Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Cetak


2.1.1 Pengertian Bahan Cetak
Bahan cetak merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menghasilkan suatu
bentuk cetakan dari hubungan gigi dan jaringan rongga mulut (jaringan keras dan
jaringan lunak). Bahan cetak akan menghasilkan cetakan negatif dari jaringan keras dan
jaringan lunak rongga mulut yang kemudian akan diisi dengan dental stone atau dengan
bahan yang lainnya untuk mendapatkan model. Hal ini bertujuan untuk pembuatan
mahkota, gigitiruan penuh, gigitiruan sebagian dan pesawat ortodonti.1
Menurut Powers JM, dkk (2008), bahan cetak yang ideal adah bahan cetak yang
memenuhi persyaratan yaitu: (1) mempunyai aroma dan rasa yang menyenangkan serta
warna yang baik; (2) tidak mengandung bahan-bahan yang beracun dan mengiritasi; (3)
mempunyai shelf life yang adekuat sehingga dapat menjamin bahan tersebut tetap baik
selama penyimpanan; (4) hasil yang diperoleh sebanding dengan harganya; (5) mudah
digunakan dengan alat-alat yang minimal; (6) karakteristik pengerasan bahan sesuai
dengan persyaratan klinik; (7) mempunyai konsistensi dan tekstur yang baik; (8) dapat
digunakan pada jaringan rongga mulut yang lembab; (9) mempunyai sifat elastis dan
mampu mencegah perubahan setelah dilepaskan dari mulut; (10) cukup kuat sehingga
tidak mudah robek saat dilepaskan dari mulut; (11) tetap stabil dimensinya pada
temperatur dan kelembaban dalam kisaran normal; (12) kompatible dengan bahan
pengecoran; (13) memberikan hasil yang akurat pada penggunaan klinis; (14) hasil
cetakan dapat didesinfeksi tanpa kehilangan akurasi dan (15) tidak melepaskan gas
sewaktu reaksi pengerasan. 7
Tidak ada bahan cetak yang memenuhi seluruh persyaratan diatas, sehingga
pemilihan dan bahan tersebut berdasarkan pada keadaan klinis dan pilihan masingmasing oleh dokter gigi.7

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Klasifikasi Bahan Cetak


Bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu non-elastis
dan elastis.1,2
2.1.2.1 Bahan Cetak Non-elastis (kaku)
1. Impression Plaster
Impression plaster atau yang lebih dikenal dengan gips cetak merupakan bahan
cetak yang berbahan dasar dari gipsum. Gipsum adalah mineral yang ditambang dari
berbagai belahan dunia. Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses
kimia. Secara kimiawi gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah
kalsium sulfat dihidrat (CaSO4. 2H2O) murni. Sekarang bahan cetak gips jarang
digunakan sebagai bahan cetak sejak bahan elastomer telah tersedia, karena gips cetak
bersifat rigid dan lebih mudah patah. Dalam kedokteran gigi bahan ini digunakan untuk
membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti
penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi sebagai pembuatan protesa gigi.
Gips ini harus disimpan dalam kantung kedap udara karena akan menyerap air dari
udara dan akan mempengaruhi waktu pengerasan.1,2

2. Impression Compound
Impression compound adalah bahan cetak yang terdiri dari campuran malam,
resin termoplastik, bahan pengisi dan bahan pewarna. Ada dua bentuk dasar bahan cetak
compound yaitu bentuk kue dan bentuk stick (batang). Bahan ini digunakan pada suhu
dalam keadaan panas (45C) dan kemudian akan kembali keras pada suhu pendinginan
sesuai dengan temperatur rongga mulut (37C). Indikasi utama penggunaannya adalah
untuk mencetak linggir tanpa gigi. Aplikasi umum lain dari bahan cetak compound
adalah untuk membentuk tepi (border molding) sendok cetak perseorangan dari akrilik
selama mencoba sendok cetak.1,2 Proses pelunakan kompoun adalah hal yang harus
diperhatikan, prinsipnya bahan ini harus dengan mudah mengalir untuk menyesuaikan
dengan jaringan sehingga setiap detail dalam mulut terpindahkan secara akurat.1,3

