Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan Metode geologi lapangan ini, didasarkan studi terhadap
batuan. Yaitu dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah,
kemudian bagaimana hingga batuan itu menempati bagian dari pegunungan,
dataran-dataran di benua hingga didalam cekungan dibawah permukaan laut.
Batuan juga memiliki sifat-sifat, warna, tekstur, dan lain-lain yang dimiliki pada
setiap batuan yang di identifikasi, serta tidak semua batuan dapat memiliki
singkapan batuan.
Berdasarkan persamaan dan perbedaan batuan, maka kita berupaya untuk
mengelompokannya. Dari hasil pengamatan terhadap jenis-jenis batuan tersebut,
kita dapat mengelompokkannya menjadi tiga kelompok besar, yaitu (1) batuan
beku, (2) batuan sedimen, dan (3) batuan malihan atau metamorfis. Penelitianpenelitian yang dilakukan oleh para ahli Geologi terhadap batuan, menyimpulkan
bahwa antara ketiga kelompok tersebut terdapat hubungan yang erat satu dengan
lainnya. Dari sejarah pembentukan Bumi, diperoleh gambaran bahwa pada
awalnya seluruh bagian luar dari Bumi ini terdiri dari batuan beku. Dengan
perjalanan waktu serta perubahan keadaan, maka terjadilah perubahan-perubahan
yang disertai dengan pembentukan kelompok-kelompok batuan yang lainnya.
Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke kelompok lainnya, merupakan
suatu siklus yang dinamakan daur batuan.
Pada teknik observasi batuan ini, maka kita harus mengetahui Pemetaan
geologi. Yaitu suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi permukaan
dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat
memberikan gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan
batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi yang mungkin
mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain itu, pemetaan
informasi geologi, dapat memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi
mineral.
Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada
informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta
tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh.
Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang
dilakukan.
Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan)
dapat dilakukan dengan menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan
posisi melalui orientasi lapangan atau dengan cara tali-kompas.Namun dalam
tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan dapat diperluas dengan
menggunakan metode-metode lain seperti uji sumur, uji parit, maupun bor tangan
atau auger, sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan menggunakan alat ukur
permukaan seperti pemetaan dengan plane table atau dengan teodolit
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam praktikum lapangan metode geologi lapangan ini
yaitu
1. Bagaimana cara menggunakan peralatan geologi pada saat dialapangan
dengan metode yang baik dan benar ?
2. Bagaimana cara mengambil data dilapangan dengan penuh ketelitian?
3. Bagaimana cara mengetahui litostratigrafi daerah penelitian?
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud diadakannya Field Trip mata kuliah metode geologi
lapangan ini yaitu untuk melakukan pengamatan dan pengambilan data singkapan,
data litologi, data geomorfologi serta data struktur dengan menggunakan metode
yang baik dan benar pada daerah tersebut.
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada field trip lapangan metode geologi
lapangan kali ini, yaitu sebagai berikut :
Kompas
Kegunaan
untuk
melakukan
orientasi
(Brunton)
GPS
Palu
Papan Clipboard
5
6
Kamera
Alat Tulis Menulis
Lup
Busur Derajat
Mistar 30 cm
10
11
Pensil Warna
Roll Meter
field trip
Sebagai alat untuk menyampling batuan
Sebagai alat untuk membantu dalam pengukuran
titik di lapangan
Sebagai alat untuk memberikan keterangan warna
Untuk mengukur dimensi singkapan
Buku Lapangan
BAB II
GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN
2.1 Geomorfologi Daerah Penelitian
disusun oleh batuan lainnya. Satuan ini tertutupi oleh vegetasi yang
sedang
P3G) dan Peta Lembar Geologi Lasusua Kendari (Rusmana dkk, 1993), batuan
penyusun daerah Konawe Selatan dapat dikelompokkan kedalam 9 (sembilan)
satuan yang terdiri dari batua tua ke batuan lebih muda adalah sebagai berikut :
2.2.1
Satuan Kalkarenit
Satuan ini tersebar di bagian Selatan daerah Konawe Selatan yaitu disekitar
daerah Lapuko dan Tinanggea. Satuan ini terdiri dari kalkarenit, batugamping,
koral, batupasir dan napal.
