Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hiperlipidemia merupakan penyakit kardiovaskuler yang menyebabkan
sekitar 18% penyakit serebrovaskular dan sekitar 56% penyakit jantung iskemik di
seluruh dunia (Hutter et al., 2004). Hasil riset kesehatan dasar Indonesia tahun 2013
melaporkan bahwa prevalensi penyakit jantung, diabetes, dan stroke sebesar 9,5;
2,1; dan 12,1% terjadi di Indonesia (Anonim, 2013).
Hiperlipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
meningkatnya kadar trigliserida dan kolesterol di dalam darah (Velayutham et al.,
2008). Hiperlipidemia dapat memicu terbentuknya aterosklerosis, kemudian
memicu munculnya penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung, stroke dan
diabetes (Velayutham et al., 2008; Hutter et al., 2004; Luley et al., 2000). Diagnosis
hiperlipidemia dapat ditegakkan berdasarkan pada peningkatan kadar trigliserida
dalam darah (Goldstein et al., 1973). Lemak trigliserida banyak terdapat dalam
makanan. Bila asupan makanan berlebih, maka kadar trigliserida dalam darah juga
meningkat (hipertrigliseridemia) (Situmorang dan Martha, 2014).
Pada umumnya kasus hipertrigliseridemia atau hiperkolesterolemia ringan
dapat dikendalikan dengan cara melakukan diet lemak jenuh dan rendah kalori.
Namun pada kasus yang berat, diet lemak jenuh dan rendah kalori saja belum tentu
dapat mengendalikan hipertrigliseridemia atau hiperkolesterolemia. Pada kasus

berat, pengendalian ini perlu dilakukan seumur hidup, sehingga obat


antihiperlipidemia seperti Gemfibrozil, Simvastatin dan Klofibrat pun harus
digunakan dalam jangka panjang (Adesta et al., 2010). Penggunaan obat-obatan ini
menyebabkan efek samping yang tidak dapat diabaikan begitu saja, misalnya mulai
dari gangguan saluran pencernaan seperti sakit perut, mual, muntah, sembelit, diare;
vertigo, eksim, trombositopenia, anemia, leukopenia, eosinopilia, ruam kulit,
dermatitis, pruritus, urtikaria, impotensi, sakit kepala, pusing, pandangan kabur,
sakit kuning kolestatik, angiodema, adema larings, fibrilasi atrium, pankreatitis,
miastenia, miopati, rabdomiolisis, nyeri ekstremitas, mialgia disertai dengan
meningkatnya kreatin kinase (Anonim, 2000; Anonim, 2008). Oleh karena itu perlu
dicari obat alternatif dari bahan alam karena dipercaya memiliki efek samping
relatif lebih rendah, memiliki lebih dari satu efek farmakologi dan memiliki
kandungan senyawa dengan efek sinergis maupun komplementer (Pramono dan
Katno, 2002).
Salah satu alternatif pengobatan hiperlipidemia adalah menggunakan
angkak dan kayu manis. Angkak mengandung serat, monakolin-K dan berbagai
asam lemak tak jenuh yang berfungsi menghambat sintesis kolesterol, sehingga
mencegah berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner (Heber et al., 1999).
Penelitian Goenarwo (2011) menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak angkak 0,1
g dan 0,2 g BB dapat menaikan kadar High Density Lipoproteins (HDL) dalam
darah tikus jantan galur Wistar yang diberi diet lemak tinggi selama 3 minggu. Hasil
penelitian Kasim et al. (2006) menunjukkan bahwa pemberian serbuk angkak 0,05
g BB selama 3 minggu dapat menurunkan kadar kolesterol total sebesar 23,45%

