Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai ketentuan yang berlaku bahwa setiap mahasiswa STIEM
Bongaya Makassar diwajibkan mengikuti program Kuliah Kerjalapangan
(KKL) yang merupakan suatu bentuk pelajaran dan pengalaman yang
sangat berharga bagi kami untuk terjun langsung dan melihat kondisi
ketika berada ditengah-tengah lingkungan kerja sehingga kami dapat
mengaplikasikan

ilmu

yang

telah

diperoleh

dibangku

kuliah.

Pelaksanaankegiatan KKL sebagai salah satu bentuk nyata dalam rangka


menyusuaikan antara dunia akademis dan dunia professional. Sehingga
dapat menghasilkan insan yang akademis yang terdidik secara teoritis dan
terlatih secara professional. Oleh karna itu dilaksanakan kuliah kerja
lapangan (KKL) di PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULSELBAR
Cab.Utama Makassar, bagian Kas Daerah Tingkat (KASDA II).
Kuliah Kerja lapangan plus (KKL) merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh mahasiswa pada suatu instansi atau perusahaan, baik pemerintahan
maupun swasta yang bertujuan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan
ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan dengan bobot kredit
sebesar 3 SKS (SatuanKredit Semester).

Hasil pengamatan yang diperoleh selama pelaksanaan Kuliah Kerja


lapangan (KKL) akan dibuat dalam sebuah penulisan laporan sebagai
kewajiban yang harus dipenuhi mahasiswa sebagai tindak lanjut dari
pelaksanaan KKL yang juga merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam
penyelesaian studi pada Strata 1 (S1) Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Makassar (STIEM BONGAYA).
Dalam melaksanakan KKL penulis mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut :
1 Penulis terdaftar sebagai peserta Kuliah Kerjalapangan (KKL)
berdasarkan ketentuan ditetapkan Jurusan Akuntansi Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar (STIEM BONGAYA).
2 Lokasi atau tempat yang dijadikan obyek Kuliah Kerja lapangan
(KKL) ditentukan sendiri oleh penulis, baik secara perorangan
maupun secara berkelompok dengan memperhatikan petunjuk
serta ketentuan yang telah ditentukan oleh pihak Jurusan Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar (STIEM BONGAYA).
3 Penulis dapat menentukan lokasi Kuliah Kerja lapangan (KKL)
dengan membawa surat permohonan dari Jurusan kemudian surat
permohonan tersebut diterima dan disetujui oleh instansi tersebut.
4 Selama mengikuti Kuliah Kerja lapangan (KKL), penulis wajib
membuat laporan KKL dan dilaporkan kepada pembimbing yang
telah ditunjuk.
B. Temuan

1 Terjadinya selisih laporan pada Buku Kas Umum (BKU) penerimaan


dan pengeluaran pada Sub Bidang Pengelolaan Kasda Kota
Makassar karena ada selisih antara pihak kasda dan pihak Bank.
2 Tercecernya berkas SP2D
C. Tujuan Dan Kegunaan Penulisan
1 Untuk mengaplikasikan teori dan keterampilan yang didapatkan
selama dibangku kuliah secara langsung dalam dunia kerja.
2 Menambah pengetahuan dan pengalaman yang tidak didapatkan di
dalam bangku kuliah
3 Membantu kelancaran tugas pada instansi atau perusahaan
dimana mahasiswa tersebut ditempatkan.,
Kuliah Kerjalapangan (KKL) ini dilaksanakan dengan kegunaan
sebagai berikut :
1 Sebagai bahan acuan terhadap keberhasilan dan kemajuan
mahasiswa dalam proses penerapan ilmu pengetahuan.
2 Sebagai referensi bagi pihak yang akan melaksankan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL).
3 Sebagai salah satu syarat menyelesaikan program strata satu (S1)
Pada Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar
(STIEM BONGAYA).