Berdasarkan kesamaan fisik yang dijumpai, satuan ini dapat disebandingkan
dengan Formasi Emoiko berumur Pliosen. Satuan ini mempunyai ketebalan
berkisar 200 m dengan lingkungan pengendapan laut dangkal hingga transisi.
2.2.2
Satuan Batulempung
Satuan tersebar dibagian Selatan daerah Konawe Selatan yaitu disekitar
sebelah Selatan Lapuko, yang terdiri dari lempung, napal pasiran dan batupasir.
Satuan ini memiliki hubungan yang saling menjemari dengan satuan kalkarenit.
Berdasarkan kesamaan fisik yang dijumpai di lapangan, satuan ini dapat
disebandingkan dengan Formasi Boipinang, berumur Pliosen. Satuan ini memiliki
ketebalan berkisar 150 m dengan lingkungan pengendapan transisi hingga laut
dangkal.
2.2.3 Satuan Batupasir
Satuan ini tersebar dibagian Selatan daerah Konawe Selatan yaitu disekitar
daerah Palangga, Tinanggea dan Motaha. Satuan ini terdiri dari batupasir,
konglomerat dan lempung.
Berdasarkan kesamaan fisik yang dijumpai di lapangan, satuan ini dapat
disebandingkan dengan Formasi Alangga, yang berumur Pliosen. Satuan ini
memiliki ketebalan berkisar 250 m dengan lingkungan pengendapan darat hingga
transisi dan menindih secara tak selaras semua batu-batuan yang berada
dibawahnya.
2.2.4 Satuan Aluvial
Satuan ini tersebar disekitar aliran sungai besar, pantai dan rawa di daerah
Konawe Selatan. Endapan Aluvial yang ada merupakan endapan sungai, pantai
dan rawa, berupa kerikil, kerakal, pasir, lempung dan Lumpur. Endapan alluvial
merupakan satuan batuan penyusun yang paling muda dan menindih secara tidak
selaras seluruh batuan yang berada dibawahnya berumur Resen dengan ketebalan
tidak lebih dari 20 meter.
2.3 Struktur Geologi Daerah Penelitian
Daerah ini tidak dapat dipisahkan dengan proses tektonik yang telah dan
mungkin masih berlangsung di daerah ini, dimana diperlihatkan oleh kondisi
batuan terutama oleh batuan yang berumur Pra tersier yang umumnya telah
mengalami perlipatan dan perombakan yang cukup kuat dan berulang-ulang.
Struktur Geologi yang dijumpai di daerah Konawe Selatan, meliputi lipatan,
kekar dan sesar Lipatan dapat dijumpai dibeberapa tempat dimana batupasir malih
tersingkap, namun sangat sulit untuk menentukan arah sumbu lipatannya karena
telah terombakkan.
Kekar dijumpai hampir seluruh satuan batuan penyusun daerah ini, kecuali
alluvium dan batuan kelompok batuan Molasa yang tidak terkonsolidasi dengan
baik. Sesar utama yang terjadi di daerah ini dapat dijumpai di daerah Kolono,
yang mana sesar Kolono ini hampir memotong seluruh batuan kecuali Aluvial.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Foto 3.1 Bentuk morfologi bergelombang daerah penelitian dengan arah foto N 1900 E dengan
Slop 320
Bentang alam daerah ini di pengaruhi oleh 3 pengaruh utama yang dapat
mempengaruhi keadaan dan bentuk fisik bentang alam daerah penelitian yakni
denudasioanal, structural, dan fluvial.
