FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPORAN KASUS
April 2016
Disusun Oleh:
Wismoyo Indra Zoelman
10542 0158 10
Pembimbing:
dr. Henry Tanzil, M.Kes, Sp. OT
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
Nama
: Wismoyo Indra Zoelman
NIM
: 10542 0158 10
Judul Laporan Kasus : Closed Fracture of Femur
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, April 2016
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia, rahmat, kesehatan, dan
keselamatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
Closed Fracture of Femur. Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Kepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah.
Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas laporan kasus ini. Namun berkat
bantuan, saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta teman-teman sehingga tugas ini
dapat terselesaikan.
Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada
dr. Henry Tanzil, M.Kes, Sp. OT selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses
penyusunan tugas ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan laporan kasus ini. Akhir kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat
memberi manfaat kepada semua orang.
Makassar, April 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa. Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian
dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian
terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi
panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral
merupakan hal yang penting pada fraktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia.
Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur
meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan
oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /
osteoporosis. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang.
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang
nantinya.
Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur
tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
2. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
3. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
4. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman
sindroma kompartement.
Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
1. Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
2. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
3. Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
:SP
Umur
: 16 Tahun
:-
Alamat
Agama
: Islam
MRS
: 13 April 2016
2. ANAMNESIS
Seorang anak laki-laki, berusia 16 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada
paha kanan (+) sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu post trauma (+). Bengkak pada paha kanan
(+), keluhan lain tidak ada.
Riwayat demam : disangkal
3. PEMERIKSAAN FISIS
a. Status Present
K.U
BB
: - kg
TB
: - cm
b. Tanda Vital
Suhu
: 36.5 C
HR
: 82x/menit
RR
: 20x/menit
c. Status Generalis
Anemia (-)
Cyanosis (-)
Tonus : Normal
Ikterus (-)
Turgor : Baik
Busung (-)
Kepala: Normocephal
Muka: simetris
Rambut : hitam halus, tidak mudah di
cabut
Ubun ubun besar: menutup (-)
Thorax
Jantung
Inspeksi :
Simetris kiri dan kanan
Retraksi dinding dada (+)
Perkusi:
Sonor kiri dan kanan
Auskultasi
Bunyi Pernapasan : Vesikuler
Bunyi tambahan: Rh -/- Whz -/-
Inspeksi:
Simetris kanan = kiri
Palpasi :
Ictus cordis teraba
Perkusi :
Batas kiri : linea midclavicularis
sinistra
Batas kanan : line parasternalis
dextra
Batas atas ICS III sinistra
Auskultasi :
Bunyi Jantung I dan II irregular
Bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi :
Perut datar, ikut gerak napas
Massa tumor (-)
Palpasi :
Limpa : tidak teraba
Hati : tidak teraba
Nyeri tekan (-)
Perkusi :
Tympani (+) Kesan normal
Auskultasi
Peristaltik kesan normal
4. DIAGNOSIS
Closed fracture of distal femur
Alat kelamin :
Dalam batas normal
Anggota gerak :
Dalam batas normal
Tasbeh (-)
Col. Vertebralis : scoliosis (-) Gibbus (-)
KPR : +/+ kesan normal
APR : +/+ kesan normal
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hematologi rutin (11/04/2016)
RBC
4.38 106/mm3
4.00-5.40
HGB
13.3 g/dL
10.3-15.7
HCT
38.6 %