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Kasda II

Sejarah singkat mengenai pendirian Kantor Kas Daerah Provinsi


Jawa Barat tidak dapat dipisahkan dengan masalah anggaran daerah atau
hal yang berkaitan dengan keuangan daerah.Dimana segenap aparatur
pemerintahan umum di daerah ,khususnya para pengelola keuangan
daerah baik unsur pimpinan maupun bawahan dapat melaksanakan tugas
dan kewajibannya.
Kas Daerah Tingkat II kota Makassar (KASDA II kota makassar)
merupakan perpanjangan tangan dari Bendahara Walikota Kota Makassar
yang berada di Bank Sulselbar, selaku Bank Pemerintah. Hal ini
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2007 pasal 18 19 Tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah yang
mengharuskan

permerintah

daerah

membuka

rekening

di

bank

pemerintah. Kedua pasal tersebut berbunyi:

Pasal 18
(1) Gubernur/bupati/walikota menunjuk Bank Umum sesuai dengan
kriteria dan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1) dan/atau Bank Sentral untuk menyimpan Uang Daerah
yang berasal dari penerimaan daerah dan untuk membiayai
pengeluaran daerah.
(2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku
Bendahara Umum Daerah membuka rekening Kas Umum
Daerah pada Bank Sentral dan/atau Bank Umum yang ditunjuk

oleh gubernur/bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat


(1).
(3) Penunjukan Bank Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimuat dalam perjanjian antara Bendahara Umum Daerah
dengan Bank Umum yang bersangkutan.
(4) Perjanjian

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(3)

sekurangkurangnya mencakup:
a) jenis pelayanan yang diberikan;
b) mekanisme pengeluaran/penyaluran dana melalui bank;
c) pelimpahan penerimaan dan saldo rekening pengeluaran
ke Rekening Kas Umum Daerah;
d) pemberian bunga/jasa giro/bagi hasil atas saldo rekening;
e) pemberian imbalan atas jasa pelayanan;
f) kewajiban menyampaikan laporan;
g) sanksi berupa denda dan/atau pengenaan bunga yang
harus dibayar karena pelayanan yang tidak sesuai dengan
perjanjian; dan
h) tata cara penyelesaian perselisihan.
(5) Pembukaan

rekening

di

Bank

Sentral

oleh

gubernur/bupati/walikota berdasarkan penunjukan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada ketentuan yang
diterbitkan oleh Bank Sentral.

Pasal 19
(1) Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah
dapat membuka rekening penerimaan pada Bank Umum yang
ditunjuk

oleh

gubernur/bupati/walikota

untuk

mendukung

kelancaran pelaksanaan operasional penerimaan daerah.


(2) Rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dioperasikan
sebagai rekening bersaldo nihil yang seluruh penerimaannya
dilimpahkan

ke

sekurangkurangnya

Rekening
sekali

Kas

sehari

Umum

pada

akhir

Daerah
hari

kerja

sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian dengan Bank


Umum bersangkutan.
(3) Dalam hal kewajiban pelimpahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) secara teknis belum dapat dilakukan setiap hari,
gubernur/bupati/walikota mengatur pelimpahan secara berkala.
(4) Bendahara
pengeluaran

Umum
pada

Daerah
Bank

gubernur/bupati/walikota

dapat

Umum
untuk

membuka

yang

rekening

ditetapkan

mendukung

oleh

kelancaran

pelaksanaan operasional pengeluaran daerah.


(5) Rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dioperasikan
sebagai rekening yang menampung pagu dana untuk membiayai
kegiatan pemerintah daerah sesuai rencana pengeluaran, yang
besarnya ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
(6) Pemindahbukuan dana dari rekening penerimaan dan/atau
rekening pengeluaran pada Bank Umum ke Rekening Kas

Umum Daerah dilakukan atas perintah Bendahara Umum


Daerah.
(7) Ketentuan lebih lanjut tentang pembukaan dan pengoperasian
rekening penerimaan dan rekening pengeluaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (4), dan
ayat (5) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
Seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia

Nomor

39

Tahun

2007

Tentang

Pengelolaan

Uang

Negara/Daerah, kasda daerah mempunyai wewenang sbb:


1. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan
dan pengeluaran Kas Daerah;
2. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD
oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang telah
3.

ditunjuk;
mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam

4.
5.
6.
7.

pelaksanaan APBD;
menyimpan Uang Daerah;
melaksanakan penempatan Uang Daerah;
mengelola/menatausahakan investasi;
melakukan pembayaran berdasarkan permintaan

pejabat

Pengguna Anggaran atas beban Rekening Kas Umum Daerah;


dan
8. menyajikan informasi keuangan daerah.
Atas dasar ketentuan-ketentuan di atas maka terdapat hubungan
kerjasama antara KASDA 2 dan Bank Sulselbar. Bank Sulselbar juga
merupakan bank milik pemerintah daerah karna 80% dari sahamnya
adalah milik pemerintah provinsi Sulawesi selatan.

Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Cabang Utama


Makassar berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. 041/KPTS/DISBPDSS/1987. Dengan Pengalihan kegiatan operasional kantor pusat ke
BPD Sulawesi Selatan Cabang Utama Makassar, maka ruang lingkup
struktur organisasi tersebut telah diperjelas dengan Surat Keputusan
Direksi No. 045/KPTS/DIR-BPDSS/1990 tanggal 18 September 1990 yang
kemudian

diubah

yaitu

dengan

Surat

Keputusan

Direksi

No.

060/KTPS/DIR-BPDSS/1990 tanggal 25 Oktober 1990.


B. Struktur Organisasi
Guna

mendukung

perusahaan,

maka

kelancaran
manajemen

kerja

bagi

perusahaan

personil
perlu

suatu

membuat

pembagian tugas dan fungsi, sehingga personil dapat mengetahui


ruang lingkup, cara melaporkan dan kepada siapa harus dilaporkan
hasil kerja.
Pembagian dan fungsi masing-masing personil harus tergambar
dalam sebuah struktur organisasi sebagai bukti tertulis bagi personil
dan sekaligus membantu bagi masyarakat yang akan berhubungan
dengan perusahaan sesuai kepentingannya. Struktur organisasi
memberikan gambaran tentang banyaknya unit-unit kerja yang ada
dalam perusahaan dan sekaligus memberikan batasan-batasan
lingkup kerja,sehingga tidak terjadi overlapping pekerjaan.

Berarti akan memudahkan menentukan mana unit kerja yang paling


tepat menangani suatu sistem, sehingga efektifitas kerja dapat
diwujudkan.
memudahkan

Selain

itu,

struktur

pendeteksian

organisasi

akan

terjadi

kesalahan

apabila

membantu
Struktur

organisasi juga dapat berfungsi sebagai alat untuk membantu


penyusunan suatu system pekerjaan, karena dengan ditetapkannya
unit-unit kerja,dengan cara menganalisis pekerjaan yang salah,
kemudian disesuaikan dengan unit kerja yang menangani pekerjaan
tersebut.

WALIKOTA
MAKASSAR

BPKA

10

ANGGARAN

PERBENDAHARAAN
KOTA MAKASSAR

AKUNTANSI

SUB.
PERBENDAHARA
AN DAN GAJI

SUB.
PENGENDALIAN
KASDA KOTA
MAKSSAR

PEMBUKUAN BANK
SULSELBAR DAN
PERWAKILAN PAJAK

C. Pembahasan Temuan dan Solusi


Ada banyak kegiatan yang terjadi di dalam KASDA II Kota Makassar
yakni penerimaan STS, penerimaan SP2D, pengarsipan pajak dan
pengimputan kembali berkas yang telah masuk ke bank.
Namun yang menjadi temuan yang berhasil penulis amati dan terjun
langsung untuk membantu menangani masalah tersebut.