pada tikus galur Sprague Dawley hiperkolesterolemia. Lin et al. (2005) juga telah
meneliti pada 79 orang pasien yang mengkonsumsi angkak dalam bentuk kapsul
dosis 600 mg dua kali sehari selama 8 minggu secara signifikan dapat menurunkan
total kolesterol 280,6 mg/dL menjadi 219,3 mg/dL (21,5%) dan trigliserida 129,2
mg/dL menjadi 107,9 mg/dL (15,8%).
Kayu manis memiliki efek sebagai tiruan dari insulin karena mengandung
Methyl Hydroxyl Chalcone Polymer (MHCP) (Khan et al., 2003; Bailey dan
Caroline, 1989). Peningkatan asupan energi, lemak atau glukosa dari makanan akan
menyebabkan peningkatan aktifitas lipogenesis, dan Free Fatty Acid (FFA) atau
asam lemak bebas yang terbentuk juga semakin banyak. Lalu akan terjadi
mobilisasi FFA dari jaringan lemak menuju ke hepar dan berikatan dengan gliserol
membentuk triasilgliserol. Semakin tinggi konsumsi lemak, maka semakin tinggi
pula sintesis triasilgliserol di hepar dan semakin tinggi kadar trigliserida dalam
darah (Myers, 2003). Trigliserida yang berada dalam darah akan diproses menjadi
energi oleh sel-sel dalam tubuh dengan bantuan insulin atau MHCP dalam kayu
manis sebagai tiruannya. Namun, pada manusia yang mengalami kelainan
metabolisme lipoprotein yang menyebabkan berbagai hiperlipoproteinemia, terjadi
defisiensi insulin yang menyebabkan mobilisasi FFA secara berlebihan dibarengi
rendahnya pemanfaatan kilomikron dan Very Low Density Lipoproteins (VLDL)
sehingga terjadi hipertrigliseridemia (Botham dan Peter, 2009a). Kemampuan
ekstrak kayu manis dalam menurunkan konsentrasi kadar gula puasa pada penderita
diabetes dan hewan uji seperti tikus juga telah dibuktikan oleh berbagai penelitian
(Mang et al., 2006; Qin et al., 2003; Kim et al., 2006).

Kemampuan ekstrak angkak dan kayu manis secara terpisah dalam


menurunkan hipertrigliseridemia telah diketahui. Namun, kemampuan campuran
kedua ekstrak tersebut dalam menurunkan hipertrigliseridemia belum diketahui,
sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap kemampuan campuran kedua ekstrak
tersebut dalam menurunkan kadar trigliserida. Sediaan uji LIPI 2013 berisi
campuran ekstrak angkak dan kayu manis (20,00% dan 17,76%) merupakan
sediaan yang akan digunakan dalam menurunkan kadar trigliserida darah serum
tikus pada penelitian ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah sediaan uji campuran ekstrak angkak dan kayu manis (LIPI 2013)
mampu menurunkan kadar trigliserida serum pada tikus Wistar jantan
hiperlipidemia?
2. Apakah peningkatan dosis sediaan uji campuran ekstrak angkak dan kayu manis
(LIPI 2013) bersifat dose dependent terhadap penurunan kadar trigliserida serum
darah tikus Wistar jantan hiperlipidemia?

C. Pentingnya Penelitian Dilakukan


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian sediaan uji
campuran ekstrak angkak dan kayu manis (LIPI 2013) pada tikus putih jantan galur
Wistar. Penelitian ini melihat penurunan kadar trigliserida darah pada hewan uji
hipertrigliseridemia yang nantinya dapat menggambarkan efektifitas penggunaan
sediaan uji LIPI 2013 pada manusia.

D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kemampuan sediaan uji campuran ekstrak angkak dan kayu manis
(LIPI 2013) dalam menurunkan kadar trigliserida serum pada tikus Wistar jantan
hiperlipidemia.
2. Mengetahui apakah peningkatan dosis sediaan uji campuran ekstrak angkak dan
kayu manis (LIPI 2013) bersifat dose dependent terhadap penurunan kadar
trigliserida serum darah tikus Wistar jantan hiperlipidemia.

E. Tinjauan Pustaka
1. Angkak
Angkak merupakan produk fermentasi beras oleh Monascus purpureus.
Dalam sejarah farmakologi Cina, angkak digunakan sebagai pengobatan yang
efektif untuk meningkatkan kinerja pencernaan dan merevitalisasi darah (Liu et al.,
2006). Hasil pangan olahan beras merah telah banyak dikonsumsi di Asia, termasuk
di Indonesia yang juga dikonsumsi sebagai menu diet dan makanan pelengkap.
Spesies Monascus purpureus adalah kapang merah. Jenis kapang ini dapat diolah
pada substrat pati, juga dapat digunakan dalam pengolahan hasil pangan pada
peternakan unggas, perikanan, dan produksi daging. Kapang merah memiliki
kandungan -amylase yang tinggi, sehingga kapang ini dapat digunakan sebagai
bahan pembuat arak beras (Erdogrul dan Sebile, 2004).
Famili