Universitas Sumatera Utara

3. Zinc Oxide Eugenol (ZOE)


Bahan cetak zinc oxide eugenol merupakan bahan cetak berbentuk pasta. Bahan
ini dikemas dalam 2 bentuk pasta yang berbeda pada masing-masing tube yaitu base
(basis) dan aselerator. Pada base mengandung zinc oxide dan minyak mineral sedangkan
pada tube aselerator mengandung eugenol dan rosin. Manipulasi dilakukan dengan
mengaduk kedua pasta tersebut dengan proporsi yang sama pada masing-masing tube.
Bahan cetak zinc oxide eugenol

terutama

digunakan sebagai bahan cetak untuk

gigitiruan pada lingir edentulous dengan undercut kecil atau tanpa undercut. Bahan ini
memiliki keuntungan yaitu mampu mengisi pada bagian yang akurat dari hasil cetakan
jaringan lunak oleh karena sifat daya alirnya yang rendah. Kestabilan bahan cetak ini
sangat baik karena sifat pengerutan yang dapat diabaikan (<0,1%) mungkin terjadi
selama reaksi pengerasan.1,2,4

4. Impression Wax (malam)


Bahan cetak wax biasa digunakan untuk menghasilkan cetakan yang
memerlukan tekanan (mucocompressive) dalam pembuatan gigitiruan. Bahan ini juga
dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan cetakan yang disebabkan karena ukuran
sendok cetak yang terlalu kecil sehingga wax dapat ditambahkan pada bagian ujung
sendok cetak yang disesuaikan dengan rahang pasien.1

2.1.2.2 Bahan Cetak Elastis


1. Reversible Hydrocolloids (agar)
Komponen dasar bahan cetak hidrokoloid adalah agar. Agar adalah koloid
hidrofilik organik (polisakarida) yang diekstrak dari rumput laut jenis tertentu.
Kandungan utama berdasarkan berat adalah air (>80%). Proses manipulasi terdiri atas
tiga tahap yaitu persiapan bahan, conditioning atau pendinginan, dan membuat cetakan.
Reversible Hydrocolloid merupakan salah satu bahan cetak terakurat. Bahan cetak ini
sebagian besar telah diganti dengan bahan cetak berbahan dasar karet, namun bahan ini
masih digunakan untuk mencetak seluruh bagian dari gigi dan mulut tanpa undercut

Universitas Sumatera Utara

yang dalam, dan juga dapat digunakan untuk mencetak bagian gigi dan mulut
berdasarkan kuadran tanpa undercut yang dalam. Reversible Hydrocolloid juga sering
digunakan untuk mendapatkan hasil cetakan model pada pembuatan gigi tiruan
sebagaian cekat oleh karena bahan ini memiliki tingkat keakuratan yang tinggi.1,2

2. Irreversible Hydrocolloids (alginat)


Alginat adalah bahan cetak yang berasal dari ekstrak rumput laut tertentu yang
berwarna coklat (algae). Substansi alami ini kemudian diidentifikasi sebagai suatu
bentuk polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan atau yang disebut
juga dengan asam alginik. Manipulasi bahan ini sangat mudah dan tanpa menggunakan
alat khusus yaitu dengan cara mengaduk bahan cetak alginat dengan p/w ratio sesuai
dengan petunjuk pabrik. Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling
luas dalam kedokteran gigi klinis. Bahan ini biasa dipakai sebagai cetakan pendahuluan
untuk membuat studi model (model diagnostik) pada perawatan konservasi, prostodonti
dan orthodonti.1-4

3. Elastomer
Elastomer adalah bahan cetak yang fleksibel dan menyerupai karet setelah
proses setting time (pengerasan) berlangsung. Kebanyakan bahan cetak ini adalah
sistem dua komponen yang dikemas dalam bentuk pasta. Kedua pasta yang yang
berbeda warna dikeluarkan dalam panjang yang sama pada kertas pengaduk dan diaduk
sampai terbentuk warna homogen. Bahan ini tidak digunakan sebagai pembuatan
cetakan model studi, akan tetapi memiliki tingkat keakuaratan yang sangat tinggi.
Bahan cetak elastomer yang pertama kali yaitu polysulfides, kemudian diikuti dengan
silikon kondensasi, polyether dan silikon addisi.1,2

