkatan cairan CSF di otak.
Pada bayi dibawah usia 2 tahun gejalanya:
Kejang
Muntah-muntah
Pembesaran kepala tidak jelas lagi karena kepala anak sudah tertutup
ubun-ubunnya
yang berat
Demam
4.
Kejang
Mual, muntah
10
BAB 3
PENUTUP
1.Kesimpulan
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel . Penyebab
penyakit Hidrosefalus : kekurangan oksigen(hipoksia) , radiasi , kekurangan
nutrisi , radang atau infeksi , cedera atau trauma , obat-obatan , dan hormonal .
Cara penyembuhan dari penyakit Hidrosefalus adalah mengurangi produksi CSS ,
mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi ,
dan pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial.
2.Saran
o Sebaiknya pada ibu hamil tidak terlalu banyak mengkonsumsi obat obatan
dan selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan sehat .
o
11
DAFTAR PUSTAKA
Haws, paulette s. 2008.Asuhan neonatal rujukan cepat.Jakarta: EGC
Subekti, nike budhi. 2007. Buku saku managemen masalah BBL. Jakarta : EGC
Surasmi, asriningsih dkk. 2003. Perawatan bayi resiko tinggi. Jakarta : EGC
http://liaerviyanti.blogspot.com/2012/11/makalah-penyakit-hidrosefalus.html
12