Monascus

purpureus

adalah

Monascacese

dengan

kelas

Ascomyceta. Enam pigmen yang berbeda dapat disintesis oleh Monascus melalui
poliketida seperti pigmen merah Rubropunctamine dan Monascorubramine yang

merupakan pewarna tambahan pada makanan atau perasa pedas (Kaur et al., 2009).
Menurut Liu et al. (2006) angkak dapat digunakan dalam mengatasi penyakit
hiperkolesterolemia dan hiperlipidemia. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa
pada angkak terdapat senyawa monakolin-K yang disebut juga lovastatin atau
mevinolin, senyawa ini memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar lipid pada
serum hewan uji dan manusia dengan cara menghambat aktivitas 3-hydroxy-3methylglutaryl-coenzyme A (HMG-CoA) reductase dalam sintesis kolesterol di hati
(Heber et al., 1999). Struktur senyawa monakolin-K dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur senyawa monakolin-K (Li, 2004)

Angkak bermanfaat dalam mengurangi kadar kolesterol total, menurunkan


kadar Low Density Lipoproteins (LDL), meningkatkan kadar HDL serta
menurunkan kadar trigliserida pada serum karena mengandung magnesium, serat,
asam lemak tak jenuh seperti niacin (Erdogrul dan Sebile, 2004; Heber et al., 1999;
Rasheva et al., 1998; Wang et al., 1997). Kandungan beta sitosterol dan
campesterol dalam angkak juga dapat menghambat absorbsi kolesterol pada usus
halus (Moghadasian dan Frohlich, 1999).

2. Tanaman Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees) Blume)


Ada dua jenis spesies kayu manis dalam perdagangan, yaitu C. verum atau
C. zeylanicum berasal dari Sri Langka merupakan true cinnamomum atau tumbuhan
obat resmi. Jenis lainnya yaitu C. cassia (biasa digunakan sebagai korigensia
makanan dan minuman) terdiri dari C. tamala, C. aromatica dan C. burmannii yang
merupakan spesies kayu manis khas Indonesia dan tumbuh di daerah Asia
Tenggara, khususnya Malaysia dan Indonesia (Blevins et al., 2007; Yulianis, 2010).
Kayu manis jenis C. burmannii memiliki sinonim Laurus burmannii Nees dan C.
pedunculatum Nees (Starr et al., 2003), serta memiliki nama daerah yang berbeda
di tiap daerah, antara lain: di Jawa adalah huru mentek, kiamis (Sunda), kanyegar
(Kangean). Di Sumatra adalah holim, holim manis, modang siak-siak (Batak), kayu
manis (Melayu), madang kulit manih (Minangkabau). Di Nusa Tenggara adalah
cingar (Bali), kecingar, kesingar, kaninggu (Sumba), onte (Sasak), pundinga
(Flores) (Anonim, 1977).
Sistematika (taksonomi) tanaman kayu manis diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Laurales

Famili

: Lauraceae

Genus

: Cinnamomum

Spesies

: Cinnamomum burmannii (Nees) Blume (Wagner et al., 1999)

Pohon kayu manis memiliki tinggi 6-12 m. Pohonnya memiliki akar


tunggang, berbatang kuat dan keras, berkayu serta bercabang. Semua bagian
memiliki bau khas aromatik kayu manis, sementara remasan kulit dan daun berbau
aromatik kayu manis kuat karena terdapat sel-sel yang mengandung minyak atsiri.
Dikenal dua varietas kayu manis, varietas pertama memiliki daun berwarna hijau
ungu dan varietas kedua memiliki daun muda berwarna merah pekat yang terdiri
dari 2 tipe, yaitu tipe pucuk merah tua dan tipe pucuk merah muda. Kayu manis
pucuk merah memiliki kualitas lebih baik daripada kayu manis berpucuk hijau
ungu, tetapi memiliki produktifitas yang lebih rendah (Anonim, 1977).
Kayu manis memiliki komposisi kandungan senyawa yang terdiri dari
karbohidrat (52,0%), serat (33,0%), lemak (4%), protein (3,5%), abu (2,4%), dan
menghasilkan energi 285 kcal/100g. Komposisi mineralnya terdiri dari natrium (0,0
mg/g), kromium (0,4 mg/g), seng (2,6 mg/g), zat besi (7,0 mg/g), mangan (20,1
mg/g), fosfor (42,2 mg/g), kalsium (83,8 mg/g), magnesium (85,5 mg/g), dan
kalium (134,7 mg/g) (Gul dan Mahpara, 2009).
Glikosida, polisakarida, peptidoglikan, terpenoid, steroid, flavonoid, dan
alkaloid merupakan komponen bioaktif tanaman yang memiliki efek hipoglikemik
(Grover et al., 2002). Sharififar et al. (2009) malaporkan bahwa skrining fitokimia
kayu manis memiliki kandungan alkaloid dan tanin dengan tingkat kadar tinggi,
kandungan flavonoid dengan tingkat kadar sedang serta tidak mengandung saponin.
Menurut Dearlove et al. (2008), di antara 24 macam tumbuhan herbal kuliner lain,
kandungan fenolik total tertinggi kedua setelah Syzygium aromaticum (S.
aromaticum) adalah C. Burmannii. Kandungan polifenol dalam kayu manis adalah

