Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi
bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika
sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel
tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.
Aids (acquired Immunodificiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus
HIV (Human Immunodificiency virus) yang termasuk famili retroviridae. AIDS
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.( Sudoyo aru, DKK 2009)
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan
ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan
imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan
dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and
Prevention, 2005).
Pada tahun 1993, definisi kasus dikembangkan lebih lanjut dengan mencakup orang
yang terinfeksi HIV dengan jumlah sel T CD4+ kurang dari 200 per mikroliter,walaupun
tanpa gejala,serta individu yang terinfeksi HIV dengan tuberkulosis (TB) paru,
pneumonia berulang, atau karsinoma serviks invasif. Definisi ini kompleks dan
komprehensif ; namun,dokter sebaiknya mengganggap bahwa penyakit HIV lebih
merupakan suatu spektrum luas yang berkisar dari infeksi primer, dengan atau tanpa
sindroma HIV akut, sampai keadaan infeksi asimtomatik sampai penyakit lanjut (lihat
bawah), daripada memfokuskan diri dengan ada tidaknya AIDS, definisi ketat yang
dibuat bukan untuk tujuan perawatan praktis tetapi untuk surveilans. (Harrison, 2000).
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dari
kelompok Virus yang dikenal RetroVirus yang disebut Lypadenopathy Associated Virus
(RetroVirus).Retrovirus

mengubah

asam

rebonukleat(RNA),

menjadi

asam

Deoksiribunokleat (DNA), setelah masuk kedalam sel pejamu.


1.2 Rumusan masalah
KMB II (A I D S) | 1

- Mengetahui Konsep Medik AIDS


- Mengetahui Konsep Keperawatan AIDS
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui Konsep Medik AIDS
- Untuk mengetahui Konsep Keperawatan AIDS
1.4

KMB II (A I D S) | 2

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 KONSEP MEDIK
1.1.1 Anatomi Fisiologi
Pengertian sistem imun
Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia
sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme,
termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam
perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas,
dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor. (Wikipedia.com)
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus,
serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang
dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis
kanker.
Letak sistem imun

KMB II (A I D S) | 3

Fungsi dari Sistem Imun

Sumsum
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang.
Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih (termasuk limfosit
dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat
lain.

Timus
Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum lepas ke
dalam sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk mengembangkan atribut penting

yang dikenal sebagai toleransi diri.


Getah bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan
limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan paraaorta daerah. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting dalam
pemeriksaan fisik pasien.

Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT)


Di samping jaringan limfoid berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening dan limpa,
jaringan limfoid juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran pencernaan, saluran
pernafasan dan saluran urogenital.

Mekanisme Pertahanan
non Spesifik

Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan

non spesifik disebut juga

respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh
kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar
lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata.
Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan
komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.
Mekanisme Pertahanan Spesifik

KMB II (A I D S) | 4

Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi

invasi mikroorganisme maka

imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme


pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen

sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen.


Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik disebut juga
respons imun didapat. Mekanisme Pertahanan Spesifik (Imunitas Humoral dan

Selular)
Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan atau
tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh
imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin

yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.
Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen yang
diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya.

Antibodi (Immunoglobulin)
Antibodi (bahasa Inggris:antibody, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan
struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel
plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut. Pembagian
Immunglobulin
Antibodi A (bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang
memainkan peran penting dalam imunitas mukosis (en:mucosal immune). IgA banyak
ditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata, kolostrum dan susu) sebagai
sIgA (en:secretoryIgA) dalam perlindungan permukaan organ tubuh yang terpapar dengan
mencegah penempelan bakteri dan virus ke membran mukosa. Kontribusi fragmen konstan
sIgA dengan ikatan komponen mukus memungkinkan pengikatan mikroba.
Antibodi D (bahasa Inggris: Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah monomer dengan
fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD ditemukan pada permukaan pencerap sel B
bersama dengan IgM atau sIga, tempat IgD dapat mengendalikan aktivasi dan supresi sel B.
IgD berperan dalam mengendalikan produksi autoantibodi sel B. Rasio serum IgD hanya
sekitar 0,2%.
Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis antibodi
yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE memiliki peran yang besar pada alergi
terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE juga tersirat dalam sistem kekebalan yang
merespon cacing parasit (helminth) seperti Schistosoma mansoni, Trichinella spiralis, dan
KMB II (A I D S) | 5