2.2 Alginat (Irreversible Hydrocolloid)


Irreversible hydrocolloid atau yang biasa dikenal dengan alginat merupakan
bahan cetak yang memiliki daya alir yang cukup tinggi sehingga dapat menghasilkan
cetakan yang cukup akurat, oleh karena itu bahan ini yang paling sering digunakan di

Universitas Sumatera Utara

klinik dokter gigi. Selain itu bahan ini juga memiliki keuntungan dengan harganya
relatif murah jika dibandingkan dengan bahan cetak yang lainnya dan mempunyai rasa
yang menyenangkan bagi pasien.1,2
Penggunaan bahan cetak ini beragam, mulai dari untuk membuat cetakan pada
pembuatan gigitiruan sebagian lepasan dengan cantolan, cetakan pendahuluan untuk
gigitiruan penuh, dan studi model pada perawatan orthodonti. Akan tetapi bahan ini
tidak cukup akurat untuk membuat cetakan gigitiruan sebagaian cekat.2
Adapun komposisi dari bahan cetak alginat yang meliputi komponen bubuk,
persentase berat dan fungsi masing-masing ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Komponen bahan cetak alginat.6

Komponen

Persentase berat
(%)

Fungsi

Sodium alginate

18

Reaktan

Kalsium sulfat
dihidrat

14

Reaktan

Sodium fosfat

Reaktan

Potasium sulfat

10

Membuat permukaan model


gipsum yang baik

Bahan pengisi
(misalnya tanah
diatoma)

56

Bahan pengisi untuk


mengontrol pengerasan gel

Sodium silikofluorit

Sebagai kontrol pH

Proses gelasi bahan ini yaitu bubuk alginat yang dicampur dengan air akan
menghasilkan bentuk pasta. Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan air
selama proses setting. Tahap pertama, sodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat
yang menyediakan waktu pengerjaan yang adekuat.2
2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3 (PO4)2 + 3Na2SO4

Universitas Sumatera Utara

Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat bereaksi
dengan sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang dengan air
akan membentuk gel.1-3

Na alginat + CaSO4

H2 O

Ca alginat + Na2SO4

(bubuk)

(gel)

Metode praktis dalam mengendalikan waktu gelasi yaitu dengan mengamati


waktu dari mulai pengadukan sampai bahan tersebut tidak lagi kasar atau lengket bila
disentuh dengan ujung jari yang bersih, kering serta bersarung tangan. Kemungkinan
waktu optimal adalah antara 3 dan 4 menit pada temperataur ruangan (200 C).
Normalnya, pabrik jenis alginat yang mengeras dengan cepat

(1-2 menit) dan yang

2,4

mengeras dengan kecepatan normal (2,5-4 menit).

Kekuatan gel alginat meningkat beberapa menit setelah gelasi awal terjadi.
Kebanyakan alginat meningkat elastisitasnya dengan berlalunya waktu, meminimalkan
distorsi bahan selama cetakan dibuka, sehingga dapat mencetak sempurna bagian
undercut.6
Alginat memiliki sifat viskoelastisitas yang tergantung pada kecepatan-regangan.
Maka ketahanan terhadap sobekan akan meningkat bila cetakan dikeluarkan dengan
sentakan tiba-tiba. Oleh karena itu kecepatan mengeluarkan cetakan harus disesuaikan
antara gerakan cepat dengan kenyamanan pasien.6
Sebagai keakurasian dari bahan ini yaitu sebagian besar cetakan alginat tidak
mampu menghasilkan detail yang halus, lain halnya dengan elastomer. Surfaktan dapat
digunakan untuk mendapatkan permukaan yang halus, tetapi dengan ditambahkannya
selapis larutan di atas permukaan cetakan akan bisa mengaburkan keakuratannya. Untuk
menjamin hasil cetakan dalam pembuatan model studi dapat diperoleh dengan baik,
maka cetakan harus dilakukan dengan benar.7
Perubahan dimensi merupakan sifat dari hidrokoloid dan harus dipertimbangkan
oleh dokter gigi karena perubahan dimensi apapun yang terjadi setelah cetakan