rutin, kaempferol, quercetin, isorhamnetin dan catechin (Al-Numair et al., 2007).


Bagian dari catechin / epicatechin yang memiliki aktivitas mirip insulin (insulin
mimetic) adalah doubly-linked procyanidin type-A polymeres yang kemudian
disebut MHCP (Anderson et al., 2004) atau disebut juga cinnamtannin B1 (Taher
et al., 2006).
3. Trigliserida
a. Pengertian
Trigliserida atau triasilgliserol adalah lipid utama di timbunan lemak dan di
dalam makanan. Senyawa ini berperan dalam transport dan penyimpanan lipid serta
pada berbagai penyakit, seperti obesitas, diabetes, dan hiperlipoproteinemia. Sifat
amfipatik fosfolipid dan sfingolipid menyebabkan keduanya sangat cocok
digunakan sebagai komponen utama membrane sel. Trigliserida harus dihidrolisis
oleh lipase menjadi unsur pokoknya, yaitu asam lemak dan gliserol sebelum dapat
dikatabolisme lebih lanjut. Sebagian besar proses hidrolisis (lipolisis) ini terjadi di
jaringan adipose disertai pembebasan asam lemak bebas ke dalam plasma, tempat
asam-asam ini berikatan dengan albumin serum. Hal ini diikuti oleh penyerapan
asam lemak bebas oleh jaringan (termasuk hati, jantung, ginjal, otot, paru, testis,
dan jaringan adipose, kecuali otak) tempat asam-asam ini dioksidasi atau
mengalami re-esterifikasi. Pemakaian gliserol bergantung pada apakah jaringan
memiliki gliserol kinase yang dijumpai dalam jumlah bermakna di hati, ginjal, usus,
jaringan adipose cokelat, dan kelenjar mamaria laktasi (Botham dan Peter, 2009b).

10

b. Metabolisme trigliserida
Metabolisme trigliserida dalam tubuh terutama terjadi pada hepar. Jalur
metabolisme trigliserida dibagi menjadi 2, yaitu jalur eksogen dan jalur endogen.
Pada jalur eksogen, trigliserida yang berasal dari makanan dalam usus dikemas
sebagai kilomikron. Kilomikron ini akan diangkut dalam darah melalui duktus
torasikus. Dalam jaringan lemak, trigliserida, dan kilomikron mengalami hidrolisis
oleh lipoprotein lipase yang terdapat pada permukaan sel endotel. Akibat hidrolisis
ini maka akan terbentuk asam lemak dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas
akan menembus endotel dan masuk ke dalam jaringan lemak atau sel otot untuk
diubah menjadi trigliserida kembali atau dioksidasi. Pada jalur endogen, trigliserida
yang disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL kaya
trigliserida dan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang
juga menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil yaitu
Intermediate Density Lipoprotein (IDL) dan LDL (Sulistia, 2005).
c. Biosintesis trigliserida
Dua molekul asil-KoA yang dibentuk melalui pengaktifan asam lemak oleh
asil-KoA sintase berikatan dengan gliserol 3-fosfat untuk membentuk fosfatidat
(1,2-diasilgliserol fosfat). Hal ini berlangsung dalam dua tahap, yang dikatalisis
oleh gliserol-3-fosfat asiltransferase dan 1-asilgliserol-3-fosfat asiltransferase.
Fosfatidat diubah oleh fosfatidat fosfohidrolase dan diasilgliserol asiltransferase
menjadi 1,2-diasilgliserol, kemudian triasilgliserol. Diasilgliserol asiltransferase
mengatalisis satu-satunya tahap yang spesifik untuk sintesis triasilgliserol dan
diperkirakan menentukan laju reaksi pada sebagian besar keadaan. Pengaturan