Fasciola hepatica, serta terhadap parasit protozoa tertentu sepertiPlasmodium falciparum,


dan artropoda.
Antibodi G (bahasa Inggris: Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi monomeris
yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan , yang saling mengikat dengan ikatan
disulfida, dan mempunyai dua fragmen antigen-binding. Populasi IgG paling tinggi dalam
tubuh dan terdistribusi cukup merata di dalam darah dan cairan tubuh dengan rasio serum
sekitar 75% pada manusia dan waktu paruh 7 hingga 23 hari bergantung pada sub-tipe.
Antibodi M (bahasa Inggris: Immunoglobulin M, IgM, macroglobulin) adalah
antibodi dasar yang berada pada plasma B. Dengan rasio serum 13%, IgM merupakan
antibodi dengan ukuran paling besar, berbentuk pentameris 10 area epitop pengikat, dan
teredar segera setelah tubuh terpapar antigen sebagai respon imunitas awal (en:primary
immune response) pada rentang waktu paruh sekitar 5 hari. Bentuk monomeris dari IgM
dapat ditemukan pada permukaan limfosit- B dan reseptor sel-B. IgM adalah antibodi
pertama yang tercetus pada 20 minggu pertama masa janin kehidupan seorang manusia dan
berkembang secara fitogenetik (en:phylogenetic). Fragmen konstan IgM adalah bagian yang
menggerakkan lintasan komplemen klasik.
1.1.2

Definisi
Aids (acquired Immunodificiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus
HIV (Human Immunodificiency virus) yang termasuk famili retroviridae. AIDS
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.( Sudoyo aru, DKK 2009)
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan
ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan
imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian
dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and
Prevention, 2005).
AIDS mula-mula disefinisikan untuk kepentingan surveilans oleh CDC (sebelum
diketahuinya HIV sebagai agen etiologik) sebagai adanya penyakit oportunis yang
setidaknya mengisyaratkan adanya cacat imunitas seluler tanpa didasari oleh
gangguan kekebalan yang diketahui misalnya imunosupresi iatrogenik atau
keganasan. Dengan tersedianya uji diagnostik yang sensitif dan spesifik untuk HIV,
definisi kasus AIDS telah mengalami beberapa perbaikan mengenai kriteria inklusi
dan eksklusinya. Definisi kasus surveilans yang sekarang digunakan diperlihatakan
dalam tabel 279-1. Pada tahun 1993, definisi kasus dikembangkan lebih lanjut dengan
KMB II (A I D S) | 6

mencakup orang yang terinfeksi HIV dengan jumlah sel T CD4+ kurang dari 200 per
mikroliter,walaupun tanpa gejala,serta individu yang terinfeksi HIV dengan
tuberkulosis (TB) paru, pneumonia berulang, atau karsinoma serviks invasif. Definisi
ini kompleks dan komprehensif ; namun,dokter sebaiknya mengganggap bahwa
penyakit HIV lebih merupakan suatu spektrum luas yang berkisar dari infeksi primer,
dengan atau tanpa sindroma HIV akut, sampai keadaan infeksi asimtomatik sampai
penyakit lanjut (lihat bawah), daripada memfokuskan diri dengan ada tidaknya AIDS,
definisi ketat yang dibuat bukan untuk tujuan perawatan praktis tetapi untuk
surveilans. (Harrison, 2000)
1.1.3

Etiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Virus HIV di dalam tubuh manusia akan melemahkan sistem kekbalan tubuh, tetapi
pada saat ini telah diketahui pula bahwa virus HIV dapat juga menyerang sel tubuh
manusia, misalnya otak, saluran pencernaan dan saluran pernapasan.(E.Oswari, 2000)
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV
dari kelompok Virus yang dikenal RetroVirus yang disebut Lypadenopathy Associated
Virus (RetroVirus).Retrovirus mengubah asam rebonukleat(RNA), menjadi asam
Deoksiribunokleat (DNA), setelah masuk kedalam sel pejamu.
Penularan virus ditularkan melalui :
1. Hubungan seksual (anal, oral, Vaginal) yang tidak terlindungi(tanpa Kondom)
dengan orang yang telah terinfeksi HIV
2. Jarum suntik/ tindik/ tato yang tidak steril yang dipakai bergantian
3. Mendapatkan tranfusi darah yang mengandung HIV
4. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan saat
melahirkan melalui air susu ibu (ASI). (Amin huda Nurarif & Hardhi Kusuma,
2015)

1.1.4

Patofisiologi
HIV tergolong kedalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang
menunjukkan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam
ribonukleat atau (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA). Virion HIV
(partikel virus yang lengkap yang dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung
RNA dalam inti berbentuk peluru yang terpancung dimana p24 merupakan komponen
trukutural yang utama.
Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi
diaktifkan. Aktivasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen,

KMB II (A I D S) | 7

sitokin (TNF alfa atau interleukin 1). HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas
kedalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel lainnya.
Infeksi monosit dan makrofag tampaknya berlangsung secara persistem dan tidak
mengakibatkan kematian sel secara bermakna, tetapi sel-sel ini menjadi resefoir bagi
HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari sistem imun dan terangkut
keseluruh tubuh lewat sistem ini untuk menginfeksi berbagia jaringan tubuh.
Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang
yang terjangkit infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan
infeksi yang lain, reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV
tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain atau
kalau sistem imunnya terstimulasi. Sebagai contoh, seorang pasien mungkin bebas
dari gejala selama berpuluh tahun, kendati demikian sebagian besar orang yang
terinfeksi HIV sampai 65% tetap menderita penyakit HIV atau ADIS.( Brunner &
Sudarth,2002)
1.1.5

Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luar dan pada dasarnya dapat
mengenai sistem organ. Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit
AIDS terjadi akibat infeksi, malignansi atau efek langsung HIV pada jaringan tubuh.(
Brunner & Sudarth,2002)
Timbul demam yang berlngsung lebih dari 1 bulan, mencret lebih dari 1 bulan,
berat badn menurun, kelenjar getah bening membesar, letih terus-menerus, keringat
malam. Biasanya pernderita sekunder, karena tubuh penderita AIDS tidak dapat
melawan penyakit yang masuk. Penderita AIDS meninggal karena radang paru-paru
dn sering disertai pula sejenis kanker yang disebut sarkoma kaposi. (E.Oswari, 2000)
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu
pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3
tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan,
diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan
lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS
(bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala
infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC),
Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk
menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal :
KMB II (A I D S) | 8

1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)


Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam
berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang
kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam
darah akan diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.
1.1.6

Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis

Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV),

leukoplakia

oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.


2.

Neurologik

a. kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency


Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan
kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
b. Enselophaty

akut,

karena

reaksi

terapeutik,

hipoksia,

hipoglikemia,

ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,


malaise, demam, paralise, total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci
Virus (HIV)
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.

KMB II (A I D S) | 9

c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatalgatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi

karena

Pneumocystic

Carinii,

cytomegalovirus,

virus

influenza,

pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,


hipoksia, keletihan,gagal nafas.
5.

Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.