Universitas Sumatera Utara

dikeluarkan dari mulut menyebabkan model cetakan tidak akurat. Seperti diharapkan
dari struktur hidrokoloid, sebagian besar volume gel ditempati oleh air. Bila kandungan
air dalam gel dikurangi, gel akan mengerut yang disebut dengan sineresis, dan bila gel
menyerap air gel akan mengembang atau yang lebih dikenal dengan imbibisi.1,2
Proses sineresis ini adalah salah satu sifat khas dari gel. Eksudat yang muncul
selama dan setelah sineresis bukanlah air murni. Tetapi dapat berupa asam atau basa
tergantung dari komposisi gel. Pada keadaan apapun dan kapanpun air atau cairan
dikeluarkan dari jalinan gel oleh penguapan atau sineresis, gel akan mengkerut.15
Sementara itu temperatur penyimpanan dan kontaminasi kelembaban udara
merupakan faktor utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginat.
Bahan yang sudah disimpan selama satu bulan pada 650C tidak dapat digunakan dalam
perawatan gigi, karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali atau mengeras
terlalu cepat. Simpan persediaan alginat pada lingkungan yang dingin dan kering.15,16

2.3 Stabilitas Dimensi Pada Bahan Cetak Alginat


Seperti hidrokoloid lainnya, alginat mengandung air sekitar > 80% dan rentan
terhadap distorsi yang disebabkan oleh pengembangan yang terkait dengan imbibisi
(penyerapan air) atau pengkeruran yang terkait dengan sineresis (penguapan air).1
Menurut Anusavice KJ (2004), stabilitas dimensi bahan cetak alginat
dipengaruhi oleh peristiwa sineresis dan imbibisi. Sineresis adalah suatu keadaan
dimana bahan cetak alginat, saat berbentuk gel akan mengalami kehilangan air karena
proses penguapan dari permukaan bahan cetak alginat atau keluarnya air dari bahan
cetak alginat. Selain itu adanya eksudat atau benda-benda asing pada permukaan gel
juga akan mempengaruhi sebelum proses sineresis atau setelah proses sineresis. Bila
proses sineresis dan imbisisi terjadi, maka mengakibatkan perubahan stabilitas dimensi
dari bahan cetak alginat.1
Menurut Craig (2006), perubahan dimensi bahan cetak alginat berhubungan
dengan kontraksi yang terjadi selama proses pengerasan (setting time) dari bahan cetak
alginat, ini berhubungan dengan cross-linking yang terjadi di dalam rantai polimer atau
di antara rantai polimer alginat. Selain kontraksi, hal lain yang dapat mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

perubahan dimensi atau stabilitas dimensi adalah proses pengerutan atau shrinkage yang
dapat menyebabkan hilangnya komponen air.4 Bahan cetak alginat dapat mengembang
jika terjadi penyerapan air dan bahan cetak alginat dapat berubah jika bahan cetak
alginat mengeras. Faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas dimensi bahan cetak
alginat adalah distortion atau creep yang akan terjadi jika bahan cetak alginat tidak
mengalami recovery elastic atau perubahan elastisitas saat bahan cetak alginat mengeras
dan undercut dihilangkan.4,6,7
Beberapa hal yang dapat menyebabkan perubahan stabilitas dimensi dari bahan
cetak alginat seperti adanya tekanan di daerah terlokalisir. Salah satu penyebab
dihasilkannya tekanan tersebut adalah adanya tekanan pada sendok cetak selama pada
periode gelasi. Dibebaskannya tekanan internal menyebabkan terjadinya sineresis dan
perubahan dimensi.1-4,7
Perubahan panas juga menyebabkan perubahan dimensi. Untuk alginat, cetakan
mengerut sedikit karena perbedaan panas antara temperatur rongga mulut (350 C) dan
temperatur ruangan (230 C). Bahkan perubahan yang kecil ini dapat menyebabkan
cetakan mengalami perubahan dimensi dan distorsi.7

