GUNUNGAPI IJEN
Disusun Oleh :
Megasari Widyastuti
(111.130.006)
Herdinantyo Ari K.
(111.130.024)
(111.130.028)
Elizabhet Ortarita M. A.
(111.130.035)
Syifa Oktaviani S.
(111.130.085)
Lulu Jandini
(111.130.092)
I. Jenis Magma
Terjadinya berbagai batuan beku karena adanya 2 jenis magma yang
berasimilasi. Magma basaltis berdeferensiasi membentuk larutan jenis magma
kemudian membentuk berbagai jenis batuan.
Untuk menjelaskan bagaimana batuan yang bersifat basa, intermediate, dan
asam itu dapat terbentuk dari satu jenis magma saja? Jawabannya adalah melalui proses
Diferensiasi Magma dan proses Asimilasi Magma. Magma ialah cairan silikat yang
cair dan pijar, banyak mengandung zat-zat volatil sehingga mudah bergerak di dalam
bumi. Dengan melihat komposisi mineral dan teksturnya, dapat diketahui jenis magma
asal, tempat pembentukan, pendugaan temperatur pembentukan dll. Sebenarnya ada 3
jenis magma: yaitu magma basa, magma intermediate, dan magma asam
Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan
asam dapat terjadi melalui proses diferensiasi magma. Pada tahap awal penurunan
temperatur magma, maka mineral-mineral yang akan terbentuk untuk pertama kalinya
adalah Olivine, Pyroxene dan Ca-plagioklas dan sebagaimana diketahui bahwa
mineral-mineral tersebut adalah merupakan mineral penyusun batuan ultra basa.
Dengan terbentuknya mineral-mineral Olivine, pyroxene, dan Ca-Plagioklas
maka konsentrasi larutan magma akan semakin bersifat basa hingga intermediate dan
pada kondisi ini akan terbentuk mineral mineral Amphibol, Biotite dan Plagioklas yang
intermediate (Labradorite Andesine) yang merupakan mineral pembentuk batuan
Gabro (basa) dan Diorite (intermediate).
Dengan terbentuknya mineral-mineral tersebut diatas, maka sekarang
konsentrasi magma menjadi semakin bersifat asam. Pada kondisi ini mulai
terbentuk mineral-mineral K-Feldspar (Orthoclase), Na-Plagioklas (Albit),
Muscovite, dan Kuarsa yang merupakan mineral-mineral penyusun batuan Granite dan
Granodiorite (Proses diferensiasi magma ini dikenal dengan seri reaksi Bowen).
Kelas : A
Kelas : A
III.
Kelas : A
IV.
Kelas : A
Gambar 5. Grafik
Kelas : A
Berdasarkan Diagram dan Grafik Percellio dan LeBas, diketahui magma pada
Gunung Ijen berkomposisi Trachy-Andesit dengan kandungan SiO2 55,26% (data
Geokimia Gunung Ijen ESDM 2001).
Kelas : A
Dari sejarah kegiatannya, sejak tahun 1991 letusan freatik terjadi setiap satu
sampai 3 tahun sekali. Sedangkan tahun 1917 sampai 1991 periode letusan tercatat 6
sampai 16 tahun sekali. Letusan besar yang menelan korban manusia adalah pada tahun
1817.
Adanya daerah alterasi dan bekas kawah yang terisi air/berupa danau di daerah
puncak memungkinkan terjadinya erupsi freatik yang dapat menyebabkan terjadinya
base surge. Sebagaimana awan panas ataupun lava, sebaran base surge juga sering
mengikuti daerah rendah atau mengikuti lembah/hulu sungai di bagian lereng atas.
Kesamaan pola sebaran antara potensi bahaya awan panas dan base surge dan erupsi
freatik/preato-magmatis yang biasanya tidak sekuat erupsi magmatis, sehingga sebaran
base surge tidak akan lebih jauh dari awan panas.
Kelas : A
Daftar Pustaka
CAS, R. A. F and Wright, J.V 1990. Volcanic Successions. Allen & UNWIN
Publishig. London
Henri Bougault. 1993. Fast and Slow Spreading Ridges: Structure and
Hydrothermal Activity, Ultramafic Topographic Highs, and CH4 Output.
Journal Of Geophysical Research , Vol . 98, No . B6, Page S 9643-9651.
Kelas : A