11

biosintesis triasilgliserol, fosfatidilkolin, dan fosfatidiletanolamin didorong oleh


ketersediaan asam lemak bebas. Asam-asam lemak yang lolos dari oksidasi
umumnya diubah menjadi fosfolipid. Jika kebutuhan ini telah terpenuhi maka asamasam tersebut digunakan untuk sintesis triasilgliserol (Botham dan Peter, 2009b).
d. Kelainan pada lipoprotein
Kelainan lipoprotein dideteksi dengan mengukur kandungan lipid dalam
serum setelah 10 jam puasa. Risiko penyakit jantung ateroklerotik meningkat
bersama peningkatan konsentrasi lipoprotein aterogenik, kaitannya berbanding
terbalik dengan kadar HDL dan dimodifikasi oleh faktor risiko lainnya. Secara
ideal, kadar trigliserida seharusnya kurang dari 150 mg/dL. Diferensiasi
memerlukan identifikasi spesies lipoprotein yang menyebabkan peningkatan yang
perlu diamati. Diagnosis suatu gangguan lipoprotein primer khusus biasanya
memerlukan pengumpulan data klinis dan genetis lebih lanjut terutama
penyingkiran gangguan yang dapat menyebabkan hiperlipidemia sekunder
(Katzung, 2002). Penyebab sekunder dari hiperlipoproteinemia dapat dilihat pada
Tabel I.
Tabel I. Penyebab sekunder dari hiperlipoproteinemia (Katzung, 2002)

Hipertrigliseridemia
Diabetes mellitus
Konsumsi alkohol
Nefrosis berat
Estrogen
Uremia
Kelebihan kortikosteroid
Hipotiroidisme
Penyakit penyimpanan glikogen
Hipopituitarisme
Akromegali
Kelainan kompleks immunoglobulin-lipoprotein
Lipodistrofi
Isotetrionin

Hiperkolesterolemia
Hipotiroidisme
Nefrosis awal
Perubahan lipemia
Kelainan
kompleks
immunoglobulin-lipoprotein
Anoreksia nervosa
Kolestasis
Hipopituitarisme
Kelebihan kortikosteroid

12

Hipertrigliseridemia dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya


penyakit koroner. VLDL dan partikel sisanya ditemukan dalam plak ateroklerotik.
Pada beberapa keluarga, hipertrigliseridemia dapat merupakan satu-satunya faktor
resiko yang dapat dibuktikan. Pasien tersebut cenderung mempunyai kolesterol
yang kaya dengan partikel VLDL berdiameter kecil. Pasien hipertrigliseridemia
dengan penyakit koroner prematur seharusnya diobati secara agresif. Pada pasien
lainnya, pengobatan seharusnya didasarkan pada hasil pengumpulan faktor risiko.
Bila klirens trigliserida melalui lipase lipoprotein jenuh pada sekitar konsentrasi
800 mg/dL trigliserida, maka pasien dengan trigliserida yang lebih besar daripada
kadar tersebut seharusnya diobati untuk mencegah terjadinya pankreatitis akut
(Katzung, 2002).
e. Hipertrigliseridemia familial
Terdapat dua jenis hipertrigliseridemia familial, yaitu parah (biasanya
lipemia campuran) dan sedang (lipemia endogen). Pada hipertrigliseridemia
familial parah suatu pola lipemia campuran biasanya disebabkan oleh gangguan
eliminasi lipoprotein yang kaya trigliserida, meskipun faktor yang meningkatkan
produksi VLDL memperparah lipemia karena VLDL dan kilomikron merupakan
susbstrat pesaing bagi lipase lipoprotein. Lipemia campuran primer diduga
merupakan suatu variasi dari beragam keturunan. Sebagian besar pasien
mempunyai bentuk obesitas sentripetal dengan gangguan efektivitas insulin. Selain
obesitas, faktor lain yang menyebabkan peningkatan kecepatan sekresi VLDL juga
memperparah lipemia. Xanthoma eruptif, lipemia retinalis, nyeri epigastrik, dan
pankreatitis muncul secara tidak terduga, tergantung pada parahnya keadaan