11

Sebelum kita membahas tentang temuan maslah, kita perlu


mengetahui asal usul pembuatan berkas SP2D dari awal hingga di terima
oleh pihak KASDA II Kota Makassar.
Untuk itu ada beberapa proses yang harus kita ketahui, hal ini
berhubungan dengan pengendalian internal atas semua kegiatan yang
berkaitan dengan KASDA II Kota Makassar.
Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai proses perjalanan
berkas SP2D:
1 Permohonan penerbitan berkas SP2D (Surat Perintah Pencairan
Dana)
Setiap
menjalankan

SKPD

mempunyai

fungsinya

sepagai

program-program
alat

pendukung

untuk
kinerja

kepemerintahan. Program-program tersebut mendapatkan biaya


untuk pelaksanaannya melalui anggaran daerah.
Oleh karena itu untuk mendapatkan biaya atas program
kegiatan tersebut setiap SKPD harus melaporkan atas semua
kegiatan

yang

berkaitan

pembiayaan

kepada

Bidang

Pemberdaharaan guna mencairkan dana atas kegiatan maka SKPD


mengirimkan
pendukung

laporan
(SPPD)

kegiatan
kepada

beserta

Bidang

dokumen-dokumen

Pemberdaharaan

untuk

menerbitkan surat SP2D.


2 Proses penerimaan laporan kegiatan
Berkas laporan kegiatan beserta

dokumen-dokumen

pendukung ditujukan kepada kantor walikota yang selanjutnya


berkas

tersebut

diterima

dan

diperiksa

oleh

Bidang

12

Pemberdaharaan. Jika terjadi kesalahan maka berkas akan di


kembalikan

untuk

diperbaiki.

Kesalahan-kesalahan

ini

bisa

dikarenakan nilai yang yang dilaporkan dengan nilai yang tercantum


oleh berkas SPPD tidak sesuai, terjadi komplein dari rekanan dan
lain-lain. Setelah berkas dianggap tidak bermasalah, maka berkas
akan dibuatkan berkas SP2D.
3 Penerbitan berkas SP2D
Setelah pihak perbendaharaan menilai dokumen tersebut
tidak

terdapat

kesalahan,

maka

pihak

perbendaharaan

memerintahkan bagian SUB. PERBENDAHARAAN DAN GAJI untuk


mencetak berkas SP2D dan mengimput data seluruh berkas SP2D
melalui sistem SIMKADA BUD Kota Makassar yang selanjutnya
SUB. PERBENDAHARAAN DAN GAJI meberikan softcopy untuk
dijadikan sebagai arsip dan menjadi bahan acuan untuk pihak
KASDA II Kota Makassar untuk melanjutkan kepada pihak bank.
4 Penerimaan berkas SP2D di KASDA II Kota Makassar
Berkas
SP2D
yang
telah
dicetak
oleh

SUB.

PERBENDAHARAAN DAN GAJI selanjutnya dikirimkan ke pihak


KASDA II Kota Makassar yang selanjutnya akan diterima oleh
perwakilan pihak bank yang berada di KASDA II Kota Makassar dan
memferifikasi atas setiap berkas yang diterima dan melaporkan
kepada pihak SUB. PERBENDAHARAAN DAN GAJI jika terjadi
ketidak sesuaian antara surat pengantar berkas SP2D dengan
berkas yang ada. Maka pihak SUB. PERBENDAHARAAN DAN
GAJI akan mengkroscek kembali dengan data arsip yang dipegang.

13

5 Memisahkan berkas SP2D menuju pos-pos yang sesuai


Proses ini merupakan tahapan berkas SP2D menuju ke pospos yang sesuai yakni pos pembukuan, pos pajak dan pos arsip
agar berkas dapat di proses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tahapan atas proses ini adalah memisahkan antara lembaran
putih dan mengambil 2 lembar berkas pajak berdasarkan pajak yang
akan dibayarkan dengan berkas yang lain. Lembaran putih dan
berkas pajak ini ini akan ditujukan kepada pihak pembukuan dan
juga kepada pihak perwakilan pajak yang berada di bank.
6 Pembukuan oleh pihak bank
Untuk membawa berkas pencairan ini kepembukuan pihak
kASDA II Kota Makassar mempunyai pengendalian internal
tersendiri berupa pencatatan buku atas setiap berkas yang dikirim
ke pihak pembukuan yang disebut pengantar pembukuan dan
yang selanjutnya pihak bank akan mencocokkan data yang berada
dibuku dan berkas yang ada.
Setelah berkas telah diferifikasi oleh pihak pembukuan, maka
pihak perwakilan pajak akan mengambil berkas pajak yang tertera
bersamaan dengan berkas untuk pembukuan.
Pihak bank akan memberitahukan ketika terjadi masalah atas
perintah pencairan dana, maka berkas yang tadi akan dikembalikan
kepada pihak KASDA II Kota Makassar yang selanjutnya akan
memanggil

rekanan

yang

bersangkutan

untuk

memperbaiki

berkasnya.
7 Pelaporan oleh KASDA
Pelaporan ini dilakukan dengan cara mengubah data yang
ada di SIMKADA BUD dengan data yang ada di KASDA II Kota

14

Makassar. Data yang di ubah adalah nomor berkas yang diberikan


oleh KASDA atas bersangkutan dan tanggal berkas masuknya
berkas tersebut.
Hal ini dilakukan untuk mengkonfirmasi bahwa berkas yang
bersangkutan telah diterima oleh bank dan telah diproses oleh bank,
sehinggan rekanan yang bersangkutan dapat menarik dana atas
kegiatanya.
8 Pengarsipan
Pengarsipan ini dilakukan guna mengantisipasi adanya
komplein dari pihak rekanan dan sebagai bahan arsip bagi pihak
KASDA Kota Makassar maupun pihak rekanan.
Pengarsipan ini meliputi pengarsipan SP2D, SPM dan pajak
yang berguna sebagai bahan acuan ketika terjaddi kesalahan
dimasa mendatang.

Ada 2 temuan masalah yang terjadi selama pengamatan

yang

penulis lakukan:
1. Terjadinya

selisih

laporan

pada

Buku

Kas

Umum

(BKU)

penerimaan dan pengeluaran pada Sub Bidang Pengelolaan


Kasda Kota Makassar karena ada selisih antara pihak kasda dan
pihak Bank.
Terjadinya selisih antara laporan buku kas umum (BKU) ketika
pihak kasda melakukan pencocokan saldo pada rekening Koran dan
data laporan keuangan pihak KASDA II Kota Makassar.
Kasus ini terjadi bisa saja di karnakan adanya kesalahan dari
pihak bank ataupun dari pihak KASDA II Kota Makassar, baik itu pihak
bank yang salah membuku.

15

Kesalahan membuku ini bisa saja dikarenakan dana yang


harusnya dikreditkan pada rekening pihak KASDA II Kota Makassar
malah didebetkan ke rekening pihak lain atau dana yang harusnya
didebetkan pada rekening pihak KASDA II Kota Makassar malah
dikreditkan pada pada pihak lain.
Oleh karena itu setiap hari salah satu dari pihak KASDA II Kota
Makassar harus mencek posisi saldo per tanggal transaksi, karena
seberapapun jumlah saldo yang salah saji akan dianggap material.
Solusinya : Untuk mengatasi kesalahan ini pihak KASDA II Kota
Makassar akan melakukan koordinasi atara pihak bank
terkait dan pihak KASDA II Kota Makassar. Setelah
kedua belah pihak saling mencocokan data maka akan
dilakukan tindakan penanganan.
Penangan

yang

dilakukan

adalah

dengan

memperbaiki sesuai dengan pos yang seharusnya dan


baik itu dari pihak bank maupun pihak KASDA II Kota
Makassar akan membuat memo atas kesalahan yang
terjadi. Hal ini dimaksudkan adalah sebagai penanda
bahwa pernah terjadi kesalahan buku agar nanti dapat
dijelaskan ketika laporan keuangan masing-masing
pihak akan diaudit.
2. Tercecernya berkas SP2D
Pada saat menjelang akhir tahun pengkleiman dana atas
kegiatan pihak rekanan sangatlah tinggi. Hal ini mengakibatkan sedikit

16

kesalahan yang memang tidak dapat dibendung dikarenakan bukan


merupakan kesengajaan dari para staf.
Kasus ini terjadi dikarenakan berkas yang masuk terselip
diantara berkas lain atau antara kedua berkas saling menempel akibat
hekter berkas yang satu dengan berkas yang lainnya saling
menempel.
Solusinya :