32.0-44.0
PLT
270 103/mm3
150-450
WBC
6.9 103/mm3
4.8-10.8
LED
10 mm/jam
<20
GDS
52
140
SGOT / SGPT
38 / 45
UR / KR
- / 0.7
b. KIMIA KLINIK
c. Pemerksaan Lain
CT / BT
910 / 230
HbsAg
Negatif
Kesan :
Hipoglikemia
Pemeriksaan Radiologi
14/04/2016 (Post ORIF Femur Dextra)
FOLLOW UP
Tanggal
Follow up
Instruksi Dokter
13/04/2016
Rencana op
sakit
dengan
paha
kanan
(+),
demam
Lapor OK
Konsul Anastesi
Inform Conset
Puasa 24:00
disangkal
2gr/IV
O: Regio : Femur Dextra
Inspeksi: Bengkak pada
lutut (+), tanda radang (+)
Palpasi: nyeri tekan (+)
TD: 110/70, N: 82x/i, P:
20x/i, S: 36.5C
A: CF of Distal Femur
Dextra
P: ORIF Femur Dextra
Pasien alergi Cefotaxime
Lapor dokter Henry,
Sp.OT : Ganti
14/04/2016
IVFD RL 20tpm
Dextra
P: ORIF Femur Dextra
15/04/2016
S:
Nyeri
punggung
Infus RL 20 tpm
tidak ada
O: KU: Baik
POD-I
Post
ORIF
Femur Dextra
P: Antibiotik, Analgetik
HB post transfusi : 13.8
16/04/2016
Infus RL 20 tpm
demam (+)
O: KU: Baik
Regio : Femur Dextra
TD: 110/70, N: 80x/i, P:
Resume :
Seorang anak laki-laki, berusia 16 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada
paha kanan (+) sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu post trauma (+). Bengkak pada paha kanan
(+), keluhan lain tidak ada. Riwayat demam : disangkal.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan gambaran umum: Sakit sedang/ gizi normal/
composmentis. Tanda vital: TD: 110/70mmHg, Suhu: 36.5 C, N: 82x/menit, P: 20x/menit.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah rutin, kimia klinik dan
pemeriksaan lainnya, didapatkan hasil : Hipoglikemia dan peningkatan enzim transaminase
dengan hasil RBC 4.38 106/mm3, HGB 13.3 g/dL, HCT 38.6 %, PLT 270 103/mm3, WBC 6.9
103/mm3, LED 10 mm/jam, CT / BT 910 / 230, HbsAg Negatif.
PEMBAHASAN
FRAKTUR FEMUR
I.
PENDAHULUAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis,
baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma berat;
kadang-kadang trauma ringan saja dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena
penyakit tertentu. Juga trauma ringan yang terus menerus dapat menimbulkan fraktur.1,2
Fraktur patologik adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah
mengalami proses paotologik, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma multipel,
kista tulang, osteomielitis, dan sebagainya. Trauma ringan saja sudah dapat menimbulakan
fraktur.1
Fraktur stress disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus, misalnya fraktur fibula
pada pelari jarak jauh, frkatur tibia pada penari balet, dan sebagainya.1
II.
ETIOLOGI
Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus
mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah.
Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir
(shearing).2
Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan membengkok,
memutar dan tarikan. Trauma dapat bersifat :
Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur
pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan
jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
Tekanan berputar yang dapat menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik
Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal
III.
PATOFISIOLOGI
Fraktur traumatik yaitu yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba.2
Fraktur patologis dapat terjadi hanya tekanan yang relatif kecil apabila tulang
telah melemah akibat osteoporosis atau penyakit lainnya.11
Fraktur stres yang terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu.2
IV.
ANATOMI
V.
KLASIFIKASI FRAKTUR.2
Klasifikasi etiologis
Fraktur traumatik
Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba
Fraktur patologis
Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam tulang
Fraktur stres
Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.
Klasifikasi klinis
Transversal
Oblik
Segmental
Spiral dan segmental
Komunitif
Segmental
Depresi
*Dikutip dari kepustakaan 2
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya (gambar 2.4)
Tidak bergeser (undisplaced)
Bergeser (displaced)
Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :
a)
b)
c)
d)
e)
Bersampingan
Angulasi
Rotasi
Distraksi
Over-riding
f) Impaksi
VI.
