Saskia Handari
Sel perintis (pacemaker cells): Nodus sino- atrial (SA) adalah peacemaker jantung.
Ia terletak di atas krista terminalis, dibawah pembukaan vena cava superior di dalam
atrium kanan.
2.
Sel konduksi listrik: Impuls yang dihasilkan oleh nodus SA diantar melalui otot-otot
atrial untuk menyebabkan sinkronisasi kontraksi atrial. Impuls tiba ke nodus
atrioventrikular (AV) yang terletak di septum interatrial dibawah pembukaan sinus
koronaria. Dari sini impuls diantar ke ventrikel melalui serabut atrioventrikular (His)
yang turun ke dalam septum interventrikular. Serabut His terbagi menjadi 2 cabang
kanan dan kiri. Cabang-cabang ini akan berakhir pada serabut-serabut Purkinje dalam
subendokardium dari ventrikel.
3.
Sel miokardium: Jika sebuah gelombang depolarisasi mencapai sebuah sel jantung,
kalsium akan dilepaskan ke dalam sel sehingga sel tersebut berkontraksi. Sel jantung
memiliki banyak sekali protein kontraktil, yaitu aktin dan miosin.
Aritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekwensi atau irama.
Aritmia adalah gangguan system hantar jantung dan bukan struktur jantung. Aritmia dapat
didefenisikan atau diidentifikasi dengan menganalisa gelombang EKG. Aritmia dinamakan
berdasarkan pada tempat dan asal implus dan mekanisme hantar yang terlibat.
b) Sinus Takikardi
Ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100x/menit. Biasanya tidak melebihi 170/menit.
Keadaan ini biasanya terjadi akibat kelainan ekstrakardial seperti infeksi, febris,
hipovolemia, gangguan gastrointestinal, anemia, penyakit paru obstruktif kronik,
hipertiroidisme. Dapat terjadi pada gagal jantung.
c) Sinus Aritmia
Ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi lebih cepat pada watu
inspirasi dan menjadi lambat pada waktu ekspirasi.
d) Henti sinus (sinus arrest)
Terjadi akibat kegagalan simpul SA, setelah jedah, simpul SA akan aktif kembali
2) Aritmia Atrium
a) Kontraksi prematur atrium (Ekstrasistole Atrial)
Secara klinis ekstrasistol nodal hampir tidak dapat dibedakan dengan ekstrasistol
ventrikular ataupun ekstrasistol atrial. Pada gambaran EKG ialah adanya irama jantung
yag terdiri atas gelombang T yang berasal dari AV node di ikuti kompleks QRS,
biasanya dengan kecepatan 50-60/menit. Pada takikardia idionodal (AV junctional
tachycardia atau nodal tachycardia) terdapat dua macam, yaitu : idiojunctional
tachycardia dengan kecepatan denyut ventrikel 100-140/menit, dan axtrasistolik AV
junctional tachycardia dengan denyut ventrikel 140-200/ menit.
c) Flutter atrium
Pelepasan impuls dari fokus ectopic di atrium cepat dan teratur
Rate : 250 350x/mnt
d) Fibrilasi atrium
Pada fase ini di EKG akan tampak gelombang fibrilasi (fibrillation wave) yag berupa
gelombang yang sangat tidak teratur dan sangat cepat dengan frekuensi 300/ menit.
Pada pemeriksaan klinis akan ditemukan irama jantung yang tidak teratur dengan bunyi
jantung yang intensitasnya juga tidak sama.
3) Aritmia Ventrikel
a) Kontraksi prematur ventrikel
Terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel ventrikel yang disebabkan oleh berbagai
factor antara lain: toksisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis atau
b) Takikardi ventrikel
Ialah ekstrasistole ventrikel yang timbul berturut-turut 3 kali atau lebih. Ekstrasistole
ventrikel dapat berkembang menjadi fibrilasi ventrikel dan menyebabkan cardiac arrest.
Penyebab takikardia ventrikel ialah penyakit jantung koroner, infark miokard akut, gagal
jantung. Diagnosis ditegakkan apabila takikardia dengan kecepatan antara 150250/menit, teratur, tapi sering juga sedikit tidak teratur. Pada gambaran EKG kompleks
QRS yang lebar dari 0,12 detik dan tidak ada hubungan dengan gelombang P.
c) Fibrilasi ventrikel
Ialah irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak teratur. Hal ini menyebabkan
ventrikel tidak dapat berkontraksi dengan cukup sehingga curah jantung menurun atau
tidak ada, tekanan darah dan nadi tidak terukur, penderita tidak sadar dan bila tidak
segera
ditolong
akan
menyebabkan
kematian.
Pengobatan
harus
dilakukan
c. Blok intraventrikular
Menunjukkan adanya gangguan konduksi di cabang kanan atau kiri sistem konduksi,
atau divisi anterior atau posterior cabang kiri. Diagnosis ditegakkan atas dasar
pemeriksaan EKG dengan adanya kopleks QRS yang memanjang lebih dari 0,11 detik
dan perubahan bentuk kompleks QRS serta adanya perubahan axis QRS.
Kematian akibat henti jantung paling banyak disebabkan oleh ventricular fibrilasi
dimana terjadi pola eksitasi quasi periodik pada ventrikel dan menyebabkan jantung
kehilangan kemampuan untuk memompa darah secara adekuat. Volume sekuncup
jantung (cardiac output) akan mengalami penurunan sehingga tidak bisa mencukupi
kebutuhan sistemik tubuh, otak dan organ vital lain termasuk miokardium jantung
(Mariil dan Kazii, 2008).
Adapun asistol dapat juga menyebabkan sudden cardiac arrest atau SCA. Asistol
adalah keadaan dimana tidak terdapatnya depolarisasi ventrikel sehingga jantung
tidak memiliki cardiac output. Asistol dapat dibagi menjadi 2 yaitu asistol primer
(ketika sistem elektrik jantung gagal untuk mendepolarisasi ventrikel) dan asistol
sekunder (ketika sistem elektrik jantung gagal untuk mendepolarisasi seluruh bagian
jantung). Asistol primer dapat disebabkan iskemia atau degenerasi (sklerosis) dari
nodus sinoatrial (Nodus SA) atau sistem konduksi atrioventrikular (AV system)
(Caggiano, 2009).
EKG asystole
Sedangkan ritme lain yang dapat menyebabkan SCA adalah Pulseless Electrical
Activity (PEA). Kondisi jantung yang mengalami ritme disritmia heterogen tanpa
diikuti oleh denyut nadi yang terdeteksi. Ritme bradiasistol adalah ritme lambat,
dimana pada kondisi tersebut dapat ditemukan kompleks yang meluas atau
menyempit, dengan atau tanpa nadi juga dikatakan sebagai asistol (Caggiano, 2009).
Walaupun patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya.
Namun pada umumnya mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai akibat
dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah
mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai
berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hipoksia
cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran
dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest
tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit
(Kaplan, 2007).