PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi
bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika
sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel
tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.
Aids (acquired Immunodificiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus
HIV (Human Immunodificiency virus) yang termasuk famili retroviridae. AIDS
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.( Sudoyo aru, DKK 2009)
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan
ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan
imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan
dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and
Prevention, 2005).
Pada tahun 1993, definisi kasus dikembangkan lebih lanjut dengan mencakup orang
yang terinfeksi HIV dengan jumlah sel T CD4+ kurang dari 200 per mikroliter,walaupun
tanpa gejala,serta individu yang terinfeksi HIV dengan tuberkulosis (TB) paru,
pneumonia berulang, atau karsinoma serviks invasif. Definisi ini kompleks dan
komprehensif ; namun,dokter sebaiknya mengganggap bahwa penyakit HIV lebih
merupakan suatu spektrum luas yang berkisar dari infeksi primer, dengan atau tanpa
sindroma HIV akut, sampai keadaan infeksi asimtomatik sampai penyakit lanjut (lihat
bawah), daripada memfokuskan diri dengan ada tidaknya AIDS, definisi ketat yang
dibuat bukan untuk tujuan perawatan praktis tetapi untuk surveilans. (Harrison, 2000).
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari
kelompok Virus yang dikenal RetroVirus yang disebut Lypadenopathy Associated Virus
(RetroVirus).Retrovirus
mengubah
asam
rebonukleat(RNA),
menjadi
asam
KMB II (A I D S) | 2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 KONSEP MEDIK
1.1.1 Anatomi Fisiologi
Pengertian sistem imun
Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia
sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme,
termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam
perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas,
dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor. (Wikipedia.com)
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus,
serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang
dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis
kanker.
Letak sistem imun
KMB II (A I D S) | 3
Sumsum
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang.
Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih (termasuk limfosit
dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat
lain.
Timus
Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum lepas ke
dalam sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk mengembangkan atribut penting
Mekanisme Pertahanan
non Spesifik
respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh
kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar
lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata.
Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan
komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.
Mekanisme Pertahanan Spesifik
KMB II (A I D S) | 4
Selular)
Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan atau
tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh
imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin
yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.
Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen yang
diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya.
Antibodi (Immunoglobulin)
Antibodi (bahasa Inggris:antibody, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan
struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel
plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Pembagian
Immunglobulin
Antibodi A (bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang
memainkan peran penting dalam imunitas mukosis (en:mucosal immune). IgA banyak
ditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata, kolostrum dan susu) sebagai
sIgA (en:secretoryIgA) dalam perlindungan permukaan organ tubuh yang terpapar dengan
mencegah penempelan bakteri dan virus ke membran mukosa. Kontribusi fragmen konstan
sIgA dengan ikatan komponen mukus memungkinkan pengikatan mikroba.
Antibodi D (bahasa Inggris: Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah monomer dengan
fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD ditemukan pada permukaan pencerap sel B
bersama dengan IgM atau sIga, tempat IgD dapat mengendalikan aktivasi dan supresi sel B.
IgD berperan dalam mengendalikan produksi autoantibodi sel B. Rasio serum IgD hanya
sekitar 0,2%.
Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis antibodi
yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE memiliki peran yang besar pada alergi
terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE juga tersirat dalam sistem kekebalan yang
merespon cacing parasit (helminth) seperti Schistosoma mansoni, Trichinella spiralis, dan
KMB II (A I D S) | 5
Definisi
Aids (acquired Immunodificiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus
HIV (Human Immunodificiency virus) yang termasuk famili retroviridae. AIDS
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.( Sudoyo aru, DKK 2009)
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan
ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan
imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian
dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and
Prevention, 2005).