Gambar 6
*Dikutip dari kepustakaan 4
Gambar 7
*Dikutip dari kepustakaan 4
FRAKTUR COLLUM FEMUR.5
Tingkat kejadian yang tinngi karena faktor usia yang merupakan akibat dari
berkurangnya kepadatan tulang
Fraktur Collum femur dibagi atas intra- (rusaknya suplai darah ke head femur) dan extra(suplai darah intak) capsular. Diklasifikasikan berdasarkan anatominya. Intracapsular
dibagi kedalam subcapital, transcervical dan basicervical. Extracapsular tergantung dari
fraktur pertrochanteric
Gambar 8
Fraktur collum femur disebabkan oleh trauma yang biasanya terjadi karena kecelakaan, jatuh
dari ketinggian atau jatuh dari sepeda dan biasanya disertai trauma pada tempat lain.Jatuh pada
daerah trokanter baik karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu
tinggi seperti terpeleset di kamar mandi di mana panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi dapat
menyebabkan fraktur collum femur. 2
C. Stadium III
D. Stadium IV
Fraktur collum femur harus ditatalaksana dengan cepat dan tepat sekalipun merupakan
fraktur collum femur stadium I. jika tidak, maka akan berkembang dengan cepat menjadi fraktur
collum femur stadium IV8Selain Garden, Pauwel juga membuat klasifikasi berdasarkan atas
sudut inklinasi collum femur seperti yang tertera pada gambar 4.2, yaitu sebagai berikut: 2
B. Tipe II
C. Tipe III
Anamnesis biasanya menunjukkan adanya riwayat jatuh dari ketinggian disertai nyeri
panggul terutama daerah inguinal depan. Tungkai pasien dalam posisi rotasi lateral dan anggota
gerak bawah tampak pendek. Pada foto polos penting dinilai pergeseran melalui bentuk
bayangan yang tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput
femoris dan ujung collum femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tak
bergeser (stadium I dan stadium II berdasarkan Garden) dapat membaik setelah fiksasi internal,
sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non-union dan nekrosis avaskular.8
Pengobatan fraktur collum femur dapat berupa konservatif dengan indikasi yang sangat
terbatas dan terapi operatif. Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan baik pada orang dewasa
muda ataupun pada orang tua karena perlu reduksi yang akurat dan stabil dan diperlukan
mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi. Jenis operasi yang dapat
dilakukan, yaitu pemasangan pin, pemasangan plate dan screw, dan artroplasti yang dilakukan
pada penderita umur di atas 55 tahun, berupa: eksisi artroplasti, herniartroplasti, dan artroplasti
total. 2
Komplikasi yang bersifat umum: trombosis vena, emboli paru, pneumonia, dekubitus
Nekrosis avaskuler kaput femur
Komplikasi ini biasanya terjadi pada 30% pasien fraktur collum femur dengan
pergeseran dan 10% pada fraktur tanpa pergeseran. Apabila lokasilisasi fraktur lebih
ke proksimal maka kemungkinan untuk terjadi nekrosis avaskuler menjadi lebih
besar.
Nonunion
Lebih dari 1/3 pasien fraktur collum femur tidak dapat mengalami union terutama
pada fraktur yang bergeser. Komplikasi lebih sering pada fraktur dengan lokasi yang
lebih ke proksimal. Ini disebabkan karena vaskularisasi yang jelek, reduksi yang tidak
akurat, fiksasi yang tidak adekuat, dan lokasi fraktur adalah intraartikuler. Metode
Gambar 11
Gambar 12
fixation.
*Dikutip dari kepustakaan 5
Supracondylar
Nondisplaced
Displaced
Impacted
Continuited
Gambar 13
*Dikutip dari kepustakaan 4
Condylar
Intercondylar
Gambaran klinis pada pasien ditemukan riwayat trauma yang disertai pembengkakan dan
deformitas pada daerah suprakondiler. Krepitasi mungkin ditemukan.
Pengobatan dapat dilakukan secara konservatif, berupa: traksi berimbang dengan
mempergunakan bidai Thomas dan penahan lutut Pearson, Cast-bracing, dan spika panggul.
Terapi operatif dapat dilakuan pada fraktur terbuka atau adanya pergeseran fraktur yang tidak
dapat direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-plate dan
screw dengan macam-macam tipe yang tersedia.
Komplikasi dini yang dapat terjadi berupa: penetrasi fragmen fraktur ke kulit yang
menyebabkan fraktur menjadi terbuka, trauma pembuluh darah besar, dan trauma saraf.