2.4 Desinfeksi Hasil Cetakan


Kebutuhan akan disinfeksi hasil cetakan telah berkembang luas. Operator secara
terus-menerus terkena mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti pilek,
pneumonia, tuberkulosis, herpes dan hepatitis. Terutama sejak munculnya AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrom), kesadaran akan adanya jalur infeksi silang ini
dapat muncul dari pasien ke dokter gigi, perawat dan teknisi laboratorium.
Mikroorganisme yang terdapat di rongga mulut dapat berpindah ke dokter, personil
laboratorium dan pasien lainnya melalui cetakan atau model.1,5
Kebanyakan laboratorium teknik gigi tidak akan menerima hasil cetakan kecuali
ada garansi dari dokter gigi bahwa hasil cetakan itu telah dilakukan desinfeksi. Hal ini
menghadapkan dokter gigi pada suatu problem yang serius dimana pengambilan cetakan
yang akurat menjadi problem yang sulit. Seluruh perhatian dan perlakuan yang
diberikan pada pengambilan cetakan untuk mendapatkan cetakan dengan kualitas yang

Universitas Sumatera Utara

baik dapat hancur total bila terjadi distorsi hasil cetakan selama dilakukan prosedur
desinfeksi. Hal ini tergantung pada dokter gigi untuk memilih bahan cetak yang paling
sesuai dan prosedur desinfeksi yang berhubungan dengan bahan yang diinginkan.5
Bahan desinfektan yang paling sering digunakan dikedokteran gigi dan yang
beredar di pasaran ada beberapa macam yaitu sodium hipoklorida, iodophor,
phenylphenol, dan glutaraldehyde. Untuk desinfeksi bahan cetak alginat, OBrien J
(2002), menyarankan untuk melakukan perendaman di dalam larutan sodium hipoklorit
atau iodophor.2 Banyak laporan mengatakan bahwa penyimpanan cetakan alginat dalam
kantung tertutup selama dua jam setelah dilakukan semprotan desinfektan larutan 1%
sodium hipoklorit atau larutan 2% glutaraldehyde tidak menyebabkan perubahan
keakurasian cetakan.5

2.5 Herbal Sebagai Antibakteri


Tanaman herbal adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan
sebgai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Hal ini dapat diartikan
sebagai suatu tanaman yang memiliki zat aktif yang berfungsi mengobati oleh karena
penyebabnya seperti bakteri dan mikroorganisme yang lainnya.13
Belakangan ini tanaman herbal sering digunakan karena tanaman herbal
memiliki kelebihan yaitu mudah didapat, lebih ekonomis, serta menunjukkan efek
samping yang relatif rendah.17 Beberapa tanaman herbal yang bersifat sebagai
antibakteri sehingga sering digunakan sebagai pengobatan maupun pencegahan
penyakit, salah satunya seperti yang dikatakan oleh Rosidah (2012), daun jambu biji
adalah tanaman yang memiliki sifat antibakteri karena zat aktif yang terkandung di
dalamnya yaitu tanin. Tanin bersifat antibakteri dengan cara melakukan perusakan
terhadap membran sel. Alkaloid, falvonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus .18
Pasaraeng (2013) mengatakan bahwa rimpang kunyit merupakan tanaman herbal
sebagai antibakteri karena tanaman ini mengandung kurkumin. Kurkumin dalam
rimpang kunyit merupakan kelompok persenyawaan fenolik. Beberapa senyawa fenolik
yang bersifat sebagai antimikroba adalah senyawa fenol gingerol, zingeberen halogen

Universitas Sumatera Utara

dan etiloksida. Sebagai senyawa fenolik mekanisme kerja kurkumin sebagai antibakteri
mirip dengan persenyawaan fenol lainnya yaitu menghambat metabolisme bakteri
dengan cara merusak membran sitoplasma dan mendenasturasi protein sel yang
menyebabkan kebocoran nutrien dari sel sehingga sel bakteri mati atau terhambat
pertumbuhannya .19
Pada praktik kedokteran gigi bahan herbal juga dapat digunakan sebagai bahan
desinfektan untuk mencegah kontaminasi silang antara dokter, perawat dan teknisi
laboratorium melalui hasil cetakan dari mulut pasien. Banyak laporan penelitian
mengatakan bahwa ekstrak daun sirih dapat digunakan sebgai bahan desinfektan pada
hasil cetakan karena bersifat antibakteri dengan konsentrasi 25% baik dengan cara
direndam maupun disemprot, Novitasari RDA (2013).10 Air rebusan daun jambu biji
dengan konsentrasi 25% juga dapat digunakan sebagai bahan desinfektan pada hasil
cetakan karena zat aktif yang dikandungnya Batubara IH (2013) .8
Komponen zat aktif pada tanaman herbal tersebut juga dapat ditemukan pada
buah mengkudu seperti tanin, saponin dan flavonoid. Kandungan inilah yang dikenal
sebagai zat antibakteri.12