Hal pertama yang harus di lakukan adalah melihat

keberadaan terakhir dari berkas tersebut. Apakah berkas


tersebut memang telah berada di KASDA II Kota
Makassar atau terselip diantara berkas yang lain.
Ketika berkas tersebut memang telah dipastikan
bahwa tidak terdaftar pada pihak KASDA II Kota Makassar
dengan melihat register peneriamaan dari pihak SUB.
PERBENDAHARAAN DAN GAJI, berarti orang yang
mencatat pada buku pengantar pembukuan melakukan
salah catat. Namun berkas tersebut telah terdaftar di
register, maka berkas tersebut harus di cara oleh pihak
KASDA II Kota Makassar.
Teknik untuk mencari berkas ini adalah dengan
melihat rekam jejak berkas tersebut. Biasanya berkas
terbut diantara berkas yang lain akibat hekter berkas
tersebut saling melekat. Dan biasanya cara ini cukup
ampuh untu mencari berkas tersebut.
3. Hilangnya berkas SP2D saat akan bukukan
Kasus ini sebenarnya hampir sama dengan kasus ke-Dua,
namun ini lebih parah yakni hilangnya berkas rekanan yang akan
dibukukan.

17

Kasus ini terakhir terjadi ketika berkas tersebut hendak di


bukukan oleh pihak pembukuan. Berkas tersebut terdapat dan dicatat
pada buku pengantar pembukuan. Namun berkas fisik tidak ada
dipihak pembukuan.
Solusinya :
Untuk kasus ini sangat tidak boleh terjadi. Karna
pihak yang dirugikan adalah pihak reknanan. Oleh karena
itu pihak KASDA II Kota Makassar, harus memastikan
bahwa tidak terjadi pembukuan dua kali.
Setelah di pastikan, maka kepala KASDA II Kota
Makassar menghubungi pihak perbendaharaan atas
kejadian yang terjadi dimaksudkan, guna mengklarifikasi
dan meminta arahan.
Arahan yang diberikan ketika kejadian ini terjadi
adalah mengcopy berkas arsip yang ada di KASDA II Kota
Makassar untuk dimasukkan kembali ke pembukuan
setelah dipastikan berkas tersebut tidak pernah dibukukan
sebelumnya.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah mengamati dan menginterprestasikan seluruh laporan
ini penulis menyimpulkan bahwa di KASDA II Kota Makassar
mempunyai system pengendalian yang baik, hal ini didasarkan atas
beberapa kasus diatas.

18

Sistem pengendalian yang baik akan memudahkan setiap


kejadian atas kasus yang terjadi dalam pencarian solusi atas
masalah yang terjadi.
B. Saran
Sistem pengendalian yang diterapkan oleh staf KASDA II Kota
Makassar sudah sangat baik, yakni dalam hal penyelesaian
masalah yang terjadi dapat dengan cepat diselesaikan.
Namun menurut penulis ada beberapa hal yang perlu di
tambah, yakni :
1 Mengingat Pada saat akhir tahun berkas yang masuk di
KASDA II Makassar begitu banyak, saran penulis adalah ketika
akan di lakukan pemisahan berkas SP2D dan Berkas Pajak
yang akan menuju

pembukuan. Sekiranya perlu untuk

diberikan nomor dan tanggal pada saat berkas tersebut akan di


proses pada buku pengantar pembukuan.
Hal

ini

penulis

pandang

sangat

efektif

dalam

hal

meningkatkan standar pengendalian berkas, karna ketika ada


berkas yang hilang dapat dengan cepat ditelusuri.
2 Mengingat staf KASDA II Kota Makassar berjumlah tujuh orang
belum termasuk tamu yang dating dan dengan kapasitas
ruangan yang harusnya dapat ditambah, hal ini berpengaruh
pada manajemen penyimpanan berkas.
Maka oleh karena itu perlulah kapasitas ruangan ditambah,
agar tercipta ruangan yang agak legah dan membuat para staf
merasa nyaman serta pengendalian berkas yang membaik.

19

Daftar pustaka

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 Tentang


Pengelolaan Uang Negara/Daerah
Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. 2015. Pedoman
Penulisan Laporan Kuliah Kerja Lapangan. STIEM Bongaya.

Anda mungkin juga menyukai