Komplikasi lanjut dapat berupa malunion dan kekakuan sendi lutut.
VII.
DIAGNOSIS
A. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1.
Syok, anemia atau pendarahan
1.
Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau
2.
B. PEMERIKSAAN LOKAL
1. Inspeksi (Look)
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan
lain
Perhatikan kondisi mental penderita
Keadaan vaskularisasi.2
2. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh
sangat nyeri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan
saraf. 2
4. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris
serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau
neurotmesis. Kelainan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena
dapat menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita serta
merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya. 2
5. Pemeriksaan radiologi
Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk menetapkan
kelainan tulang dan sendi :
Foto Polos
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.
Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan
keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang bersifat
radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan
radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis :
Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
Untuk konfirmasi adanya fraktur
Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya
Untuk menentukan teknik pengobatan
Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru
Dua posisi proyeksi, dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada anteroposterior dan lateral
Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan di bawah
sendi yang mengalami fraktur
Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke dua
anggota gerak terutama pada fraktur epifisis.
Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua
daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu
Gambar 16. MRI, kepala femur tampak pipih yang disebabkan fraktur
kompresi.
*Dikutip dari kepustakaan 10
Arthografi
: memasukkan kontras positif kedalam rongga sendi
kemudian membuat foto AP dan lateral. Kontras yang bisa dipakai urografin
dan lain-lain.7
PENATALAKSANAAN
Prinsip Umum
Pengobatan bedah ortopedi secara umum mengikuti prinsip dasar pengobatan
penyakit lainnya dan berpedoman kepada hukum penyembuhan (law of nature), sifat
penyembuhan, serta sifat manusia pada umumya. Disamping pemahaman tentang prinsip
dasar pengobatan yang rasional, metode pengobatan disesuaikan pula secara individu
terhadap setiap penderita. Pengobatan yang diberikan juga harus berdasarkan alasan
mengapa tindakan ini dilakukan serta kemungkinan prognosisnya.2
Secara umum prinsip pengobatan bedah ortopedi adalah :
Ciptakan kerja sama yang baik tanpa melupakan hukum penyembuhan alami
Pada umumnya penanganan pada bidang bedah ortopedi dapat dibagi dalam tiga
cara, yaitu:
1. Tanpa pengobatan
Sekurang-kurangnya 50% penderita (tidak termasuk fraktur) tidak memerlukan
tindakan pengobatan dan hanya diperlukan penjelasan serta nasihat-nasihat seperlunya
dari dokter. Tapi tidak jarang penderita belum merasa puas bila hanya diberikan
nasihat (terutama oleh dokter umum) sehingga perlu dirujuk kedokter ahli bedah
tulang untuk penjelasan rinci tentang penyakit yang diderita dan prognosisnya.2
2. Pengobatan non-operatif
Bed Rest
Bed rest merupakan salah satu jenis metode pengobatan, baik secara umum
ataupun hanya lokal dengan mengistirahatkan anggota gerak/tulang belakang
Kematian jaringan baik akibat diabetes melitus, penyakit vaskuler, setelah suatu
trauma, kombusio atau nekrosis akibat dingin.
Anggota gerak tidak berfungsi sama sekali (merupakan gangguan atau benda
asingsaja), sensibilitas anggota gerak hilang sama sekali, adanya nyeri hebat,
IX.
PROGNOSIS
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan. Tidak
seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan
parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan
fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk
penyembuhan memadai smapai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti
imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor
biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan
fraktur.2
DAFTAR PUSTAKA
2. Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7. Jakarta, 1995.
Widya Medika;
Femur
Fracture.
http://emedicine.medscape.com/article/824856-overview#showall
9. Lawrence M Davis, MD. Magnetic Resonance Imaging
In
(MRI).
site
In
site
http://www.emedicinehealth.com
10. Kramer. Josef., Czerny. C., Pfirrmann. Christian W., Hofmann. S., Scheurecker. A. In
Internal Derangements of the Hip and Proximal Femur (Including Intra- and Extraarticular Snapping Hip). Imaging of the Musculoskeletal System. Elsevier. 2008. In site
http://imaging.consult.com