AIDS mula-mula disefinisikan untuk kepentingan surveilans oleh CDC (sebelum
diketahuinya HIV sebagai agen etiologik) sebagai adanya penyakit oportunis yang
setidaknya mengisyaratkan adanya cacat imunitas seluler tanpa didasari oleh
gangguan kekebalan yang diketahui misalnya imunosupresi iatrogenik atau
keganasan. Dengan tersedianya uji diagnostik yang sensitif dan spesifik untuk HIV,
definisi kasus AIDS telah mengalami beberapa perbaikan mengenai kriteria inklusi
dan eksklusinya. Definisi kasus surveilans yang sekarang digunakan diperlihatakan
dalam tabel 279-1. Pada tahun 1993, definisi kasus dikembangkan lebih lanjut dengan
KMB II (A I D S) | 6
mencakup orang yang terinfeksi HIV dengan jumlah sel T CD4+ kurang dari 200 per
mikroliter,walaupun tanpa gejala,serta individu yang terinfeksi HIV dengan
tuberkulosis (TB) paru, pneumonia berulang, atau karsinoma serviks invasif. Definisi
ini kompleks dan komprehensif ; namun,dokter sebaiknya mengganggap bahwa
penyakit HIV lebih merupakan suatu spektrum luas yang berkisar dari infeksi primer,
dengan atau tanpa sindroma HIV akut, sampai keadaan infeksi asimtomatik sampai
penyakit lanjut (lihat bawah), daripada memfokuskan diri dengan ada tidaknya AIDS,
definisi ketat yang dibuat bukan untuk tujuan perawatan praktis tetapi untuk
surveilans. (Harrison, 2000)
1.1.3
Etiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Virus HIV di dalam tubuh manusia akan melemahkan sistem kekbalan tubuh, tetapi
pada saat ini telah diketahui pula bahwa virus HIV dapat juga menyerang sel tubuh
manusia, misalnya otak, saluran pencernaan dan saluran pernapasan.(E.Oswari, 2000)
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV
dari kelompok Virus yang dikenal RetroVirus yang disebut Lypadenopathy Associated
Virus (RetroVirus).Retrovirus mengubah asam rebonukleat(RNA), menjadi asam
Deoksiribunokleat (DNA), setelah masuk kedalam sel pejamu.
Penularan virus ditularkan melalui :
1. Hubungan seksual (anal, oral, Vaginal) yang tidak terlindungi(tanpa Kondom)
dengan orang yang telah terinfeksi HIV
2. Jarum suntik/ tindik/ tato yang tidak steril yang dipakai bergantian
3. Mendapatkan tranfusi darah yang mengandung HIV
4. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan saat
melahirkan melalui air susu ibu (ASI). (Amin huda Nurarif & Hardhi Kusuma,
2015)
1.1.4
Patofisiologi
HIV tergolong kedalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang
menunjukkan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam
ribonukleat atau (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA). Virion HIV
(partikel virus yang lengkap yang dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung
RNA dalam inti berbentuk peluru yang terpancung dimana p24 merupakan komponen
trukutural yang utama.
Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi
diaktifkan. Aktivasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen,
KMB II (A I D S) | 7
sitokin (TNF alfa atau interleukin 1). HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas
kedalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel lainnya.
Infeksi monosit dan makrofag tampaknya berlangsung secara persistem dan tidak
mengakibatkan kematian sel secara bermakna, tetapi sel-sel ini menjadi resefoir bagi
HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari sistem imun dan terangkut
keseluruh tubuh lewat sistem ini untuk menginfeksi berbagia jaringan tubuh.
Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang
yang terjangkit infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan
infeksi yang lain, reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV
tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau
kalau sistem imunnya terstimulasi. Sebagai contoh, seorang pasien mungkin bebas
dari gejala selama berpuluh tahun, kendati demikian sebagian besar orang yang
terinfeksi HIV sampai 65% tetap menderita penyakit HIV atau ADIS.( Brunner &
Sudarth,2002)
1.1.5
Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luar dan pada dasarnya dapat
mengenai sistem organ. Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit
AIDS terjadi akibat infeksi, malignansi atau efek langsung HIV pada jaringan tubuh.(
Brunner & Sudarth,2002)
Timbul demam yang berlngsung lebih dari 1 bulan, mencret lebih dari 1 bulan,
berat badn menurun, kelenjar getah bening membesar, letih terus-menerus, keringat
malam. Biasanya pernderita sekunder, karena tubuh penderita AIDS tidak dapat
melawan penyakit yang masuk. Penderita AIDS meninggal karena radang paru-paru
dn sering disertai pula sejenis kanker yang disebut sarkoma kaposi. (E.Oswari, 2000)
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu
pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3
tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan,
diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan
lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala
infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC),
Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk
menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal :
KMB II (A I D S) | 8
Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis
Human
Immunodeficiency
Virus
(HIV),
leukoplakia
Neurologik
akut,
karena
reaksi
terapeutik,
hipoksia,
hipoglikemia,
KMB II (A I D S) | 9
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatalgatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi
karena
Pneumocystic
Carinii,
cytomegalovirus,
virus
influenza,
Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri ( Sylvia a. Price & Lorraine M. Wilson, 2006)
1.1.7
Penatalaksanaan
1. Pengobatan suportif
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan simptomatik
3. Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibiotik kotrimoksazol.