3.1.1 Bentang Alam Perbukitan Rendah Denudasional
Daerah penelitian memiliki morfologi yang beragam.Didaerah penelitian,
banyak terdapat endapan-endapan fluvial hasil dari proses erosi yang terjadi di
daerah penelitian. Sepanjang aliran sungai pada daerah penelitian juga banyak
terdapat galih galih erosi (foto 3.2) yang merupakan bukti proses aktifitas
pengikisan oleha liran air hujan ataupun air sungai pada deaerah ini sangat tinggi,
hal ini mengindikasikan bahwa morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh
aktifitas pelapukan serta aktifitas erosi. Selain banyak ditemukannya material
material fluvial dan banyaknya galih erosi pada daerah peneitian, ditemikan pula
banyaknya material material jatuhan yang berupa bongkahan-bongkahan bebatuan
(foto 3.3) serta lapisan soil yang cukup tebal. Dengan banyaknya galih erosi,
endapan endapan fluvial serta terdapat lapisan soil yang tebal dari hasil pelapukan
11
Foto 3.2 Keterdapatan Gallih erosi dan channel bar pada stasiun 1 dengan arah foto N 3200 E
12
Foto 3.3 Keterdapatan Rock Fall (Runtuhan Batuan) pada stasiun 4 dengan arah foto N 2700 E
13
Foto 3.4 Keterdapatan patahan dan channel bar pada stasiun 1 dan 2 dengan arah foto N 1900 E
DAFTAR PUSTAKA
14
Foto 3.5 Keterdapatan lipatan rebah pada stasiun 4 dengan arah foto N 3020 E
15
Foto 3.6 Keterdapatan lipatan rebah pada stasiun 5 dengan arah foto N 3220 E
16
Foto 3.7 Keterdapatan channel bar berukuran berangkal bongkah pada stasiun 1 dengan arah
foto N 2940 E
17
Foto 3.8 Keterdapatan channel bar berukuran Kerakal-berangkal pada stasiun 2 dengan arah
foto N 3260 E
18
Foto 3.9 Keterdapatan channel bar dan point bar berukuran Kerikil-kerakal pada stasiun 4
dengan arah foto N 3020 E
19
Foto 3.10 Keterdapatan channel bar berukuran Kerikil-kerakal pada stasiun 5 dengan arah foto
N 2300 E
20
Foto 3.11 Singkapan napal pada stasiun 2 dengan arah foto N 780 E
21
Foto 3.12 Zoom Litologi Napal pada stasiun 2 dengan arah foto N 780 E
22
23
Foto 3.13 Singkapan batulempung pada stasiun 3 dengan arah foto N 2750 E
Foto 3.14 Zoom Litologi Batulempung pada stasiun 3 dengan arah foto N 2750 E
24
batulempung
untuk
dasar
penamaannya
didasarkan
pada
lithostratigrafi tidak resmi yang didasarkan atas ciri litologi, keseragaman litologi,
ukuran butir, kandungan mineral dan penyebaran litologi secara lateral dan dapat
terpetakan dalam skala 1:25000. Dasar penamaan dari satuan ini secara
megaskopis yaitu penamaan yang ditentukan berdasarkan ciri fisik berdasarkan
litologi yang diamati dilapangan.
Kenampakan lapangan dari batulempung yaitu dalam keadaan segar
berwarna hitam, tekstur klastik, ukuran butir lempung (< 1/256 mm), porositas
baik, kemas tertutup, komposisi kimia lempung, struktur berlapis
Berdasarkan kesamaan ciri fisik, posisi stratigrafi, dan letak geografis
yang relative dekat dengan lokasi tipe, maka satuan batulempung mempunyai nilai
kesebandingan dengan anggota watutaluboto formasi Meluhu yang berumur trias
tengah hingga akhir 225-195 juta tahun (Rusmana dkk., 1993b; Simandjuntak
dkk., 1993a, b, c; Surono, 1994).
Lingkungan pengendapan batulempung biasanya terbentuk pada lingkungan
pembentukan delta (Galloway, 1975; boyd dkk., 1992)
25
Foto 3.15 Singkapan batulempung dan batupasir pada stasiun 5 dengan arah foto N 3220 E
26
Foto 3.16 Zoom Litologi Batupasir pada stasiun 5 dengan arah foto N 3220 E
27
Foto 3.17 Zoom Litologi Batulempung pada stasiun 5 dengan arah foto N 3220 E
tenggara, dan dipengaruhi juga oleh aktifitas sesar minor yaitu sesar boro-boro
dengan arah yang sama.
29
Foto 3.18 kenampakan Kekar Gerus pada Singkapan pada stasiun 4 dengan arah foto N 3020 E
Foto 3.19 Zoom kekar gerus pada Litologi Batulempung stasiun 4 dengan arah foto N 3020 E
30
31
Foto 3.20 Kenampakan Lipatan Rebah pada Singkapan stasiun 5 dengan arah foto N 3220 E
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik pada praktikum lapangan metode
geologi lapangan ini yaitu sebagai berikut :
1. Perlaatan geologi setiap mahasiswa harus dapat menggunakannya dengan
cara mempelajari kinerja/fungsi alat tersebut, kemudian dilakukan
bimbingan secara intensif kepada asisten, teman maupun dosen yang bisa
memberikan pengetahuan tentang metode yang baik.
2. Untuk mengambil data yang baik dan benar dilapangan maka harus
dilakukan ketelitian dan pemahaman tentang keadaan singkapannya dan
geomorfologi serta keadaan struktur daerah sekitar. Setelah itu, aplikasikan
dalam bentuk tulisan agar bisa dipertanggung jawabkan.
3. Morfologi daerah penelitian terdiri daeri 3 jenis bentang alam yaitu bentang
alam perbukitan rendah denudasional, perbukitan rendah struktural dan
pedataran fluvial dan daerah penelitian terdapat tiga jenis litologi yang
berbeda yang diamati dan disebutkan dalam muda ke-tua yaitu napal,
batulempung dan batupasir yang berumur trias tengah hingga akhir (225195 juta tahun), yang didominasi oleh batulempung. Struktur yang bekerja
pada daerah penelitian di pengaruhi oleh sesar major sesar lasolo dan sesar
33
minor sesar boro boro karena kesamaan arah sesar yang bekerja pada
Sulawesi tenggara dan arah datangnya gaya, daerah penelitian masih
dipengaruhi oleh aktifitas sesar major yaitu sesar lasolo yang memiliki arah
dari barat laut ke tenggara, dan dipengaruhi juga oleh aktifitas sesar minor
yaitu sesar boro-boro dengan arah yang sama.
4.2 Saran
Disarankan agar praktikum lapangan selanjutnya suapaya diberi bimbingan
secara intensif kepada mahasiswa agar lebih mudah memahami apa yang ada
dilapangan dan pada akhirnya khasilnya memuasakan baik dalam bentuk
pengetahuan baru serta dalam bentuk laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Blyth, F. G. H., 1976, Geological Maps and their Interpretation, 2nd. Ed. ;
Edward Arnold, London, 48 p.
McClay, K., 1987, The Mapping of Geological Structures ; Geol. Soc. London
Handbook Series, The Open University Press, Milton Keynes & Hallstead
Press, John Wiley & Sons, New York, 161 p.
Thorpe, R. and Brown, G., 1985, The Field Description o. f Igneous Rocks ; Geol.
Soc. London Handbook Series, The Open University Press, Milton Keynes
& Hallstead Press, John Wiley & Sons, New York, 154 p.
Tucker, M. E., 1982, The Field Description of Sedimentary Rocks ; Geol. Soc.
London Handbook Series, The Open University Press, Milton Keynes &
Hallstead Press, John Wiley & Sons, New York, 112 p.
35