6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri ( Sylvia a. Price & Lorraine M. Wilson, 2006)
1.1.7

Penatalaksanaan
1. Pengobatan suportif
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan simptomatik
3. Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibiotik kotrimoksazol.
4. Pemberian ARV (Antiretroviral. (Widoyono)
ARV dapat diberikan saat pasien sudah siap terhadap kepatuhan berobat seumur
hidup. Pedoman Terapi ARV (Glick RM)
a. Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat
b. Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV yang disebut HAART (Highly
Active Anti Retroviral Therapy)
c. Kombinasi ARV lini pertama pasien naive (belum pernah pakai ARV
sebelumnya) yang dianjurkan: 2 NRTI (Nucleoside atau nucleotide reverse
transcriptase inhibitor) + 1 NNRTI (non-nucleoside atau nucleotide reverse
transcriptase inhibitor)
d. Di Indonesia, regimen pengobatan yang dipakai adalah :
- Lini pertama : AZT + 3TC + EFV atau NVP
Alternatif : d4T + 3TC + EFV atau NVP
AZT atau d4T + 3TC + 1 PI (LPV/r)
- AZT (Azidotimidin), EFV (Efavirenz), d4T (Stavudine),

3TC

(Lamivudine), NVP (Nelfinafir), LPV/r (Lopinavir/ritonavir). (Amin


huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015)
KMB II (A I D S) | 10

KMB II (A I D S) | 11

2.2 KONSEP KEPERAWATAN


2.2.1 Pengkajian
1. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur
kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan
pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada
lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak
penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes
meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan
penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status
imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi
yang berhubungan dengan kelainan hospes :
a. Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapiradiasi,

defisiens

inutrisi,

penuaan,

aplasia

timik,

limpoma,

kortikosteroid, globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital.


b. Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis,mieloma, hipogamaglobulemia congenital, protein
liosing enteropati (peradangan usus)
2. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas
( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
b.

Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat /
sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.

c. Integritas dan Ego


Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan mengkuatirkan penampilan,
mengingkari doagnosa, putus asa, dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
d.

Eliminasi
KMB II (A I D S) | 12

Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram
abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan
sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan
jumlah, warna,dan karakteristik urine.
e. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang
buruk, edema.
f. Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
g. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental, kerusakan status indera,
kelemahan otot, tremor, perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal,
tremor, kejang, hemiparesis, kejang.
h. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,
pincang.
i. Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada
dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
j. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan,luka, transfuse darah, penyakit
defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul,
pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
k. Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido,
penggunaan pil pencegah kehamilan.
KMB II (A I D S) | 13

Tanda : Kehamilan, herpes genetalia


l. Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya
trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
m. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan, prilaku seks beresiko tinggi,
penyalahgunaan obat-obatan IV, merokok, alkoholik.
2.2.2

Diagnosa
1. Ketidakefektifan termoregulasi b.d penurunan imunitas tubuh
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan oral
yang tidak adekuat
3. Resiko infeksi b.d imunodefisiensi
4. Defisiensi pengetahuan b.d cara-cara mencegah penularan HIV

2.2.3

Intervensi

KMB II (A I D S) | 14

2.2.4

Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NOC

NIC

O.
1. Ketidakefektifan termoregulasi
Definisi

fruktuasi

suhu

NOC
diantara

hipotermi dan hipertemia


Batasan karakteristik
Dasar kuku sianosis
Fruktuasi suhu tubuh diatas diatas dan

dibawah kisaran normal


Kulit kemerahan
Hipertensi
Peningkatan suhu tubuh
Peningkatan frekuensi pernapasan
Sedikit menggigil kejang
Pucat sedang
Kulit dingin
Takikardi