13

lipemia. Pengobatan terutama dengan melakukan pengaturan diet, dengan


membatasi jumlah lemak total, menghindari alkohol dan estrogen eksogen, serta
penurunan berat badan sampai tingkat-tingkat yang ideal. Beberapa pasien mungkin
memerlukan pengobatan dengan turunan asam fibrat atau niacin (Katzung, 2002).
Pada hipertrigliseridemia familial sedang, peningkatan kadar VLDL primer
diduga merupakan refleksi sejumlah determinasi-genetis dan semakin diperparah
oleh faktor yang meningkatkan kecepatan sekresi VLDL dari hati, yakni obesitas
hipertropik, mengkonsumsi alkohol, diabetes, dan estrogen eksogen. Indikasi utama
untuk melakukan pengobatan adalah terdapatnya ateroklerosis pada pasien atau
keluarga pasien. Pengobatan meliputi penurunan berat badan sampai mencapai
berat badan yang ideal, membatasi semua jenis makanan berlemak, dan
menghindari alkohol. Suatu fibrat atau niacin biasanya menghasilkan penurunan
kadar trigliserida lebih lanjut apabila langkah pengaturan diet tidak mencukupi
(Katzung, 2002).
4. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia (hyperlipoproteinemia) adalah tingginya kadar lemak dalam
darah (kolesterol, trigliserida maupun keduanya). Lemak / lipid adalah zat yang
kaya energi, berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme
tubuh. Lemak mengikat dirinya pada protein tertentu sehingga dapat mengikuti
aliran darah; gabungan antara lemak dan protein ini disebut lipoprotein. Lipoprotein
yang utama adalah kilomikron, VLDL, LDL, dan HDL (LIPI, 2009).
Tubuh mengatur kadar lipoprotein melalui beberapa cara:

14

a. Mengurangi pembentukan lipoprotein dan mengurangi jumlah lipoprotein yang


masuk ke dalam darah.
b. Meningkatkan atau menurunkan kecepatan pembuangan lipoprotein dari dalam
darah.
Kadar lemak yang abnormal dalam sirkulasi darah (terutama kolesterol) bisa
menyebabkan masalah jangka panjang (penyakit pembuluh darah). Namun tidak
semua kolesterol meningkatkan risiko terjadinya penyakit pembuluh darah.
Kolesterol yang dibawa oleh LDL (disebut juga kolesterol jahat) menyebabkan
meningkatnya risiko; kolesterol yang dibawa oleh HDL (disebut juga kolesterol
baik) menyebabkan menurunnya risiko dan menguntungkan. Kisaran ideal kadar
lemak darah dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Kisaran ideal kadar lemak (LIPI, 2009)
Pemeriksaan laboratorium
Kisaran ideal (mg/dL darah)
Kolesterol total
120-200
Kilomikron
Negatif (setelah berpuasa selama 12 jam)
VLDL
1-30
LDL
60-160
HDL
35-65
Perbandingan LDL dengan HDL
< 3,5
Trigliserida
10-160

Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol total


bersifat sementara dan tidak berat serta terutama merupakan akibat dari makanan
berlemak. Pembuangan lemak dari darah pada setiap orang memiliki kecepatan
yang berbeda. Seseorang bisa makan sejumlah besar lemak hewani dan tidak pernah
memiliki kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, sedangkan yang lainnya
menjalani diet rendah lemak ketat dan tidak pernah memiliki kadar kolesterol total
dibawah 260 mg/dL. Perbedaan ini tampaknya bersifat genetik dan secara luas
berhubungan dengan perbedaan kecepatan masuk dan keluarnya lipoprotein dari

15

aliran darah. Secara epidemiologi ada berbagai macam penyebab terjadinya


hiperlipidemia, contohnya seperti:
a. Asupan makanan tinggi kolesterol, lemak jenuh, dan kalori yang berlebihan.
b. Pengaruh lingkungan, gaya hidup, dan kelebihan asupan alkohol.
c. Faktor genetik atau riwayat keluarga tentang penyakit hiperlipidemia seperti
hiperlipidemia primer (LIPI, 2009; Alan, 2011).
Hiperlipidemia memicu berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung,
hipertensi, stroke, dan diabetes, sehingga pengobatannya perlu lebih dari satu
macam obat (multiple drug therapy). Penggunaan terapi obat berganda ini dapat
menyebabkan berbagai kerugian bagi penderita / pasien seperti dapat meningkatkan
drug related problem / adverse drug reaction, meningkatkan interaksi, toksisitas,
dan efek samping antar obat, menurunkan efek terapi obat sehingga pasien tidak
merasa sehat kembali atau tidak cepat sembuh sebagaimana seharusnya, menaikan
efek terapi obat sehingga membahayakan kondisi pasien karena efek obat melebihi
batas aman, meningkatkan kerja hati, ginjal, dan organ penting lainnya sehingga
dapat menyebabkan gangguan pada organ-organ penting tersebut karena bekerja
terlalu berlebihan, hingga menurunkan kepatuhan pasien untuk meminum obat,
karena hal-hal tersebut maka monitoring kondisi pasien juga semakin susah. Salah
satu efek obat yang dapat bertambah adalah penggunaan obat diabetes (oral) dengan
obat Klofibrat. Penggunaan obat ini dapat menyebabkan kadar gula darah turun
terlalu rendah / hipoglikemia. Gejala hipoglikemia yang dilaporkan seperti gelisah,
pingsan, lesu, berkeringan, bingung, aritmia jantung, takhikardia, nanar, dan
gangguan penglihatan (Harkness, 1989).

16

5. Gemfibrozil
a. Pengertian
Gemfibrozil merupakan turunan generasi pertama asam fibrat turunan
Klofibrat. Turunan Klofibrat seperti Bezafibrat, Sipofibrat, Fenofibrat dan
Gemfibrozil bekerja terutama dalam menurunkan kadar trigliserida serum. Selain
kadar trigliserida serum, Gemfibrozil juga diketahui berkhasiat menurunkan kadar
VLDL dan kolesterol LDL serta meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase dan
kadar HDL (Katzung, 1997).
Golongan statin harus tetap menjadi obat pilihan pertama sebelum fibrat
dalam menurunkan hiperlipidemia. Golongan fibrat dapat dipertimbangkan sebagai
terapi lini pertama pada pasien dengan kadar trigliserida serum lebih besar dari 10
mmol/L, karena fibrat dapat menurunkan risiko kejadian penyakit jantung koroner
pada pasien dengan kolesterol HDL rendah atau yang kadar trigliseridanya tinggi.
Fibrat dan statin tidak boleh digunakan secara bersamaan. Kombinasi fibrat dengan
statin meningkatkan risiko efek pada otot (terutama rabdomiolisis) dan harus
digunakan dengan hati-hati serta sebaiknya dilakukan pemantauan fungsi ginjal dan
kreatinin kinase (Anonim, 2008).
b. Mekanisme kerja
Gemfibrozil diyakini berfungsi terutama sebagai ligan pengatur transkripsi
inti, Peroxisome Proliferator Activated Receptor-Alpha (PPAR-). Gemfibrozil
diduga meningkatkan lipolisis lipoprotein trigliserida melalui lipase lipoprotein.
Lipolisis intraseluler dalam jaringan adiposa menurun. Terdapat suatu penurunan
kadar LDL dalam plasma, sebagian terjadi karena penurunan sekresi oleh hati.

17

Hanya sedikit terjadi penurunan kadar LDL pada sebagian besar pasien. Namun,
pada pasien lainnya (terutama dengan hiperlipidemia gabungan) kadar LDL sering
meningkat ketika trigliserida menurun. Kadar kolesterol HDL meningkat sedang.
Sebagian dari peningkatan kadar kolesterol HDL merupakan suatu konsekuensi
langsung dari penurunan kandungan trigliserida dalam plasma, dengan penurunan
sebagai pertukaran trigliserida ke dalam HDL yang seharusnya ditempati oleh
esterkolesteril. Diduga Fenofibrat juga berfungsi sebagai ligan untuk PPAR-. Efek
tersebut pada lipoprotein mirip dengan efek pada Gemfibrozil, kemungkinan
dengan penurunan kadar LDL yang lebih besar (Katzung, 2002).
Gemfibrozil mengurangi konsentrasi plasma trigliserida VLDL dan
meningkatkan konsentrasi HDL. Meskipun Gemfibrozil dapat sedikit mengurangi
konsentrasi total dan LDL kolesterol, penggunaan Gemfibrozil pada pasien dengan
peningkatan trigliserida yang terkait dengan hiperlipidemia tipe IV sering
mengakibatkan peningkatan yang signifikan dalam LDL; konsentrasi LDL tidak
terpengaruh oleh Gemfibrozil pada pasien dengan tipe IIb hiperlipidemia, meskipun
HDL meningkat secara signifikan. Mekanisme aksi ini tidak sepenuhnya dipahami,
tetapi mungkin melibatkan penghambatan lipolisis perifer; mengurangi ekstraksi
hepatik asam lemak bebas, yang mengurangi produksi trigliserida hati;
penghambatan sintesis dan peningkatan clearance VLDL carrier, apolipoprotein B,
yang juga mengurangi produksi VLDL (Kesaniemi dan Grundy 1984); dan menurut
studi hewan, mengurangi penggabungan asam lemak rantai panjang ke dalam
trigliserida yang baru terbentuk, mempercepat onset dan penghapusan kolesterol

18

dari hati (merangsang penggabungan prekursor kolesterol ke hati), serta


peningkatan ekskresi kolesterol dalam feses (Todd dan Ward, 1988).
c. Indikasi
Gemfibrozil diindikasikan dalam pengobatan hiperlipidemia tipe IIa, IIb,
III, IV, dan V pada pasien yang tidak merespon dengan cukup terhadap diet dan
tindakan-tindakan lain yang sesuai. Pencegahan primer penyakit jantung koroner
pada usia 40-55 tahun dengan hiperlipidemia yang tidak merespons dengan cukup
terhadap diet dan tindakan-tindakan lain yang sesuai (Anonim, 2008).
d. Efek samping
Fibrat dapat menyebabkan sindrom menyerupai miositis, terutama apabila
fungsi ginjal pasien terganggu. Efek samping lain yang umum terjadi termasuk
gangguan saluran pencernaan seperti sakit perut, nyeri ringan perut, mual, muntah,
sembelit, diare; juga lemah, vertigo, eksim, trombositopenia, anemia, leukopenia,
eosinopilia, ruam kulit, dermatitis, pruritus, urtikaria, impotensi, sakit kepala,
pusing, pandangan kabur, sakit kuning kolestatik, angiodema, adema larings,
fibrilasi atrium, pankreatitis, miastenia, miopati, rabdomiolisis, nyeri ekstremitas,
mialgia disertai dengan meningkatnya kreatin kinase (Anonim, 2000; Anonim,
2008).

19

F. Landasan Teori
Diagnosis hiperlipidemia dapat ditegakkan berdasarkan pada peningkatan
kadar trigliserida dalam darah. Penderita penyakit hiperlipidemia pada umumnya
memiliki kondisi multiple disease sehingga mendapat terapi lebih dari satu macam
obat (multiple drug therapy). Hal ini sangat berisiko karena dapat meningkatkan
efek samping dari penggunaan obat-obatan tersebut. Obat bahan alam memiliki
efek samping relatif kecil, sangat disarankan untuk digunakan sebagai pengganti
atau pendamping obat penurun hiperlipidemia. Ekstrak angkak (mengandung serat,
monakolin-K, dan berbagai asam lemak tak jenuh) dan ekstrak kayu manis
(mengandung MHCP yang berefek sebagai tiruan insulin) secara terpisah
dilaporkan mampu menurunkan kadar trigliserida. Namun, efek penurunan kadar
trigliserida dari campuran kedua ekstrak tersebut belum diketahui, sehingga perlu
dilakukan penelitian untuk melihat kemampuan penurunan kadar trigliserida
campuran kedua ekstrak tersebut menggunakan model hewan uji tikus.

G. Hipotesis
1. Sediaan uji campuran ekstrak angkak dan kayu manis (LIPI 2013) dapat
menurunkan kadar trigliserida serum darah pada tikus Wistar jantan
hiperlipidemia.
2. Sediaan uji campuran ekstrak angkak dan kayu manis (LIPI 2013) bersifat dose
dependent terhadap penurunan kadar trigliserida serum darah tikus Wistar jantan
hiperlipidemia.

Anda mungkin juga menyukai