Anda di halaman 1dari 4

Dalam pelatihan dan pendampingan masyarakat, materi Analisis Sosial (Ansos)

merupakan materi yang ampuh digunakan untuk membuka pikiran masyarakat


terhadap permasalahan atau isu tertentu. Kemasan materi Ansos dapat disesuaikan
dengan situasi dan kondisi pelatihan, dapat dilakukan dengan diskusi grup, animasi,
role play dan metode lain, atau kombinasi dari beberapa metode. Walaupun
metodenya variatif, secara garis besar materi Ansos biasa dimulai dari memotret
keadaan sosial ekonomi yang hendak digarisbawahi, membedah masalah dan
dilanjutkan dengan mencari alternatif solusi. Karena Ansos digunakan untuk untuk
pendampingan masyarakat, cara pembelajarannya pun lebih banyak menggunakan
pendekatan andragogi. Oleh karena itu, mengemas materi Ansos menjadi pekerjaan
yang susah-susah gampang. Seorang fasilitator mesti memiliki pemahaman yang
komprehensif terhadap suatu isu terlebih dahulu sebelum merangkai materi yang
akan disampaikan kepada audiensnya. Berbekal pengalaman memfasilitasi
beberapa pelatihan yang melibatkan masyarakat, saya mencoba berbagi kiat-kiat
singkat bagaimana meramu materi Ansos agar sasaran pembelajarannya dapat
dicapai dengan maksimal. Mempersiapkan Materi Pembuka Sebagai pembuka Ansos
pada umumnya fasilitator mempersiapkan materi khusus yang menjadi titik tolak
penjelasan-penjelasan selanjutnya. Materi dapat dikemas dalam bentuk
dokumenter, presentasi, dan lain-lain yang berisi capture fenomena sosial yang
terjadi di masyarakat. Materi pembuka ini dapat menjadi stimulus bagi peserta
untuk berpikir lebih jauh sesuai sasaran materinya. Misalnya untuk kegiatan
penyadaran gender fasilitator dapat menggunakan contoh kasus yang mengangkat
pandangan mengenai kesetaraan gender yang keliru di tengah masyarakat. Bedah
Masalah Setelah menggiring peserta/audiens dengan materi pembuka, bagian
berikutnya adalah mencari titik-titik permasalahan sebagai inti dari analisis
sosialnya. Agar proses menuju gol Ansos lebih efektif, peserta mesti menemukan
secara mandiri titik-titik permasalahan tersebut. Peran fasilitator adalah sebagai
pemandu proses. Oleh karena itu metode yang paling umum digunakan adalah
diskusi grup. Jika waktu dan peserta terbatas, fasilitator dapat menggunakan cara
fasilitasi dua arah, atau ceramah interaktif dengan peserta. Sebagai contoh, setelah
fasilitator memberikan contoh kasus pada materi pembuka, peserta diajak untuk
berpikir bersama dan mengemukakan pendapat. Pertanyaan pemandunya misalnya
seperti ini: 1) Apa masalah-masalah yang ada pada contoh kasus yang biasa terjadi
dalam kehidupan sehari-hari peserta? 2) Ancaman-ancaman apa yang terjadi
dengan masalah tersebut? Setelah itu peserta diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk menyampaikan hasil pikirannya. Semakin dalam dan semakin kaya hasil
bedah masalah yang diperoleh semakin baik untuk pengantar materi selanjutnya.
Tugas fasilitator adalah menjadi koordinator dari lalu lintas diskusi, menjadi
jembatan jika terjadi perbedaan pikiran dan menyimpulkan hasil diskusi tersebut.
Oleh karena itu untuk menguasai bagian ini dengan baik, fasilitator mesti
memperkaya diri terlebih dahulu dengan banyak referensi mengenai masalahmasalah yang akan disorot. Referensi yang dibutuhkan antara lain: Statistik
nasional maupun yang lebih lokal sifatnya yang relevan dengan materi, tinjauan
hukum dan berita-berita aktual yang relevan. Menemukan Solusi Bagian ini bisa

disatukan dengan bagian bedah masalah seperti yang dipaparkan di atas. Namun
beberapa orang lebih suka menempatkannya sebagai bagian yang terpisah untuk
memudahkan fasilitator menggiring peta pemikiran pesertanya. Walaupun proses
menemukan solusi atas bedah permasalahan harus dilakukan secara mandiri oleh
peserta, fasilitator tetap harus membuat daftar jawaban sebelumnya. Solusi yang
disiapkan fasilitator harus mampu dihubungkan dengan benang merah kegiatan
pelatihan secara keseluruhan. Sehingga pada saat peserta dihantar melewati proses
ini, fasilitator dapat memberi garis bawah pada beberapa jawaban yang sesuai
dengan gol pelatihan. Demikian beberapa kiat sederhana yang bisa dilakukan untuk
membuat pesan-pesan dalam materi Ansos dapat dirasakan oleh pesertanya. Jika
kiat-kiat ini dapat dipersiapkan dengan maksimal, fasilitator akan sangat terbantu
mencapai gol dari proses pelatihan secara keseluruhan. Proses selanjutnya adalah
menghubungkan kesimpulan dan solusi dengan proses selanjutnya dari Pelatihan
yang diselenggarakan. Misalnya untuk Ansos mengenai penyadaran gender dapat
dihubungkan dengan pelatihan public speaking untuk ibu rumah tangga,
pemberantasan trafficking dan pelatihan keterampilan lainnya. Atau seperti yang
biasa kami buat untuk pelatihan bertema Manajemen Ekonomi Rumah Tangga,
Ansos yang biasa digunakan adalah potret kemiskinan yang terjadi di tengah
masyarakat. (PG)

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/picalgadi/kiat-mempersiapkan-materianalisis-sosial_54f3be13745513982b6c7fb8

A. Pengertian Analisis Sosial

Holland-Henriot, mendefinisikan analisis sosial sebagai ..usaha memperoleh


gambaran yang lebih lengkap tentang sebuah situasi social dengan menggali
hubungan-hubungan histories dan strukturalnya ( Social analysis : 30)

1. Analisis social menggali realitas, sebagai fenomena dalam keberagaman


dimensinya, seperti;
Masalah-masalah khusus, seperti pengangguran, kelaparan, inflasi dll
Kebijakan-kebijakan (policies) seperti pelatihan kerja, pengawasan moneter,
program bantuan pangan, pelayanan publik, dsb.
Menyelidiki struktur-struktur yang lebih luas, lebih dalam, atau lebih spesifik dari
isntitusi-institusi (pranata) ekonomi, politik, social budaya.
Memfokuskan diri pada system-sistem yang berada dibalik dimensi-dimensi
kebijakan dan struktur, seperti system politik sebagai subsistem dari system social
tertentu; atau tananan politik (political order) sebagai sebuah system dengan
landasan kulturalnya.
2. Menganalisis social dalam artian waktu (analisis histories) berupa studi tentang
perubahan-perubahan system social dalam kurun waktu tertentu
3. Menganalisis system social dalam artian ruan (analisis structural), yang
menyajikan aspek tertentu, dari keseluruhan kerangka kerja sebuah system pada
suatu momen waktu.
(hal yang disebut dalam no.2 dan 3, biasanya digunakan secara bersama untuk
suatu analisis yang menyeluruh)

4. Analisis yang membedakan (1) dimensi obyektif, dan (2) dimensi subyektif dari
realitas social. Pertama menyangkut aneka ragam organisasi, pola-pola perilaku,
dan pranata-pranata (institusi), yang kedua meliputi kesadaran, nilai, ideology.
Melakukan analisis social, dalam hal ini adalah menganalisis unsure-unsurnya,
supaya bisa memahami gerak perubahan dari asumsi-asumsi yang mendasarinya
pada situasi social tertentu. Pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam
analisis social, berusaha membuka tabir hal-hal; nilai, pandangan, keputusan dari
para pelaku (aktor social) pada suatu situasi tertentu.

B. LANGKAH-LANGKAH
1. Membangun perumusan masalah, yang menjadi pusat perhatian
2. Membangun konsep-teoritis atas konteks realitas
3. Mengenali struktur-struktur kunci yang mempengaruhi situasi yang ada
4. Menyusun pertanyaan-pertanyaan untuk membangun sebuah konteks
5. Menghimpun fakta-fakta, data-data yang berkorelasi dan melatarbelakangi
6. Menyusun model-model, mengkaji-menguji relevansinya
7. Menguji beberapa jawaban pada korelasi dan keabsahan
8. Menggali masalah lain yang muncul

tulisan diatas merupakan dasar sosiologi praktis sebagai dasar analisa sosial.

Anda mungkin juga menyukai