Faktor yang brhubungan

Usia yang ekstrim


Fluktuasi suhu lingkungan
Penyakit
Trauma

NIC
Hidration
Adherence behavior
Immne status
Risk control
Risk detection

Temperature regulation

monitor suhu minimal tiap 2jam


rencanakan monitoring suhu
monitor TD, N, RR
monitor warna dan suhu kulit
monitor tanda-tanda hipertermidan

dan

hipotermi
selimuti pasien untuk mencegah

produksi

hilangnya kehangatan tubuh


ajarkan pada pasien cara mencegah

Kriteria hasil :
Keseimbangan antara produksi
panas

yang

diterima,

kehilangan panas
Seimbang
antar

panas, panas yang diterima,


dan kehilangan panas selama

28 hari
Tempratur stabil 36,5-37oC

Tidak ada kejang


Tidak ada perubahan warna
kulit
Glukosa darah stabil
Pengendalian
resiko

keletihan akibat panas


diskusikan
tentang

pentingnya

pengaturan suhu dan kemungkinan


efek negative dari kedinginan
berikan antipiretik jika perlu

hipertermia
KMB II (A I D S) | 15

Pengendalian

resiko

hipotermia
Pengendalian resiko : proses
menular
Pengendalian resiko : paparan
sinar matahri
2 Ketidakseimbangan
.

nutrisi

kurang NOC :

dari kebutuhan tubuh

Definisi :Asupan nutrisi tidak cukup

untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Batasan karakteristik :

Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makanan
Diare
Kehilangan rambut berlebihan
Bising usus hiperaktif
Kurang makanan
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Penurunan berat badan dengan asupan

makanan adekuat
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi
Membran mukosa pucat

NIC :

Nutritional status :
Nutritional status : food and fluid
Intake
Nutritional status : nutrient intake
Weight control

Nutrition Management
-

kaji adanya alergi makanan


kolaborasi dngan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori untuk

Kriteria hasil :

menentukan jumlah kalori dan nutrisi

Adanya peningkatan berat badan


Mampu
mengidentifikasi

yang dibutuhkan pasien


anjurkan pasien untuk meningkatkan

kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan
badan yang berarti

berat

intake Fe
berikan substansi gula
yakinkan diet yang
mengandung

tinggi

dimakan

serat

mencegah konstipasi
berikan makanan yang

untuk
terpilih

(sudah dikonsultasikan dengan ahli


-

gizi)
ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian
KMB II (A I D S) | 16

Ketidakmampuan memakan makanan


Tonus otot menurun
Mengeluh gangguan sensasi rasa
Mengeluh asupan makanan kurang

monitor

kandungan kalori
berikan informasi tentang tentang

dari

kebutuhan nutrisi
kaji kemampuan

RDA

(recommended

daily

allowance)
Cepat kenyang setelah makan
Sariawan rongga mulut
Steatorea
Kelemahan otot pengunyah
Kelemahan otot untuk menelan

Faktor-faktor yang berhubungan :

Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi

nutrien
Ketidakmampuan

makanan
Ketidakmampuan menelan makanan
Faktor fisiologis

untuk

mencerna

jumlah

mendapatkan

nutrisi

pasien
nutrisi

dan

untuk
yang

dibutuhkan
Nutrition Monitoring
-

BB pasien dalam batas normal


Monitor adanya penurunan berat

badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas

yang biasa dilakukan


Monitor interaksi anak atau orang

tua selama makan


Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan

tidak selama jam makan


Monitor kulit kering dan perubahan

pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam,

dan mudah patah


Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein,

KMB II (A I D S) | 17

Hb, dan kadar Ht.


Monitor
pertumbuhan

dan

perkembangan
Monitor pucat,

dan

kekeringan jaringan konjungtiva


Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya edema, hiperemik,

kemerahan,

hipertonik papila lidah dan cavitas


3. Risiko Infeksi
NOC
Definisi : Mengalami peningkatan risiko Immune status
Knowledge : infection control
terserang organisme patogenik
Risk control
Faktor-faktor resiko:
Kriteria hasil :
Penyakit kronis
Klien bebas dari tanda dan gejala
- Diabetes militus
- Obesitas
infeksi
Pengatahuan yang tidak cukup untuk Mendeskripsikan

menghindari pemanjangan pathogen


Pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat
- Gangguan peristaltis
- Kerusakan

proses

oral.
Catat jika lidah berwarna magenta,

scarlet.
NIC
Infection control (control infeksi)
- Bersikan lingkungan setelah dipakai
- Pertahankan teknik sosial
- Instruksikan pada pengunjung untuk

dan

mecuci tangan saat berkunjung dan


setelah

berkunjung

meninggalkan

penularan penyakit, faktor yang -

pasien
Gunakan sabun anti mikroba untuk

mempengaruhi

mencuci tangan setiap sebelum dan

penularan

serta

penatalaksanaannya
Menunjukkan kemampuan untuk integritas
mencegah timbulnya infeksi
kulit(pemasangan kateter intravena,
Jumlah leukosid dalam batas prosedur invasive)
normal
Perubahan sekresi pH

sesudah tindakan keperawatan


Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
Pertahankan lingkungan

aseptik

selama pemasangan alat


KMB II (A I D S) | 18

Penurunan kerja siliaris


Pecah ketuban dini
Pecah ketuban lama
Merokok
Statis cairan tubuh
Trauma jaringan (misalnya trauma

destruksi jaringan)
Ketidakadekuatan

pertahanan

sekunder
- Penurun hemoglobin
- Imuno sukresi (misalnya imunitas
didapat

tidak

farmaseutikal

adekuat,

agen

termasuk

central dan dressing sesuai dengan


-

lingkungan meningkat
- Wabah
Prosedur invasive
Malnutrisi

petunjuk umum
Gunakan kateter interniten untuk
menurunkan infeksi kandung kemih
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotic bila perlu
Infection
protection
(proteksi

terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi

sistemik dan local


Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor
kerentangan
terhadap

infeksi
Batasi pengunjung
Sering pengunjung terhadap penyakit

menular
Pertahankan teknik asepsis pada

pasien yang beresiko


Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kulit pada area

epidema
Inspeksi kulit dan membrane mukosa

terhadap kemeraha, panas, drainase


Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang

imunosukresan, steroid, antibody


monoclonal, imunomudulator)
Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan
terhadap
patogen

Ganti letak IV perifer dan line

KMB II (A I D S) | 19

4 Defisiensi pengetahuan
.

Definisi

:ketiadaan

defisiensi

informasi kognitif yang berkaitan dengan


topik tertentu.
Batasan karakteristik :

Perilaku hiperbola
Ketidakaturan mengikuti perintah
Ketidakakuratan melakukan tes
Perilaku tidak tepat (mis. histeria,

bermusuhan, agitasi, apatis)


Pengungkapan masalah

Faktor yang berhubungan :

Keterbatasan kognitif
Salah interpretasi informasi
Kurang pajanan
Kurang minat dalam belajar

antibiotic sesuai resep


Ajarkan pasien dan keluarga tanda

dan gejala infeksi


- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
NIC :

NOC :
atau

cukup
Dorong masukkan cairan
Dorong istirahat
Instrusikan pasien untuk minum

Knowledge : disease process


Knowledge : health behavior

Teaching : disease Process


-

Kriteria hasil :

pengetahuan pasien tentang proses

Pasien dan keluarga menyatakan


pemahaman

tentang

penyakit, -

melaksanakan

dengan
keluarga
prosedur

dijelaskan secara benar


Pasien dan keluarga

mampu
yang -

anatomi

dan

fisiologi,

dengan cara yang tepat


Gambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul dari penyakit, dengan

mampu

menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan


lainnya.

penyakit yang spesifik


Jelaskan patofisiologi dari penyakit
dan bagaimana hal ini berhubungan

kondisi, prognosis, dan program


pengobatan
Pasien dan

Berikan penilaian tentang tingkat

cara yang tepat


Gambarkan proses penyakit, dengan
cara yang tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab,

KMB II (A I D S) | 20

Kurang dapat mengingat


Tidak familier dengan

sumber

dengan cara yang tepat


Sediakan informasi pada

pasien

tentang kondisi, dengan cara yang

informasi
-

tepat
Hindari jaminan yang kosong
Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien

dengan cara yang tepat


Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan

datang

dan

atau

pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi

penanganan
Dukung

pasien

proses
atau
untuk

mengeksplorasi atau mendapatkan


second opinion dengan cara yang
-

tepat atau diindikasikan


Rujuk pasien pada gurp atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara yang

tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
KMB II (A I D S) | 21

pemberi

perawatan

kesehatan,

dengan cara yang tepat.

KMB II (A I D S) | 22

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aids (acquired Immunodificiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh
virus HIV (Human Immunodificiency virus) yang termasuk famili retroviridae.
AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.( Sudoyo aru, DKK 2009)
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga
keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa
kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease
Control and Prevention, 2005).
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan juga bagi kami
sebagai penyusun makalah. Kami juga mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.

KMB II (A I D S) | 23

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Buku
Kedokteran. Jakarta
Harrison (2000). Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Sylvia A. Price (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Buku Kedokteran. Jakarta
E. Oswari. (1995) Penyakit dan Penanggulangannya. Penerbit FKUI. Jakarta
Rose & Wilson. (2011) Dasar-dasar Anatomi Dan Fisiologi. Edward Tanujaya.
Jakarta
Richard D. Muma. (1997) HIV. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Munim Jaya (1999) AIDS Di Indonesia. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Amin Huda Nurarif (2015) Aplikasi Nanda Nic Noc. Mediaction. Jogjakarta

KMB II (A I D S) | 24

Anda mungkin juga menyukai

  • Data 2
    Data 2
    Dokumen6 halaman
    Data 2
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • DISPEPSIA
    DISPEPSIA
    Dokumen10 halaman
    DISPEPSIA
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Data 2
    Data 2
    Dokumen6 halaman
    Data 2
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Kumpulan Soal Mikro Kelas A
    Kumpulan Soal Mikro Kelas A
    Dokumen14 halaman
    Kumpulan Soal Mikro Kelas A
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Soal MIkrobiologi 1c
    Soal MIkrobiologi 1c
    Dokumen8 halaman
    Soal MIkrobiologi 1c
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Data
    Data
    Dokumen6 halaman
    Data
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Soal Mikrobiologi 1B
    Soal Mikrobiologi 1B
    Dokumen8 halaman
    Soal Mikrobiologi 1B
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • LP Peb
    LP Peb
    Dokumen15 halaman
    LP Peb
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia Neonatorum
    Asfiksia Neonatorum
    Dokumen2 halaman
    Asfiksia Neonatorum
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Siklus Menstruasi
    Siklus Menstruasi
    Dokumen4 halaman
    Siklus Menstruasi
    Em Er Fahlawi
    100% (1)
  • Imunisasii
    Imunisasii
    Dokumen3 halaman
    Imunisasii
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Isi Makalah
    Isi Makalah
    Dokumen21 halaman
    Isi Makalah
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Pathway
    Pathway
    Dokumen6 halaman
    Pathway
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Imunisasi
    Imunisasi
    Dokumen2 halaman
    Imunisasi
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Tugas Sistem Pernapasan
    Tugas Sistem Pernapasan
    Dokumen6 halaman
    Tugas Sistem Pernapasan
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Anemia
    Pengkajian Anemia
    Dokumen14 halaman
    Pengkajian Anemia
    ReinaldyOctavianusDimpudus
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • SISTEM RESPIRASI
    SISTEM RESPIRASI
    Dokumen33 halaman
    SISTEM RESPIRASI
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Makalah Neurulasi
    Makalah Neurulasi
    Dokumen15 halaman
    Makalah Neurulasi
    iman labajo
    Belum ada peringkat
  • Fakta Asma
    Fakta Asma
    Dokumen7 halaman
    Fakta Asma
    iman labajo
    Belum ada peringkat