Laporan Elemen 1
Laporan Elemen 1
BAB I
PENDAHULUAN
Page 1
Daya Rencana
Bahan Poros
Tegangan geser
Diameter Poros
Page 2
BAB I
: PENDAHULUAN
BAB II
: TEORI DASAR
BAB III
: PERHITUNGAN
BAB IV
: ANALISA
BAB V
: KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Page 3
BAB II
TEORI DASAR
(2) Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya
harus teliti.
Gambar II.3
Poros5Gandar
Page
Sumber : http://wawan-mesin.blogspot.com
Page 6
(4) Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros
propeler dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula
untuk poros-poros yang terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang sering
berhenti lama. Sampai batas-batas tertentu dapat pula dilakukan perlindungan
terhadap korosi.
(5) Bahan poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin
dan difinis, baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan
dari inglot yang dikill(baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilikon dna dicor;
kadar karbon terjamin). Meskipun demikian, bahan ini kelurusannya agak kurang
tetap dan dapat mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang
misalnya bila diberi alur pasak, karena ada tegangan sisa di dalam terasnya. Tetapi
penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras dan kekuatannya
bertambah besar
II.4. Poros Dengan Beban Puntir
Jika diketahui bahwa poros yang akan direncanakan maupun yang akan
dianalisis tidak mendapat beban lain selain beban puntir, maka diameter poros
tersebut dapat dibuat lebih kecil dari apa yang dibayangkan.
Meskipun demikian, jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan,
tarikan atau tekanan,misalnya pada sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan
pada poros motor, maka kemungkinan adanya beban tambahan tersebut perlu
diperhitungkan dalam faktor keamanan yang akan diambil.
Tata cara perencanaan diberikan dalam sebuah diagram aliran hal tersebut perlu
dilakukan guna memudahkan dalam pengurutan proses perhitungan.
Page 7
Pertama kali ambillah suatu kasus dimana daya P (kW) harus ditransmisikan dan
n1 (Rpm) diberikan. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan terhadap daya P
tersebut. Jika P adalah daya rata-rata yang diperlukan harus dibagi dengan efesiansi
mekanis dari sistem untuk untuk mendapatkan daya penggerak mula yang
diperlukan. Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat start, atau mungkin
beban yang besar terus bekerja setelah start. Dengan demikian seringkali diperlukan
koreksi pada daya rata-rata yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi
pada perencanaan.
Jika P adalan daya nominal output dari motor penggerak, maka berbagai macam
faktor keamanan biasanya dapat diambil dalam perencanaan, sehingga koreksi
pertama dapat diambil kecil. Jikafaktor koreksi adalah fc (tabel 1.6 [sularso]) maka
daya rencana Pd (kW) sebagai patokan adalah :
Pd =f c P(kW )
Tabel 1I.1 faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, fc .[soelarso]
Daya yang akan ditransmisikan
Daya rata-rata yang diperlukan
Daya maksimum yang diperlukan
Daya normal
fc
1,2 2,0
0,8 1,2
1,0 1,5
Jika daya yang diberikan dalam daya kuda (PS), maka harus dikalikan 0,375
untuk mendapatkan daya dalam kW.
Jika momen puntir (disebut juga momen rencana) adalah T (kg.mm) maka :
2 n1
60
102
T
(
1000 )(
P=
d
Sehingga :
T =9,74 x 10 5
Pd
n1
Page 8
Keterangan :
Pd
fc
= Faktor koreksi
Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada diameter poros ds (mm), maka
tegangan geser (kg/mm2) yang terjadi adalah :
T
5,1 T
=
= 3
3
ds
ds
16
( )
harga 18 % ini faktor keamanan diambil sebesar 1/0,18 = 5,6 ini diambil untuk
bahan SF dengan kekuatan yang dijamin, dan 6,0 untuk bahan SC dengan pengaruh
massa dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan Sf 1.
Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau
dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar, pengaruh
Page 9
kekeasaran permukaan juga perlu diperhatikan. Untuk memasukkan pengaruhpengaruh ini dalam perhitungan perlu diambil faktor yang dinyatakan sebagai Sf
a =
b
Sf 1 .Sf 2
Keterangan :
(kg/mm2)
a
b
= Kekuatan tarik (kg/mm2)
Sf1
Sf2
Page 10
Dari persamaan 1.4 diperoleh rumus untuk menghitung diameter poros ds (mm)
sebagai :
1/ 3
ds=(
5,1
Kt Cb T )
a
Diameter poros harus dipilihdari table 1.7. Selanjutnya ukuran pasak dan alur
pasak dapat ditentukkan dari table 1.8.Harga factor konsentrasi tegangan untuk alur
pasak () yang diperoleh dari diagram R.E. Peterson (Gb. 1.1)
Bila dibandingkan dengan factor kemanan Sf2 untuk konsentrasi tegangan pada
poros beralur pasak yang ditaksir terdahulu,maka sering kali menghasilkan
diameter poros yang lebih besar.