4. Pemberian ARV (Antiretroviral. (Widoyono)
ARV dapat diberikan saat pasien sudah siap terhadap kepatuhan berobat seumur
hidup. Pedoman Terapi ARV (Glick RM)
a. Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat
b. Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV yang disebut HAART (Highly
Active Anti Retroviral Therapy)
c. Kombinasi ARV lini pertama pasien naive (belum pernah pakai ARV
sebelumnya) yang dianjurkan: 2 NRTI (Nucleoside atau nucleotide reverse
transcriptase inhibitor) + 1 NNRTI (non-nucleoside atau nucleotide reverse
transcriptase inhibitor)
d. Di Indonesia, regimen pengobatan yang dipakai adalah :
- Lini pertama : AZT + 3TC + EFV atau NVP
Alternatif : d4T + 3TC + EFV atau NVP
AZT atau d4T + 3TC + 1 PI (LPV/r)
- AZT (Azidotimidin), EFV (Efavirenz), d4T (Stavudine),
3TC
KMB II (A I D S) | 11
defisiens
inutrisi,
penuaan,
aplasia
timik,
limpoma,
Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat /
sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
Eliminasi
KMB II (A I D S) | 12
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram
abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan
sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan
jumlah, warna,dan karakteristik urine.
e. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang
buruk, edema.
f. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
g. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kerusakan status indera,
kelemahan otot, tremor, perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal,
tremor, kejang, hemiparesis, kejang.
h. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,
pincang.
i. Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada
dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
j. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan,luka, transfuse darah, penyakit
defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,
pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
k. Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido,
penggunaan pil pencegah kehamilan.
KMB II (A I D S) | 13
Diagnosa
1. Ketidakefektifan termoregulasi b.d penurunan imunitas tubuh
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan oral
yang tidak adekuat
3. Resiko infeksi b.d imunodefisiensi
4. Defisiensi pengetahuan b.d cara-cara mencegah penularan HIV
2.2.3
Intervensi
KMB II (A I D S) | 14
2.2.4
Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
O.
1. Ketidakefektifan termoregulasi
Definisi
fruktuasi
suhu
NOC
diantara
NIC
Hidration
Adherence behavior
Immne status
Risk control
Risk detection
Temperature regulation
dan
hipotermi
selimuti pasien untuk mencegah
produksi
Kriteria hasil :
Keseimbangan antara produksi
panas
yang
diterima,
kehilangan panas
Seimbang
antar
28 hari
Tempratur stabil 36,5-37oC
pentingnya
hipertermia
KMB II (A I D S) | 15
Pengendalian
resiko
hipotermia
Pengendalian resiko : proses
menular
Pengendalian resiko : paparan
sinar matahri
2 Ketidakseimbangan
.
nutrisi
kurang NOC :
Batasan karakteristik :
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makanan
Diare
Kehilangan rambut berlebihan
Bising usus hiperaktif
Kurang makanan
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Penurunan berat badan dengan asupan
makanan adekuat
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi
Membran mukosa pucat
NIC :
Nutritional status :
Nutritional status : food and fluid
Intake
Nutritional status : nutrient intake
Weight control
Nutrition Management
-
Kriteria hasil :
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan
badan yang berarti
berat
intake Fe
berikan substansi gula
yakinkan diet yang
mengandung
tinggi
dimakan
serat
mencegah konstipasi
berikan makanan yang
untuk
terpilih
gizi)
ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian
KMB II (A I D S) | 16
monitor
kandungan kalori
berikan informasi tentang tentang
dari
kebutuhan nutrisi
kaji kemampuan
RDA
(recommended
daily
allowance)
Cepat kenyang setelah makan
Sariawan rongga mulut
Steatorea
Kelemahan otot pengunyah
Kelemahan otot untuk menelan
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
nutrien
Ketidakmampuan
makanan
Ketidakmampuan menelan makanan
Faktor fisiologis
untuk
mencerna
jumlah
mendapatkan
nutrisi
pasien
nutrisi
dan
untuk
yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
-
badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam,
KMB II (A I D S) | 17
dan
perkembangan
Monitor pucat,
dan
kemerahan,
proses
oral.
Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet.
NIC
Infection control (control infeksi)
- Bersikan lingkungan setelah dipakai
- Pertahankan teknik sosial
- Instruksikan pada pengunjung untuk
dan
berkunjung
meninggalkan
pasien
Gunakan sabun anti mikroba untuk
mempengaruhi
penularan
serta
penatalaksanaannya
Menunjukkan kemampuan untuk integritas
mencegah timbulnya infeksi
kulit(pemasangan kateter intravena,
Jumlah leukosid dalam batas prosedur invasive)
normal
Perubahan sekresi pH
aseptik
destruksi jaringan)
Ketidakadekuatan
pertahanan
sekunder
- Penurun hemoglobin
- Imuno sukresi (misalnya imunitas
didapat
tidak
farmaseutikal
adekuat,
agen
termasuk
lingkungan meningkat
- Wabah
Prosedur invasive
Malnutrisi
petunjuk umum
Gunakan kateter interniten untuk
menurunkan infeksi kandung kemih
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotic bila perlu
Infection
protection
(proteksi
terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi
infeksi
Batasi pengunjung
Sering pengunjung terhadap penyakit
menular
Pertahankan teknik asepsis pada
epidema
Inspeksi kulit dan membrane mukosa
KMB II (A I D S) | 19
4 Defisiensi pengetahuan
.
Definisi
:ketiadaan
defisiensi
Perilaku hiperbola
Ketidakaturan mengikuti perintah
Ketidakakuratan melakukan tes
Perilaku tidak tepat (mis. histeria,
Keterbatasan kognitif
Salah interpretasi informasi
Kurang pajanan
Kurang minat dalam belajar
NOC :
atau
cukup
Dorong masukkan cairan
Dorong istirahat
Instrusikan pasien untuk minum
Kriteria hasil :
tentang
penyakit, -
melaksanakan
dengan
keluarga
prosedur
mampu
yang -
anatomi
dan
fisiologi,
mampu
KMB II (A I D S) | 20
sumber
pasien
informasi
-
tepat
Hindari jaminan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
datang
dan
atau
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi
penanganan
Dukung
pasien
proses
atau
untuk
tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
KMB II (A I D S) | 21
pemberi
perawatan
kesehatan,
KMB II (A I D S) | 22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aids (acquired Immunodificiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh
virus HIV (Human Immunodificiency virus) yang termasuk famili retroviridae.
AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.( Sudoyo aru, DKK 2009)
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga
keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa
kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease
Control and Prevention, 2005).
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan juga bagi kami
sebagai penyusun makalah. Kami juga mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.
KMB II (A I D S) | 23
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Buku
Kedokteran. Jakarta
Harrison (2000). Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Sylvia A. Price (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Buku Kedokteran. Jakarta
E. Oswari. (1995) Penyakit dan Penanggulangannya. Penerbit FKUI. Jakarta
Rose & Wilson. (2011) Dasar-dasar Anatomi Dan Fisiologi. Edward Tanujaya.
Jakarta
Richard D. Muma. (1997) HIV. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Munim Jaya (1999) AIDS Di Indonesia. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Amin Huda Nurarif (2015) Aplikasi Nanda Nic Noc. Mediaction. Jogjakarta
KMB II (A I D S) | 24