2.6 Buah Mengkudu Sebagai Antibakteri


Terdapat sekitar 80 spesies tanaman yang termasuk dalam genus Morinda. Kirakira 60 persen dari 80 spesies Morinda tumbuh di pulau besar maupun kecil,
diantaranya Malaysia dan pulau-pulau yang terletak di Lautan India dan lautan Pasifik.
Hanya sekitar 20 spesies Morinda yang mempunyai nilai ekonomis, antara lain:
Morinda bacteata, Morinda Officinalis, Morinda fructus, Morinda tinctoria dan
Morinda citrifolia. Morinda citrifolia adalah jenis yang paling populer, sehingga sering
disebut sebagai Queen of The morinda.12

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Buah mengkudu (Morinda citrifolia L)


Banyak studi mengatakan bahwa buah mengkudu memiliki kandungan saponin,
flavonoid, polifenol, tanin dan triterpen. Zat-zat yang terkandung dalam buah mengkudu
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri terhadap E. coli, Staphylococcus aureus
dan Proteus vulgaris.12-14
Tanin yang terkandung pada buah mengkudu memiliki aktivitas antibakteri
dengan membentuk kompleks dengan protein polipeptida dinding sel sehingga terjadi
gangguan

pada

bakteri.

Aktivitas

flavonoid

kemungkinan

disebabkan

oleh

kemampuannya untuk mengikat adhesin, membentuk kompleks dengan protein


ekstraseluler dan terlarut, dan juga membentuk kompleks dengan dinding sel bakteri,
serta sifat lipofilik flavonoid dapat merusak membran bakteri. Saponin merupakan
glikosida hasil metabolit yang tersimpan di dalam sel tumbuhan. Selain itu saponin
diduga mampu menghambat sintesis enzim esensial bakteri dan menghancurkan
membran sel.12
Puspitasari, dkk (2009) hasil penelitian menunjukkan bahwa Kadar Hambat
Minimum (KHM) perasan buah mengkudu matang terhadap bakteri Methicillin Resistan
Staphylococcus aureus (MRSA) terdapat pada konsentrasi 30%, sedangkan Kadar
Bunuh Minimal (KBM) terjadi pada konsentrasi 35%.13 Pada penelitian Setyohadi R,
dkk (2009) menyatakan bahwa ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia) memiliki
daya antimikroba terhadap bakteri Streptococcus mutans secara in vitro. Kadar Bunuh
Minimum (KBM) ekstrak buah mengkudu terhadap bakteri Streptococcus mutans
adalah pada konsentrasi 5%.14

Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Teori

Bahan Cetak Kedokteran


Desinfeksi Hasil Cetakan

Non- Elastis

Cara

Jenis

Elastis

Semprot
Reversible Hydrocolloid
(Agar)

Gips Cetak

Kimia

Herbal
Rendam

Impression
Compound

Elastomer

Irreversible
Hydrocolloid (Alginat)

Zinc Oxide
Eugenol

sodium
hypochlorite,
iodophor 1%,
glutaraldehyde 2%
dan phenylphenol

Larutan Ekstrak
Buah Mengkudu

Sifat

Impression wax

Sineresis

Imbibisi

Universitas Sumatera Utara

2.88 Kerangkaa Konsep

Bahann Cetak Keddokteran Giggi

Irreversible Hyydrocolloid
(Alginaat)

Imbibiisi

Sinereesis

Perendamaana hasil
ceetakan denggan larutan
ekkstrak buah m
mengkudu
sellama 10, 15, 20 dan 25
menit

Sw
welling (menngembang)

Perubahhan Dimenssi Hasil Cettakan


Alginnat

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai