KELOMPOK 3
Nama Anggota :
Vhopie Charua Bhiesma
( 04121003026 )
( 04121003043 )
( 04121003053 )
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2015 / 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah lansia di negara-negara berkembang pada beberapa tahun ini
meningkat. Di Indonesia tahun 2000 proporsi penduduk lanjut usia adalah
7,18 % dan tahun 2010 meningkat sekitar 9,77 %, sedangkan tahun 2020
diperkirakan proporsi lanjut usia dari total penduduk Indonesia dapat sampai
11,34 %. Pada saat ini jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia berjumlah
sekitar 24 juta jiwa dan tahun 2020 diperkirakan 30 sampai 40 juta jiwa
(Komnas Lansia, 2011). Semakin panjangnya usia harapan hidup akan
semakin banyak kelainan atau penyakit yang prevalensinya meningkat
bertambahnya usia, sistem organ mengalami penuaan akan rentan terhadap
penyakit.
Pada umumnya pola penyakit utama pada lanjut usia didominasi oleh
penyakit-penyakit yang tergolong degenerative. Meskipun tidak semua lanjut
usia mengalami gangguan kesehatan namun para lanjut usia menunjukkan
kecenderungan prevalensi salah satunya yaitu penyakit hipertensi (Tamher &
Noorkasiani, 2009).
Menurut kamus kedokteran Dorland, Hipertensi adalah tekanan darah
arterial yang tetap tinggi, tidak memiliki sebab yang diketahui atau berkaitan
dengan penyakit lain ( Kumala, Poppy, 1998 ). Menurut organisasi kesehatan
dunia (WHO) tekanan darah normal bagi setiap orang adalah 120/80 mmHg.
Dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007-2008, kejadian prevalensi
hipertensi di Indonesia telah mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa.
Hipertensi menjadi penyakit penyebab kematian nomor tiga setelah stroke
dan tuberculosis di Indonesia (Syamsudin, 2011).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. ( Brunner dan Sudarth, 2001 ).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg ( Sylvia Price : 2005 ).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan ( morbiditas ) dan angka kematian ( mortalitas ).
( Kushariyadi : 2008 ).
2.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi berdasarkan penyebab hipertensi dibedakan menjadi :
1. Hipertensi Esensial / Hipertensi primer
Penyebab hipertensi primer belum diketahui namun ada beberapa faktor
resiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah yaitu :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih
besar
untuk
mendapatkan
hipertensi
jika
umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin (lakilaki lebih tinggi dari perempuan), ras ( kulit hitam lebih banyak dari
kulit putih).
Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi
stres,
merokok, minum
prednison,
epinefrin)
tumpr
Penyakit vascular : Aterosklerosis, hiperplasia, trombosis, aneurisma,
emboli kolesterol dan vaskulitis
Kelainan endokrin : diabetes melitus, hipertiroidisme, hipotiroidisme
Penyakit saraf
Obat-obatan
(mmHg)
Normal
Prahipertensi
g)
<120
120-
<80
80 - 89
Hipertensi derajat 1
139
140-
90 - 99
159
Hipertensi derajat 2
160
TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik
100
Tekanan Darah
Sistolik
<130
130-139
Normal
Pembatas ( high normal )
Hipertensi
Derajat 1 : ringan( mildn)
140-159
Derajat
2
:
sedang 160-179
( moderate )
Derajat 3 : berat ( severel )
Derajat 4: sangat berat
180-209
210
Diastolik
<85
90-99
100-109
110-119
120
Catatan : jika penderita mempunyai tekanan sistolik dan diastolik yang tidak
termasuk dalam satu kriteria maka ia termasuk dalam kriteria yang lebih tinggi.
Misalnya seseorang yang mempunyai tekanan darah 180/120 mmHg .
Berdasarkan ketentuan tergolong ke hipertensi derajat 4 atau sangat berat.
2.3 Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer.
Konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipust vasomotor pada
medula diotak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
bergerak ke sistem saraf simpatis ke gaglia sympatis. Neuron pra ganglion
melepaskan asetilkolin dan merangsang serabut saraf pasca ganglion sehingga
pembuluh darah melepaskan norefinefrin terjadi konstriksi pembuluh darah.
Rasa cemas, takut mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokonstriktor. Dimana kelenjar adrenal terangsang, meningkatkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol, steroid memperkuat respon
vasokonstriksi pembuluh darah sehingga menurunkan aliran darah ke ginjal dan
melepas renin.
Renin mengubah angiotensin I,II mensekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi Na dan Air ditubulus ginjal sehingga
meningkatkan volume intravaskuler, terjadi hipertensi.
Namun ada beberapa faktor yang berpengaruh pada pengendalian Tekanan Darah
yaitu sebagai berikut :
Asupan Garam berlebih : meningkatkan volume cairan
Jumlah nefron berkurang : retensi Na ginjal, penurunan permukaan filtrasi
Stress : penurunan permukaan filtrasi, aktivitas berlebih saraf simpatis, renin
angiotensin berlebih
Perubahan genetis : perubahan membran sel terjadi konstriksi fungsional,
hipertrofi struktural
Obesitas : Terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat (hiper insulinemia).
Hilangnya
elastisitas
pada :
Jumlah
stre
garam
nefron
berlebih
berkuran
obesitas
Hiper
Perubahan
insulinemi
genetis
g
Retensi
Permukaan
Na
filtrasi
Ginjal
Vol. cairan
Aktivitas
Renin
Perubahan
berlebihan
angiotensi
membran
saraf simpatis
berlebih
sel
Konstriksi
Konstriks
Hipertrofi
Vena
struktural
Preload
kontraktilitas
fungsioni
l
Hiperten
( faktor- faktor yang mempengaruhi
tekanan darah )
si ntung
2.4 Tanda dan gejala Hipertensi
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada
setiap orang, bahkan kadang timbul tanpa gejala. Pada lansia dan orang biasa bisa
dikatakan gejala hipertensi sama sedangkan tanda hipertensinya berbeda. Secara
akibat
Olahraga teratur selama 30 menit sebanuak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar
HDL , yang dapar mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, untuk mengurangi efek
jangka panjang karena dapat menurunkan aliran darah ke berbagaiorgan dan
dapat meningkatkan kerja jantung.
5. Terapi - terapi Komplementer untuk Hipertensi berupa :
A. Terapi Tertawa
Darmojo dan Martono (2004) menjelaskan penatalaksanaan hipertensi
yang dianjurkan bagi lansia adalah terapi nonfarmakologis, salah satunya
c. Kokang secukupnya 2-3 kali, tidak terlalu kuat atau lemah, kemudian
geserkan gelas bekam ke bagian titik yang dibekam, tanpa melepas
penyedotnya. Jika terlalu lemah sedotannya maka gelas bekam akan lepas,
sedot lagi secukupnya. Cara ini disebut "Bekam Luncur", untuk
mendapatkan kelenturan kulit dan daging sebelum bekam kering, serta
memberikan efek nyaman pada klien.
d. Kokang atau sedot secukupnya 4-5 kali sehingga gelas menempel berada
di daerah yang dibekam, kemudian tunggu 5-7 menit.
e. Bukalah penutup gelas bagian atas agar udara dapat masuk, sehingga gelas
bekam mudah diambil.
f. Ambil lancet pen lalu tusukkan ke daerah yang di bekam secukupnya
(jangan terlalu dalam dan banyak sayatan) dan arah sayatan harus searah
dematom kulit (jangan berlawanan karena saraf dan pembuluh darah bisa
terputus).
g. Ambil gelas dan pemantiknya, arahkan ke tempat semula, lalu kokang
secukupnya. Kemudian tunggu sampai darah keluar 5-7 menit.
h. Ambil tissu dan letakkan di bawah gelas dengan tangan kiri, lalu perlahan
buka penutup udara bagian atas gelas dan segera buka, ditekan lalu arahkan
agar darah masuk semua ke dalam gelas bekam dengan tangan kanan. Tahan
tissu dengan tangan kiri sampai sisa darah habis dan bersihkan dengan tissu
tersebut sampai bersih.
i. Bersihkan gelas bekam yang berisi darah dengan tissu.
j.Tutup luka sayatan/tusukan dengan membersihkan sisa darah dan
mengoleskan betadine. Luka akan tertutup dan sembuh dalam waktu 3 hari.
C. Terapi Relaksasi
Terapi relaksasi ditujukan untuk menangani faktor psikologis dan stress
yang dapat emnyebabkan hipertensi. Hormon epineprin dan kortisol yang
dilepaskan saat stress menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan
menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya
peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stress dan sejauh mana
kita dapat mengatasinya. Penanganan stress yang adekuat dapat berpengaruh
baik terhadap penurunan tekanan darah. Relaksasi yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan teknik pernapasan yang ritmis dan alami. Di
dalam relaksasi harus melakukan pernapasan yang ritmis agar dapat
mencapai hasil relaksasi yang optimal melalui penurunan gelombang otak
dari gelombang beta ke gelombang alpha. Pernapasan dengan irama yang
teratur akan menenangkan gelombang otak serta merelaksasikan seluruh otot
dan jaringan tubuh.
Langkah-langkah melakukan relaksasi dengan mendengarkan musik :
1. Siapkan musik klasik
2. Duduk di kursi dengan tenang dan santai, posisi tulang punggung tegak
lurus
3. Pusatkan pikiran
4. Bernapaslah secara alamiah, secara wajar
5. Tarik nafas perlahan melalui hidung dan hembuskan melalui mulut
6. Lakukan berulang-ulang selama 10 - 15 menit.
D. Teknik Massase
Menurut (Wijanarko.et.al, 2010), teknik masase yang digunakan yaitu:
a. Effleurage (Menggosok)
Calsium Channel
Blocker
( CCB) Penyekat
saluran kalsium
Daftar Pustaka
Aspiani, Reny Yuli. ( 2014 ). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik
Aplikasi NANDA, NIC dan NOC jilid 1. Jakarta : Trans Info Media
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Ed. IV. Jilid 1. .Jakarta : InternalPublishing
Rostika
PENATALAKSANAAN
Flora,
Sigit
NON
KOMPLEMENTER SEBAGAI
Purwanto.
(2011
dan
FARMAKOLOGIS
UPAYA
2012
).
TERAPI
Pustaka
Imam
As
Syafii.
Di
unduh
melalui