Perksalah perhitungan tegangan, mengingat diameter yang dipilih dari table 1.7
lebih besar dari ds
mengambil
a . Sf 2/
sebagai
tegangan
yang
diizinkan
yang
dihitung atas dasar poros tanpa alur pasak, factor lenturan Cb, dan factor koreksi
tumbukkn Kt, dan tentukkan masing-masing harganya jika hasil yang terdahulu lebih
besar, serta lakukan penyesuaian jika lebih kecil.
Dalam kasus analisis poros menentukan bahan poros dapat dilakukan
Page 11
setelah itu
Saat sumber listrik disambungkan, maka kita bisa menggeser selector ke arah ON
(sesuai kecepatan yang diinginkan). Adapun cara kerja blender tahap per tahap adalah ;
1. Listrik AC yang berasal dari arus listrik rumah diubah dioda menjadi arus searah
(DC).
2. Arus kemudian diteruskan ke komutator yang secara periodik mengubah arah
arus sehingga perputaran motor selalu pada arah yang sama.
Page 12
Page 13
BAB III
PERHITUNGAN
Benda
: 400 Watt
: 250 rpm
Bahan Poros
Page 14
III.2. Flowchart
MULAI
(rpm)
T=Fxr
Pd = T
B
= sf 1 sf 2
Page 15
Ds = (
5,1 Kt Cb T
)
A
A
( Kg/mm2 )
5,1 T
3
=
(ds)
terjadi
9. Perbandingan
no
Yes
Page 16
Seselai
135 mm
D 5 mm
B
Rby
Page 17
+ Ma = 0
(3.92 N x 9.5 mm) (Rby x 19 mm) = 0
37.24 N.mm Rby x 19 mm = 0
Rby = 37.24 N.mm / 19 mm
Rby = 1.96 N
*masukan ke persamaan (1)
Ray + Rby = 3.92 N
Ray + 1.96 N = 3.92 N
Ray = 3.92 N 1.96 N
Ray = 1.96 N
Torsi = F x r
= 4.9 N x 7.5 mm = 36.75 N.mm
= 0.5 kg x 7.5 mm = 3.75 kg.mm
Page 18
P = 0,4 kW (400 W)
n1 = 250 rpm
Langkah 2
Momen Puntir Rencana ( T ) didapat dari Diagram benda bebas
T = 3.75 kg.mm
Langkah 3
Daya Rencana Pd
Pd = T
Bahan
: S30C
: 48
Sf1
Kg
mm2
Page 19
Sf2
B
sf 1 sf 2
48
6,0 1,3
6.15
Kg
mm2
Langkah 6
Faktor koreksi untuk momen puntir Kt, Faktor lenturan Cb
-
Langkah 7
Diameter poros (ds)
1 /3
Ds = (
5,1 Kt Cb T
)
1/ 3
= (
= 5.01 mm
5,1 T
3
(ds)
= 0.152
Kg
2
mm
Langkah 9
Perbandingan Tegangan yang diijinkan dengan Tegangan yang
terjadi.
Tegangan yag diizinkan
Page 20
a Sf2 = 6.15
Kg
mm2
1.3 = 7.9
Kg
mm2
Cb Kt
Kg
2
mm
= 0.182
Kg
2
mm
Syarat :
a Sf2 > Cb Kt
Kg
7.9 mm2
> 0.182
Kg
mm2
(baik)
BAB IV
ANALISA
1. Dipilih nilai Sf2 = 1.3 karena tidak terdapat pasak yang akan menyebabkan
konsentrasi tegangan.
2. Diameter poros rencana dengan diameter aktualnya tidak jauh berbeda yakni
diameter aktual 5 mm dan diameter rencana 5.01 mm.
3. Karena diperkirakan tidak terjadi beban lenturan yang besar sehingga dipilih
nilai faktor lenturan = 1.2 .
4. Untuk poros dengan torsi yang kecil ternyata membutuhkan daya yang kecil
pula.
Page 21
BAB V
KESIMPULAN
Setelah dilakukan perhitungan maka didapat beberapa kesimpulan untuk masingmasing elemen dari poros-blender ini, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Putaran poros
Daya
Momen puntir
Safety factor bahan poros
bahan S-C)
: 250 rpm
: 0,098 kW
: 3.75 (kg/mm)
: Sf1=6,0 (standar ASME untuk
Sf2 = 1.3 (tidak ada pasak dan poros bertangga sehingga tidak
: 6.15
Page 22
Kg
2
mm
halus karena tidak ada tumbukan ) Faktor lenturan Cb= 1.2 (karena
diperkirakan tidak terjadi beban lenturan yang besar)
7. Diameter poros (ds)
: 5.01 mm
8. Tegangan geser yang terjadi
: 0.152
Kg
mm2
9. Perbandingan tegangan
-
Kg
mm2
1.3 = 7.9
Kg
mm2
Cb Kt
Kg
2
mm
= 0.182
Kg
2
mm
Syarat :
a Sf2 > Cb Kt
Kg
7.9 mm2
> 0.182
Kg
2
mm
(baik)
Page 23